Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel
tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler
(Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari
kotoran dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa
mengancam jiwa karena terjadi kerusakan pembuluh darah ketidak-seimbangan
elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernafasan serta fungsi saraf (Adibah dan
Winasis, 2014).
Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar
akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi
seluruh sistem tubuh (Nina, 2008).
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan
disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi
(misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat
rendah. Saat terjadi kontak dengan sumber termis (atau penyebab lainnya),
berlangsung reaksi kimiawi yang menguras energi dari jaringan sehingga sel
tereduksi dan mengalami kerusakan (Moenadjat, 2009).
2.2 Etiologi

a. Luka Bakar Termal


Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab paling
sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas
seperti terbakar api secara langsung atau terkena permukaan logam yang
panas (Fitriana, 2014).
b. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia
ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat– zat
pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan
berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan
militer (Rahayuningsih, 2012).

c.Luka Bakar Elektrik


Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi
oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar listrik ini biasanya
lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan tubuh (Fitriana,
2014).
d. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama
juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih, 2012).
2.3 Klasifikasi
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara lain:
1. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab
a. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal dapat disebabkan oleh cairan panas, kontak dengan benda
padat panas seperti lilin atau rokok, kontak dengan zat kimia dan aliran listrik
(WHO, 2008).
b. Luka Bakar Inhalasi
Luka bakar inhalasi disebabkan oleh terhirupnya gas panas, cairan panas atau produk
berbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna .(WHO, 2008).
2. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar
a..Derajat I (superficial partial-thickness)
Terjadi kemerahan dan nyeri pada permukaan kulit. Luka bakar derajat I
sembuh 3-6 hari dan tidak menimbulkan jaringan parut saat remodeling (Barbara
et al., 2013).
b. Derajat II (deep partial-thickness)
Pada derajat II melibatkan seluruh lapisan epidermis dan sebagian dermis.
Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan,.sedikit edema dan nyeri berat.
Bila ditangani dengan baik, luka bakar derajat II dapat sembuh dalam 7 hingga
20 hari dan akan meninggalkan jaringan parut (Barbara et al., 2013).
c. Derajat III (full thickness)
Pada derajat III melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk tulang,
tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering dan mungkin
ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang beragam dari
warna putih, merah terang hingga tampak seperti arang. Nyeri yang dirasakan
biasanya terbatas akibat hancurnya ujung saraf pada dermis. Penyembuhan luka
yang terjadi sangat lambat dan biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et
al., 2013).
3. Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
Luas luka dapat diklasifikasikan menjadi tiga, diantaranya:
a. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I dengan luas <10% atau
derajat II dengan luas <2%.
b. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I dengan luas 10- 15% atau
derajat II dengan luas 5-10%.
c. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II dengan luas >20% atau derajat III
dengan luas >10% .
Untuk menilai luas luka menggunakan metode Rules of nine berdasarkan
luas permukaan tubuh total. Luas luka bakar ditentukan untuk menentukan
kebutuhan cairan, dosis obat dan prognosis. Persentase pada orang dewasa dan
anak-anak berbeda. Pada dewasa, kepala memiliki nilai 9% dan untuk ektremitas
atas memiliki nilai masing-masing 9%. Untuk bagian tubuh anterior dan
posterior serta ekstremitas bawah memiliki nilai masing-masing 18%, yang
termasuk adalah toraks, abdomen dan punggung. Serta alat genital 1%.
Sedangkan pada anak-anak persentasenya berbeda pada kepala memiliki nilai
18% dan ektremitas bawah 14% (Yapa, 2009).
2.4 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis luka bakar dapat di kelompokkan menjadi trauma primer
dan sekunder, dengan adanya kerusakan langsung yang disebabkan oleh luka
bakar dan morbiditas yang akan muncul mengikuti trauma awal. Pada daerah
sekitar luka, akan ditemukan warna kemerahan, bulla, edema, nyeri atau
perubahan sensasi. Efek sistemik yang ditemukan pada luka bakar berat seperti
syok hipovelemik, hipotermi, perubahan uji metabolik dan darah (Price &
Wilson, 2008).
Syok hipovolemik dapat terlihat pada pasien dengan luka bakar lebih dari
25% LPTT. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas pembuluh
darah yang berlangsung secara kontinyu setidaknya dalam 36 jam pertama
setelah trauma luka bakar. Berbagai protein termasuk albumin keluar menuju
ruang interstitial dengan menarik cairan, sehingga menyebabkan edema dan
dehidrasi. Selain itu, tubuh juga kehilangan cairan melalui area luka, sehingga
untuk mengkompensasinya, pembuluh darah perifer dan visera berkonstriksi
yang pada akhirnya akan menyebabkan hipoperfusi. Pada fase awal, curah
jantung menurun akibat melemahnya kontraktilitasmiokardium, meningkatnya
afterload dan berkurangnya volume plasma. Tumour necrosis factor-a yang
dilepaskan sebagai penurunan kontraktilitas miokardium.
Suhu tubuh akan menurun secara besar dengan luka bakar berat, disebabkan
akibat evaporasi cairan pada kulit karena suhu tinggi luka bakar dan syok
hipovolemik. Uji kimia darah menujukkan tingginya kalium (akibat kerusakan
pada sel) dan rendahnya kalsium (akibat hipoalbuminemia). Setelah 48 jam
setelah trauma luka, pasien dengan luka bakar berat akan menjadi
hipermetabolik (laju metabolik dapat meningkat hingga 3 kali lipat). Suhu basal
tubuh akan meningkat mencapai 38,5°C akibat adanya respon inflamasi sistemik
terhadap luka bakar. Respon imun pasien juga akan menurun karena adanya
down regulation pada reseptor sehingga meningkatkan resiko infeksi dan juga
hilangnya barier utama pertahanan tubuh yaitu kulit (Price & Wilson, 2008).
Nyeri akibat luka bakar dapat berasal dari berbagai sumber yaitu antara lain,
sumber luka itu sendiri, jaringan sekitar, penggantian pembalut luka ataupun
donor kulit. Setelah terjadinya luka, respon inflamasiakan memicu
dikeluarkannya berbagai mediator seperti bradikinin dan histamin yang mampu
memberi sinyal rasa nyeri.
Hiperalgesia primer terjadi sebagai respon terhadap nyeri pada lokasi luka,
sedangkan hiperalgesia sekunder terjadi beberapa menit kemudian yang
diakibatkan adanya transmisi saraf dari kulit sekitarnya yang tidak rusak. Pasien
dengan luka bakar derajat I atau derajat II superfisial biasanya akan berespon
baik terhadap pengobatan dan sembuh dalam waktu 2 minggu, luka bakar
tersebut tampak berwarna merah muda atau merah, nyeri dan memiliki suplai
darah yang baik (Rahayuningsih, 2012).
2.5 Patofisiologi

