Anda di halaman 1dari 24

Prevalensi Anemia di Indonesia

Sahabat, Indonesia adalah negara dengan tingkat kasus anemia cukup tinggi.
Kekurangan zat besi menjadi salah satu masalah nutrisi terbesar di Indonesia.

Kekurangan zat besi menjadi salah satu masalah nutrisi terbesar di Indonesia.
Prevalensi anemia pada kelompok pekerja di Indonesia masih terbilang cukup
tinggi, yaitu 30%. Hal tersebut dapat mempengaruhi produktivitas kerja, maka
perlu di usahakan penanggulangan yang tepat guna.

Produktivitas kerja tidak terlepas dari keterampilan, kecerdasan dan


kebugarannya. Selain lingkungan dan iklim kerja yang kondusif untuk
merangsang prestasi kerja. Dalam hal ini peranan kesehatan dan status gizi
memengaruhi kecerdasan, kebugaran, daya tahan, dan daya tangkap dalam
mengembangkan keterampilan dan teknik kerja.

Penelitian oleh Haggard dan Greberg tahun 1935 terhadap buruh pabrik sepatu
menunjukkan bahwa buruh yang makan tiga kali sehari produktivitas kerjanya
lebih tinggi dibandingkan dengan yang makan dua kali sehari. Dari buruh-buruh
bangunan maupun perkebunan karet ditemukan bahwa ada kolerasi positif
antara kadar hemoglobin dengan kemampuan fisik. Tingkat produktivitas pada
penyadap karet dengan status gizi kurang (anemia gizi) ternyata 20% lebih
rendah daripada yang tidak kekurangan gizi. Penurunan produktivitas dan
kemampuan jasmani terjadi pada tingkat anemia sedang sampai berat (Husaini,
1979).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Barnawi, dkk (1984) pengaruh anemia
pada produktivitas pekerja baru dapat terlihat jika status gizi kurang yang dialami
oleh pekerja sudah berlangsung lama sehingga mempengaruhi faal tubuh dan
tidak ada penanggulangannya.
Prevalensi Anemia di Indonesia Tinggi
inShare
Share

Jakarta (Metrotvnews.com): Siapa saja


rentan terkena penyakit kekurangan sel darah merah (hemoglobin) atau yang
dikenal dengan anemia. 

Dokter dari Divisi Hematologi-Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


(FKUI) Nadia Ayu Mulansari menyatakan orang yang berpotensi terkena penyakit ini
tidak selalu sadar bahwa dirinya anemia.

Gejala anemia umumnya ditandai kelelahan walaupun baru bangun tidur seperti
lemah, letih, dan lesu, pusing, napas sesak, serta susah berkonsentrasi.

Kadar hemoglobin normal dalam darah yakni 12 per desiliter, penderita anemia
memiliki hb di bawah angka tersebut. Pada orang usia produktif gejala anemia tentu
saja berpengaruh pada pekerjaan sehari-hari. 

"Sedangkan pada bayi dan anak-anak berpengaruh pada pertumbuhan serta


kemampuan kognitif di masa mendatang," jelas Nadia dalam kegiatan media briefing
terkait anemia di Jakarta, Selasa (27/3).

Di Indonesia prevalensi orang terkena anemia menurut Nadia terhitung cukup tinggi. 

"Sebuah survei yang dilakukan Fakultas Kedokteran di beberapa Universitas di


Indonesia pada 2012 menemukan 50-63% ibu hamil menderita anemia. Selain itu
40% wanita usia subur turut mengalami anemia," jelas Nadia.

Tidak hanya survei tersebut yang memaparkan ancaman anemia di Indonesia. Asian
Development Bank (ADB) mencatat pada 2012 sebanyak 22 juta anak Indonesia
menderita anemia sehingga menyebabkan penurunan IQ. 

Penelitian Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang sama
menyebutkan 51% wanita hamil menderita anemia sehingga menyebabkan
kematian hingga 300 jiwa per hari. 

Lalu Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak Kementerian Kesehatan
pada 2012 mencatat 1 dari 2 wanita bekerja di Indonesia berisiko anemia.

Beberapa penyebab anemia menurut Nadia jika dikenali masyarakat mampu


menekan tingkat risiko anemia. 

Tiga hal penyebab umum anemia, yakni kehilangan banyak sel darah merah karena
pendarahan, umum diderita wanita yang kehilangan banyak dara saat menstruasi
atau setelah melahirkan, atau pada luka serius. 

Kemudian, menurunnya produksi sel darah merah karena kekurangan zat besi (Fe). 

"Lalu peningkatan destruksi sel darah merah karena penyakit tertentu atau kelainan
gen seperti pada kasus thalasemia," jelas Nadia.

Gejala yang umum ditemukan pada kasus anemia di Indonesia menurut Nadia yakni
kekurangan zat besi. (Soraya Bunga Larasati)
Patofisiologi singkat Anemia

1.     Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit
dalam darah kurang dari nilai standar (normal).Anemia bisa juga disebabkan oleh kehilangan darah
dalam jumlah banyak akibat kecelakaan, karena ketidakmampuan tubuh memproduksi sel darah
merah yang cukup, dan bisa juga disebabkan oleh kelainan bawaan atau genetik (keturunan). Ukuran
hemoglobin normal

        Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram

        Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram Tingkat pada anemia

        Kadar Hb 10 gram – 8 gram disebut anemia ringan

        Kadar Hb 8 gram – 5 gram disebut anemia sedang.

        Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.

Jenis dari anemia sendiri bermacam-macam karena dibedakan menurut faktor penyebabnya.
Berikut ini adalah diagnosa penyebab anemia menurut ilmu kedokteran:

  Anemia hemoragi

Anemia hemoragi disebabkan oleh kehilangan darah akut. Sumsum tulang secara bertahap
akan memproduksi sel darah merah baru untuk kembali ke kondisi normal

  Anemia defisiensi zat besi

Anemia jenis ini terjadi sebagai akibat dari penurunan asupan makanan, penurunan daya
absorbsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan

  Anemia aplastik

Anemia aplastik atau sumsum tulang tidak aktif ini ditandai dengan penurunan sel darah
merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena paparan radiasi yang berlebihan, keracunan
zat kimia, atau kanker

  Anemia pernicious

Anemia pernicious ini disebabkan oleh tidak terdapatnya vitamin b12 di dalam diri seseorang

  Anemia sel sabit (sickle cel anemia)


Ini merupakan jenis anemia yang dipengaruhi oleh faktor keturunan. Anemia sel sabit
disebabkan oleh molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian
salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta.

Hal ini menyebabkan sel darah merah terdistrosi  menjadi bentuk sabit dalam kondisi
konsentrasi oksigen yang rendah. Sel - sel terdistorsi ini menutup kapilar dan mengganggu aliran
darah.

2.     Tanda dan Gejala


Gejala anemia :

Bila anemia terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam jumlah yang sangat
rendah sebelum gejalanya muncul. Gejala- gejala tersebut berupa :

         asimtomatik : terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang lama

         letargi

         nafas pendek atau sesak, terutama saat beraktfitas

         pusing

         palpitasi

sedangkan, tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan yaitu :

         pucat pada membrane mukosa, yaitu mulut, konjungtiva, kuku.

         sirkulasi hiperdinamik, seperti takikardi, pulse yang menghilang, aliran murmur sistolik.

         gagal jantung

         perdarahan retina

tanda-tanda spesifik pada pasien anemia diantaranya :

         glossitis : terjadi pada pasien anemia megaloblastik, anemia defisiensi besi

         stomatitis angular : terjadi pada pasien anemia defisiensi besi.

         jaundis (kekuningan) : terjadi akibat hemolisis, anemia megaloblastik ringan.

         splenomegali : akibat hemolisis, dan anemia megaloblastik.

         ulserasi di kaki : terjadi pada anemia sickle cell

         deformitas tulang : terjadi pada talasemia


         neuropati perifer, atrofi optik, degenerasi spinal, merupakan efek dari defisiensi vitamin b12.

         garing biru pada gusi (burton’s line), ensefalopati, dan neuropati motorik perifer sering terlihat pada
pasien yang keracunan metal.

3.     Penyebab
Penyebab anemia umumnya adalah :

-          Kurang gizi (malnutrisi)

-          Kurang zat besi dalam diet.

