ABSTRACT
The literature Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyuisan evidence for highly cultured civilization of
Indonesian ancestors. Unfortunately, Indonesian people as de facto inheritor are no longer familiar to
it because they cannot read it.Even nowadays the nation is in a very disadvantage position. Thus, high
values contained in the literature must be known by Indonesianpeople in order to return to the nation’s
identity.By doing so, it is expected that the nation can regain its prosperity and honour.
Keywords: Sesajen, The Scriptures, Culture, Human Plenary, Sapta Panta Tanda
ABSTRAK
Sastra Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyu merupakan salah satu bukti peradaban berbudaya
tinggi karya leluhur bangsa Nusantara. Bangsa Indonesia sebagai pewaris budaya yang resmi, tidak
mengenalnya lagi, sebab tidak dapat membacanya. Bangsa ini kini berada dalam posisi yang amat
tersisih. Oleh karena itu, nilai luhur yang terkandung di dalam sastra ini telah saatnya diketahui oleh
bangsa kita agar kembali pada jati diri. Dengan begitu, diharapkan bangsa kita kelak dapat sejahtera
lagi dan bangsa kita bermartabat serta terhormat di dunia.
Kata Kunci: Sesajen, Kitab Suci, Budaya, Manusia Paripurna, Sapta Panta Tanda
sendiri dan sangat pribadi. Bunga, Beras, Garam, Gula, dan lain-lain beserta
Dengan penuh kesadaran, pembicaraan segala kandungan rasa dan gunanya.
dua arah akan terjadi dengan sendirinya di Segala unsur dalam sesajen itu sama
dalam ruang kecerdasan dan nurani manusia. sekali bukan buatan manusia, manusia hanya
Pembicaraan di dalam diri itu terjadi tanpa menyusunnya sedemikain rupa. Hal ini terbukti
paksaan dan tidak harus dipaksakan, semua bahwa hingga hari ini tidak ada satupun manusia
akan mengalir dengan sendirinya sesuai dengan yang mampu membuat sebutir beras ataupun
tingkat kecerdasan masing-masing setiap orang. selembar daun.
Percakapan antara “guru sejati” dengan Contoh lain, manusia bisa saja menuliskan
“sang murid” terjadi secara sempurna, yang dengan menyusun aksara bahwa “gula itu
menjadi guru adalah “hati nurani” sedangkan manis” tetapi bagaimana cara menjelaskan dan
yang menjadi murid adalah “kecerdasan daya menjabarkan “rasa manis pada gula?”. Rasa
cipta” sedangkan sarana ajar ialah segala yang manisnya gula tidak dapat dirasakan hanya
tersaji di dalam sesajen. dengan membaca tulisan, bahkan rasa manis
Sesajen merupakan kitab suci gula tidak dapat masuk lewat mata, ia baru bisa
kehidupan tan-aksara, artinya ia tersaji tanpa terasa setelah ‘dibaca’ oleh lidah.
mempergunakan aksara yang terangkai menjadi Sesajen merupakan “Kitab Suci” bagi para
bentuk kata dan kalimat yang dapat diperbanyak penempuh Ajar Pikukuh Sunda agar terhindar
melalui mesin cetak, segala unsur dasar sesajen dari keragu-raguan atau kebodohan, dan ini
tidak dapat dipabrikasi. Menyusun sesajen semua semata untuk mencapai keparipurnaan
tidak beda jauh dengan menyusun kata-kata agar dirinya dapat menjadi manusia yang
tulisan yang puitis dan sangat membutuhkan beradab serta berlaku-guna bagi semesta
kecerdasan tinggi untuk memahami makna kehidupan.