a.Struktur Anatomi Kulit


Kulit Manusia merupakan sebuah struktur yang berkaitan satu dengan yang
lain, contohnya pada lengan bawah bagian volar , ketebalan lapisan epidermis
mencapai 0,15mm dimana lapisan terluarnya yaitu stratum corneum memiliki 1/3
ketebalan dari seluruh lapisan kulit. Kulit memiliki fungsi menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit, pengaturan suhu, penyimpanan lemak, menghasilkan
vitamin, dan sebagai pertahanan terhadap infeksi dari luar.
Dermis memiliki ketebalan 0,5 sampai 0,7 mm dan pada pertemuan antara
dermis dengan epidermis terdapat daerah seperti bukit yang dangkal (sering
disebut sebagai “pasak yang berkelok – kelok”) yang hanya dapat dilihat melalui
mikroskop. “Kubah” dari lemak subkutan yang menyentuh sampai ke dermis dan
terlihat dengan mata telanjang sebagai bintik kuning di dalam jaringan kolagen
putih ketika kulit yang tebal dipisahkan.
Sensasi nyeri tidak hilang oleh karena luka bakar sampai nekrosis yang
cukup dalam untuk merusak akhiran saraf. Struktur anatomis ini menjelaskan
mengapa epitel bisa tumbuh dari kelenjar keringat yang tidak mempunyai
melanosit ketika folikel rambut yang kaya akan melanosit sudah rusak dan
mengapa sebagian luka bakar yang menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dapat
tetap berepitelisasi dari kelenjar keringat yang masih ada.
b. Perpindahan Panas
Perpindahan panas dari luar tubuh ke dalam kulit merupakan suatu proses yang
kompleks. Material panas yang mengenai kulit pada suhu rendah disebut juga
“kontak” suhu. Kontak suhu bergantung pada kelembaman panas (contohnya daya
konduksi panas x berat jenis x spesiiftas panas) dari material panas. Kontak suhu
maksimal yang dapat di toleransi manusia untuk beberapa menit adalah 43 0C
sampai 43,50C.
Percobaan yang dilakukan pada babi guinea dimana kulit babi diberikan panas
yang berbeda beda selama 30 menit in vitro menunjukkan bahwa respirasi
menurun 50% pada suhu 43,50C. Respon serupa juga ditunjukkan pada manusia
dengan percobaan yang sama namun in vivo pada suhu 43,10C. Suhu dan lama
pajanan dengan sumber panas memiliki efek yang sinergis. Sel nekrosis terjadi
satu detik setelah paparan suhu 68,8oC atau 45oC setelah satu jam paparan.
2.6 Komplikasi

Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari
ketidakmampuan tubuh saat proses penyembuhan luka (Notoatmodjo, 2010)

1. Infeksi luka bakar

Infeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi.
Sistem integumen memiliki peranan sebagai pelindung utama dalam melawan
infeksi. Kulit yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh lebih rentan
terhadap patogen di udara seperti bakteri dan jamur. Infeksi juga dapat
terjadi akibat penggunaan tabung dan kateter. Kateter urin dapat
menyebabkan infeksi traktus urinarius, sedangkan tabung pernapasan dapat
memicu infeksi traktus respirasi seperti pneumonia.
2. Terganggunya suplai darah atau sirkulasi
Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat
menyebabkan kondisi hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain itu,
trauma luka bakar berat lebih rentan mengalami sumbatan darah (blood clot)
pada ekstremitas. Hal ini akibat lamanya waktu tirah baring pada pasien luka
bakar. Tirah baring mampu mengganggu sirkulasi darah normal, sehingga
mengakibatkan akumulasi darah di vena yang kemudian akan membentuk
sumbatan darah.
3 Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis.
Pada luka bakar derajat III, pembentukan jaringan sikatriks terjadi secara
berat dan menetap seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar terjadi di
area sendi. Hal ini terjadi ketika kulit yang mengalami penyembuhan
berkontraksi atau tertarik bersama. Akibarnya, pasien memiliki gerak terbatas
pada area luka. Selain itu, pasien dengan trauma luka bakar berat dapat
mengalami tekanan stress pasca trauma atau post traumatic stress disorder
(PTSD). Depresi dan ansietas merupakan gejala yang sering ditemukan pada
penderita.
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan luka bakar pada anak dan dewasa pada dasarnya sama hanya
akibat yang ditimbulkan dapat lebih serius pada anak. Hal itu disebabkan secara
anatomi kulit anak lebih tipis, lebih mudah terjadi Berbagai macam respon
sistem organ yang terjadi setelah mengalami luka bakar menuntut perlunya
pendekatan antar disiplin Perawat bertanggung jawab untuk mengembangkan
rencana perawatan yang didasarkan pada pengkajian data yang merefleksikan
kebutuhan fisik dan psikososial klien dan keluarga atau orang lain yang
dianggap penting (Rahayuningsih, 2012).
Perawatan sebelum di rumah sakit (prehospital care). Perawatan sebelum
klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada tempat kejadian luka bakar dan
berakhir ketika sampai di institusi pelayanan emergensi. Prehospital care
dimulai dengan memindahkan/menghindarkan klien dari sumber penyebab luka
bakar dan atau menghilangkan sumber panas (Rahayuningsih, 2012).

