Anda di halaman 1dari 6

FARMASI RUMAH SAKIT DASAR

PELAYANAN INFORMASI OBAT

DISUSUN OLEH :

REREN SAGITA HERMAWAN


(1848201028)
DOSEN PENGAMPU:
MEDI ANDRIANI, M.Pharm., S.ci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

PROGRAM STUDI FARMASI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah  ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang PELAYANAN INFORMASI OBAT.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga
berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Jambi, 13 november 2020


PEMBAHASAN

A. Definisi
Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif,
terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan di
rumah sakit. Pelayanan informasi obat meliputi penyediaan, pengolahan, penyajian,
dan pengawasan mutu data atau informasi obat dan keputusan profesional. Pelayanan
informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana,
dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien
(Anonimb , 2006).
Pelayanan Informasi Obat telah diatur didalam UU no 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009, dan Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 72 tahun 2016 tentang standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit.Penyediaan informasi obat meliputi tujuan, cara penyediaan, pengolahan, dan
pengawasan mutu data/informasi obat.
Pasien adalah mereka yang diobati di rumah sakit. Berdasarkan uraian dari
beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang, puas
pada individu karena antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan
yang diberikan terpenuhi (Aditama dan Dawud, 2002).

B. Tujuan
Tujuan dari pelayanan informasi obat meliputi hal-hal seperti, menunjang
ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi kepada pasien, tenaga
kesehatan, dan pihak lain; menyediakan dan memberikan informasi obat kepada
pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain; dan menyediakan informasi untuk membuat
kebijakan kebijakan yang berhubungan dengan obat.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan
olehApoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepada dokter,apoteker,perawat,profesikesehatanlainnyadanpasien.Tentunya melalui
PIO dapat menyediakaninformasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
dilingkungan rumah sakit. PIOmenyediakan informasi untuk membuat kebijakan-
kebijakan yang berhubungan dengan obat,terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan
Terapi. PIO akan meningkatkan profesionalismeapoteker dan dapat menunjang terapi
obat yang rasional.

C. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat


Menurut Permenkes No. 58 Tahun 2014, kegiatan pelayanan informasi obat meliputi:
1. Menjawab pertanyaan
2. Menerbitkan bulletin, leaflet, poster, dan newsletter
3. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit
4. Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan
kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat inap dan rawat jalan
5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya

D. Melakukan penelitian

1. Sasaran Informasi Obat


a. Pasien dan atau keluarga pasien
b. Tenaga kesehatan: dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan,
asisten apoteker, dan lain lain.
c. Pihak lain: manajemen, tim/kepanitiaan klinik, dan lain-lain

E. Merode Menentukan Pelayanan Informasi Obat


a. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker selama 24 jam atau on
call disesuaikan dengan kondisi rumah sakit.
b. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja,
sedang diluar iam kerja dilayani oleh apoteker instalasi farmasi yang
sedang tugas jaga.
c. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, dan
tidak ada pelayanan informasi obat diluar jam kerja.
d. Tidak ada petugas khusus pelayanan informasi obat, dilayani oleh
semua apoteker instalasi farmasi, baik pada jam kerja maupun diluar
jam kerja.
e. Tidak ada apoteker khusus, pelayanan informasi obat dilayani oleh
semua apoteker instalasi farmasi di jam kerja dan tidak ada pelayanan
informasi obat diluar jam kerja.
F. Sarana dan Prasarana PIO
Sarana dan prasarana pelayanan informasi obat disesuaikan dengan kondisi
rumah sakit. Jenis dan jumlah perlengkapan bervariasi tergantung ketersediaan dan
perkiraan kebutuhan akan perlengkapan dalam pelaksanaan pelayanan informasi obat.
Sarana ideal untuk pelayanan informasi obat, sebaiknya disediakan sarana fisik,
seperti :
a. Ruang kantor
b. Ruang rapat
c. Perpustakaan
d. Komputer
e. Telepon dan faksimili
f. Jaringan internet, dan lain lain
g. In house data base
Apabila tidak ada sarana khusus, pelaksanaan pelayanan informasi
obat dapat menggunakan ruangan instalasi farmasi beserta perangkat
pendukungnya.
REFERENSI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, Jakarta.
Peraturan Mentri Kesehatan Tahun 2016,Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Dirumah Sakit.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai