Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS HIPERFUNGSI

(CUSHING SYNDROME)
Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 Sistem Endokrin
Dosen: Dwi Retnowati, S.Kep, Ners, M.Kep

Nama Kelompok 3
1. Agel Tri Sasmiko (A1R18001)
2. Chusnia Alfaini (A1R18005)
3. Fina Dwi Indarwati (A1R18012)
4. Kevin Karnelia (A1R18015)
5. Kukuh Hermawanto (A1R18016)
6. Melina Kartika Sari (A1R18021)
7. Muhamad Zaki F. (A1R18023)
8. Riza Eka Fatmawati (A1R18026)
9. Viki Nofia Sari (A1R18030)
10.Bima Antoni (A1R18033)

SEMESTER 5
STIKes “HUTAMA ABDI HUSADA”TULUNGAGUNG
PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah ini.
Dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2
Sistem Endokrin.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan teman-teman. Aamiin.

Tulungagung, 4 Oktober 2020


Penulis

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................3
A. Latar Belakang ..................................................................................................3
B. Rumusan Masalah .............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5
1. Definisi ..........................................................................................................5
2. Etiologi ..........................................................................................................5
3. Patofisiologi ..................................................................................................6
4. Pathway.........................................................................................................8
5. Manifestasi Klinis ........................................................................................9
6. Komplikasi .................................................................................................10
7. Penatalaksanaan ........................................................................................10
8. Pemeriksaan Penunjang ...........................................................................11
9. Diagnosa Keperaawatan yang Mungkin Muncul ................................11
10. Intervensi Keperawatan ...........................................................................12
BAB III Asuhan Keperawatan .........................................................................................14
1. Pengkajian dan analisa data ....................................................................15
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................21
3. Intervensi ....................................................................................................22
4. Implementasi ..............................................................................................24
5. Evaluasi .......................................................................................................24
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................27
A. Kesimpulan .......................................................................................................27
B. Saran ..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom cushing adalah kumpulan keadaan klinis yang diakibatkan oleh efek metabolik
dari kadar glukokortikoid atau kortisol yang meningkat dalam darah. Nama penyakit ini
diambil dari Harvey Cushing seorang ahli bedah yang pertama kali mengidentifikasi penyakit
ini pada tahun 1912. Sindrom cushing terjadi akibat kelebihan glukokortikosteroid. Sangat
sering terjadi akibat pemberian kortikosteroid terapeutik. (Gleadle, 2003)
Kumpulan gejala klinis yang ditemukan yaitu hipertensi, striae, osteoporosis,
hiperglikemia, moon face, buffalo hump (penumpukan lemak di area leher, dan lain
sebagainya. Gejala klinis yang ditemukan sangat mudah berpengaruh terhadap
perkembangan penyakit selanjutnya atau risiko komplikasinya.
Prevalensi sindroma cushing ini pada laki-laki sebesar 1:30.000 dan pada perempuan 1:
10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindrom cushing desebabkan oleh hipertensi
berat sebesar 67%, diabetes gestasional sebesar 30%. Kematian ibu telah dilaporkan
sebanyak 3 kasus dari 65 kehamilan dengan sindrom cushing. (Hernaningsih dan Soehita,
2005)
Oleh karena itu, untuk mencegah angka kematian khususnya ibu pasca melahirkan
dengan sindrom cushing yang semakin bertambah kami mencoba untuk menyusun asuhan
keperawatan penyakit sindrom cushing. Kami akan menyusun asuhan keperawatan penyakit
sindrom chusing secara umum yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sindrom cushing?
2. Apasaja etiologi dari sindrom cushing?
3. Apa manifestasi klinis dari sindrom cushing?
4. Bagaimana patofisiologi dari sindrom cushing?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan sindrom cushing?
6. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan sindrom cushing?
7. Komplikasi apa yang dapat terjadi pada sindrom cushing?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom cushing?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu menjelaskan konsep patologis penyakit sindrom cushing dan menyusun asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami sindrom cushing
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui konsep anatomi dari kelenjar adrenal
b. Dapat mengetahui proses terjadinya dari sindrom cushing
c. Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala sindrom cushing
d. Mampu memahami masalah keperawatan yang sedang terjadi pada klien dengan
sindrom cushing
e. Dapat merumuskan asuhan keperawatan dari sindrom cushing