a. Penatalaksanaan prehospital
Menurut Rahayuningsih (2012) mengatakan bahwa penanganan pertama
pada luka bakar antara lain :
1) Menjauhkan penderita dari sumber luka bakar
2) Memadamkan pakaian yang terbakar
3) Menghilangkan zat kimia penyebab luka bakar
4) Menyiram dengan air sebanyak -banyaknya bila karena zat
kimia.
5) Mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan
menggunakan objek yang kering dan tidak menghantarkan arus
(nonconductive).
Fitriana (2014) menyebutkan bahwa pada tindakan penatalaksanaan
luka bakar terdapat beberapa prioritas tindakan untuk mengatasi
kegawatan pada klien yaitu sebagai berikut :
1) Menghentikan proses pembakaran
Jika menemukan penderita masih dalam keadaan terbakar maka harus
segera dilakukan pemadaman dengan cara menyiram dengan air dalam jumlah
banyak apabila disebabkan bensin atau minyak. Menggulingkan penderita pada
tanah (drop and roll) atau menggunakan selimut basah untuk memadamkan
api. Walaupun api sudah mati, luka bakar akan tetap mengalami proses
perjalanan pembakaran, untuk mengurangi proses ini luka dapat disiram atau
direndam dengan air bersih untuk pendinginan. Perlu diketahui bahwa proses
pendalaman ini hanya akan berlangsung selama 15 menit, sehingga apabila
pertolongan datang setelah 15 menit, usaha sia-sia dan hanya akan
menimbulkan hipotermi. Tidak diperbolehkan sekali-kali mengompres luka
bakar dengan kassa air es karena dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
2) Perawatan luka bakar
Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil
kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi rasa nyeri dengan mencegah
aliran udara agar tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar.
Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka.Tujuan dari
semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang
minimal.Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan
luka ini memiliki beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan
melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni
bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah
evaporasi pasien tidak hipotermi.Ketiga, penutupan luka diusahakan
semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya
rasa sakit.
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.(Holmes &
Heimbach, 2005).
a) Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya
barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup
dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan
melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,
Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
b) Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya,
pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut
dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain
luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari
bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver
skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra).
c) Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi
awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting ).Setelah sembuh
dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat.Kontraktur kulit dapat mengganggu
fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat
estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk
mengembalikan kepercayaan diri. Permasalahan-permasalahan yang
ditakuti pada luka bakar (Yovita, 2010):
a) Infeksi dan sepsis
b) Oliguria dan anuria
c) Oedem paru
d) ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )
e) Anemia
f) Kontraktur
g) Kematia
Pengasuhan terhadap anak yang dilakukan oleh seorang ibu tidak hanya
berkaitan dengan pemberian asupan makanan dan pengasuhan perilaku saja,
tetapi seorang ibu perlu memiliki pengetahuan tentang perawatan teterhadap
anak ketika dalam kondisi sakit termasuk pengetahuan tentang perawatan luka
bakar.
Daftar Pustaka

Inglis JK., 2000, Introduction To Laboratory Animal Science And


Technology, USA.
Kar, Ashutosh, 2013, Farmakognosi & Farmakobioteknologi Vol. 3,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Khalique,Muhamad Salman et al, 2013. Comparison of Hidrocolloid With
Conventional Gauze Dressing In Prevention of Wound Infection
After Clean Surgical Procedures, Pakistan
Kim Y.C, Shin J.C., Park C.I .,et al.1996, Efficacy of Hydrocolloid
Occlusive Dressing Tehnique in Dekubitus Ulcer Treament,
Yonsei Med J ; 37 (3): 181 – 185.
Kristyaningrum, dkk., 2013, Efektivitas Penggunaan Larutan NaCl
Dibandingkan dengan D40% Terhadap Proses Penyembuhan
Luka Ulkus DM, JIKK Vol. 4, No. 2, Juli 2013:52 - 58
Morison, Moya J.,2004, Manajemen Luka, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Pagad S., 2011, Rattus Novergicus ( Mammal)
Perdanakusuma, D.S. 2006, Penanganan luka pada luka bakar. In Noer,
M.S. (eds) Penanganan luka bakar. Airlangga University Press.
Surabaya. p: 83, 89.
Rahayuningsih.2012.Keperawatan Medikal Bedah.Penerbit Gosyen
Publishing: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai