Oleh:
C111 14 001
Pembimbing:
Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Bagian Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
ii
HALAMAN PENGESAHAN
2017
DEWAN PENGUJI
Pembimbing :
dr. Ahmad Ashraf Amalius, MPH.,Sp.M.Kes (……………...)
Ditetapkan di : Makassar
Tanggal : 05 Desember 2017
iii
BAGIAN HISTOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
Judul Skripsi :
3. “KARAKTERISTIK PENDERITA GLAUKOMA PRIMER DI RUMAH
SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR
PERIODE JUNI 2016-JUNI 2017”
iv
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Desember 2017
Nur Azizah Jafar
dr. Ahmad Ashraf Amalius, MPH,Sp.M(K), M.Kes
Karakteristik Penderita Glaukoma Primer Di Rumah Sakit Pendidikan Unhas Kota
Makassar Periode Juni 2016-Juni 2017
ABSTRAK
Latar Belakang : Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya
dan terbagi menjadi glaukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup. Pada tahap awal
penyakit, tidak ditemukan gejala-gejala yang menandakan terjadinya peningkatan
intraokuler. Hal ini biasa terjadi pada penderita glaukoma sudut terbuka. Lain halnya
dengan glaukoma sudut tertutup, umumnya ditemukan gejala berupa sakit kepala, rasa
nyeri hebat didalam mata dll. Saat ini glaukoma dianggap sebagai penyakit yang
menakutkan. Itulah mengapa sangat penting untuk melakukan diagnosis dini.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita
Glaukoma Primer Di Rumah Sakit Pendidikan Unhas Kota Makassar Periode Juni 2016-
Juni 2017.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan
desain penelitian deskriptif kuantitatif, menggunakan data sekunder yaitu rekam
medik. Penelitian dilakukan bulan September sampai November 2017 di Bagian
Rekam Medik RSP Unhas dengan melihat rekam medik pasien. Subjek penelitian
menggunakan total sampling yaitu semua penderita glaukoma primer di RSP Unhas
yang memiliki rekam medik dan memenuhi syarat untuk sampel penelitian dengan
jumlah sebanyak 52 orang.
Hasil dan simpulan: Jumlah penderita glaukoma primer yang sesuai dengan kriteria
inklusi adalah sebanyak 52 orang. Pada penelitian ini didapatkan populasi penderita
glaukoma primer paling banyak ditemukan pada kelompok umur 56-65 tahun yaitu
sebanyak 24 orang (46,1%) dan paling banyak diderita oleh perempuan yaitu sebanyak
27 orang (51,9%). Distribusi berdasarkan jenisnya paling banyak pada glaukoma
primer sudut terbuka sebesar 35 orang (67,3%). Sedangkan distribusi penderita
glaukoma primer berdasarkan riwayat hipertensi didapatkan yang paling banyak
penderita tidak memiliki riwayat hipertensi sebesar 33 orang (63,5%) dan juga riwayat
diabetes mellitus didaptakan pula yang paling banyak penerita tidak memiliki riwayat
dm yaitu sebesar 38 orang (73,1%). Distribusi berdasarkan keluhan utama didapatkan
keluhan dengan penglihatan menurun sebanyak 19 orang (36,5%) yang paling banyak
diderita oleh pasien. Dan untuk distribusi berdasarkan tekanan intraokulernya
didapatkan penderita paling banyak mengalami peningkatan tekanan intraokuler yaitu
sebanyak 30 orang (57,7%).
Kata kunci : Karakteristik, Glaukoma, Glaukoma Primer,Insidensi, Tekanan
intraokuler.
v
BACHELOR THESIS
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
Desember 2017
Nur Azizah Jafar
dr. Ahmad Ashraf Amalius, MPH,Sp.M(K), M.Kes
Characteristics of Primary Glaucoma Patients at Education Hospital of
Hasanuddin University Makassar of June 2016-June 2017
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini sebagai
salah satu syarat penyelesaian pendidikan dokter (SI) Kedokteran Program Studi
Begitu banyak kesulutan dan hambatan yang kami hadapi dalam tahap
persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi ini. Namun dengan bimbingan, kerja
sama, serta bantuan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk
itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimah kasih yang sebesar-
1. Prof. DR. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
kepada penulis mulai dari penentuan judul, pembuatan proposal hingga proses
3. dr. Shelly Salmah, M.Kes dan dr. Nursyamsi, Sp.M.,M.Kes., selaku penguji
atas kesediaan, saran, dan masukan yang diberikan kepada penulis pada saat
vii
4. Orang tua penulis, Ayahanda Drs. Jafaruddin dan Ibunda tercinta Hj.
5. Untuk saudara kandung penulis, Muh. Azizul Hakim yang telah banyak
6. Koordinator dan seluruh staf pengajar Blok Skripsi Pendidikan Dokter Umum
7. Staf bagian rekam medik RSP Unhas atas kesedian membantu dan
8. Untuk teman satu pembimbing penulis, Haspiani dan Fariz atas kesediaan
9. Untuk Tim Lady Rose, Anisar, Pia, Ika, Chusnul, Ulfa, Irma, Aisyah,
10. Untuk sahabat saya, Fitriani, Sri Utami, Athirah, dan Astuti atas motivasi,
11. Seluruh keluarga, Auliah Ramli, Zakiah, Rani dan teman-teman dekat penulis
yag tidak bisa saya sebutkan satu-persatu atas motivasi, doa, dukungan selama
viii
tidak dapat dituliskan satu per satu, semoga Allah SWT membalas jasa - jasa
kalian.