-          Malabsorpsi

-          Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, dan lain-lain.

-          Penyakit – penyakit kronik: TBC, Paru-paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.

4.     Patofisiologi
        Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang
abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia
bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya.  Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.  Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik)
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel
darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan
dasar:

1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;

2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer


penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

5.     Masalah Keperawatan
5.1  Intoleransi aktivitas

Tanda : kelemahan, banyak istirahat, palpitasi, takikardi, peningkatan TD, dispnea.

Kriteria evaluasi : peningkatan toleransi aktivitas ; nadi, pernafasan dan tekanan darah normal.

Intervensi :

o   Kaji kemampuan melakukan tugas, catat adanya kelelahan dan kesulitan melakukan tugas

o   Kaji gangguan keseimbangan jalan dan kelemahan otot

o   Awasi vital sign selama dan sesudah aktivitas

o   Ubah posisi perlahan, pantau terhadap pusing

o   Beri bantuan aktivitas/ambulasi bila perlu

o   Anjurkan menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan dan pusing.

5.2   Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a                  :    penurunan BB, perubahan mukosa mulut ; kehilangan tonus otot


ia evaluasi  :    peningkatan BB/stabil dengan nilai Laboratorium normal ; tidak ada tanda malnutrisi

                   Intervensi            :

o   Observasi dan catat masukan makanan

o   Timbang berat badan setiap hari

o   Observasi mual/muntah, flatus dan gejala lain

o   Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik

o   Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka

o   Pantau hasil lab : Hb/Hmt, protein, besi, B12, asam folat dan elektrolit serum

o   Beri obat sesuai interuksi : vitamin, mineral, besi oral

o   Beri diet halus, rendah serat, tidak merangsang

5.3   Resiko tinggi terhadap infeksi

a evaluasi  :    mengidentifikasi perilaku untuk mencegah resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan luka dan bebas
demam.

 Intervensi             :

-          Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan klien

-          Pertahankan tehnik aseptic

-          Berikan perawatan kulit, perianal dan oral

-          Tingkatkan masukan cairan adekuat

-          Pantau dan batasi pengunjung, beri isolasi

-          Pantau suhu

-          Ambil spesimen untuk kultur sesuai indikasi

-          Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik

5.4   Kerusakan integritas kulit/resiko kerusakan integritas kulit

evaluasi  :    Mengidentifikasi factor-faktor perilaku untuk mencegah cidera kulit.

Intervensi             :

-          Catat adanya perubahan pada turgor, warna, hangat local, eritema


-          Ubah posisi secara periodic

-          Ajarkan agar kulit tetap kering dan bersih

-          Bantu latihan rentang gerak pasif

-          Gunakan alat pelindung ; kasur tekanan udara, bantal sesuai indikasi

5.5   Konstipasi/diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan pencernaan, efek


samping terapi oral.

                :    perubahan frekuensi, karakteristik dan jumlah feces ; mual/muntah ; anoreksia; nyeri abdomen tiba-tiba,
gangguan bunyi usus.

evaluasi  :    fungsi usus normal ; perubahan perilaku hidup yang diperlukan sebagai penyebab.

Intervensi             :

-          Observasi warna, konsistensi, frekuensi, jumlah.

-          Auskultasi bunyi usus

-          Awasi masukan/keluaran

-          Dorong masukan 2500-3000 ml

-          Konsul dengan ahli gizi : diet tinggi serat

-          Berikan pelembek feces atau enema sesuai indikasi

-          Berikan obat anti diare sesuai indikasi

5.6   Perubahan perfusi jaringan

                   Kemungkinan dibuktikan oleh :

palpitasi, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh, ekstremitas dingin,
penurunan haluaran urine, penurunan tekanan darah capilari refill melambat, disorientasi.

Kriteria evaluasi  :    menunjukkan perfusi adekuat ; tanda vital stabil, membrane mukosa berwarna
merah muda, capilari refill baik, mental baik.

