PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
(Grill et al., 2013). Pasien yang mengalami vertigo vestibular, 75% mendapatkan
gangguan vertigo perifer dan 25% mengalamivertigo sentral (Chaker et al, 2012).
Di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi, pada tahun 2010 dari
usia 40 sampai 50 tahun sekitar 50% yang merupakan keluhan nomor tiga paling
sering dikeluhkan oleh penderita yang datang kepraktek umum, setelah nyeri
kepala, dan stroke (Sumarilyah, 2010 cit., widiantoro, 2010). Umumnya vertigo
ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan populasi dan hanya 4% – 7% yang
diperiksakan kedokter (Sumarilyah, 2010).
Keluhan vertigo sering muncul pada berbagai kasus yang sering kita
jumpai di kehidupan sehari-hari diantaranya pada kasus trauma kepala.Penyebab
trauma kepala beragam, antara lain akibat kecelakaan lalu lintas, olahraga, dan 2
jatuh dari ketinggian (Aboe, 2002). Meningkatnya mobilitas manusia khususnya
di kota besar mengakibatkan peningkatan frekuensi kasus trauma kepala yang
sering diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas. Trauma kepala pada kecelakaan
lalu lintas sering diakibatkan oleh benturan atau terpelanting pada benda yang
diam. Kemungkinan lain yang lebih jarang adalah kepala tidak dapat bergerak
akibat tertahan sesuatu kemudian mengalami benturan dengan benda yang
menggencetnya (Soemarmo, 2009).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana anatomi dan fisiologi dari otak ?
Apa itu definisi,etiologi,patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan,
komplikasi dan woc dari penyakit vertigo ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI TELINGA
Telinga dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu telinga luar, telinga tengah
atau cavum tympani, dan telinga dalam atau labyrinth (Tortora, 2009;
Snell,2006).
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus.
Auricula terdiri dari potongan kartilago tunggal yang ditutupi kulit dan
dihubungkan ke tengkorak oleh otot dan ligamentum vestigial. Meatus telinga
luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit telinga
terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar
3
keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian
dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen (Soetirto, Hendarmin, &
Bashiruddin, 2007).
Meatus acusticus externus dilindungi oleh rambut-rambut halus dan
terdapat modifikasi kelenjar keringat yang memproduksi serumen atau lilin
(earwax). Secara bersama-sama rambut dan serumen akan mencegah
masuknya partikel-partikel mengganggu seperti debu agar tidak sampai ke
membrana tympani dan telinga dalam (Sherwood, 2010).
2. Telinga Tengah
Telinga tengah terletak di dalam os temporale. Ia terisi udara dan
berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba Eustachii. Ruang ini
mengandung tulang (ossicula) pendengaran, otot pendengaran, saraf dan
pembuluh darah.
Membran timpani berfungsi sebagai resonator yang menghasilkan
ulang getaran dari sumber suara dan akan berhenti bergetas hampir segera
setelah suara berhenti. Gerakan membran timpani disalurkan ke manubrium
malleus (Ganong, 2008).
Membrana tympani memisahkan telinga tengah dan luar. Membrana
Tympani merupakan membrana semi-tembus-pandang yang berjalan pada
sudut yang memotong meatus acusticus externus seperti kepala drum.
Sewaktu melihat membrana tympani, normalnya bisa melihat proccesus
lateralis mallei, yang terbesar dari ketiga ossicula.
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
Batas luar : membran timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : aditus adantrum, kanalis fasialis pars
vertikalis.
4
Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi
sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),
tingkap bundar (round window) dan promontorium (Soetirto,
Hendarmin, & Bashiruddin, 2007).
Dinding medial atau labyrintus telinga tengah merupakan
prominensia tulang bulat yang dibentuk oleh cochlea. Pada permukaannya
terdapat plexus tympanicus nervi glossopharyngei, yang memasuki telinga
tengah pada dinding labyrinthus. Dua struktur penting lain yang ditemukan
pada dinding medial adalah foramen ovale dan foramen rotundum.
3. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis
semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Para irisan melintang koklea
tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan
skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala
timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan
garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting
untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli
(Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.
Pada membran ini terletak organ corti (Soetirto, Hendarmin, & Bashiruddin,
2007).
Labyrinthus membranaceus terdiri atas sacculus dan utriculus yang
terdapat di dalam vestibulum ossesus. Tiga duktus semicircularis, yang
terletak didalam canalis semicircularis osseus, dan ductus cochlearis yang
terletak di dalam cochlea (Snell, 2006).
5
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk
organ Corti (Soetirto, Hendarmin, & Bashiruddin, 2007).
6
B. DEFINISI
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang
digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan
lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness,
disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri)
(Newell,2010).
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan ( Labuguen,
2006).
C. ETIOLOGI
Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi
dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di
telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri
(Mardjono, 2008).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Penyebab umum dari vertigo (Marril KA,2012):
Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
7
Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis
di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
positional
vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit
maniere,
peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada
arteri vertebral dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII
sampai ke korteks. Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo.