Semoga segala hal bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada
Penulis menyadari, tulisan tidak luput dari salah dan khilaf, oleh karena itu
saran, kritik, dan masukan dari pembaca adalah sesuatu yang senantiasa penulis
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mendapat
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN
x
2.1.5 Patogenesis ........................................................................... 13
BAB 6. PEMBAHASAN
xi
6.1 Karakteristik Berdasarkan Riwayat Hipertensi ....................... 42
LAMPIRAN ................................................................................................... 56
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Aliran Humor Aqueus Pada Glaukoma Sudut Terbuka ........................15
Gambar 2.3 Aliran Humor Aqueus Pada Glaukoma Sudut Tertutup .......................15
Gambar 6.1 Diagram pie penderita glaukoma primer berdasarkan jenis kelamin....39
Gambar 6.3 Diagram pie penderita glaukoma primer berdasarkan jenis glaukoma
primer....................................................................................................41
Gambar 6.4 Diagram pie penderita glaukoma primer berdasarkan riwayat hipertensi
..............................................................................................................43
Gambar 6.5 Diagram pie penderita glaukoma primer berdasarkan riwayat diabetes
mellitus..................................................................................................44
Gambar 6.6 Diagram pie penderita glaukoma primer berdasarkan riwayat keluhan
utama.....................................................................................................46
Gambar 6.7 Diagram pie penderita glaukoma primer berdasarkan tekanan intraokuler
..............................................................................................................47
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 6.3 Distribusi penderita glaukoma primer berdasarkan jenis glaukoma primer
...................................................................................................................35
Tabel 6.4 Distribusi penderita glaukoma primer berdasarkan riwayat hipertensi ..35
mellitus ......................................................................................................36
Tabel 6.6 Distribusi penderita glaukoma primer berdasarkan riwayat keluhan utama
...................................................................................................................36
Tabel 6.7 Distribusi penderita glaukoma primer berdasarkan riwayat keluhan utama
...................................................................................................................37
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
merupakan organ sensoris yang sangat vital. Delapan puluh persen informasi diperoleh
285 juta orang di dunia, dimana 246 juta mengalami low vision dan 39 juta mengalami
kebutaan, diantara jumlah tersebut 65% dari jumlah low vision dan 82% dari jumlah
kebutaan diderita pada usia lebih atau sama dengan 50 tahun (WHO, 2012). Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan, prevalensi severe low vision dan
kebutaan meningkat pesat pada penduduk kelompok usia 45 tahun keatas dengan rata-
rata peningkatan sekitar dua sampai tiga kali lipat setiap 10 tahunnya. Prevalensi severe
low vision dan kebutaan tertinggi ditemukan pada penduduk kelompok usia 75 tahun
tidak dikoreksi (43%) dan katarak (33%). Penyebab gangguan penglihatan lainnya
adalah glaukoma, Age Macular Degeneration (AMD), retinopati diabetik, trakoma dan
kebutaan kedua terbanyak setelah katarak diseluruh dunia. Berdasarkan data WHO
2010, diperkirakan sebanyak 3,2 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma.
1
Glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer, glaukoma sekunder
dan glaukoma kongenital. Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak diketahui
penyebabnya dan terbagi menjadi glaukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup.
primer sudut tertutup berupa glaukoma sudut tertutup akut dan kronis. Glaukoma
sekunder adalah glaukoma yang timbul sebagai akibat dari penyakit mata lain, trauma,
Glaukoma kongenital adalah glaukoma yang ditemukan sejak dilahirkan, dan biasanya
disebabkan oleh sistem saluran pembuangan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik
Menurut Vaughan (1995), dinyatakan bahwa sekitar 85%-90% berasal dari bentuk
glaukoma sudut tertutup primer, atau disebut juga dengan glaukoma sudut sempit yang
dapat melalui stadium akut, subakut dan kronik, serta bentuk glaukoma lainnya.
terjadinya peningkatan intraokuler. Hal ini biasa terjadi pada penderita glaukoma sudut
terbuka. Para ahli memperkirakan kurang lebih setengah dari penderita glaukoma tidak
pengecilan lapangan pandang yang ekstensif. Lain halnya dengan glaukoma sudut
tertutup, umumnya ditemukan gejala berupa sakit kepala, rasa nyeri hebat didalam mata
terutama pada pagi hari, susah melihat sewaktu berpindah dari tempat terang ke tempat
2
Saat ini glaukoma dianggap sebagai penyakit yang menakutkan. Berbagai
pembedahan dan laser hanya ditujukan untuk memperlambat atau mencegah hilangnya
1.3Tujuan Penelitian
3
c. Untuk mengetahui distribusi penderita glaukoma primer berdasarkan riwayat
a. Bagi peneliti
secara logis dan sistematis. Penelitian ini juga memberikan pengalaman serta
c. Bagi masyarakat
4
penelitian ini diharapkan dapat menemukan secara dini karakteristik penderita
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Glaukoma
2.1.1 Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
Retina 0,09%. Akibat dari kebutaan itu akan mempengaruhi kualitas hidup
sudut terbuka yang proporsinya paling banyak, diikuti glaukoma primer sudut
6
tertutup (Quigley & Browman,2006). Berbagai survei prevalensi glaukoma
diberbagai wilayah menunjukkan hasil sebagai berikut: Survei pada ras Melayu
di Singapura pada populasi usia 40-80 tahun diperoleh hasil prevalensi glaukoma
sebesar 3,4%, POAG 2,5%, PACG 0,12% dan tidak berbeda pada laki-laki
5,9%, 59% diantaranya POAG, 22% PACG dan 18% glaukoma sekunder
primer sudut tertutup 0,4% dan glaukoma sekunder 0,2% serta tidak ada
al, 2004). Dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, kepada responden berusia
7
2.1.3 Klasifikasi Glaukoma
Glaukoma primer dibagi atas 2 bentuk yaitu glaukoma sudut tertutup atau
glaukoma sudut sempit dan glaukoma sudut terbuka, yang disebut juga sebagai
saluran schleem, dan saluran saluran yang berdekatan. Perubahan saraf optik
juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnosa dengan
peningkatan tekanan intra okular dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata
8
yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris
menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma
.Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab :
a. Perubahan lensa
b. Kelainan uvea
c. Trauma
d. Bedah
(Ilyas,S 2003)
sistem saluran pembuangan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik sehingga
2003).
terdapat pada kedua mata. Rasa silau dan sakit akan terlihat pada bayi yang
menderita glaukoma kongenital, hal ini terlihat pada suatu sikap seakan-akan
9
2.1.3.4 Glaukoma absolut
kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut
.Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi
dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan
siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata
1994 me- nyatakan bahwa populasi glaukoma adalah sekitar 0.7% penduduk
yang berumur 52–64 tahun, dan meningkat menjadi 1.6% penduduk yang
berumur 65–74 tahun, serta 4.2% pada penduduk yang berusia 75–85 tahun.