yang terkandung di dalamnya. Bedanya ialah, Sesajen merupakan suatu metoda ajar atau
ungkapan pada sesajen mempergunakan tata-cara yang dapat memandu pembentukan
bahasa alam hasil daya cipta Yang Maha Kuasa, manusia menuju kesempurnaan diri hingga
sedangkan sastra tulis mempergunakan aksara kelak ia dapat bersatu dengan kesempurnaan
atau huruf hasil daya cipta manusia. Yang Maha Kuasa lagi Maha Sempurna. Tentu
Sesajen adalah bahasa ke-buana-an, saja persoalan ini secara tidak langsung
maksudnya bangsa manapun dan jenis mahkluk merupakan jawaban atas “tata-cara dan tujuan
apapun akan dapat mengerti secara mutlak apa hidup manusia dihadirkan ke alam semesta”.
adanya, sama sekali tidak akan terjadi kesalahan
dalam mengerti dan memahami segala unsur Makna Filosofis pada Setiap Unsur yang
yang ada di dalam sesajen itu. Namun penamaan, Terkandung dalam Sesajen
penyebutan istilah, ataupun tulisan bagi setiap 1. Parupuyan/ Anglo, merupakan gerabah
bangsa tentu memiliki caranya masing-masing yang dibentuk oleh 4 unsur inti kehidupan
dalam mengungkapkan secara verbal. yaitu; Angin, Api, Tanah, dan Air. Parupuyan
“Bukankah Yang Maha Kuasa itu tidak melambangkan raga tubuh manusia yang
pernah membuat huruf atau aksara…? dibentuk oleh empat unsur inti kehidupan.
Huruf atau akasara yang dibukukan tentu a. Anglo atau parupuyan dibuat
saja asli buah tangan hasil kecerdasan dengan cara dipanaskan dalam
daya cipta manusia.” tungku pembakaran, di sinilah kita
Maka selayaknya sesajen disebut sebagai mendapatkan pemahaman bahwa raga
“Kitab Suci” karena segala unsur utama yang manusia diturunkan ke bumi untuk
dipergunakan di dalam sesajen itu seluruhnya menyandang tugas.
mempergunakan “ayat-ayat hidup” hasil daya- b. Anglo atau parupuyan yang sudah
cipta Yang Maha Kuasa misalnya; Air, Api, Tanah, sering digunakan (dibakar) akan
37
Sesajen Sebagai Kitab Kehidupan
berwarna semakin gelap hal itu • Jenis tumbuhan teh ini hidup
mengingatkan kita bahwa manusia dalam kelompok besar, ia ditempa
dengan raga tubuhnya harus banyak oleh alam; hujan, angin, panas dan
berlaku guna bagi kehidupan. dingin namun ia tidak menghasilkan
buah. Teh hanya diambil daun-daun
2. Rujakeun (Rujakan), bahwa kehidupan yang mudanya saja dan setelah
manusia penuh dengan segala rasa yang diolah masih terlihat serpihan
bercampur aduk; pahit, asin, gurih, manis, daun keringnya kemudian setelah
asam, dan sebagainya. Di antara segala diseduh ia menjadi layu.
rasa kehidupan itu pada dasarnya terdapat • Teh yang telah diseduh air panas,
kaweruh (ilmu pengetahuan) yang dapat sepekat apapun masih akan terlihat
menjadi sebuah kesadaran bahwa hidup tembus pandang, masih ada unsur
dan kehidupan adalah dunia yang kaya beningnya.
dengan rasa. c. Kopi Pahit dan Kopi Manis, maknanya
ialah ketika diri kita menginjak masa
3. Cai Leueuteun (Air Minum), terdiri dari tua yang sudah melewati tempaan
Air Bening, Teh Manis dan Teh Pahit, Kopi pahit-getir dan manisnya kehidupan,
Pahit dan Kopi Manis. tentu menyebabkan seseorang menjadi
a. Air Bening, maknanya adalah bahwa padat dengan pengalaman dan
ketika kita dilahirkan sama sekali pengetahuan, maka sudah seharusnya
tidak membawa pengetahuan apapun ia terbentuk menjadi manusia yang
atau sosok yang belum terwarnai bijaksana.
