Anda di halaman 1dari 4

Nabrak Anjing Sampai Mati, Bayar

Denda Berjuta-Juta
Aturan Adat Dayak Bulusu di Kabupaten Tana Tidung, Desa
Sedulun
 
 

ATURAN ADAT: Anjing dianggap sebagai kakak oleh Suku Dayak Bulusu karena sudah
menemani kehidupan mereka sejak nenek moyang. YEDIDAH PAKONDO/ RADAR TARAKAN
ADVERTISEMENT

Setiap wilayah memiliki peraturan hukum adat yang berbeda-beda, yang dimana jika aturan
yang diturunkan oleh nenek moyang dilanggar, maka konseskuensi sanki yang diberikan
dinilai setimpal dengan perbuatan yang dilanggar. Salah satu daerah yang masih kental
dengan aturan adat tersebut adalah Desa Sedulun, berikut cerita selengkapnya.
YEDIDAH PAKONDO, Tarakan
KETIKA memasuki wilayah Desa Sedulun, Anda akan disambut dengan rumah-rumah warga
yang rata-rata berbentuk rumah panggung. Terdapat satu unit rumah lamin panjang, yang
menjadikan identitas suku dari warga Desa Sedulun. Jika Anda yang sudah mengerti jenis-
jenis rumah lamin Dayak, maka Anda akan mengetahui rumah lamin khas milik suku Dayak
Bulusu.
Di dalam adat Dayak Bulusu, ada beberapa peraturan yang tak hanya harus dipatuhi
masyarakat suku Dayak Bulusu, bagi pendatang yang berkunjung juga diwajibkan untuk
menghormati aturan yang dibuat oleh leluhur mereka.
ADVERTISEMENT

Jika Anda melakukan perjalanan melewati Desa Sedulun, satu hal yang perlu Anda ingat,
tidak hanya berhati-hati dalam berkendara karena banyaknya masyarakat desa yang
beraktivitas. Anda juga perlu waspada agar tidak menabrak seekor anjing, karena jika Anda
tidak berhati-hati dan menyebabkan anjing masyarakat Desa Sedulun mati maka Anda harus
bersiap dikenakan hukuman berjuta-juta rupiah.
Ketua Adat Suku Dayak Bulusu, Desa Sedulun, Gani mengatakan jika merunut sejarahnya
setelah suku Dayak Bulusu hadir di dunia, mereka hanya ditemani oleh seekor anjing. Untuk
itu, suku Dayak Bulusu sangat menghargai kehadiran seekor anjing dikehidupannya.
“Kami menganggap anjing itu sebagai kakak kami sendiri,” ungkapnya.
Asal mula anjing dianggap sebagai kakak oleh suku Dayak Bulusu, karena kehadiran anjing
membawa petunjuk untuk suku Dayak Bulusu di zaman dulu. Pada zaman dahulu, manusia
hidup di dunia ini tidak tahu apa-apa. Berkat kehadiran anjing ini lah yang memberi petunjuk
kepada manusia, untuk bisa bertahan hidup. Dari anjing lah mereka paham kegunaan dari
rotan yang dapat digunakan manusia untuk bahan rumah, belliung yakni sebuah benda yang
seperti kampak namun menggunakan rotan sebagai pengikatnya.
Diceritakan Gani, anjing yang pertama menemani suku Dayak Bulusu, karena mereka tak
bisa berbicara layaknya manusia, maka anjing memberikan isyarat kepada suku Dayak
Bulusu yang terdahulu, dengan cara menggonggong sebuah pohon rotan sebagai petunjuk
kepada manusia, untuk memberi tahu fungsi utama pada rotan. Yang lebih uniknya lagi,
masyarakat suku Dayak Bulusu di zaman dulu memahami bahasa anjing sehingga langsung
mengetahui petunjuk yang diberikan oleh anjing tersebut.
Dari banyaknya akar yang ada di dalam hutan, hanya satu pohon yang akarnya digonggong
oleh anjing yaitu sebuah rotan yang digunakan nenek moyang suku Daya Bulusu.
 “Rotan digunakan untuk menganyam, membuat bakul, dan sebagainya yang tentunya terbuat
dari rotan,” tuturnya.
Selain itu, nenek moyang Suku Dayak Bulusu dulunya tidak memiliki korek api sehingga
tidak tahu cara menghasilkan api. Maka sang anjing juga lah yang memberikan isyarat
dengan cara menggonggong batu, kepada nenek moyang untuk dapat menghasilkan api.
Menurut Gani itulah alasan mengapa Dayak Bulusu sangat menghargai kehadiran seekor
anjing di kehidupannya. Hingga kini, peraturan larangan menabrak seekor anjing masih terus
berlaku. Suku Dayak Bulusu, masih menganggap anjing sebagai kakak, karena segala sesuatu
yang telah diperoleh dari nenek moyang suku Dayak Bulusu. Uniknya lagi, hingga kini  jika
suku Dayak Bulusu ingin mengajak anjingnya berjalan-jalan mereka hanya mengatakan ‘Ku
Kak’artinya ‘ayok jalan kak’ maka sang anjingpun langsung ikut.
---------- SPLIT TEXT ----------
Tak hanya itu, anjing berperan penting untuk menentukan orang yang bersalah di dalam suku
Dayak Bulusu. Misalnya jika ada seseorang melakukan pelanggaran namun tidak mengakui
perbuatannya, maka orang tersebut akan disumpah berdasarkan aturan suku Dayak Bulusu.
Seseorang yang diduga bersalah akan disumpah layaknya sumpah pocong seperti yang
dikenal di masyarakat umum, hanya saja pada Dayak Bulusu ditambah dengan meminum
darah anjing. Anjing tersebut diambil darahnya, kemudian dihisap oleh seseorang yang
menyangkal kesalahannya tadi. Jika sudah diberlakukan hukum tersebut, maka itu merupakan
konsekuensi yang berat bagi suku Dayak Bulusu.
“Itu termasuk sumpah besar bagi kami,” ujarnya.
Suku Dayak Bulusu sangat takut akan sumpah tersebut.
Namun biasanya, agar tidak sampai pada tahap sumpah, biasanya mereka akan mengaku
bersalah karena takut untuk disumpah menggunakan darah anjing. Karena jika disumpuh
menggunakan darah anjing akan berakibat kesialan hingga 7 turunan jika memang benar
bersalah.
Oleh sebab itu, suku Dayak Bulusu sangat mengindahkan kehadiran seekor anjing.
“Adat yang kami lakukan ini tidak dibuat-buat, tetapi sudah ada sejak zaman nenek moyang
kami dulu,” pungkasnya.
Untuk diketahui, jenis anjing yang wajib untuk dikenakan denda adalah jenis anjing
peliharaan suku Dayak Sedulun, bukan jenis anjing yang sembarangan. Anjing yang
berukuran kecil akan dikenakan denda hingga Rp 500 ribu dan anjing yang berukuran besar,
dikenakan denda hingga Rp 1 hingga 2 juta.
Hal tersebut sudah diterapkan sejak zaman nenek moyang suku Dayak Bulusu. Ini lah asal
muasal peraturan tersebut diberlakukan di Desa Sedulun KTT. (nri)