10
Keadaan tersebut didukung juga oleh pernyataan yang dikeluarkan oleh
Secara umum dinyatakan bahwa tekanan bola mata yang lebih tinggi
optikus, walaupun hubungan antara tingginya tekanan bola mata dan besarnya
bahwa adanya tekanan bola mata yang berada di atas normal akan diikuti
beberapa tahun. Sebaliknya, terjadi juga pada banyak kasus, bahwa selama
pemeriksaan tekanan bola mata tidak pernah di atas normal, namun terjadi
kerusakan pada papil dan lapang pandang yang merupakan khas dari glaukoma
(Boyd, 2002).
sudut terbuka primer adalah tekanan bola mata. Hal ini disebabkan karena
tekanan bola mata merupakan salah satu faktor yang paling mudah dan paling
(Vaughan, 1995).
menunjukkan risiko ratio sebesar 2,1 pada orang yang memiliki keluarga
11
penderita glaukoma dibandingkan yang tidak memiliki keluarga penderita
2.1.4.4 Ras
Beberapa ras etnik diketahui memiliki prevalensi glaukoma yang lebih tinggi,
yaitu di Asia khusunya etnik China untuk glaukoma sudut tertutup dan ras Afrika
Pada glaukoma sudut tertutup primer hal ini dikaitkan dengan faktor hereditar
yang mempengaruhi konfigurasi bilik mata depan yaitu bilik mata depan yang
dangkal, sudut mata yang sempit dan iris plateu (Stamper et al 2009). Pada
glaukoma primer sudut terbuka prevalensi pada ras kulit hitam lebih tinggi. Hal
ini dikaitkan dengan iskemia akibat sickle cell anemia, respon terhadap
pengobatan yang lebih buruk, akses terhadap pengobatan yang lebih buruk, level
tekanan intraokular yang lebih tinggi, dan cup disc ratio yang lebih besar
Sebagian besar studi pada glaukoma primer sudut terbuka tidak mendapat
perempuan. Hal ini kemungkinan akibat sudut bilik mata depan perempuan lebih
dangkal yaitu volumenya 10% lebih kecil dibandingkan pada laki-laki (Stamper
et al 2009).
12
2.1.4.6 Penyakit Sistemik
lebih besar (Ilyas, 2001). Penderita hipertensi pun beresiko lebih tinggi
2008).
2.1.5 Patogenesis
pupil ke kamera okuli posterior (COP) sekitar lensa menuju kamera okuli
anterior (COA) melalui pupil. Cairan aqueus keluar dari COA melalui
vena (Vaughan, 2000). Gambar dari aliran normal cairan aqueus dapat dilihat
13
Gambar 2.1. Aliran normal humor aqueus ( Song J, 2009).
Glaukoma sudut terbuka ditandai dengan sudut bilik mata depan yang
trabekulum oleh iris perifer, sehingga aliran cairan melalui pupil tertutup
14
Gambar (2.2) Aliran humor aqueus pada glaukoma sudut terbuka,
(Song J, 2009)
adalah apoptosis sel ganglion retina. Optik disk menjadi atropi, dengan
akut sudut tertutup, Tekanan Intra Okuler (TIO) mencapai 60-80 mmHg,
saraf optik. Pada glaukoma primer sudut terbuka, TIO biasanya tidak
15
glaukoma akut sudut tertutup, peningkatan tekanan TIO berjalan cepat
dan memberikan gejala mata merah, nyeri dan gangguan penglihatan (Khaw
T, 2005).
tingginya TIO dan apakah glaukoma dalam tahap awal atau lanjut.
kerusakan dalam tahunan. TIO yang tinggi 40-50 mmHg dapat menyebabkan
oleh sel-sel endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat (glaukoma akut
sudut tertutup), kornea menjadi penuh air, menimbulkan halo di sekitar cahaya
(Khaw T, 2005).
2.1.6.3 Nyeri.
Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada saraf
akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi sangat berat (tunnel vision), meski
16
2.1.6.5 Perubahan pada diskus optik.
Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak. Pada anak-
2.1.7.1 Tonometri
semakin tipis kornea pasien tekanan intraokuler bola mata juga rendah.
cukup sederhana, praktis, mudah dibawa, relatif murah, kalibrasi alat mudah
2.1.7.2 Oftalmoskopi
Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan
saraf optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik (RS Mata YAP,2009) .
17
otipus pada penderita glaukoma. Apabila terdapat peninggian TIO yang
signifikan, rasio C/D yang lebih besar dari 0,5 atau adanya asimetris yang
2.1.7.3 Perimetri
Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang
Goldmann
b. Perimetri otomatis
c. Perimeter Oktopus
2.1.7.4. Gonioskopi
lensa khusus untuk melihat aliran keluarnya humor aquos. Fungsi dari
abnormal dan menilai lebar sudut kamera okuli anterior (Kanski JJ, 1994).
2.1.7.5. Biometri
18
2.1.8 Penatalaksanaan
bloker misalnya timolol maleat 0,25% dan 0.5%, betaxolol 0,25% dan
diserap dengan baik oleh usus secara peroral sehingga bioavaibilitas rendah
hambatan aliran darah yang menuju ke hati atau hambatan enzim hati.
diberikan pada pasien glaukoma sudut terbuka sebagai terapi inisial baik
19
2) Golongan α2-adrenergik Agonis
1) Asetasolamid Oral
dalam plasma ±2,5 µM. Apabila diberikan secara oral, konsentrasi puncak
bertahan selama 4-6 jam dan menurun dengan cepat karena ekskresi pada
20
2) Penghambat Karbonat Anhidrase Topikal
maupun jangka panjang, sebagai obat tunggal atau kombinasi. Indikasi lain
(Niel, 2006).
a. Parasimpatomimetik
pada mata dan bersifat sekresi pada mata, sehingga menimbulkan kontraksi
muskulus ciliaris supaya iris membuka dan aliran humor aquos dapat keluar
(Khaw T, 2005).
21
b. Analog prostaglandin
Analog prostaglandin merupakan obat lini pertama yang efektif
obat baru yang paling efektif katena dapat ditoleransi dengan baik dan tidak
a. Laser iridektomi
melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang berwarna (iris) untuk
mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata dengan sudut sempit atau
22
b. Laser trabeculoplasty
Adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada penderita glaukoma dengan
namun sering dilakukan daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang
berbeda-beda. Pada beberapa kasus, digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi
utama untuk open-angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit,
dan relatif aman untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius
dengan obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca
pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar sudut
mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran (Niel, 2006).
h. Trabeculectomy
Adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan untuk merawat
glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari trabecular meshwork yang
tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan kecil
penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata. Untk jalan-jalan kecil
baru, suatu bleb penyaringan kecil diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival
tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah
suatu area yang timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata dibawah
kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan
mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler
23
Trabeculektomy adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan. Jika
sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata (Ilyas S, 2003) .
i. Viscocanalostomy
tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu potongan dari sclera (dinding mata)
untuk meninggalkan hanya suatu membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan
aqueous dapat dengan lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih tidak invasiv dibanding
trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga bertendensi lebih tidak efektif.
Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari sistim pengaliran (drainage
infeksi atau perdarahan, adalah mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk
kasus-kasus yang dengan cara lain tidak dapat dikontrol (Niel, 2006).
24
BAB 3
OPERATIONAL
Faktor
Risiko
Peningkatan
tekanan intraokular
Glaukoma
Glaukoma primer
sudut terbuka Penatalaksa
Glaukoma primer
naan
sudut tertutup
25
3.2 Kerangka Konsep
karakteristik
Usia
Jenis kelamin
Glaukoma Tekanan intraokular
Primer Hipertensi
Diabetes melitus
Klasifikasi glaukoma
primer
Keterangan : Riwayat keluhan utama
3.2.1 Glaukoma
adalah penyakit dimana terjadi kerusakan saraf optik dan penurunan fungsi
adalah jenis glaukoma yang tidak diketahui penyebab pastinya. Biasanya terjadi
pada orang yang berusia lebih dari 40 tahun. Glaukoma primer terbagi menjadi :
26
3.2.2.1 Glaukoma primer sudut tertutup
yaitu glaukoma primer yang terjadi pada individu dengan sudut bilik mata
depan yang sempit sehingga sewaktu-waktu sudut tersebut dapat menutupi dan
adalah glaukoma primer yang diakibatkan karena adanya hambtan aliran keluar
cairan akuos namun bilik mata berada dalam keadaan sudut terbuka.
3.2.3 Umur
Kriteria Objektif :
adalah jenis kelamin yang tertera dalam dalam kartu rekam medik , dengan
a. Perempuan
27
b. Laki-laki
adalah pengukuran tekanan intraokuler yang tertera dalam rekam medik, yang
a. >21 mm Hg (meningkat)
Adalah jenis keluhan atau gangguan fisik yang sering dirasakan penderita
glaukoma berdasarkan anamnesis dokter seperti yang tertera pada kartu status (Ilyas S,
a. Penglihatan menurun
b. Mata merah
d. Sakit kepala
28
3.2.7 Kejadian hipertensi
a. Menderita hipertensi
29
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian deskriptif kuantitatif, dimana data yang diperoleh dari sampel populasi
primer di Rumah Sakit Pendidikan Unhas Makassar, melalui penggunaan rekam medik
November 2017.
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita penyakit mata yang
berobat ke bagian Mata Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar periode Juni 2016-
Juni 2017.
30
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini seluruh penderita glaukoma primer yang berobat ke
bagian Mata Rumah Sakit Pendidikan Unhas Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017.
yaitu dimana sampel yang diambil dari populasi hanya yang menderita glaukoma
primer.
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
sekunder.
Jenis data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari
Medik Rumah Sakit Pendidikan Unhas Makassar. Kemudian nomor rekam medik
31
penderita glaukoma primer dalam periode yang telah ditentukan dikumpulkan. Setelah
diharapkan.
4.5.3.Penyajian Data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan yang
melakukan kegiatan.
medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas
yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.
32
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Unhas Kota Makassar dan pencatatan data dilakukan pada tanggal 6-17 November
2017. Proses pengambilan data dilakukan dengan melihat data sekunder rekam medik
Data yang diperoleh dari bagian rekam medik RSP Unhas tercatat sebanyak 67
pasien glaukoma primer selama periode Juni 2016-Juni 2017. Setelah disesuaikan
dengan kriteria inklusi dan ekslusi maka didapatkan 52 rekam medik pasien glaukoma
kemudian disajikan dalam bentuk tabel dengan narasi. Adapun hasil yang diperoleh
Tabel 5.1 Distribusi penderita glaukoma primer berdasarkan jenis kelamin di RSP
33
Pada tabel di atas memperlihatkan distribusi penderita glaukoma primer menurut
jenis kelamin dimana perempuan lebih banyak menderita glaukoma primer yaitu 27
orang (51,9 %) dibandingkan dengan laki-laki yang jumlahnya 25 orang (48,1 %).