4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Cushing sindrome adalah hiperaktivitas atau hiperfungsi kelenjar adrenal sehingga
mengakibatkan hipersekresi hormon glukokortikoid (kortisol). Bentuk gangguan ini
relatif jarang dijumpai.
Sindrom Cushing terjadi akibat aktivitas korteks adrenal yang berlebihan. Sindrom
tersebut dapat terjadi akibat pemberian kortikorsteroid atau ACTH yang berlebihan atau
akibat hiperplasia korteks adrenal.
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. (Price,
2005).
Cushing syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh
hiperadrenokortisisme akibat neoplasma korteks adrenal atau adenohipofisis, atau asupan
glukokortikoid yang berlebihan. Bila terdapat sekresi sekunder hormon adrenokortikoid
yang berlebihan akibat adenoma hipofisis dikenal sebagai Cushing Disease (Dorland,
2002).
Cushing’s Sindrom adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang
tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik
senyawa-senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal. 1088).
Cushing’s Sindrom adalah penyakit akibat aktivitas korteks adrenal yang meningkat
dalam pemberian kortikosteroid atau ACTH ( Suzzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare.
2001 : 1327-1328 ). Cushing’s Sindrom adalah causa primer yang tidak terletak di
hipofisis akan tetapi di supraren sebagai suatu adenoma / karsinoma ( Harvey Cushing,
1932 ). Syndrom cushing adalah syndrom yang diakibatkan oleh aktivitas adrenolkortikal
yang berlebihan ( Baughman dkk. 2001 : 486 ).
2. Etiologi
a. Iatrogenik
Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik. Dijumpai pada

5
penderita artitis rheumatoid, asma, limpoma dan gangguan kulit umum yang
menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen antiinflamasi.
b. Spontan
Sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.
c. Tumor kelenjar hipofise
Kelenjar yang menghasilkan ACTH dan menstimulusi korteks adrenal
untuk meningkatkan sekresi hormonnya.
d. Pemberian obat kortikosteroid atau ACTH.
e. Hiperplasi Adrenal terutama akibat kelainan hipotalamus dan akibat tumor yang
memproduksi ACTH.
f. Tumor Hipofisis Tumor non-endokrin ( Karsinoma bronkus, thymoma, karsinoma
pankreas, adenoma broncus ).
g. Hiperplasi adrenal noduler
h. Neoplasi adrenal akibat dari Adenoma dan Karsinoma.

3. Patofisiologi
Cushing’s Sindrom disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang
berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal
berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan
Cushing’s Sindrom. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang
mengeluarkan ACTH. Cushing’s Sindrom yang disebabkan tumor hipofisis disebut juga
penyakit cushing.
Cushing’s Sindrom dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang
dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada
gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein, menyebabkan
menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein, sebagai
akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah,
dan tulang. Secara klinis dapat mengakibatkan kulit mengalami atropi dan mudah rusak,
luka-luka sembuh dengan lambat. Ruptur serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan
tanda regang pada kulit berwarna ungu atau strie. Otot-otot mengalami atropi dan

6
menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong
vaskuler menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein tulang menjadi rapuh
dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis.
Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan merangsang glukoneogenesis dan
menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat
mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin
yang normal, maka efek dari glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi
insulin untuk meningkatkan toleransi glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan
sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut dan
menimbulkan manifestasi klinik DM.
Disamping itu Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh
Obesitas, Wajah bulan (moon face). Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan
servikodorsal (punuk bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang
kurus akibat atropi otot memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
Secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah
kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid dapat
menghambat hiperemia, ekstravasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler,
menghambat pelepasan kinin yang bersifat pasoaktif dan menekan fagositosis. Efeknya
pada sel mast adalah menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut
yang berlandaskan hipersensitivitas yang diperantarai anti bodi. Penekanan peradangan
sangat diperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang merugikan penderita.
Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai layaknya
sementara menerima dosis farmakologik.

7
4. Pathway

8
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala sindrom cushing bervariasi, akan tetapi kebanyakan orang dengan
gangguan tersebut memiliki obesitas tubuh bagian atas, wajah bulat, peningkatan lemak di
sekitar leher, dan lengan yang relatif ramping dan kaki. Anak-anak cenderung untuk menjadi
gemuk dengan tingkat pertumbuhan menjadi lambat.
Manifestasi klinis yang sering muncul pada penderita cushing syndrome antara lain :
a. Rambut tipis
b. Moon face
c. Penyembuhan luka buruk
d. Mudah memar karena adanya penipisan kulit
e. Petekie
f. Kuku rusak
g. Kegemukan dibagian perut
h. Kurus pada ekstremitas
i. Striae
j. Osteoporosis
k. Diabetes Melitus
l. Hipertensi
m. Neuropati perifer

 Tanda-tanda umum dan gejala lainnya termasuk


(a) Kelelahan yang sangat parah
(b) Otot-otot yang lemah
(c) Tekanan darah tinggi
(d) Glukosa darah tinggi
(e) Rasa haus dan buang air kecil yang berlebihan
(f) Mudah marah, cemas, bahkan depresi
(g) Punuk lemak (fatty hump) antara dua bahu
(National Endocrine and Metabolic Diseases Information Service, 2008)

9
6. Komplikasi
a.Krisis Addison
Merupakan hipofungsi anak ginjal dengan gejala kehilangan tenaga dan perubahan
warna kulit menjadi tengguli
b.Efek yang merugikan pada aktifitas korteks adrenal
Fungsi dari korteks mengalami disfungsi dimana fungsi ginjal tidak maksimal

7.Penatalaksanaan
Karena lebih banyak Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor hipofisis
dibanding tumor korteks adrenal, maka penanganannya sering ditujukan kepada kelenjar
hipofisis. Operasi pengangkatan tumor melalui hipofisektomi transfenoidalis merupakan
terapi pilihan yang utama dan angka keberhasilannya sangat tinggi (90%). Jika operasi ini
dilakukan oleh tim bedah yang ahli. Radiasi kelenjar hipofisis juga memberikan hasil
yang memuaskan meskipun di perlukan waktu beberapa bulan untuk mengendalikan
gejala. Adrenalektomi merupakan terapi pilihan bagi pasien dengan hipertropi adrenal
primer.
Setelah pembedahan, gejala infusiensi adrenal dapat mulai terjadi 12 hingga 48
jam kemudian sebagai akibat dari penurunan kadar hormon adrenal dalam darah yang
sebelumnya tinggi. Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison mungkin
diperlukan selama beberapa bulan sampai kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon
yang normal terhadap kebutuhan tubuh. Jika kedua kelenjar diangkat (adrenalektomi
bilateral), terapi penggantian dengan hormon – hormon korteks adrenal harus dilakukan
seumur hidup.
Preparat penyekat enzim adrenal (yaitu, metyrapon, aminoglutethhimide,
mitotane, ketokonazol) dapat digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika
sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat
dihilangkan secara tuntas. Pemantauan yang ketat diperlukan karena dapat terjadi gejala
insufisuensi adrenal dan efek samping akibat obat – obat tersebut.
Jika Sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid eksternal
(eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan
secara bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati proses

10
penyakit yang ada dibaliknya (misalnya, penyakit otoimun serta alergi dan penolakan
terhadap organ yang ditransplantasikan). Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua hari
sekali akan menurunkan gejala Sindrom Cushing dan memungkinkan pemulihan daya
responsif kelenjar adrenal terhadap ACTH.

8. Pemeriksaan Penunjang

1. Uji supresi deksametason.


Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab sindrom
cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal.
2. Pengambilan sample darah.
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar kortisol, plasma.
3. Pengumpulan urine 24 jam.
Untuk memerikasa kadar 17 – hiroksikotikorsteroid serta 17 – ketostoroid yang
merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam urine.
4. Stimulasi CRF.
Untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat – tempat tropi.
5. Pemeriksaan radioimmunoassay
Mengendalikan penyebab sindrom cushing
6. Pemindai CT, USG atau MRI.
Untuk menentukan lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor pada kelenjar
adrenal.

9. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan sindrom
cushing adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium akibat kortisol dalam
darah meningkat
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan atrofi otot akibat sintesis protein di otot
menurun
3. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan atrofi otot sehingga terlihat kelemahan dan
perubahan metabolisme protein

11
4. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan edema, kerusakan proses
penyembuhan, dan penipisan dan kerapuhan kulit
5. Perubahan proses pikir yang berhubungan dengan perubahan suasana hati, insomnia
mudah terangsang, dan depresi.
6. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik,
kerusakan fungsi seksual, dan penurunan tingkat aktivitas
7. Risiko infeksi berhubungan dengan respons inflamatori

10.Intervensi Keperawatan
1) Dx.Kep : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium akibat kortisol
dalam darah meningkat
Tujuan: Perawatan diberikan dalam 3x24 jam volume cairan dalam batas normal
Kriteria hasil : volume cairan stabil, pemasukan dan pengeluaran seimbang, berat
badan stabil, TTV rentang normal
 Intervensi
a) Observasi masukan dan haluaran, catat keseimbangannya.
b) Timbang berat badan tiap hari
c) Pantau tekanan darah
d) Observasi derajat perifer atau sentral yang mengalami edema dependen
e) Pantau albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
f) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi
g) Tindakan kolaboratif pemberian obat

2) Dx.Kep : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan atrofi otot akibat sintesis protein di
otot menurun
Tujuan: Perawatan diberikan dalam 2x24 jam klien mampu beraktivitas sedikit
(mobilisasi)
Kriteria hasil : klien mampu untuk bergerak dari tidur hingga duduk sampai berjalan
secara bertahap
 Intervensi
a) Batasi aktivitas klien
b) Observasi kadar kortisol klien dengan pemeriksaan laboratorium darah
c) Tindakan kolaboratif pemberian obat
d) Latih klien untuk bergerak secara bertahap dari posisi berbaring, miring ke
kanan dan ke kiri dilanjutkan posisi duduk, berdiri dan berjalan

12
3) Dx.Kep : Risiko tinggi cedera berhubungan dengan atrofi otot ditandai dengan
kelemahan dan perubahan metabolisme protein
Tujuan: Perawatan diberikan dalam 2x24 jam sintesis protein, distribusi protein ke
tulang dan kelemahan dapat diatasi
Kriteria hasil : Cedera tidak terjadi sehingga klien bebas dari cedera jaringan lunak
atau fraktur, klien tidak mengalami suhu tubuh yang naik, kemerahan,
nyeri atau tanda infeksi dan inflamasi
 Intervensi
a) Observasi tanda-tanda ringan infeksi
b) Menciptakan lingkungan yang protektif, dengan cara media yang
membahayakan dapat diminimalisir
c) Membantu klien saat ambulasi (yaitu bergerak dari satu tempat ke tempat lain
tanpa tongkat atau kruk
d) Berikan diet tinggi protein, kalsium, dan vitamin D
e) Tindakan kolaboratif pemberian obat

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

KASUS

Ny. Ani, 36 tahun datang ke poliklinik tempat saudara bekerja dengan keluhan tubuhnya
semakin gemuk. Tadinya ia mengira mungkin sedang hamil karena perutnya besar dan sudah 2
bulan ia tidak mendapat haid. Ia sudah melakukan tes urin untuk kehamilan tetapi ternyata
hasilnya negative. Ia pun mengeluh pusing dan wajahnya yang akhir-akhir ini banyak timbul
jerawat. Ia pun mengeluh otot-ototnya sangat lemah dan ia cepat merasa lelah. Sejak seminggu
yang lalu tulang punggungnya terasa nyeri. Pada pemeriksaan awal didapatkan : TB = 160 cm,
BB= 76 kg, Suhu = 37o C, TD = 150/90 mmHg, Nadi = 100x/m, voleme sedang, regular,
Pernapasan = 20x/menit, regular.

Ny. Ani berwajah bundar dengan banyak jerawat dan kulitnya berminyak. Tubuhnya
gemuk dengan lengan, tangan, dan jari-jari relative kecil atau kurus. Pada pemeriksaan lebih
lanjut terhadap Ny. Ani diketahui bahwa Ny. Ani adalah penderita asma yang sering kambuh.
Bila kambuh, Ny. Ani meminum obat racikan yang diberikan dokter sejak beberapa tahun
terakhir. Karena merasa obat itu cocok, Ny. Ani selalu membawa obat racikan itu (dalam kapsul)
kemana-mana dan meminumnya setiap sesak nafasnya timbul tanpa lebih dulu berkonsultasi
dengan dokternya. Akhir –akhir ini asmanya memang sering kambuh entah apa sebabnya.
Selama ini, kecuali asma, Ny.Ani tidak merasa menderita penyakit apapun. Sebulan yang lalu ia
jatuh dan tulang punggungnya terasa nyeri hingga sekarang terutama bila ia membungkuk atau
berdiri terlalu lama. Ny.Ani tidak mempunyai keturunan darah tinggi dan diabetes mellitus.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :
Kalium : 3,0 mg/dl
Na : 150 mg/dl
Hb : 11,9 g%
Leukosit : 7800/mm²
Gula darah sewaktu : 225 mg/dl
Trombosit : 172.000/mm²

14
Kulit Ny.Ani terutama diwajah dan punggungnya banyak terdapat bercak-bercak
kehitaman. Punggung Ny.Ani tampak agak membungkuk, lingkar perut 90cm. dinding perut
tampak / beberapa striae berwarna biru keunguan.
Shifting dullness (-),hepar dan lien tidak teraba.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien

Nama : Ny.Ani

Umur : 36 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Alamat : Mulyorejo, surabaya

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Merasa tubuhnya semakin gemuk

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. Ani usia 36 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan merasa
tubuhnya semakin gemuk, akhir-akhir ini wajah timbul jerawat, otot-ototnya
sangat lemah dan cepat lelah. Satu minggu lalu tulang punggungnya terasa nyeri
bila membungkuk dan berdiri terlalu lama, asmanya juga sering kambuh akhir-
akhir ini

c. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Penderita asma
2. Sebulan yang lalu pernah jatuh dan tulang punggungnya terasa nyeri

15
d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak mempunyai keturunan darah tinggi dan diabetes mellitus

e. Riwayat Pengobatan

Obat racikan dari dokter dalam bentuk kapsul bebrapa tahun lalu (curiga
pemakaian steroid) untuk mengobati asma

POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

SEBELUM MASUK RS DI RUMAH SAKIT

A. Pola Tidur / Istirahat


1. Waktu Tidur Sewaktu-waktu Sewaktu-waktu
2. Waktu Bangun Sewaktu-waktu Sewaktu-waktu
Tidak ada Tidak ada
3. Masalah Tidur

4. Hal-hal yang
Kenyamanan Kenyamanan
mempermudah tidur

5. Hal-hal yang
mempermudah pasien Keramaian Keramaian
terbangun
B. Pola Eliminasi
1. B A B Kecoklatan Kecoklatan
- Warna Khas Khas
- Bau Lunak Lunak
- Konsistensi - -
- Jumlah 1-2x sehari 1-2x sehari
- Frekwensi
- Masalah BAB -
- Upaya mengatasi
-

16
2. B A K
- Spontan /alat bantu
Spontan Spontan
- Warna
Kuning Kuning
- Bau
Khas Khas
- Jumlah
+-1000cc +-1000cc
- Frekwensi
4-6 kali 4-6 kali
- Masalah BAK
- Upaya mengatasi - -

C. Pola Makan dan


Minum
1. Makan
- -
- Oral/ NGT - -
- Frekwensi - -
- Porsi habis - -
- Jenis - -
- Diit - -
- Pantangan - -
- Yang Disukai - -
- Yang Tdk disukai - -
- Alergi - -
- Masalah makan - -
- Upaya mengatasi

2. Minum
Oral Oral
- Oral / NGT
2-3 jam sekali 2-3 jam sekali
- Frekwensi
+-200cc +-200cc
- Jumlah
Asi Asi
- Jenis
- Pantangan - -
- Yang Disukai - -
- Yang Tdk disukai - -
- Alergi - -
- Masalah minum - -

17
- Upaya mengatasi - -

D. Kebersihan diri /
personal hygiene :
2x sehari, di seka 2x sehari, di seka
a. Mandi
2x sehari 2x sehari
b. Keramas
- -
c. Pemeliharaan gigi dan
mulut
Jika panjang Jika panjang
d. Pemeliharaan kuku
Jika kotor Jika kotor
e. Ganti pakaian

E. Pola Kegiatan / Aktifitas


- -
Lain

F. Kebiasaan
- Merokok Tidak ada Tidak ada
- Alkohol
Tidak ada Tidak ada
- Jamu, dll
Tidak ada Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak lemah


Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
0
a) Suhu : 37 C
b) TD : 150/90 mmHg  hipertensi grade 1
c) N : 100/menit, reguler
d) RR : 20x/menit
e) TB : 160 cm
overweight
f) BB : 76 kg
Wajah : Bundar, banyak jerawat dan kulit berminyak
Kulit : Wajah dan punggungnya terdapat bercak-bercak kehitaman
Abdomen : Lingkar perut = 90 cm