Penyebab vertigo serta lokasi lesi ( Turner, 2010):
Labirin, telinga dalam
- vertigo posisional paroksisimal benigna
- pasca trauma
- penyakit menierre
- labirinitis (viral, bakteri)
- toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
- oklusi peredaran darah di labirin
- fistula labirin
Saraf otak ke VIII
- neuritis iskemik (misalnya pada DM)
- infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
- neuritis vestibular
- neuroma akustikus
- tumor lain di sudut serebelo-pontin Telinga luar dan tengah
8
- Otitis media
- Tumor SENTRAL Supratentorial
- Trauma
- Epilepsi Infratentorial
- Insufisiensi vertebrobasiler Obat
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus
dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik
loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang
mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga
gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat
ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain
sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa
penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan
vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi
vestibluer. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat
menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo
D. PATOFISIOLOGI
9
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi
alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan
wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi
alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan
gejala otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness,
ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya (Swartz, 2005)
10
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini
otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika
pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan
yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola
gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme
adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis
terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter
tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan
timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres
yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan
kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang
selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas
sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang
sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat
aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan
hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf
parasimpatis.
11
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual,
muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput
putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur,
tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan
selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar
jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari
tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala
digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita
biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan
tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan
terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada
hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti
secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara
spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak
didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya
dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak
sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi
dengan gejala :
12
Mata berputar dan bergerak ke arah telinga yang terganggu dan mereda
setelah 5-20 detik.
Disertai vertigo berat.
Mula gejala didahului periode laten selama beberapa detik (3-10 detik).
Pada uji ulangan akan berkurang, terapi juga berguna sebagai cara
diagnosis yang tepat.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
13
dapat berjalan. walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah
vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam
mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk
gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang
lebih serius dari dizziness (tidak hanya erbatas pada vertigo) misalnya
drug related vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event (
L;abuguen,2006)
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula
dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak
dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya
atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
2. Tandem Gait
penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh.
3. Unterberger's stepping test (Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan
mata tertutup – jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien
memilki lesi labirin pada sisi tersebut) (Neuhausen,2009).
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar
ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala
dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi
14
dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
15
Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer.
1) Fungsi Vestibuler
- Dix-Hallpike manoeuvre
16
b) Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo yang
memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya CVA,
tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan integritas
batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan kompleks
nervus VIII (chain,2009)
G. PENATALAKSANAN
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Medikamentosa
Medikasi
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali
merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi.
Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan yang sering digunakan :
Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat
dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang
mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di
susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya
dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang
17
umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang
berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala
vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa
enek, dan sesekali “rash” di kulit.
- Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
- Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagi dalam beberapa dosis.
Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan
dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping
ialah mengantuk.
Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg
(1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping mengantuk.
Antagonis kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering
digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut
vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun,
antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti
kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini
berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
18
Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15
– 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa
mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering
dan “rash” di kulit.
Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti
muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat
efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun
kurang berkhasiat terhadap vertigo.
Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati
vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan
dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering
dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping
ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.
Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang
berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg
(1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi
(mengantuk).
Obat simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah
satunya obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan
vertigo ialah efedrin.
19
Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4
kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan
obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung
berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.
Obat Penenang Minor
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi
kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek
samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
- Lorazepam
Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg
- Diazepam
Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.
Obat Anti Kholinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas
sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.
- Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau
efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin
ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.
b. Non Medikamentosa
Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa
penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat
atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-
kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik
20
vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular,
membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.
Tujuan latihan ialah :
Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau
disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya
secara lambat laun.
Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
21
Keterangan Gambar:
Ambil posisi duduk.
Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian
balik posisi duduk.
Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-
masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan
berulang kali.
Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin
bertambah.
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular
perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa
dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat,
misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata
lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
c. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.
22
e. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular
perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari
pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat
serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah
pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan
sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat
sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk
beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat
untuk gangguan vestibular akut
H. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit vertigo biasanya adalah penyakit trauma telinga dan
labiriminitis,epidemic atau akibat otitis kronika. Vertigo juga dapatdisebabkan
karena penyakit pada saraf akustikus cerebrum atau system kardiovaskular.
I. WOC (terlampir)
1. Pengkajian
1) Identitas
Data klien, mencakup; nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No
RM/CM, tanggal masuk, tanggal kaji, dan ruangan tempat klien dirawat.
Data penanggung jawab, mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, suku bangsa, hubungan dengan klien dan alamat.
23
2) Riwayat Kesehatan Klien
Riwayat kesehatan pada klien dengan gangguan sistem Persarafan
akibat vertigo hal – hal sebagai berikut :
a) Alasan Masuk Perawatan
Kronologis yang menggambarkan prilaku klien dalam mencari
pertolongan.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya klien dengan gangguan sistem Persarafan
akibat vertigo berupa pusing seperti berputar.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data
yang menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu :
24
Riwayat penyakit terdahulu, baik yang berhubungan dengan penyakit
sekarang, system persyarafan maupun penyakit sistemik lainnya.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit-penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit sekarang,
penyakit turunan dan penyakit menular lainnya.
b) Pola nutrisi
- Mengkaji intake makanan dan cairan klien.
- Mengkaji gambaran komposisi makan.
- Mengkaji nafsu makan, dan factor-faktor yang mempengaruhi nafsu
makan.
- Mangkaji makanan kesukaan, pantangan atau alergi yang ada.
- Mengkaji apakah menggunakan suplemen makanan.
- Mengkaji apakah menggunakan obat diet tertentu.
- Mengkaji perubahan berat badan yang terjadi.
- Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,
kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan,
terjadi distensi abdominal, penurunan bising usus.
- Biasanya klien dengan vertiogo mengalami penurunan nafsu makan
karena terjadinya mual dan muntah, sehingga berat badannya juga
menurun.
25
c) Eliminasi
- Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.
- Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.
- Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.
- Mengkaji pola defekasi yang meliputi: frekuensi, warna,dan
karakteristiknya.
- Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.
- Mengkaji pengeluaran melalui IWL .
- kaji adanya riwayat ISK kronis; Obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluan urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat
BAK.Keinginan/dorongan ingin berkemih terus, oliguria, henaturia,
piuri atau perubahan pola berkemih.
d) Aktivitas/latihan
- Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah
pasien terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas, misalnya karena
penyakit yang kronis atau adanya cedera pada medula spinalis.
- klien dengan vertigo akan merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas
karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis serta merasa
mudah lelah, susah beristirahat karena nyeri kepala
26
- Biasanya klien dengan vertigo akan mengalami gangguan istirahat tidur
karena adanya nyeri kepala yang hebat
h) Peran – Hubungan
- Mengkaji pekerjaan klien.
- Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga dan
lingkungan sekitar berjalan dengan baik.
- Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.
- Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan social.
- Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dalam melaksanaan
tugas dan peran tersebut karena penyakitnya sekarang.
27
i) Seksualitas dan Reproduksi
- Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan pasangan.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu atau alat pelindung saat
melakukan hubungan seks.
- Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan seks.
- Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak teratur, karena
terjadinya perdarahan.
k) Nilai- Kepercayaan
- Mengkaji agama klien.
- Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.
- Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi
kehidupannya.
- Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang
penting dalam kehidupan klien.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Dikaji mengenai tingkat kesadaran. Klien dengan vertigo biasanya dalam
keadaan sadar, kadang tampak lemas.
Tingkat kesadaran
28
Compos mentis
Samnolen
Stupor
Apatis
29
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4 – 5
midclavicula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Irama teratur
10.Abdomen
a. Inspeksi : Tidak simetris, dan edema, striae
b. Palpasi : Nyeri tekan
c. Perkusi : Suara redup
d. Auskultasi : adanya Bising usus
11.Ekstremitas : adanya keterbatasan dalam beraktivitas atau tidak,
adanya kekakuan, adanya nyeri atau tidak pada seluruh bagian
ekstremitas.
Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan terjadinya
gangguan fungsi motoris yang dapat berakibat terjadinya mobilisasi,
pusing atau kerusakan pada motor neuron mengakibatkan perubahan
pada kekuatan otot tonus otot dan aktifitas reflek .
d) Data Penunjang
o Farmakoterafi
Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat
o Prosedur Diagnostik Medik
o Pemeriksaan Laboratorium
30
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul :
o Nyeri akut b.d agen cidera biologi
o Intoleransi aktivitas b.d imobilisasi
o Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan makanan
31
kepuasan hypnosis, relaksasi, terapi
Melaporkan musik, distraksi, terapi
kepuasan dengan bermain, acupresure,
tingkatan nyeri aplikasi hangat/dingin dan
- Tingkatan nyeri pijatan) sebelum, sesudah
Melaporkan nyeri dan jika memungkinkan
Persen respon selama puncak nyeri,
tubuh sebelum nyeri terjadi atau
b. Pemberian analgesik
Aktifitas :
- Tentukan lokasi,
karakteristik,mutu dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati klien
- Periksa order medis untuk
obat , dosis dan frekuensi
yang ditentukan
- Cek riwayat alergi obat
- Utamakan pemberian secara
IV
2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan a. Terapi aktivitas
aktivitas b.d keperawatan selama 1x24
Aktivitas :
imobilisasi jam, klien menunjukkan
- Kolaborasi dengan terapis
perbaikan pada :
32
- Toleransi aktifitas dalam merncanakan dan
Indikator : memonitor program
Saturasi oksigen
aktivitas
dengan aktivitas - Meningkatkan komitmen
Denyut nadi pasien dalam beraktivitas
dengan aktivitas - Membantu mengekplorasi
Tingkat pernapasan aktivitas yang bemanfaat
dengan aktivitas bagi pasien
Tekanan darah - Membantu mengidentifikasi
sistolik dengan sumberdaya yang dimiliki
aktivitas dalam beraktivitas
Temuan - Membantu mengidentifikasi
elektrocardiogram aktivitas yang disukai
Kemudahan - Membantu pasien/keluarga
aktivitas hidup dalam beradaptasi dengan
sehari-hari ( ADL ) lingkungan
melakukan - Membantu menyusun
aktivitas fisik
- Daya tahan
- Pastikan lingkungan aman
Indikator :
untuk pergerakan otot
Kinerja kegiatan
- Jelaskan aktivitas motorik
rutin
untuk meningkatkan tonus
Aktivitas fisik
otot
Konsentrasi
- Berikan reinforcemen positif
Ketahanan otot
selama beraktivitas
Pemulihan energy
- Monitor respon emosional,
setelah istirahat
fisik, sosial dan spiritual
Kadar oksigen
darah saat b. Manajemen energi
beraktivitas Akivitas :
33
Kelelahan - Menilai status fisiologi
berkurang pasien untuk mengurangi
kelelahan sesuai umur dan
perkembangannya
- Anjurkan mengungkapkan
yang diraasakan tentang
keterbatasan
- Tentukan pasien/persepsi
penting lainnya dari
penyebab kelelahan
- Periksa status kekurangan
fisiologis (kemoterapi-untuk
anemia) sebagai prioritas
utama
- Pilih intervensi untuk
menurunkan kelelahan
menggunakan kombinasi
antara farmakologi dan
kategori nonfarmakologi,
untuk ketepatan
- Tentukan apa dan berapa
banyak aktivitas yang
diperlukan untuk
membangun ketahanan
- Monitor intake nutrisi untuk
memastikan sumber energi
yang adekuat
- Konsultasi dengan ahli diit
tentang cara untuk
menambah intake dari
34
makanan energi tinggi
- Monitor pasien untuk
menunjukkan fisik
berlebihan dan kelelahan
emosional
- Monitor respon aktivitas
kardiorespiratori (takikardi,
disritmia lainnya, dispnea,
diaphoresis, sianosis, TD,
frekuensi pernapasan)
- Monitor/catat pola tidur
pasien dan jumlah jam tidur
- Monitor lokasi dan dasar
dari ketidaknyamanan atau
nyeri selama
bergerak/aktivitas
- Kurangi ketidaknyamanan
fisik yang dapat
mengganggu dengan fungsi
kognitif dan monitor
diri/peraturan beraktifitas
35
Asupan cairan makanan pasien
Energy - Anjurkan pasien tentang
36
sebagai alternatif untuk
garam, menyediakan
pengganti gula ,
meningkatkan atau
menurunkan kalori,
menambah atau mengurangi
vitamin , mineral , atau
suplemen )
b. Terapi nutrisi
Aktivitas :
- Mengontrol penyerapan
makanan/cairan dan
menghitung intake kalori
harian, jika diperlukan
- Memantau ketepatan urutan
makanan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi harian
- Menetapkan dalam
kolaborasi dengan ahli
diet,banyaknya kalori dan
tipe kebutuhan nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
- Menentukan jimlah kalori
dan jenis zat makanan yang
diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi, ketika
berkolaborasi dengan ahli
makanan, jika diperlukan
- Menetukan makanan pilihan
37
dengan mempertimbangkan
budaya dan agama
- Memilih suplemen nutrisi,
jika diperlukan
- Menetukan kebutuhan
makanan saluran nasogastric
- Anjurkan pasien untuk
memilih makanan ringan,
jika kekurangan air liur
mengganggu proses menelan
- Anjurkan intake makanan
yang tinggi kalsium, jika
diperlukan
- Anjurkan intake makanan
dan cairan yang tinggi
kalium, jika diperlukan
- Memastikan mengonsumsi
makanan berupa makanan
yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Memberi pasien makanan
dan minuman tinggi protein,
tinggi kalori, dan bernutrisi
yang siap dikonsumsi, jika
diperlukan
BAB III
LAPORAN KASUS
38
VERTIGO
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Tanggal/pukul masuk RS : 06 februari 2017/ 21.00 wib
Nama/ No. RM : Ny. S / 01.02.22
Tanggal lahir/Usia : 10 juni 1976/ 40 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl.Parak Kopi, Padang
Agama : Islam
Suku bangsa : Minang
Pendidikan terakhir : SMA
Diagnosa Medis : Vertigo sentral dalam serangan
2. Riwayat kesehatan
a. Alasan masuk
klien baru masuk melalui IGD pada pada tanggal 2 februari 2017 pada
pukul 21.00 wib, dengan keluhan kepala nyeri diseluruh bagian, klien
merasa nyeri berputar-putar dikepala, jika berdiri dan duduk terasa pusing,
jika berpindah posisi pusing. Adanya mual dan muntah 2x, Nafsu makan
menurun. Wajah klien tanpak memerah, klien tampak meringis, badan
klien terlihat lemah. Skala nyeri 7.
39
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat dengan sakit yang
sama. Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan didalam keluarga tidak ada riwayat penyakit yang sama
dengan klien, didalam keluarga juga tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti Diabetes mellitus, Hipertensi, jantung dll.
b. Pola nutrisi
- Pre MRS : pasien makan teratur 3x sehari, nafsu makan baik, ada
mengkonsumsi buah dan sayur.
- MRS : pasien makan teratur sesuai dengan jadwal makan dari rumah
sakit, klien hanya menghabiskan setengah porsi makanan yang disediakan,
klien kurang nafsu makan. Sebelumnya klien mual dan muntah.
c. Pola eliminasi
- Pre MRS : Klien BAB 1-2 x sehari, BAK 3-4 x/hari. Dan lancer tidak
ada gangguan
- MRS : klien sejak masuk belum ada BAB, BAK 3-4 kali/ hari.