oleh tempaan hidup, ia masih menjadi • Jenis tumbuhan kopi ditempa
seseorang yang polos dari berbagai oleh alam; hujan, angin, dingin,
ilmu pengetahuan. panas terik matahari. Pohon kopi
b. Teh Manis dan Teh Pahit, maknanya mengasilkan buah yang berubah
adalah ketika diri kita menginjak warna dari hijau menuju merah
dewasa mulailah kita belajar megenal tua yang menandakan kematangan.
beragam rasa kehidupan dan kejadian Kopi yang berwarna merah
dalam kehidupan itu ada yang dipetik kemudian dikupas diambil
menyenangkan (manis) dan ada yang bijinya, lalu dijemur hingga kering,
tidak menyenangkan (pahit). Secara kemudian dipanaskan melalui tahap
filosofis; pembakaran, selanjutnya setelah
38
Lucky Hendrawan
8.
Kujang menancap di atas Kelapa, 10. Sisir, mengandung makna bahwa kita
mengandung makna bahwa kita harus harus memiliki kemampuan menata daya
menjadi manusia yang memiliki watak cipta (*pikiran), senantiasa berpikir teliti,
kedewaan dimanapun dan kapanpun . dan rapi.
a. Kujang, sebagai lambang manusia
bersayap yang turun dari alam cahaya, 11. Sinjang Batik corak Garuda, maknanya
manusia yang memiliki kaweruh nilai- adalah bahwa kita tidak boleh salah dalam
40
Lucky Hendrawan
memilih ‘pakaian’ dan teguh pada pakaian c. Namun sebaliknya mengunyah sirih
adat dan budaya bangsa kita, yang artinya hingga kelak mengeluarkan warna
bahwa kita tidak boleh melupakan budaya merah juga sebuah teguran kepada
dan adat-istiadat bangsa. diri kita, bahwa salah langkah atau
salah mengambil keputusan dapat
12. Minyak Wangi, mengandung makna bahwa mengakibatkan pertumpahan darah,
diri kita harus menjadi manusia yang dan ini merupakan peringatan yang
senantiasa menjadi sumber ‘keharuman’ keras.
dan mampu menyebarkan wewangian
tersebut kepada semesta kehidupan, 15. Garam, adalah perlambang bahwa kita
sebab manusia selayaknya harus saling harus menjadi manusia jujur dan berani
mewangikan atau mengharumkan. mengatakan kebenaran apa adanya, tidak
a. Minyak wangi menjadi perumpamaan boleh berbohong. Kita harus menjadi
perilaku yang berbudi dan manusia pintar dan cerdas yang dapat
menyenangkan. mengambil saripati ilmu pengetahuan
b. Minyak wangi merupakan hidup sedalam dan seluas samudra. Garam
perumpamaan atas keharuman nama juga mengingatkan bahwa kita adalah
kita dan itu dapat mengangkat derajat bangsa maritim.
keluarga, bangsa, dan negara.
16. Gula Kawung/ Gula Merah/ Gula Jawa,
13. Pohon/ Daun Hanjuang, merupakan sama seperti halnya dengan garam yang
lambang “tunda alaeun carita pakeun mengajarkan bahwa kita harus menjadi
anu neang” (*tempat menyimpan dan manusia jujur berani mengatakan
mengambil cerita bagi siapapun yang kebenaran apa adanya. Kita harus menjadi
mencarinya). Artinya; bahwa ajaran manusia pintar dan cerdas yang dapat
tentang bagaimana cara manusia hidup mengambil saripati ilmu pengetahuan
beradab di muka Bumi ini sebetulnya hidup yang sebesar dan setinggi gunung.
ajaran turun-temurun dari para leluhur Gula juga mengingatkan bahwa kita adalah
bangsa kepada para pewarisnya. bangsa agraris.
***
Daftar Pustaka
Bagus Takwin
2001 Filsafat Timur. Yogyakarta: Jalasutra
Dick Hartoko
1985 Tonggak Perjalanan Budaya. Jakarta:
43