Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPEMIPINAN

PERMAINAN TRADISIONAL
Dosen Pengampu : Agustin Sastrawan, S.pd.,M.pd.

DISUSUN OLEH :

NAMA : SURYANA PUTRI ARUAN


KELAS : PJKR I B 2020
NIM : 6202111004

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa


yang telah memberikan saya rahmat kesehatan dan kesempatan.
Sehingga saya dapat menyususn dan menyelesaikan tugas
Makalah Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan. Penulisan ini
saya sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan
kemampuan yang saya miliki.
Saya ucapkan terimahkasih kepada bapak Agustin Sastrawan
M.pd selaku Dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan..
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, kritik yang membangun dari semua pihak
sangat saya butuhkan demi kesempurnaan tugas ini.

MEDAN, 03 DSEMBER 2020

SURYANA PUTRI ARUAN


DAFTAR ISI

Kata
Pengantar………………………………………………………………............
..
Daftar
Isi…………………………………………………………………………............
....
BAB I PERMAINAN PETAK UMPET..........................…..
………………..
1.1 Permainan Tradisional PETAK UMPET…..…………
BAB II FILOSOFI ……………………………….
………………….....................…….
2.1 Filosofi Permaianan PETAK UMPET…………....
BAB III NILAI-NILAI
KEPEMIMPINAN……………………………………...….
3.1 Permaianan Petak
umpet……………………………………..
BAB IV
PENUTUP………………………………………………………..............
........
5.1 Kesimpulan…………................
………………………………………..
5.2 Saran……………....................
…………………………………………….
Daftar Pustaka……………….......
………………………………………….......

BAB I
PERMAINAN PETAK UMPET

1.1 Permainan Tradisional PETAK UMPET

Zaman dahulu belum banyak permainan modern sehingga


petak umpet pun bisa dijadikan mainan.

Sehingga anak-anak memainkan petak umpet sebagai permainan


tradisional, yang dilakukan beberapa orang.

Petak umpet adalah sejenis permainan cari dan sembunyi yang bisa
dimainkan oleh minimal 2 orang yang umumnya berada di luar ruang.

Dimulai dengan Hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi


"kucing" (berperan sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi).
Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik sambil
berhitung sampai 10, biasanya dia menghadap tembok, pohon atau
apasaja supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak untuk
bersembunyi (tempat jaga ini memiliki sebutan yang berbeda di setiap
daerah, contohnya di beberapa daerah di Jakarta ada yang menyebutnya
INGLO, di daerah lain menyebutnya BON dan ada juga yang menamai
tempat itu HONG). Setelah hitungan sepuluh (atau hitungan yang telah
disepakati bersama, misalnya jika wilayahnya terbuka, hitungan
biasanya ditambah menjadi 15 atau 20) dan setelah teman-temannya
bersembunyi, mulailah si "kucing" beraksi mencari teman-temannya
tersebut.

Jika si "kucing" menemukan temannya, ia akan menyebut nama


temannya sambil menyentuh INGLO atau BON atau HONG, apabila
hanya meneriakkan namanya saja, maka si "kucing" dianggap kalah dan
mengulang permainan dari awal. Apabila Yang seru adalah, pada saat si
"kucing" bergerilya menemukan teman-temannya yang bersembunyi,
salah satu anak (yang statusnya masih sebagai "target operasi" atau
belum ditemukan) dapat mengendap-endap menuju INGLO, BON atau
HONG, jika berhasil menyentuhnya, maka semua teman-teman yang
sebelumnya telah ditemukan oleh si "kucing" dibebaskan, alias sandera
si "kucing" dianggap tidak pernah ditemukan, sehingga si "kucing" harus
kembali menghitung dan mengulang permainan dari awal.

Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. orang yang pertama


ditemukan yang menjadi 'kucing' berikutnya.

Ada satu istilah lagi dalam permainan ini, yaitu 'kebakaran' yang
dimaksud di sini adalah bila teman kucing yang bersembunyi ketahuan
oleh si kucing disebabkan diberitahu oleh teman kucing yang telah
ditemukan lebih dulu dari persembunyiannya.

Permainan ini bisa melatih anak beradu kecerdasan, kecermatan, dan


kejelian. Anak-anak dilatih berpikir mencari tempat yang tepat untuk
bersembunyi dan bagaimana cara bersembunyi untuk menghindar dari
orang mencarinya. Permainan ini juga menjadikan anak lebih kuat dan
tangkas secara fisik. Selain itu memberikan pendidikan pada anak untuk
bermain sportif, jujur, dan kreatif.

BAB II
FILOSOFI

2.1 Filosofi permainan petak umpet

Petak umpet
Dari namanya saja sudah bisa ditebak, bahwa petak umpet
mengharuskan para pemainnya bersembunyi dari seseorang. Orang
yang sedang mendapat giliran untuk "jaga" akan mencari orang-
orang yang bersembunyi. Dan ketika menemukan orang yang
bersembunyi, yang "jaga" harus berteriak hong. Hal tersebut terus
dilakukan hingga semua orang yang bersembunyi ditemukan.

Filosofi dari permainan ini adalah tentang kehidupan dan


kematian. Orang-orang bersembunyi yang ditemukan, ibaratnya
adalah manusia yang telah dijemput Tuhan. Permaian ini menjadi
pengingat bahwa kehidupan di dunia hanya sementara.
BAB III
NILAI-NILAI

3.1 Nilai-nilai Permaianan Petak umpet

Nilai- nilai yang terdapat dalam permainan tradisional petak


umpet adalah:
•Tidak Pantang Menyerah

•Melatih Ketajaman Mata Dan Pendegaran

•Keberanian Dalam Mencari Lawan Dimana Pun

•Melatih Untuk Mencari Tempat Yang Bagus Untuk


Bersembunyi

•Bersatu Agar Dapat Menyalamatkan Teman Yang Dapat


Pertama
BAB IV
PENUTUP
51. Kesimpulan
Permainan tradisional tidak hanya sekedar permainan yan
gmengandung kesenangan semata Namun permainan tradisional
dapat melatih kemampuan motorik anak sikap anak dan juga
ketrampilan anak Serta dapat membentuk karakter anak yanluhur a
lam menerima sikap perubahan sosial didalam masyrakatkita mem
ang harus bersi1at terbuka dan dinamis terhadap
perkembangan aman perkembangan dunia Ada sebuah garis-garis
yang harus memisahkan kebudayaan asli dengan masuknyakebuda
yaan luar dalam era global saat ini Perubahan sosial akan
terjadi apabila masyarakat menerima masuknya perubahan itusendi
ri maka dari itu kita perlu yang namanya kesadaran sejak diniuntuk
menjaga dan melstarikan kebudayaan lokal masyarakat kita sendiri
kalau bukan kita yang menjaga kebudayaan tersebut siapalagi dan
tidak akan menutup kemungkinan memudarnya permainan
tradisional sebagai salah satu contoh penulisan diatas dapat
terjadibila kita sendiri tidak memelihara kebudayaan kita sendiri

5.2. Saran
kita sebagai generasi muda sudah saatnya kita
melestarikanpermainan tradisional. kita seharusnya perkenalkan
dulu pada anakkita tentang permainan tradisional .alaupun di
;aman globalisasisaat ini karena pada usia dini perkembangan anak
sangat dibutuhdemi perkembangan fisik dan motorik anak.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Petak_umpet#:~:text=Peta
k%20umpet%20adalah%20sejenis
%20permainan,umumnya%20berada%20di%20luar
%20ruang.

Anda mungkin juga menyukai