Intervensi :

-          Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa dan kuku

-          Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi

-          Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi nafas


-          Selidiki keluhan nyeri dada dan palpitasi

-          Kaji respon verbal melambat, agitasi bingung

-          Catat keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan sesuai indikasi

-          Awasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Mmt dan jumlah eritrosit

-          Berikan sel darah merah sesuai indikasi

-          Berikan oksigen sesuai indikasi

6.     Komplikasi
Anemia sel sabit dapat menghancurkan organ-organ tubuh. Nyeri dan pembengkakan di jari
kaki dan pergelangan kaki merupakan salah satu tanda pertama anemia sel sabit. Penyumbatan
pembuluh darah juga dapat menimbulkan rasa sakit di tangan.

Sel darah merah sabit bisa menghalangi aliran darah ke berbagai organ, termasuk limpa,
paru-paru, otak, mata, dan pembuluh darah yang menyuplai jantung serta paru-paru.

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat anemia sel sabit diantaranya adalah:

1)      infeksi

2)      pneumonia

3)      kerusakan mata

4)      kecacatan akibat stroke hemoragik atau stroke iskemik (karena kekurangan oksigen ke
otak)

5)      pembesaran limpa

6)      hipertensi arteri paru-paru (peningkatan tekanan dalam paru-paru)

7)      ulcer (borok) di kaki karena buruknya aliran darah ke kulit

8)      gagal ginjal

9)      batu empedu, karena terlalu banyak sel darah merah yang hancur maka bilirubin dalam
aliran darah menjadi banyak sehingga dapat menyebabkan batu empedu.

10)  mual dan sakit perut karena serangan pada kandungan empedu dan batu empedu

Daftar Pustaka
Carapedia. Diagnosa Penyebab
anemia :http://carapedia.com/diagnosa_penyebab_anemia_info2231.html

Patofisiologi dan Manifestasi Klinis


Anemia :http://baihidlajiandra.blogspot.com/2011/12/patofisiologi-dan-manifestasi-klinis.html

Wikipedia. Anemia : http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
DEFINISI
Anemia adalah kondisi dimana tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah untuk
mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh anda. Jika anda terkena anemia, anda
akan merasa sangat lemah. Anemia dapat bersifat sementara atau lama dan dapat
bervariasi dari yang ringan hingga berat.
Jika anda terkena anemia, hendaknya segera temui dokter anda karena anemia
dapat menjadi tanda dari penyakit yang serius. Pengobatan anemia bisa berupa
pemberin suplemen sampai tindakan medis. Anda dapat mencegah anemia dengan
makan makanan yang bergizi.
GEJALA
Tanda dan gejala anemia antara lain:
•    Lemah
•    Kulit pucat
•    Detak jantung cepat atau tidak teratur
•    Napas pendek
•    Nyeri pada dada
•    Pusing
•    Tangan dan kaki terasa dingin
•    Sakit kepala
Penyebab & Faktor Risiko
Penyebab
Darah terdiri dari plasma dan sel. Ada tiga jenis sel darah:
•    Sel darah putih (leukosit). Sel darah ini berguna untuk melawan infeksi.
•    Platelets / keping darah. Sel darah ini membantu membekukan darah saat
terluka.
•     Sel darah putih (eritrosit). Sel darah merah ini membawa oksigen dari paru-
paru melalui aliran darah menuju otak dan organ serta jaringan lain. Tubuh
memerlukan suplai oksigen untuk berfungsi. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang merupakan protein yang kayak dengan zat besi yang
memberikannya warna merah.
Banyak sel darah diproduksi oleh sumsum tulang belakang. Untuk dapat
memproduksi sel darah merah dan hemoglobin, tubuh anda membutuhkan zat
besi, mineral, protein dan vitamin lainnya dari makanan yang anda makan.
Penyebab umum anemia
Anemia terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu sedikit sel darah merah,
kehilangan terlalu banyak sel darah merah atau mematikan sel darah merah lebih
banyak daripada menggantinya. Beberapa jenis anemia dan penyebabnya adalah:
•    Iron deficiency anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kekurangan zat besi di
tubuh. Sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin. Tanpa
zat besi yang cukup, tubuh tidak akan memproduksi cukup hemoglobin untuk sel
darah merah.
•    Vitamin deficiency anemia. Sebagai tambahan dari zat besi, tubuh juga
membutuhkan folat dan vitamin B-12 untuk menghasilkan cukup sel darah merah.
Asupan makanan yang rendah zat tersebut dan nutrisi penting lain dapat
menyebabkan penurunan produksi sel darah merah. Sebagai tambahan, beberapa
orang tidak dapat dengan efektif menyerap vitamin B-12.
•    Anemia of chronic disease. Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan
HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi produksi sel darah merah, menghasilkan anemia
kronis. Gagal ginjal juga dapat menyebabkan anemia.
•    Aplastic anemia. Jenis ini sangat jarang terjadi dan merupakan kondisi yang
mengancam jiwa. Ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan sumsum tulang
belakang untuk menghasilkan ketiga jenis sel darah. Penyebabnya tidak diketahui.
•    Anemias associated with bone marrow disease. Kondisi seperti leukemia dan
myelodysplasia dapat menyebabkan anemia yang menyebabkan produksi darah di
sumsum tulang belakang berkurang.
•    Hemolytic anemias. Ini terjadi ketika sel darah merah hancur lebih cepat dan
sumsum tulang belakang tidak mampu mengimbanginya dengan menghasilkan sel
darah merah pengganti. Penyakit tertentu seperti gangguan pada darah dapat
menjadi penyebab. Serta gangguan autoimun tubuh dapat menyebabkan tubuh
menghasilkan antibodi terhadap sel darah merah sehingga menghancurkan sel
darah merah.
•    Sickle cell anemia. Jenis anemia ini disebabkan oleh kecacatan bentuk
hemoglobin yang membuat sel darah merah terbentuk seperti sabit. Sel darah
merah ini mati secara prematur dan menyebabkan kondisi kronis kurangnya sel
darah merah.
•    Anemia lain. Anemia jenis ini berbeda dari yang lain, antara lain thalassemia
dan anemia yang disebabkan oleh kecacatan hemoglobin.
Faktor risiko
Beberapa faktor yang mungkin meningkatkan peluang terjadinya anemia antara
lain:
•    Rendahnya asupan gizi pada makanan.
•    Gangguan kesehatan usus kecil atau operasi yang berkenaan dengan usus kecil.
•    Menstruasi.
•    Kehamilan.
•    Kondisi kronis seperti kanker, gagal ginjal atau kegagalan hati.
•    Faktor keturunan.
Infeksi tertentu seperti gangguan pada darah dan autoimun, terkena racun kimia,
dan menggunakan beberapa obat yang berpengaruh pada produksi sel darah merah
dan menyebabkan anemia.
Risiko lain adalah diabetes, alkohol dan orang yang menjadi vegetarian ketat dan
kurang asupan zat besi atau vitamin B-12 pada makanannya.
Pencegahan
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Tapi anda dapat membantu menghindari
iron deficiency anemia dan vitamin deficiency anemias dengan makanan sehat yang
mengandung:
•    Zat besi. Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran
berwana hijau gelap, buah yang dikeringkan, dan lain-lain.
•    Folat. Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap,
kacang-kavangan, sereal dan pasta.
•    Vitamin B-12. Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.
•    Vitamin C. Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang
mengandung vitamin C antara lain jeruk, melon dan buah beri.
Makanan yang mengandung zat besi penting untuk mereka yang membutuhkan zat
besi tinggi seperti pada anak-anak, wanita menstruasi dan wanita hamil. Zat besi
yang cukup juga penting untuk bayi, vegetarian dan atlet.
diet buat penderita anemia

A.  Definisi
      

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah, yang mengakibatkan penurunan Kapasitas pengangkut oksigen darah ( Doenges,
2000 ).

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hemotokrit dibawah normal. (Smeltzer, 2001, 935)

Anemia mengacu pada suatu kondisi dimana terdapat penurunan konsentrasi


hemoglobin, jumlah sel darah merah sirkulasi atau volume sel darah tanpa plasma
( hemotokrit ) dibandingkan dengan nilai – nilai normal ( tambayong, 2000. 77 )

Anemia adalah reduksi dalam sel darah merah ( eritrosit ) dimana terjadi perubahan
menurunnya kapasitas pengangkutan oksigen dalam darah ( luckman, 1999, 1335 )

