Anda di halaman 1dari 1

BUKAN ALLAH KERUPUK

Minggu 9 Agustus 2020. Hari ini aku membaca dua teks Alkitab yang sama-sama berbicara tentang
kehadiran Tuhan. Pertama dari 1 Raja-Raja 19:9-18 tentang kehadiran Tuhan di atas gunung dalam
angin yang sepoi-sepoi basah. Kedua dari Matius 14: 22-23 tentang kehadiran Tuhan di atas
permukaan danau yang sedang dilanda badai menderu.

Dua bacaan ini memperlihatkan bahwa Tuhan Allah yang menjadi arah iman-kepercayaan kita
bukanlah allah lokal, allah tempatan, yang kekuasaannya hanya ada dan terbatas pada wilayah
tertentu. Allah lokal hanya berjaya di wilayah tertentu tetapi keok di wilayah lain. Ia mungkin gagah-
perkasa di atas gunung tetapi lemah, tak berdaya di wilayah perairan. Sama seperti kerupuk, keras
dan renyah ketika berada di dalam kaleng, tetapi melempem ketika kena angin. Atau sama seperti es
batu, keras ketika berada di dalam lemari es, tetapi lumer dan mencair ketika berada di luar lemari
es.

Pesan kuat yang disampaikan kepada kita adalah Allah yang kita sembah bukanlah allah lokal, bukan
allah tempatan. Allah kita adalah Allah Yang Universal. Ia hadir dan berkuasa di mana saja. Tak
terbatas. Allah kita bukan allah kerupuk atau allah es batu. Allah kita Allah Yang Maha Hadir dan
Maha Kuasa.

Ia tak terbatas. Namun kita yang sering membatasi, mengkotakan Allah, mengecilkan dan
mengerdilkan Allah Yang Maha Besar, menyimpannya dalam kaleng kerupuk dan lemari es kita.
Dosa kita bukanlah karena kita tidak beribadah, tetapi dengan ibadah itu kita membatasi Allah,
melokalkan Allah agar hanya memberkati kita, hanya menolong kita. Celakanya kita melokalkan Allah
dengan merasa dan berpendapat bahwa Allah hanya hadir di gedung gereja kita, tidak di gedung
gereja lain. Kita menjadikan Allah sebagai jago kandang; hanya allah di gunung saja atau allah di
wilayah perairan saja. Kita mengkerdilkan Allah menjadi allah suku (kita saja) dan tidak menjadi allah
bagi suku-suku yang lain.

Allah kita adalah Allah yang universal. Ia mengasihi dunia ini (Yohanes 3:16) dan tak pilih-pilih kasih
dan pandang muka. Ia bebas hadir di gubuk simiskin yang hina atau di istana raja yang mulia.

Pesan kedua yang mau disampaikan bahwa Allah hadir secara bebas ia bisa hadir di angin yang
sepoi-sepoi basah atau di tengah angin yang menderu. Jadi jangan coba-coba atur-atur cara
kehadiran Allah dengan berbagai macam protokol. ALLAH KITA BUKAN ALLAH SETTINGAN

Pesan ketiga. Allah tetap hadir. Pada saat KRISIS, Cemas dan Ketakutan. Bahnkan di ujung maut.

Anda mungkin juga menyukai