40
- Pre MRS : sebelum masuk rumah sakit klien tidur 6-7 jam sehari. Pasien
jarang tidur siang.
- MRS : setelah masuk RS klien hanya tidur 3-4 jam perhari, sering
terbangun dimalam hari karena nyeri dan pusing pada kepala.
41
- MRS : peran klien sedikit terganggu karena dirawat dirumah sakit,
tapi hubunganya dengan suami, anak-anak, dan masyarakat serta pasien
dan petugas kesehatan dirumah sakit baik.
B. PEMERIKSAAN FISIK
42
Mata: konjungtiva anemis, skelara anikterik, pupil isokor, simetris kiri dan
kanan.
Hidung: simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, tidak ada polip, fungsi
penciuman baik.
Mulut : Membran mukosa pucat, bibir kering.
Wajah : adanya muka memerah., tidak ada jejas.
Telinga: simetris kiri dan kanan,tidak ada serumen,tidak ada gangguan
fungsi pendengaran
Leher: tidak ada pembengkakkan ,tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid,tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Dada: simetris kiri dan kanan,tidak ada nyeri tekan,payudara simetris kiri
dan kanan dan tidak ada gangguan, fremitus kiri dan kanan, bunyi nafas
vesikuler.
Kardiovaskuler: iktus cardiac tidak Nampak,tidak ada suara tambahan
Abdomen: tidak adanya jejas, tidak ada bekas operasi, bising usus normal,
tidak adanya nyeri tekan,tidak ada pembesaran organ
Genetalia: tidak terpasang kateter ,BAK lancer,BAB lancar
Muskuloskeletal: tidak ada nyeri dan bengkak pada sendi, Adanya
keterbatasan bergerak karena perpindahan posisi dapat menyebakan pusing
pada pasien.
C. PEMERIKSAAN LABOR
- Hb : 12,6 g/dl
- Leukosit : 7.000 mm3
- Eritrosit : 4800000/ mm³
- Hemotokrit :38 %
- Trombosit : 215.000/mm
43
D. THERAPY
- Betahistine 3x 1
- fulnarizin 2x 1 (5mg)
- Nendein 2x1
- Alodipin 1x 1 (5 mg)
- Ivfd RL 16 tetes/menit = 8 jam/kollf
- Ranitidine inj 2 x1 (25 mg)
- Ceftriaxone inj 2x 1 (1gr)
E. ANALISA DATA
44
berpindah posisi
- Klien merasa lemah
- Klien merasa letih
Do:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak letih
- Klien tampak tidak bisa
berdiri lama karena pusing
- TD: 120/70 mmhg, nadi: 72
x/menit, pernafasan: 24
x/menit. Suhu: 37,20C.
Ds: Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan Adanya menelan makanan nutrisi kurang dari
mual-mual dan muntah kebutuhan tubuh
2x,
- Klien mengatakanNafsu
makan menurun
Do:
- Klien hanya menghabiskan
setengah porsi makan
yang disediakan.
- Klien tampak mual-mual
dan muntah 2x
- Mukosa bibir kering, bibir
pucat.
45
agen cidera tindakan keperawatan Aktifitas :
- Lakukan penilaian nyeri secara
biologi. selama 1x24 jam klien
komprehensif dimulai dari lokasi,
Ds : menunjukkan perbaikan
karakteristik, dan penyebab
- Klien pada:
- Kaji ketidaknyamanan non verbal
mengatakan - Kontrol nyeri
- Tentukan dampak nyeri pada
kepala nyeri Indikator :
kehidupan sehari-hari
diseluruh Menilai faktor
- Kurangi atau hapuskan faktor-
bagian penyebab
faktor yang mempercepat atau
- Klien Monitor TTV
meningkatkan nyeri (seperti
mengatakan untuk memantau
ketakutan, fatique, sifat
nyeri perawatan
membosankan, ketiadaan
dikepala Menilai gejala
pengetahuan)
terasa nyeri
- Ajari untuk menggunakan teknik
berputar - Tingkat
non farmakologis (hypnosis,
putar. kenyamanan
relaksasi nafas dalam) sebelum,
- Klien Indikator :
sesudah dan jika memungkinkan
mengatakan Melaporkan
selama puncak nyeri, sebelum nyeri
jika berdiri perkembangan
terjadi atau meningkat dan
dan duduk fisik
sepanjang nyeri itu terjadi atau
terasa Melaporkan
meningkat dan sepanjang nyeri itu
pusing, jika perkembangan
masih terukur
berpindah kepuasan
- Anjurkan untuk istirahat atau tidur
posisi pusing Melaporkan
yang adekuat untuk mengurangi
Do : kepuasan
nyeri
- Skla nyeri 7 dengan
- Klien tampak tingkatan nyeri d. Pemberian analgesik
meringis - Tingkatan nyeri Aktifitas :
- TD: 120/70 - Tentukan lokasi, karakteristik,mutu
Melaporkan
mmhg, dan intensitas nyeri sebelum
nyeri
nadi: 72 mengobati klien
46
x/menit, Persen respon - Periksa order medis untuk obat ,
pernafasan: tubuh dosis dan frekuensi yang ditentukan
24 x/menit. Frekuensi nyeri - Cek riwayat alergi obat
Suhu: - Utamakan pemberian secara IV
37,20C.
47
berdiri lama melakukan - Tentukan pasien/persepsi penting
karena pusing lainnya dari penyebab kelelahan
TD: 120/70 - Daya tahan - Pilih intervensi untuk menurunkan
mmhg, nadi: Indikator : kelelahan menggunakan kombinasi
72 x/menit, Kinerja kegiatan antara farmakologi dan kategori
pernafasan: 24 rutin nonfarmakologi, untuk ketepatan
x/menit. Suhu: Aktivitas fisik - Tentukan apa dan berapa banyak
37,20C. Konsentrasi aktivitas yang diperlukan untuk
istirahat adekuat
- Konsultasi dengan ahli diit tentang
Kadar oksigen
cara untuk menambah intake dari
darah saat
makanan energi tinggi
beraktivitas
- Monitor pasien untuk menunjukkan
Kelelahan
fisik berlebihan dan kelelahan
berkurang
emosional
- Monitor respon aktivitas
kardiorespiratori (takikardi,
disritmia lainnya, dispnea,
diaphoresis, sianosis, TD, frekuensi
pernapasan)
- Monitor/catat pola tidur pasien dan
jumlah jam tidur
- Monitor lokasi dan dasar dari
ketidaknyamanan atau nyeri selama
bergerak/aktivitas
- Kurangi ketidaknyamanan fisik
yang dapat mengganggu dengan
48
fungsi kognitif dan monitor
diri/peraturan beraktifitas
49
mual-mual Intake Zat Besi makanan/cairan dan menghitung
dan muntah Intake Kalsium intake kalori harian, jika diperlukan
2x Intake Sodium - Memantau ketepatan urutan
Mukosa bibir makanan untuk memenuhi
kering, bibir kebutuhan nutrisi harian
- Menetapkan dalam kolaborasi
dengan ahli diet,banyaknya kalori
dan tipe kebutuhan nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
- Anjurkan pasien untuk memilih
makanan ringan, jika kekurangan
air liur mengganggu proses
menelan
- Memastikan mengonsumsi
makanan berupa makanan yang
tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
- Memberi pasien makanan dan
minuman tinggi protein, tinggi
kalori, dan bernutrisi yang siap
dikonsumsi, jika diperlukan
- Menganjurkan makan sedikit
tapi sering
G. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien :Ny S
Ruangan : Marwa 9 /ibnu sina
50
keperawatan
51
- Teknik
relaksasi
Intoleransi - Membantu S:
aktivitas b.d mengekplorasi - Klien mengatakan
imobilisasi. aktivitas yang masih terasa
bemanfaat bagi pusing jika
pasien berjalan, duduk
- Membantu dan berpindah
pasien/keluarga posisi
dalam beradaptasi - Klien masih merasa
dengan lingkungan lemah
- Pastikan lingkungan - Klien masih merasa
aman untuk letih
pergerakan otot O:
- Monitor/catat pola - Klien tampak
tidur pasien dan lemah
jumlah jam tidur - Klien tampak letih
- Monitor lokasi dan - Klien tampak tidak
dasar dari bisa berdiri lama
ketidaknyamanan karena pusing
atau nyeri selama TD: 120/70 mmhg,
bergerak/aktivitas nadi: 72 x/menit,
- Kurangi pernafasan: 24
ketidaknyamanan x/menit. Suhu:
fisik yang dapat 37,20C.
mengganggu dengan A: intoleransi
fungsi kognitif dan aktiftias
monitor P: lanjutkan
diri/peraturan intervensi
beraktifitas - Pantau aktivitas
52
- Berikan
lingkungan yang
aman dan nyaman
ketidakseimb - Mengkaji pola S:
angan nutrisi makan klien - Klien mengatakan
kurang dari - Atur pola makan, mual-mual dan
kebutuhan yang diperlukan muntah sudah
tubuh b.d (yaitu, menyediakan mulai berkurang,
ketidakmamp makanan berprotein - Klien mengatakan
uan menelan tinggi, menyarankan Nafsu makan
makanan . menggunakan masih kurang
bumbu dan rempah- O:
rempah sebagai - Klien hanya
alternatif untuk menghabiskan
garam, setengah porsi
makan yang
- Anjurkan pasien disediakan.