Tabel 5.2 Distribusi glaukoma primer berdasarkan usia di RSP Unhas Periode Juni
2016-Juni 2017
Usia merupakan rentang kehidupan manusia yang diukur dengan satuan tahun.
Pada tabel di atas menunjukkan kejadian glaukoma primer paling banyak terjadi pada
kelompok usia 56-65 (lansia akhir) yaitu sebanyak 24 orang (46,1%), kemudian diikuti
kelompok usia >65 (manula) sebanyak 13 orang (25 %), kelompok usia 46-55 (lansia
awal) sebanyak 10 orang (19,2 %), kelompok usia 17-25 (remaja akhir) dan 36-45
(dewasa akhir) masing-masing 2 orang (3,8 %), kelompok usia 26-35 (dewasa awal)
sebanyak 1 orang (1,9 %), dan yang terakhir kelompok usia 12-16 (remaja awal), 5-11
34
3. Distribusi penderita glaukoma primer berdasarkan jenis glaukoma primer
Tabel 5.3 Distribusi penderita glaukoma primer berdasarkan jenis glaukoma primer di
glaukoma primer, dimana ditemukan bahwa jenis glaukoma primer yang terbanyak
selama periode Juni 2016-Juni 2017 yaitu glaukoma primer sudut terbuka sebanyak 35
orang (67,3 %) sedangkan untuk glaukoma primer sudut tertutup sebanyak 17 orang
(32,7 %).
Tabel 5.4 Distribusi penderita glaukoma primer berdasarkan riwayat hipertensi di RSP
Ditinjau dari segi riwayat hipertensi, distribusi penderita glaukoma primer yang
tidak memiliki riwayat hipertensi sebanyak 33 orang (63,5 %) dan yang memiliki
35
5. Distribusi penderita glaukoma primer berdasarkan riwayat diabetes mellitus
RIWAYAT DIABETES
NO FREKUENSI PERSEN (%)
MELLITUS
1 Ada 14 26,9
2 Tidak ada 38 73,1
Jumlah 52 100
Sumber : Rekam Medik RSP Unhas Makassar
Pada tabel di atas, menunjukkan distribusi penderita glaukoma primer yang tidak
Tabel 5.6 Distribusi penderita glaukoma primer berdasarkan riwayat keluhan utama di
RIWAYAT KELUHAN
NO FREKUENSI PERSEN (%)
UTAMA
1 Penglihatan menurun 19 36,5
2 Mata merah 9 17,3
3 Nyeri pada mata 11 21,2
4 Sakit kepala 8 15,4
5 Air mata berlebih 3 5,8
6 Kotoran mata berlebih 2 3,8
Jumlah 52 100
Sumber : Rekam Medik RSP Unhas Makassar
Berdasarkan pada tabel di atas, riwayat keluhan utama yang terbanyak yaitu
dengan keluhan penglihatan menurun sebanyak 19 orang (36,5%), diikuti nyeri pada
mata sebanyak 11 orang (21,2%), mata merah sebanyak 9 orang (17,3%), sakit kepala
36
sebanyak 8 orang (15,4%), air mata berlebih sebanyak 3 orang (5,8%) dan terakhir
intraokuler pada mata kanan dan kiri di RSP Unhas Periode Juni 2016-Juni
2017
NO TEKANAN INTRAOKULER
FREKUENSI PERSEN (%)
(mmHG)
1 10-21 (normal) 22 42,3
2 >21 (meningkat) 30 57,7
Jumlah 52 100
Sumber : Rekam Medik RSP Unhas Makassar
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat distribusi peningkatan tekanan intraokuler pada
penderita glaukoma primer yang terbanyak yaitu pasien yang mengalami peningkatan
tekanan intraokuler > 21 mmHg sebanyak 30 orang (57,7 %). Sedangkan tekanan
37
BAB 6
PEMBAHASAN
Kota Makassar dari tanggal 6-17 November 2017. Penelitian ini bertujuan untuk
maupun rawat inap pada RSP Unhas periode Juni 2016-Juni 2017, guna mencegah
Karakteristik yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia, jenis-jenis glaukoma primer,
riwayat hipertensi, riwayat diabetes mellitus, keluhan utama, dan tekanan intraokuler.
inklusi dari 67 penderita glaukoma primer yang tercatat pada bagian Rekam Medik
Berikut ini adalah pembahasan dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini:
kelamin perempuan lebih banyak menderita glaukoma primer yaitu berjumlah 27 orang
38
Gambar 6.1 Distribusi penderita glaukoma primer
berdasarkan jenis kelamin di RSP Unhas periode
Juni 2016-Juni 2017
48,1 perempuan
51,9
laki-laki
yang lebih banyak pada perempuan. Hal ini kemungkinan akibat sudut bilik mata depan
perempuan lebih dangkal yaitu volumenya 10% lebih kecil dibandingkan pada laki-
laki (Stamper et al 2009). Hasil ini juga tidak jauh berbeda dengan data yang disebutkan
perempuan lebih sering 3-4 kali daripada laki-laki. Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian Yuniharti S (1996), bahwa penderita glaukoma paling banyak pada jenis
Selain itu, penelitian ini juga didukung oleh data Departemen Kesehatan Indonesia
(2004) yang mencatat penerita glaukoma pada pasien rawat inap paling banyak pada
(44,2%) dan pada pasien rawat jalan paling banyak berjenis kelamin perempuan (57%)
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki (43%). Namun meskipun secara statistik
39
mengalami perbedaan dikatakan bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko
primer yaitu pada kelompok usia 56-65 tahun sebanyak 24 orang (46,1%) dan urutan
tekanan introkuler dan usia (Manueke ES, 2003). Dalam kepustakaan (Jerald A.
pertambahan usia. Hal ini disebabkan karena pada usia tua, telah terjadi proses
didalam jalinan trabekular meshwork dan dibawah lapisan endotel kanalis schlem. Hal
peningkatan tekanan intraokuler. Selain itu, didapatkan salah satu hasil penelitian yang
40
mengatakan bahwa kelompok usia yang mengalami glaukoma primer terbanyak yaitu
pada kelompok usia 61-70 tahun (Dewi Rosalin,2011). Dikatakan pula pada literatur
lain, bahwa penderita glaukoma sudut terbuka umumnya terjadi pada usia dewasa yaitu
diatas usia 40 tahun, dan terbanyak pada usia diatas 65 tahun (Kanski JJ,2000 ).
Dari hasil penelitian, didapatkan jenis glaukoma primer yang paling banyak dialami
oleh pasien yaitu glaukoma primer sudut terbuka sebanyak 35 orang (67,3%)
Dalam penelitian ini penderita paling banyak mengalami glaukoma primer sudut
orang di dunia menderita glaukoma dengan jenis glaukoma primer sudut terbuka
sebanyak 90% (Budiono dkk,2013). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
glaukoma menjadi tiga jenis yaitu glaukoma primer sudut tertutup, glaukoma primer
41
sudut terbuka, dan glaukoma sekunder. Hasil pada penelitian tersebut glaukoma primer
sudut terbuka merupakan jenis glaukoma yang paling banyak diderita oleh penderita
glaukoma di Cina. Dalam penelitian lain, didapatkan jenis glaukoma primer terbanyak
yaitu glaukoma primer sudut terbuka sebesar 40,6% sedangkan glaukoma primer sudut
tertutup sebesar 37,8% (Khandeker et al,2005). Glaukoma primer sudut terbuka ini
merupakan glaukoma yang tidak memberikan gejala sehingga tidak disadari oleh
penderitanya. Biasanya penderita glaukoma primer sudut terbuka baru disadari setelah
penglihatan kabur. Apabila proses yang terjadi lebih lanjut penglihatan akan terus
Sedangkan pada glaukoma primer sudut tertutup rata-rata memiliki tekanan intraokuler
dengan glaukoma primer sudut terbuka (Gazzard et al,2003). Hasil penelitian ini
didukung pula oleh penilitian yang dilakukan Rijal yang mendapatkan yang paling
banyak terjadi yaitu glaukoma primer sudut terbuka dibandingkan glaukoma primer
memiliki riwayat hipertensi sebanyak 33 orang (63,5 %) dan yang memiliki riwayat
42
Gambar 6.4 Distribusi penderita glaukoma primer
berdasarkan riwayat hipertensi di RSP Unhas
periode Juni 2016-Juni 2017
36,5
ada
tidak ada
63,5
anamnesis pada pasien yang tercatat pada rekam medik pasien. Peningkatan tekanan
yang mendasari terjadinya hal ini masih belum diketahui dengan jelas (Giangiacoma
dan baru terdeksi saat sedang melakukan pemeriksaan fisik untuk penyakit tertentu,
sehingga penyakit ini sering disebut sebagai silent killer (Irza S,2009). Oleh karena itu,
dalam penelitian ini didapatkan persentase yang memiliki riwayat hipertensi lebih
rendah dibandingkan dengan tidak memiliki riwayat hipertensi. Salah satu penelitian
mengemukakan bahwa penderita tekanan darah tinggi, memiliki ratio sebesar 1,33
untuk menderita glaukoma primer sudut terbuka (Gordon et al, 2009). Sedangkan
dalam penelitian lain dikatakan ratio penderita hipertensi pada penderita glaukoma
primer sudut tertutup sebesar 0,5 (Vijaya et al, 2006). Dalam hal ini, secara
43
patofisiologi hipertensi lebih berhubungan dan berpengaruh pada glukoma sudut
mellitus
26,9
ada
tidak ada
73,1
riwayat anamnesis pada pasien yang tercatat pada rekam medik pasien. Sebenarnya
banyak penderita diabetes mellitus yang tidak menyadari bahwa dirinya mengidap
diabetes mellitus, terutama gejala-gejalanya (Manueke ES,2003). Hal ini juga yang
riwayat diabetes mellitus dibandingakan yang tidak memiiki riwayat diabetes mellitus.
44
Diabetes mellitus diketahui menyebabkan kerusakan mikrovaskular pada retina dan
saraf optik. Bukti memperlihatkan bahwa gangguan saraf optik bagian anterior,
bertanggung jawab terhadap perubahan papil saraf optik yang akan menghasilkan saraf
peningkatan ketebalan lensa akibat dari overload sorbitol atau melalui pertumbuhan
GK,2000). Dalam sebuah penelitian dilaporkan bahwa glaukoma sudut terbuka primer
prevalensinya akan meningkatkan tiga kali lebih tinggi pada diabetes mellitus daripada
utama
Dari hasil penelitian, distribusi penderita glaukoma primer menurut keluhan utama
45
Gambar 6.6 Distribusi penderita glaukoma primer
berdasarkan riwayat keluhan utama di RSP Unhas periode
Juni 2016-Juni 2017
3,8
5,8
Penglihatan menurun
15,4 36,5 Mata merah
Nyeri pada mata
Sakit kepala
Air mata berlebih
Kotoran mata berlebih
21,2
17,3
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dienda dll
(2013), dimana hasil penelitiannya didapatkan keluhan utama terbanyak pada penderita
yaitu penurunan penglihatan (34%). Hal ini disebabkan karena pada glaukoma
kerusakan saraf mata dimulai dari tepi lapangan pandang dan yang nantinya lambat
laun meluas ketengah sehingga penderita tidak sadar akan adanya kerusakan pada
lapangan pandang perifer, setelah pada tahap lanjut dimana seluruh lapangan pandang
telah rusak baik perifer maupun sentral barulah penderita memeriksakan matanya.
Disamping itu, terdapat pula gejala lain diantaranya nyeri mata dan sakit kepala yang
disebabkan karena terjadinya nyeri alih pada cabang-cabang nervus trigeminus yaitu
saraf oftalmikus pada kornea dan cabang kedua dan ketiga yang menyebabkan nyeri
pada belakang kepala sebagai akibat dari peninggian tekanan intraokuler. Pada teori
dikatakan keluhan yang didapatkan tergantung dari jenis glaukoma yang diderita,
misalnya glaukoma primer sudut terbuka akan terdapat keluahan seperti penurunan
46
lapangan pandang, mata sebelah terasa berat, sakit kepala. Sedangkan pada glaukoma
primer sudut tertutup umumnya keluhan yang diderita berupa mata merah, nyeri pada
mata, melihat pelangi (halo), mual dan muntah, kelopak mata bengkak dengan
10-21
(normal)
42,3
57,7 >21
(meningkat)
intraokuler merupakan salah satu faktor risiko glaukoma yang dapat ditangani.
pada nervus optik dan kegagalan mekanis akibat kompresi pada jaringan saraf dari
nervus optik. (Jerald A. Bell). Pada sebagian besar kasus glaukoma, tekanan bola mata
47
yang tinggi merupakan penyebab terjadinya kerusakan saraf mata. Biasanya hal ini
disebabkan oleh terganggunya cairan keluar pada sistem drainase cairan bola mata
tekanan intraokuler. Peningkatan tekanan intraokuler ini merusak saraf dan berakhir
dengan hilangnya luas penglihatan. Tingginya tekanan intraokuler sebagai faktor risiko
glaukoma sudut terbuka dengan risk ratio 1,2-1,5 (Le et al,2003). Penelitian di
Bangkok didapatkan 31% dari glaukoma primer sudut terbuka dengan tekanan
intraokuler ≥97,5 perentil, 50% pada glaukoma primer sudut tertutup dan 80% pada
memiliki tekananan intraokuler normal, hal ini sesuai dengan kepustakaan ketegangan
normal glaukoma yang menyatakan bahwa sekitar 15% menjadi 25% orang dengan
glaukoma sudut terbuka memiliki ketegangan normal glaukoma. Hal ini sering disebut
diduga dapat menyebabkan hal ini antar lain adanya gangguan vaskular sistemik.
48
BAB 7
7.1. Kesimpulan
RSP Unhas Kota Makassar periode Juni 2016-Juni 2017 didapatkan 52 pasien
7.1.1. Penderita glaukoma primer lebih banyak ditemukan pada perempuan daripada
7.1.2. Penderita glaukoma primer paling banyak pada kelompok usia 56-65 tahun
7.1.3. Penderita glaukoma primer paling banyak menderita galukoma primer sudut
7.1.4. Penderita glaukoma primer paling banyak ditemukan tidak memiliki riwayat
7.1.5. Penderita glaukoma primer paling banyak ditemukan riwayat diabetes mellitus
7.1.6. Penderita glaukoma primer lebih banyak memiliki riwayat keluhan utama
49
7.2. Saran
Unhas Kota Makassar periode Juni 2016-Juni 2017 didapatkan 52 pasien glaukoma
7.2.2. Bagi masyarakat khususnya masyarakat yang berusia lebih dari 40 tahun untuk
secara rutin melakukan pemeriksaan mata karena penderita berusia lebih dari
7.2.3. Perlu kiranya dalam pengisian status pasien ditulis secara lengkap terutama
50
DAFTAR PUSTAKA
Ophthalmology, FKUI.
Blanco AA, Costa VP, Wilson RP. 2002. Handbook of Glaucoma. London:
Bourne RRA, et al. 2003. Prevalence of Glaukoma in Thailand: a Population Based Survey
Boyd B, Luntz M, 2002. Open Angle Glaucoma Clinical Evaluation and Risk Factors
Broman AT. 2006. The Number of People With Glaukoma Worldwide IN 2010 and
2020. 90:262-267.
Chopra V et al. 2008. Type 2 Diabetes Mellitus and the Risk of Open Angel Glaucoma.
115: 227-32.
Coleman et al., 2009. Science and practice: Epidemiology of glaucoma. New York:
51
Depkes RI, 1998. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
Jakarta.
Depkes, RI, 2004. Distribusi Penyakit Mata dan Adneksa Pasien Rawat Inap dan
Gazzard G, et al. 2003. Intraocular Pressure and Visual field Loss in Primary Angle-
Gordon MO, et al. 2002. The Ocular Hypertension Treatment Study. Arch
Opthalmology: 720-725.
Ilyas, S. 2000. Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Ilyas, S. 2003. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas
Ilyas, S. 2007. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi). Edisi III. Penerbit CV. Sagung
Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Irza S. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo
Utara.
52
Ismandari, Fetty. 2010. Kebutaan pada Pasien Glaukoma Primer di Rumah Sakit
234-248.
Khandekar RMA, et al. 2008. Oman Eya Study 2005: Prevalence and Determinants
Khaw T, Shah P, 2005. ABC of Eyes 4 th Edition. London: BMJ Publishing Group; 52-
59.
Laske MC, et al. , 2003. Factors for glaucoma progression and the effect of treatment : the
Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB., 2003. Introduction to Glaucoma: Terminology,
Nelson P, et al. Quality of life in glaukoma and its relationship with visualfunction.
J.Glaukoma. 2003;12:139.
53
Magdalena, C., 2006. Besar Risiko Kejadian Glaukoma Pada Penderita Hipertensi di
Manueke ES. 2003. Hubungan Rigiditas Sklera Dengan Nilai Tekanan Intraokuler Pada
Mukesh BN, et al., 2002. Five year incidece of open angle glaucoma : the visual
Glaukoma Sedunia.
Radjiman, dkk., 11993. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Rahman MM, et al. 2004. The Prevalence of Glaukoma in Bangladesh: A Population Based
Rarker MT, et al., 2000 Rate of visual fields loss in progressiv glaukoma. Arch Opthalmol,
481-7.
Rijal AP. 2005. Cinical Analysis Of Glaucoma in Hospital Patiens. Kathmandu University
Medical Journal.
