“PRETERM LABOR”
IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 31 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Nomer RM : 00668858
?
Sekitar 1 jam SMRS pasien mengonsumsi mangga,
setengah jam kemudian pasien mulai merasakan
kenceng-kenceng semakin kuat disertai cairan rembes
dan keluar lendir disertai darah.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Saat usia kehamilan 3-5 bulan, pasien mengalami keputihan 3-4 kali, jumlah
sedang, tidak gatal dan berbau. Keluhan tidak diobati, pasien hanya
menggunakan sabun mandi dan keluhan sembuh dengan sendirinya.
PREMATUR
ASMA
ALERGI
Riwayat Penyakit Keluarga
KEGUGURAN
PREMATUR
ASMA
ALERGI
Riwayat Menstruasi
• Menarche : 14 tahun
• HPM : 22-03-2019
Riwayat Perkawinan
• Kawin : 1 kali
• Lama perkawinan : 12 th
Riwayat Lainnya
Riwayat Fertilitas Riwayat Kehamilan Sekarang
• Hamil 1 • HPM : 22 Maret 2019
Aterm, BBLR, Bidan, • HPL : 30 Desember 2019
• Mual-muntah : Awal kehamilan
JK Lk/BB 2.300 gr
• Sesak Nafas : -
• Gangguan BAK/BAB: -
Riwayat KB : Pil KB
• Hipertensi :-
• Kejang :-
• Keputihan : 3-4x
Pemeriksaan Fisik
KU : Cukup, Compos Mentis
Vital Sign : 120/80 mmHg N: 81 R:20 S :36,3
Berat Badan : 49 kg
Tinggi Badan : 150 cm
BMI : 21,8
Gizi : baik
Genitalia Eksterna :
Vagina bersih, terdapat rambut pubis, ulkus ( -) pembengkakan vulva (-),
klitoris (-), keluar darah yg mengalir (+) , pus (-), lendir (-), cairan
keputihan (+).
Pemeriksaan Dalam
V/U Normal, Dinding Vagina Licin, teraba dilatasi serviks, Kepala S+1,
Selket (-), AK (-).
DIAGNOSA
Bangsal :
• Amoxicilin 500 mg/8 jam
• As. Mefenamat 500 mg/8 jam
• SF 1 x 200
• Vit. A 1 x 200.000
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Prematuritas/Preterm adalah
kelahiran yang berlangsung pada umur
kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu
dihitung dari hari pertama haid
terakhir.
DEFINISI
March of Dimes 2015 Premature Birth Rate Report Card. Available at: http://www.marchofdimes.org/materials/premature-
birth-report-card-united-states.pdf
EPIDEMIOLOGI
INDONESIA ??
Proporsi BBLR di Indonesia mencapai 11,5%, meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili
angka kejadian kelahiran prematur. Dalam studi yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi
Semarang tahun 2002 didapatkan kelahiran prematur sebesar 138 kasus (4,6%).
ETIOLOGI
Prawirohardjo (2011) menyatakan bahwa kondisi yang terjadi selama kehamilan dapat berisiko terhadap kejadian
persalinan prematur yang dibagi dalam dua faktor :
2. Ibu
1. Janin dan Plasenta
a. Penyakit berat pada ibu
a. Perdarahan trimester awal b. Diabetes mellitus
c. Preeklamsia/hipertensi
b. Perdarahan antepartum (plasenta previa, solution d. Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
plasenta) e. Penyakit infeksi dengan demam
f. Stress psikologik
c. Ketuban pecah dini (KPD) g. Kelainan bentuk uterus/serviks
d. Pertumbuhan janin terhambat h. Riwayat persalinan prematur/abortus berulang
i. Inkompetensia serviks (panjang serviks kurang
e. Cacat bawaan janin dari 1 cm)
f. Kehamilan ganda/gemeli j. Pemakaian obat narkotik
k. Trauma
g. Polihidramnion l. Perokok berat
m. Kelainan imunologik/kelainan resus
Patofisiologi
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokkan dalam 4 golongan yaitu :
Sepsis
Diagnosa SULIT ??
a. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit
b. Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)
c. Perdarahan bercak
e. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan penipisan 50-80%
g. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan prematur
1. Indikator Klinik
Indikator klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan pemendekan
serviks (secara manual maupun ultrasonografi). Terjadinya ketuban pecah dini
juga meramalkan akan terjadinya persalinan prematur.
2. Indikator Laboratorik
Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara lain adalah
jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan CRP
(>0,7 mg/ml), dan pemeriksaan leukosit dalam serum ibu (>13.000/ml)
Diagnosa SULIT ??
3. Indikator Biokimia
a. Fibronektin janin: peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina, serviks, dan
air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada hubungan antar korion dan
desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin janin 50ng/ml
atau lebih mengindikasikan risiko persalianan prematur.
3. Indikator Biokimia
c. Sitokin inflamasi: pada keadaan normal (tidak hamil) kadar isoferitin sebanyak
10 U/ml. Kadarnya meningkat secara bermakna selama kehamilan dan mencapai
puncak pada trimester akhir yaitu 54,8±53 U/ml. Penurunan kadar dalam serum
akan berisiko terjadinya persalinan prematur.
Preterm Aterm
PRETERM ATERM
PRETERM ATERM
Banyak Sedikit
PRETERM ATERM
Kasar
Halus
PRETERM ATERM
PRETERM ATERM
PRETERM ATERM
Empat tujuan:
a. Keadaan selaput ketuban. Persalinan tidak dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.
b. Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan mencapai 4 cm.
c. Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah persalinan makin perlu dilakukan.
Persalinan dapat dipertimbangkan berlangsung bilaTBJ > 2.000 atau kehamilan > 34 minggu.
Pemberian tokolisis masih perlu dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi uterus yang regular dengan
perubahan serviks. Alasan pemberian tokolisis dalam pengelolaan persalinan prematur adalah:
a. Obat β-mimetik
Ada tiga reseptor β mimetik di tubuh manusia. β 1 di jantung, usus halus, dan jaringan adiposit, β2 di
uterus, β3 di jaringan lemak coklat. Stimulasi di reseptor β 2 menyebabkan relaksasi otot polos uterus.
Contoh obat β2 selektif adalah ritrodin dan terbutalin.
b. Sulfas Magnesium
Walaupun terdapat efek samping pada ibu dan janin, sulfas magnesikus masih kurang berbahaya
dibandingkan obat β-mimetik. Oleh karena itu, banyak tim medis yang menggunakan obat ini sebagai
obat tokolisis utama.
e.Antibiotika
Antibiotika diberikan hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko terjadinya infeksi,
seperti ketuban pecah dini. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah eritromisin 3 x 500 mg
selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama tiga hari atau antibiotika lain
klindamisin.
Tatalaksana
OBAT-OBATAN TOKOLISIS
f. Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid dapat menurunkan kejadian Respiratory Distress Syndrome (RDS) sehingga
dapat menurunkan morbiditas perinatal pada neonatus yang lahir sebelum usia 34 minggu. Efek ini
diperolah hanya pada persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam setelah pemberian dosis pertama dan
sebelum 7 hari.
Ibu hamil yang berada pada usia kehamilan antara 23 dan 34 minggu yang berisiko mengalami
persalinan prematur sebaiknya diberikan kortikosteroid.
Pada pasien yang mengalami ketuban pecah dini, kortikosteroid direkomendasikan untuk diberi
pada kehamilan 30-32 minggu.