untuk memilih - Klien tampak
makanan ringan, jika mual-mual dan
kekurangan air liur muntah 2x
mengganggu proses Mukosa bibir
menelan kering, bibir
- Memastikan A:
mengonsumsi ketidakseimbangan
makanan berupa nutrisikurang dari
makanan yang tinggi kebutuhan tubuh
serat untuk mencegah P: intervensi
konstipasi dilanjutkan
- Memberi pasien
makanan dan
53
minuman tinggi
protein, tinggi kalori,
dan bernutrisi yang
siap dikonsumsi, jika
diperlukan
- Menganjurkan
makan sedikit tapi
sering
Intoleransi - S:
aktivitas b.d - Pastikan lingkungan - Klien mengatakan
imobilisasi. aman untuk pusing saat
pergerakan otot bejalan dan
- Monitor/catat pola berpindah posisi
54
tidur pasien dan sudah berkurang
jumlah jam tidur O:
- Monitor lokasi dan - Klien tampak
dasar dari sudah bisa
ketidaknyamanan berpindah posisi
atau nyeri selama dan berjalan ke
bergerak/aktivitas toilet
- Kurangi TD: 120/80 mmhg,
ketidaknyamanan nadi: 78 x/menit,
fisik yang dapat pernafasan: 22
mengganggu dengan x/menit. Suhu:
fungsi kognitif dan 36,60C.
monitor A: intoleransi
diri/peraturan aktiftias
beraktifitas P: lanjutkan
intervensi
- Pantau aktivitas
- Berikan
lingkungan yang
aman dan nyaman
ketidakseimb - Mengkaji pola S: Klien
angan nutrisi makan klien mengatakan mual-
kurang dari - Atur pola makan, mual dan muntah
kebutuhan yang diperlukan sudah tidak ada,
tubuh b.d (yaitu, menyediakan - Klien mengatakan
ketidakmamp makanan berprotein Nafsu makan
uan menelan tinggi, menyarankan masih kurang
makanan . menggunakan O:
bumbu dan rempah- - Klien hanya
rempah sebagai menghabiskan
55
alternatif untuk setengah porsi
garam, makan yang
disediakan.
- Memastikan - Mukosa bibir
mengonsumsi kering, bibir pucat
makanan berupa A:
makanan yang tinggi ketidakseimbangan
serat untuk mencegah nutrisikurang dari
konstipasi kebutuhan tubuh
- Memberi pasien P: intervensi
makanan dan dilanjutkan
minuman tinggi
protein, tinggi kalori,
dan bernutrisi yang
siap dikonsumsi, jika
diperlukan
- Menganjurkan
makan sedikit tapi
sering
56
-Kolaborasi dengan dihentikan
dokter dalam pemberian -manajemen nyeri
obat
Intoleransi - Membantu S:
aktivitas b.d pasien/keluarga - Klien mengatakan
imobilisasi. dalam beradaptasi pusing saat
dengan lingkungan bejalan dan
- Membantu menyusun berpindah posisi
aktivitas fisik sudah tidak ada
- Pastikan lingkungan O:
aman untuk - Klien tampak
pergerakan otot sudah bisa
- Monitor/catat pola berpindah posisi
tidur pasien dan dan berjalan ke
jumlah jam tidur toilet.
- Monitor lokasi dan - Tidak ada
dasar dari intoleransi aktivitas
ketidaknyamanan TD: 120/80 mmhg,
atau nyeri selama nadi: 80 x/menit,
bergerak/aktivitas pernafasan: 20
- Kurangi x/menit. Suhu: 36,
ketidaknyamanan 0
C.
fisik yang dapat A: intoleransi
mengganggu dengan aktiftias
fungsi kognitif dan P: intervensi
monitor dihentikan
diri/peraturan - Pantau aktivitas
beraktifitas - Berikan
lingkungan yang
57
aman dan nyaman
ketidakseimb - Mengkaji pola S:Klien
angan nutrisi makan klien mengatakan mual-
kurang dari - Memastikan mual dan muntah
kebutuhan mengonsumsi sudah tidak ada,
tubuh b.d makanan berupa - Klien mengatakan
ketidakmamp makanan yang tinggi sudah Nafsu
uan menelan serat untuk mencegah makan
makanan . konstipasi O: Klien
- Memberi pasien menghabiskan
makanan dan porsi makan yang
minuman tinggi disediakan.