Tabel 1 Batas normal kadar hemoglobin

Kelompok Umur Hemoglobin

Anak 6 bln s/d 6 thn 11

Dewasa 6 thn s/d 14 thn 12

Laki-laki 13

Wanita 12

Wanita hamil 11

B.       Klasifikasi Anemia menurut Soeparman,1994 Sebagai berikut :

a. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidak sanggupan sum – sum tulang untuk membentuk sel – sel darah
Etiologi dari anemia aplastik adalah :

-          Faktor genetik

-          Obat – obatan dan bahan kimia

-          Infeksi
-          Radiasi

b. Anemia defisiensi besi


Cadangan besi didalam plasma dan hemoglobin kurang normal
Etiologi

-          Absorbsi yang menurun

-          Perdarahan kronik

-          Kebutuhan yang meningkat

-          Diet yang tidak mencukupi

c. Anemia megaloblastik
Sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritoblas yang besar yang terjadi akibat
gangguan maturasi inti sel tersebut
Etiologi :

-          Defisiensi vitamin B12

-          Defisiensi asam folat

-          Gangguan metabolisme

-          Vitamin B12 dan asam folat

d. Anemia defisiensi asam folat


Asam folat terdapat dalam daging, susu, dan daun – daunan, penurunan absorbsi asam
folat jarang ditemukan karena absorbsi terjadi diseluruh saluran cerna dan berhubungan
dengan serosis hepatis karena terdapat penurunan cadangan asam folat
e. Anemia hemolitik
Suatu penyakit anemia yang disebabkan oleh hemolosis erittrosit. Eritrosit berdasarkan
reaksi antigen antibodi.
Etiologi

-          Cidera mekanik

-          Reaksi antigen antibodi SDM

-          Ikatan komplemen

-          Reaksi kimia

f. Anemia karena pendarahan


Etiologi :
Hilangnya darah akibat hemodelusi dan cairan
g. Anemia sel sabit
Jenis anemia kongenital dimana sebanyak sel darah merah berbentuk menyerupai sabit.

C.       Etiologi dari Anemia menurut Smeltzer 2001,935, sebagai berikut :

1.      Kurangnya sel  darah merah

2.      Kerusakan pada sel darah merah

3.      Kurang nutrisi

4.      Penyakit kronis

5.      Faktor keturunan

6.      Kehilangan darah yang berlebihan                                               

     

D.      Tanda dan gejala dari anemia  menurut Smeltzer, 2001, Sebagai berikut:

a.       Kelemahan

b.      Pendarahan

c.       Luka / ilcefation pada lidah, gusi / membran mukosa

d.      Sesak

e.       Nyeri

f.       Demam

g.      Pruritas

h.      Kecemasan

E.       PATOFISIOLOGI
Reflek dari tiap anemia adalah kegaggalan sumsum atau kehilangan sel darah merah yang
banyak atau kedua – duanya. Kegagalan sum – sum ( penurunan eritropares B ) mungkin
terjadi akibat dari defisit nutrisi didapat racun, invasi tumor dari penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah mungkin hilang melalui perdarahan atau hemolosis. Penurunan
sel darah merah terjadi terutama pada sel fagosit dari reti kulo dihasilkan dalam proses ini
bilirubin dibentuk dalam fagosit masuk dalam aliran darah, bertambah banyaknya kerusakan
dari sel darah merah ( hemolosis ) merupakan refleksi dari bertambahnya plasma bilirubin
( H : 1 mg / dl atau lebih dari 1,5 mh / dl hasilnya kekuningan pada sklera ) jika terjadi
gangguan hemolitik, sel darah merah dirusak dalam sirkulasi darah yang terdapat dalam HB
dan plasma  ( hemoglobinemia ) . Jika konsentrasi plasma melebihi kapasitas dari plasma
haptoglobin ( terjepitnya protein untuk membebaskan Hb ). Jika jumlahnya lebih dari 100 mg
/ dl Hb yang tersebar melalui renal glomenulus dan masuk ke dalam urin ( hemoglobinurea ).
Anemia disebabkan oleh kerusakan Sel Darah Merah / tidak adekuatnya produksi Sel Darah
Mrah yang biasanya dapat dicapai dalam dasar dari sistem retikuloendoteal proliferasi
dalam sum – sum tulang Belakang keadaan dari hiperbilirubenemia dan
hemoglobinemia(Smeltzer, 2001 ).