18
Dinding perut terdapat striae berwarna biru keunguan
Shifting dullness tidak ada
Hepar, Lien : Tidak teraba
Pinggang : Agak kaku
Ekstremitas : Lengan, tangan, dan jari-jari relatif kecil/kurus

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Hb 11,9 mg/dl 12-15 mg/dl Menurun
Leukosit 7.800/mm3 5.000-10.000/mm3 Normal
Trombosit 172.000/mm3 150.000- Normal
400.000/mm3
GDS 225 mg/dl < 200 mg/dl Meningkat(hiperglikemi)
Kalium 3,0 mg/dl 3,5-5,2 mg/dl Menurun(hipokalemi)
Natrium 150 md/dl 135-145 mg/dl Meningkat
(hipernatrium)
Pemeriksaan laboratorium tambahan :
a) Darah lengkap
b) Elektrolit darah seperti Na, K
c) Kadar gula darah  sewaktu, puasa, post prandial, HbA1c  untuk mengetahui adanya
DM
d) Kadar kortisol plasma dan urine 24 jam
e) Test Supresi Dexametason
f) Urin lengkap  untuk tahu fungsi ginjal

Pemeriksaan penunjang tambahan :


a) Foto X-ray pada tulang vertebra  untuk mengetahui adanya fraktur tulang
b) Bone Mass Densitometry (BMD)  untuk mengetahui adanya osteoporosis
c) CT-scan  untuk memastikan diagnosis tumor

19
Analisa Data
Nama Klien : Ny. A No. Register : 235615
Umur : 36 tahun Diagnosa Medis : Cushing Sindrome
Ruang Rawat : Nakula Alamat : Mulyorejo, Surabaya

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Kadar kortisol dalam Gangguan citra
Merasa tubuh semakin darah meningkat tubuh
gemuk
Mobilisasi asam
DO: lemak
IMT 29,6875 dari TB 160
cm, BB 76 kg Asam lemak dalam
plasma meningkat

Distribusi jaringan
adipose menumpuk
di sentral

Moon face, buffalo


hump

Gangguan citra
tubuh

2. DS: Kelebihan volume


Ketidakseimbangan
Merasa pusing
hormon cairan
mineralokortikoid
DO:
150/90 mmHg

Kadar kortisol dalam


darah meningkat

Retensi natrium

Penumpukan cairan

Kelebihan volume
cairan

20
3. DS: Ketidakseimbangan Osteoporosis
Tulang punggungnya terasa hormone
nyeri

DO: Kadar kortisol dalam


Hasil Bone Mass darah meningkat
Densitometry (BMD)
Pengambilan ion
kalsium dalam
tulang masuk ke
dalam darah

Densitas tulang
berkurang

E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan obesitas, jerawat dan moon face
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air akibat kortisol
meningkat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan atrofi otot akibat sintesis protein di otot
menurun

21
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. A

Umur : 36 Tahun

No. Register : 235615

DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN

1. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan 1.Identifikasi harapan citra tubuh


tubuh keperawatan selama 1 x 24 berdasarkan tahap perkembangan
jam, masalah keperawatan
gangguan citra tubuh 2.Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
teratasi dengan kriteria
hasil: 3.Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
a) Melihat bagian tubuh
membaik 4. Latih peningkatan penmpilan.
b) Fokus pada bagian Misal berdandan
tubuh membaik
c) Respon nonverbal pada
perubahan tubuh
membaik
d) Hubungan sosial
membaik

2. Setelah dilakukan tindakan 1.Identifikasi penyebab hipervolemia


Kelebihan volume
keperawatan selama 1 x 24 2. Batasi asupan cairan dan garam
cairan jam, masalah keperawatan 3. Ajarkan membatasi cairan
kelebihan volume cairan 4. Kolaborasi pemberian diuretik
teratasi,dengan kriteria :

a) Haluaran urine
meningkat
b) Edema menurun
c) Dehidrasi menurun
d) Tekanan nadi membaik

22
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1.Identifkasi gangguan fungsi tubuh
keperawatan selama 1 x 24 yang mengakibatkan kelelahan
jam, masalah keperawatan 2. Lakukan rentang gerak pasif/aktif
intoleransi aktivitas dapat 3. Anjurkan melakukan aktivitas
teratasi dengan kriteria secara bertahap
hasil: 4. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
1) Frekuensi nadi makanan
meningkat
2) Keluhan lelah menurun
3) Dispnea saat aktivitas
menurun
4) Dispnea setelah
aktivitas menurun

23
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Ny. A Umur : 36 tahun No. Register : 235615 Kasus : Cushing Sindrome

NO.
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD TGL/JAM EVALUASI TTD
DX
1 1 23 April 1.Mengidentifikasi harapan citra 23 April S:
2020 tubuh berdasarkan tahap Perawat 2020  Klien mengatakan bahwa klien Perawat
07.00 wib perkembangan 13.30 wib masih tidak percaya diri dengan
tubuhnya yang gemuk
2.Mendiskusikan perubahan tubuh
O:
dan fungsinya TD : 120/90 mmHg
3.Menjelaskan kepada keluarga
RR : 20x/mnt
tentang perawatan perubahan
citra tubuh S : 37°C

4. Melatih peningkatan penmpilan. N : 88x/menit


Misal berdandan
BB : 74 kg

A : masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1-4

24
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Ny.A Umur : 36 tahun No. Register : 235615 Kasus : Cushing Sindrome

NO.
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD TGL/JAM EVALUASI TTD
DX
2 2 23 April 1.Mengidentifikasi penyebab 23 April S:
2020 hipervolemia Perawat 2020  Klien megatakan bahwa pusing Perawat
07.00 wib 2. Membatasi asupan cairan dan 13.30 wib berkurang

garam
O:
3. Mengajarkan membatasi cairan TD : 120/80 mmHg
4. Mengolaborasi pemberian
RR : 20x/mnt
diuretik
S : 37°C

N : 88x/menit

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi 1-4

25
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Ny. A Umur : 36 tahun No. Register : 235615 Kasus : Cushing Sindrome

NO.
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD TGL/JAM EVALUASI TTD
DX
3 3 23 April 1.Mengidentifkasi gangguan fungsi 23 April S:
2020 tubuh yang mengakibatkan Perawat 2020 Klien mengatakan bahwa tulang Perawat
punggungnya masih merasa nyeri
07.00 wib kelelahan 13.30 wib
2. Melakukan rentang gerak O:
pasif/aktif TD : 120/80 mmHg

3. Menganjurkan melakukan RR : 20x/mnt


aktivitas secara bertahap
S : 37°C
4. Mengkolaborasikan dengan ahli
gizi tentang cara meningkatkan N : 88x/menit
asupan makanan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-4

26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cushing sindrom adalah kelainan hiperfungsi kelenjar adrenal yang bertugas
memproduksi glukokortikoid atau kortisol. Pada penyakit ini kadar kortisol dalam darah
meningkat. Faktor pemicu keadaan tersebut ada dua yaitu faktor luar dan dalam tubuh. Secara
umum yang paling sering terjadi yaitu pengobatan kortikosteroid dan keganasan dalam tubuh
yang memicu peningkatan CRH oleh hipotalamus dan ACTH dari hipofisis sebagai respon
umpan balik saat sel target akan hormon kortisol. Hormon kortisol yang meningkat
memberikan dampak pada beberapa fungsi tubuh seperti penumpukan lemak pada daerah
sentral yang disebut moon face, tubuh semakin gemuk baik akibat kelebihan volume cairan
maupun penumpukan lemak, dan lain sebagainya.
B. Saran
Setelah mengetahui dan memahami bagaimana proses penyakit cushing sindrom dan
asuhan keperawatan kepada klien dengan cushing sindrom, mahasiswa keperawatan
sebaiknya mampu menerapkannya dalam praktik lapangan.

27
DAFTAR PUSTAKA

__.2013.Cushing’s Syndrome. www.medicinenet.com/cushings_syndrome/article.htm. Diakses


tanggal 7 Maret 2014
Behrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 vol. 3. Jakarta : EGC
Guyton, Arthur C. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC. Halaman 999-1003
http://medicastore.com/penyakit/3052/Cushing’s_Syndrome.html
J. Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi edisi 3. Jakarta : EGC
Pierce A. Grace and Neil R. Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta : EMS
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal 16, 87-90

28

Anda mungkin juga menyukai