protein, tinggi kalori, - Mukosa bibir
dan bernutrisi yang lembab, bibir pink
siap dikonsumsi, jika A:
diperlukan ketidakseimbangan
- Menganjurkan nutrisikurang dari
makan sedikit tapi kebutuhan tubuh
sering P: intervensi
dihentikan
58
BAB IV
LAPORAN RESUME
Pengkajian
4. Identitas pasien
Nama / No. RM : An. I / 06.96.42
Tanggal lahir / Usia : 25 April 2002 / 14 th
Pendidikan : Pelajar
Alamat : Jl. Kep Kalawi No 37 Lubuk Lintah, Kuranji, Padang
Agama : Islam
Diagnosa Medis : ISK dengan Hiperpireksia
BB : 40 kg
5. Keluhan utama
Demam sejak seminggu yang lalu dan badan panas dingin, ketika BAK terasa
sakit, tidak ada keluar darah, tidak ada keluar batu ketika berkemih
6. Riwayat kesehatan sekarang
Klien demam naik turun sejak seminggu yang lalu, klien merasa sakit saat BAK,
klien mendapat terapi IVFD RL 12 jam/kolf terpasang disebelah kiri tangan kanan
7. Riwayat kesehatan dahulu
Klien BAB normal, BAK sering sakit, tidak ada keluar darah, tidak ada keluar batu
saat berkemih, klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama, 3
59
tahun yang lalu klien pernah operasi unnion radius dan terpasang gips di tangan
sebelah kanan
8. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit
yang sama dan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan
seperti DM dan hipertensi
9. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
o Pernafasan : 20 x/i
o Tekanan darah : 130/90 mmHg
o Nadi : 80 x/i
o Suhu : 40,2 C
o CRT :<3
Kesadaran : Compos Mentis GCS 15 (M: 6 V: 5 E: 4)
Kepala : Tidak ada trauma
Mata : Konjungtiva anemis
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjer thyroid
Thorax : Irama reguler, paru-paru vesikuler, simetris, tidak ada retraksi
dinding dada
Abdomen : Bunyi bising usus 12 x/menit dan ada nyeri tekan
Ekstremitas : Kekuatan otot normal
Skala Nyeri
P: OS mengatakan ketika BAK terasa nyeri
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk / diiris pisau
R: Regio nyeri pada pinggang
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri hilang timbul
60
o Hb : 12,2 g/dl
o Leukosit : 20.800 /mm3
o Hemotokrit : 36 vol %
o Trombosit : 335.000/mm3
o Widal : sgy O = -
Sfy H= +
11. Therapy
IVFD RL 12 jam/kolf
Ceftriaxone inj 2x1 gr (5 cc)
Ranitidine inj 2x1 amp (3 cc)
PCT tablet 7x1 :500 gr
ANALISA DATA
Kuman mengeluarkan
61
endotoksin
Bakteria primer
Tidak di fagosit
Bacteremia sekunder
Hipotalamus
Menekan termoreguler
Hipertermi
62
T: Nyeri hilang Kuman mengeluarkan
timbul endotoksin
DO:
Bakteria primer
Klien meringis
kesakitan
Tidak di fagosit
RR : 20 x/i
TD : 130/90 mmHg
Bacteremia sekunder
N : 80 x/i
Peningkatan
frekuensi/dorongan
kontraksi uretral
Nyeri
63
DIAGNOSA NANDA NIC NOC
pusing Hct
Monitor intake dan
output
Selimuti pasien
Kompres pasien pada
aksila dan lipatan paha
Tingkatkan sirkulasi
udara
64
Kolaborasi pemberian
cairan intravena
Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya
chussing (tekanan nadi
yang melebar
,bradikardi
,peningkatan sistolik)
Kolaborasi dalam
pemberian obat
Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan asuhan Pain management
inflamasi dan infeksi keperawatan selama -Lakukan pengkajian nyeri
uretra, kandung kemih 1x24 jam secara komprehensif
dan struktur traktus termasuk lokasi,
Kriteria hasil :
urinarius lain karakteristik, durasi,
Pain level frekuensi, kualitas dan
Pain control factor presipitasi
65
menggunakan kebisingan
manajemen nyeri -Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
-Klien mampu mengenali
(farmakologi, non
nyeri (skala, intensitas,
farmakologi dan inter
frewkuensi dan tanda
personal)
gejala nyeri)
-Kaji tipe dan sumber
-Menyatakan rasa nyeri untuk menentukkan
nyaman setelah nyeri intervensi
berkurang -Ajarkan teknik non
farmakologi
-Tingkatkan istirahat
-Kolaborasi dalam
pemberian obat
Analgesic administration
-Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
-Cek riwayat alergi
-Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
-Monitor vital sign
sevelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
-Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat nyeri
66
hebat
-Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan gejala
CATATAN PERKEMBANGAN
RESUME KASUS
Nama pasien :An I
Ruangan : Marwa 4 /ibnu sina
berkolaborasi 22x/menit
0
pemberian cairan suhu 37,9 C
intravena
A:
Monitor frekuensi
Masalah belum
dan irama
teratasi
pernaasan
Monitor sianosis
P:Intervensi
perifer
67
memonitor adanya dilanjutkan
chussing (tekanan - monitor ttv
nadi yang melebar - terapy iv
,bradikardi lanjut
,peningkatan - kompres
sistolik) hangat
berkolaborasi - PCT tablet
dalam pemberian 7x1 :500
obat gr
-
68
-Kolaborasi dalam P:Intervensi
pemberian obat dilanjutkan
-Cek riwayat alergi
-Ceftriaxone inj 2x1
-Berikan analgesic
gr (5 cc)
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat -Ranitidine inj 2x1
-Evaluasi efektivitas amp (3 cc)
analgesic, tanda dan
gejala
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
69
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pentingnya kita mengetahui
penyebab ,definisi dari penyakit tersebut ,megetahui bagaimana jalan penyajit
di dalma tubuh serta mengetahui bagaimana penatalaksanaan yang akan
dilakukan oleh seorang perawat dalam asuhan keperawatan .metode preklinik
ang dilaksanakan ini guna untuk melatih mahasiswa memahami bagaimana
melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita penyakit
vertigo .
DAFTAR PUSTAKA
Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with
Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins)
Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St.
Louis ,Missouri ; Mosby
Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal
Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing. December:2006
Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family
Physician January 15, 2006 Volume 73, Number 2
70
Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular
migraine in Journal Nerology
Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008
NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications
2012-2014. Jakarta : EGC
Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care
Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American Family
Physician
Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that
Needed for establish of Vetigo.
71