F.       PENATALAKSANAAN

G.   TUJUAN DIIT

1.  Meningkatkan asupan makanan sumber Fe sehingga tidak terjadi anemia

2.  Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal

3.  Mencapai dan mempertahankan BB dan setatus gizi yang optimal sehingga tidak terjadi
malnutrisi

4.  Memperbaiki pola makan yang salah

5.  Mengurangi/ mencegah timbulnya factor resiko lain/ penyakit baru pada saat kehamilan/
setelah melahirkan

6. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh.

G.    SYARAT DIIT ANEMIA

1. Energi sesuai kebutuhan diberikan 2515,356 kkal

2. Protein tinggi 1,5 gr/kg BB yaitu sebesar 91,5 gram

3. Lemak sedang diberikan 25 % yaitu sebesar 69,871 gram


4. Karhohidrat sesuai kebutuhan diberikan 380,13 gram

5. Vitamin dan mineral terutama pemberian Fe, asam folat, dan vit B12 serta vit C

6. Pemberian makan disesuaikan dengan kebutuhan pasien

H.      DIIT pada KLIEN ANEMIA

Tabel 2 Nilai gizi diit TETP

Nilai Gizi TETP I TETP II

Energi (kkal) 2690 3040

Protein (g) 103 120

Lemak (g) 73 98

Karbohidrat (g) 420 420

Kalsium (mg) 700 1400

Besi (mg) 30,2 36

Vitamin A (RE) 2746 2965

Tiamin (mg) 1,5 1,7

Vitamin C (mg) 114 116

Tabel 3 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan yang Tidak Dianjurkan

Bahan makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber Karbohidrat Nasi, mie, roti, macaroni,


dan hasil olah tetepung-
tepungan lain, seperti cake,
tarcis, pudding, dan pastry,
dodol, ubi, karbohidrat
sederhana seperti gula pasir.

Sumber Protein Daging sapi, ayam, ikan, Dimasak dengan banyak


telur, susu, dan hasil olah minyak atau kelapa/ santan
seperti keju dan yoghurt kental.
custard dan es krim.

Sumber Protein Nabati Semua jenis kacang- Dimasak dengan banyak


kacangan dan hasil minyak atau kelapa/ santan
olahanya, seperti tempe, kental.
tahu, dan pindakas.

Sayuran Semua jenis sayuran, Dimasak dengan banyak


terutama jenis B, seperti minyak atau kelapa/ santan
bayam, buncis, daun kental.
singkong, kacang panjang,
labu siam dan wortel
direbus, dikukus dan ditumis.

Buah-buahan Semua jenis buah segar,


buah kaleng, buah kering
dan jus buah.

Lemak dan minyak Minyak goring, mentega, Santan kental


margarine, santan encer,
salad dressing.

Minuman Soft drink,  madu, sirup, teh Minuman rendah energy


dan kopi encer.

Bumbu Bumbu tidak tajam, seperti Bumbu yang tajam, seperti


bawang merah, bawang cabe dan merica
putih, laos, salam, dan
kecap.

Tabel 4 Contoh Menu Sehari TETP II

Pagi Siang Malam

Nasi Nasi Nasi

Telur dadar Ikan Daging empal

Daging semur Ayam goring Telur balado

Ketimun + tomat iris Tempe bacam Sup sayuran


Susu Sayur asam Pisang

Papaya

Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 21.00

Bubur kacang hijau susu Telur ½ masak

susu - Formula komersial


Apa itu anemia defisiensi besi?
Tidak mengonsumsi makanan dengan zat besi yang cukup kadang-kadang
menyebabkan anemia defisiensi besi. Beberapa orang yang memiliki pola makan
yang buruk dengan hanya mendapatkan asupan zat besi yang rendah, mungkin
berisiko anemia jika faktor-faktor lainnya berkembang. Misalnya, diet yang
hampir tidak memadai dikombinasikan dengan lonjakan pertumbuhan pada anak-
anak, atau dengan kehamilan atau dengan periode berat dapat menyebabkan
anemia. Diet yang dibatasi seperti diet vegan atau vegetarian kadang-kadang
tidak mengandung cukup zat besi.