Rosalian, dewi., 2011. Visual Field Abnormality and Quality of Life of Patient with
Airlangga.
54
RS Mata YAP, 2009. Diagnosis dan Penanganan Glaukoma.
Shen SY, et al, 2008. The Prevalence And Types og Glaucoma in Malay People: The
Stamper RL et al., 2009. Angle-Closure Glaucoma With Pupillary Block In; Diagnosis
55
Lampiran 1 Data Penelitian
Data penderita glaukoma primer periode Juni 2016- Juni 2017 di bagain rekam
medik RSP Unhas
RIWAYAT
USIA JENIS TEKANAN
NO. JENIS
NO (TAH KELA RIWAYAT KELUHAN BOLA
RM HIPER GLAUKOMA
UN) MIN MATA DM
TENSI
Glaukoma
1 01907 67 P Air mata berlebih 15/18 - + primer sudut
terbuka
Glaukoma
21/18
2 09929 63 L Air mata berlebih + - primer sudut
terbuka
Glaukoma
3 13519 55 L Mata merah 23/10 + + primer sudut
terbuka
Glaukoma
4 14312 25 P Nyeri 17/11 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
5 18701 65 L Penglihatan menurun 24/30 - + primer sudut
terbuka
Glaukoma
6 18930 61 P Mata merah 41/25 + + primer sudut
terbuka
Glaukoma
7 33430 69 P Penglihatan menurun 17/19 - + primer sudut
terbuka
Glaukoma
8 33565 65 L Mata merah 11/10 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
9 38702 67 P Penglihatan menurun 12/23 + + primer sudut
tertutup
Glaukoma
10 55597 46 P Penglihatan menurun 13/15 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
11 57640 56 P Mata merah 12/19 - - primer sudut
tertutup
Glaukoma
12 55156 62 P Nyeri 14/15 + - primer sudut
terbuka
Glaukoma
13 50304 46 L Nyeri 14/15 + - primer sudut
terbuka
56
Glaukoma
14 59851 65 L Kotoran mata berlebih 15/54 - + primer sudut
tertutup
Glaukoma
15 60398 65 P Sakit kepala 58/17 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
16 60645 60 L Nyeri 18/13 - + primer sudut
terbuka
Glaukoma
17 61111 64 L Kotoran mata berlebih 30/15 - + primer sudut
terbuka
Glaukoma
18 61145 31 L Penglihatan menurun 38/21 - - primer sudut
tertutup
Glaukoma
19 61376 68 P Penglihatan menurun 17/25 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
20 61555 50 L Air mata berlebih 13/12 + + primer sudut
terbuka
Glaukoma
21 61761 43 P Penglihatan menurun 19/23 - + primer sudut
terbuka
Glaukoma
22 62334 52 L Mata merah 47/43 + + primer sudut
terbuka
Glaukoma
23 63459 59 P Penglihatan menurun 14/34 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
24 63554 67 L Penglihatan menurun 19/30 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
25 63698 68 P Mata merah 25/error - + primer sudut
terbuka
Glaukoma
26 35438 63 L Sakit kepala 17/38 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
27 64884 71 P Sakit kepala 60/15 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
28 65192 63 P Penglihatan menurun 17/30 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
29 65206 77 P Mata merah 36/49 - - primer sudut
terbuka
57
Glaukoma
30 65222 53 P Sakit kepala 11/14 + + primer sudut
terbuka
Glaukoma
31 66457 50 L Penglihatan menurun 26/45 - - primer sudut
tertutup
Glaukoma
32 67458 65 L Penglihatan menurun 33/13 - - primer sudut
tertutup
Glaukoma
33 68413 49 L Nyeri 35/error - - primer sudut
tertutup
Glaukoma
34 68384 66 L Penglihatan menurun 27/18 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
35 69695 60 P Penglihatan menurun 31/12 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
36 70177 68 L Penglihatan menurun 30/10 + + primer sudut
tertutup
Glaukoma
37 70375 43 P Sakit kepala 20/30 - + primer sudut
terbuka
Glaukoma
38 70380 49 P Nyeri Error/29 + - primer sudut
tertutup
Glaukoma
39 70663 21 L Sakit kepala 20/58 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
40 71071 68 P Nyeri 19/21 + + primer sudut
tertutup
Glaukoma
41 75131 69 L Penglihatan menurun 40/41 - - primer sudut
tertutup
Glaukoma
42 75786 59 P Mata merah 11/error - - primer sudut
tertutup
Glaukoma
43 75816 46 L Nyeri Error/16 - - primer sudut
tertutup
Glaukoma
44 76649 63 P Nyeri 13/8 - + primer sudut
tertutup
Glaukoma
45 76994 65 L Penglihatan menurun 12/21 - - primer sudut
terbuka
58
Glaukoma
46 62456 63 P Sakit kepala 16/11 - - primer sudut
tertutup
Glaukoma
47 72793 57 L Sakit kepala 15/10 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
48 73574 60 L Penglihatan menurun 16/17 + + primer sudut
terbuka
Glaukoma
49 62447 62 P Mata merah 16/29 + - primer sudut
terbuka
Glaukoma
50 48528 56 P Penglihatan menurun 25/21 - - primer sudut
terbuka
Glaukoma
51 69957 61 P Nyeri 21/48 - - primer sudut
tertutup
Glaukoma
52 59348 66 L Nyeri 12/43 - - primer sudut
tertutup
59
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian dan Surat Permohonan Izin
Pengambilan Data
60
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Rekomendasi Etik
61
Lampiran 4 Surat Rekomendasi Persetujuan Etik
62
Lampiran 5
63
Lampiran 6
pada :
64
Lampiran 7
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL
Bersama ini kami selaku pembimbing skripsi mahasiswa :
skripsinya pada :
65
Lampiran 8
DATA DIRI PENULIS
NIM : C11114001
Agama : Islam
Nama Orangtua :
Anak Ke :1
Telepon : 085240439154
Email : nurazizahjafar1996@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
66