https://kaltara.prokal.co/read/news/10060-nabrak-anjing-sampai-mati-bayar-denda-berjuta-
juta

Secara denotasi motif aso memang lebih


mengacu pada anjing, sesuai dalam bahasa
Dayak yang mengartikan aso sebagai anjing.
Walaupun dalam prakteknya penggambaran
aso tidak terlalu menyerupai anjing. Anjing
merupakan hewan yang sangat berguna bagi
masyarakat suku Dayak Kenyah dimana hewan
peliharaan ini sering membantu suku Dayak
Kenyah kala masih hidup di hutan dahulu.
Selain berguna dalam hal membantu suku Dayak
Kenyah berburu hewan seperti babi atau payau
(Kijang khas Pulau Kalimantan, mirip seperti
hewan kancil), anjing juga membantu menjaga
rumah lamin masyarakat suku Dayak Kenyah

Secara konotasi makna motif aso bagi


masyarakat suku Dayak kenyah dikaitkan dengan
sifat-sifat positif anjing yang berguna bagi
manusia. Anjing dikenal sebagai hewan yang setia
dan patuh pada majikannya. Penggunaaan motif
aso pada pakaian dianggap sebagai representasi
sikap yang setia dan patuh dari seorang suku
Dayak Kenyah. Setia pada keluarga, masyarakat,
tradisi, serta patuh pada aturan adat yang
berlaku. Motif aso juga hadir sebagai salah satu
cara bagi masyarakat suku Dayak Kenyah untuk
memberikan penghormatan atau penghargaan
bagi anjing yang dianggap telah banyak membantu
masyarakat suku Dayak Kenyah dalam pekerjaan
mereka sehari-hari

Asuk (anjing) merupakan binatang


peliharaan, binatang untuk berburu, dan
binatang yang dapat dikonsumsi oleh
masyarakat Dayak, namun bukan hanya itu
saja anjing dipercaya masyarakat Dayak
memiliki kemampuan untuk melihat sesuatu
yang tidak dapat dilihat oleh manusia artinya
anjing memiliki mata dan penciuman yang
tajam sehingga masyarakat Dayak percaya jika
anjing menagis meraung-raung artinya anjing
tersebut melihat sesuatu yang tidak dapat
dilihat oleh manusia, sehingga manusia
tersebut harus ba sampangk supaya apa yang
dilihat anjing tersebut tidak mengganggu
artinya anjing yang meraung-raung tersebut
memberi tanda ada mahluk lain

Sementara kompilasi motif anjing, merupakan binatang jelmaan dewa yang diusir
dari khayangan dan diturunkan ke bumi untuk menjaga manusia.

Anda mungkin juga menyukai