Apa peran zat besi?


Peran utama zat besi adalah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Peran
ini adalah fungsi utama dari bahan kimia yang disebut hemoglobin yang
membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh. Zat besi disimpan
terutama di hati dan otot kita.

Besi ditemukan dalam banyak makanan dan hadir dalam dua bentuk: hem dan
non-haem. Zat besi haem lebih baik diserap oleh tubuh dan ditemukan dalam
produk hewani seperti daging (termasuk ayam) dan ikan. Zat besi non-heme
ditemukan terutama di sumber tanaman seperti kacang-kacangan dan sayuran
berdaun hijau. Zat besi jenis ini juga terdapat pada banyak makanan seperti roti,
sereal dan tepung.

Apa yang harus saya lakukan?


Dalam rangka untuk menjaga keseimbangan zat besi dalam tubuh, kita harus
menyesuaikan  zat besi yang kita serap dengan zat besi yang kita keluarkan. Zat
besi keluar melalui tinja (feses), urine, kulit, keringat, rambut dan kuku. Pada
wanita, zat besi juga hilang saat menstruasi, yang mengapa perempuan
membutuhkan lebih banyak zat besi dalam diet mereka. Kita perlu cukup zat besi
dari diet kita untuk mempertahankan kadar zat besi yang memadai dalam jangka
panjang. Namun, jumlah zat besi yang kita serap tidak dapat memenuhi
kebutuhan zat besi harian kita, sehingga tubuh mengawetkan dan mendaur ulang
zat besi untuk memastikan ada cukup zat besi.

Jika kita tidak mendapatkan cukup zat besi, jumlah zat besi yang tersedia secara
bertahap menurun. Simpanan zat besi yang ada kemudian digunakan untuk
memberikan zat besi dibutuhkan tubuh. Jika ini terus berlanjut dari waktu ke
waktu, cadangan zat besi terus terkuras dan anemia defisiensi zat besi dapat
terjadi.
Sumber zat besi dalam makanan
Jumlah zat besi yang kita butuhkan tergantung pada usia dan jenis kelamin kita.
Sumber terbaik zat besi berasal dari produk hewani – terutama daging merah.
Namun, kita juga dapat mendapatkan proporsi yang baik dari zat besi dari
sumber-sumber non-hewani juga.

Sumber zat besi antara lain:

 Daging merah dan jeroan – misalnya, daging sapi, domba, babi, ginjal,
hati, jantung, sosis (catatan wanita hamil harus menghindari konsumsi daging
hati).
 Ikan dan kerang – misalnya, sarden, pilchards, kepiting, ikan teri, udang,
kerang.
 Sereal dan  produknya- misalnya, roti, jagung serpih, serpih dedak,
oatcakes, crispreads rye.
 Kacang-kacangan dan biji-bijian – misalnya, hazelnut, kacang macadamia,
kacang tanah, kemiri, kenari, biji wijen, biji bunga matahari, kacang pinus.
 Sayuran berdaun hijau – misalnya, brokoli, bayam, selada air, kangkung.
 Kacang dan lentil – misalnya, kacang panggang, kacang polong, lentil,
buncis, kacang hitam, kacang merah.
 Buah kering – misalnya, kismis, aprikot, plum, kismis, buah ara.
 Lainnya – misalnya, coklat polos (gelap), coklat bubuk, mangga, ceri
dalam sirup, biskuit Gingernut, kue, bubuk kari.
 Sejumlah kecil zat besi heme ditemukan dalam daging unggas – misalnya,
ayam hutan, rusa, kelinci, ayam, kalkun.

Tips lainnya
 Mengonsumsi vitamin C dengan makanan kaya zat besi akan membantu
untuk menyerap zat besi lebih mudah. Sediakan makanan dengan banyak sayur
dan buah atau segelas jus jeruk dengan makanan Anda.
 Makan daging pada waktu makan juga dapat membantu untuk menyerap
zat besi dari sumber non-hewani.
 Hindari minum teh dengan makanan seperti ini karena benar-benar dapat
mengurangi jumlah zat besi yang dapat diserap. Kulit gandum mentah juga dapat
mengganggu penyerapan zat besi sehingga ini harus dihindari.

Anda mungkin juga menyukai