Anda di halaman 1dari 26

Anggota kelompok :

CINDY PUTRI APRILIA (A1R18006)


MELINA KARTIKA SARI (A1R18021)
KEVIN KARNELIA (A1R18015)
DANDI WIDODHO (A1R18007)
LAELA SALSABILA (A1R18017)
AYUNIA TITIS PERMATASARI (A1R18003)
MUHAMAD ZAKI FATHURIZA (A1R18023)
MARISKA DWI NOVIYANTI (A1R18020)

1
PERDARAHAN
PERDARAHAN PASCA
PASCA
PERSALINAN
PERSALINAN
• Definisi: Perdarahan post partum
adalah perdarahan melebihi 500 ml
yang terjadi setelah bayi lahir.
• Perdarahan yang lebih dari normal
yang telah menyebabkan
perubahan tanda vital (ibu
mengeluh lemah, limbung,
berkeringat dingin, menggigil,
hiperpnea, tekanan sistolik < 90
mmHg, nadi > 100/menit, Hb < 8 g
%)
2
TUJUAN UMUM


 Setelah
Setelah menyelesaikan
menyelesaikan bab
bab ini,
ini, peserta
peserta akan
akan mampu
mampu
mengidentifikasi
mengidentifikasi dan
dan menatalaksana
menatalaksana perdarahan
perdarahan post
post
partum.
partum.

3
DIAGNOSIS
GEJALA & TANDA TANDA & GEJALA LAIN
KERJA
 Uterus tidak berkontraksi  Syok
dan lembek  Bekukan darah pada
 Perdarahan segera sete- serviks / posisi terlen- Atonia uteri
lah anak lahir tang akan menghambat
aliran darah keluar
 Darah segar yang meng-  Pucat
alir segera setelah bayi  Lemah
lahir  Menggigil Robekan jalan
 Uterus kontraksi dan lahir
keras
 Plasenta lengkap
 Plasenta belum lahir  Tali pusat putus akibat
setelah 30 menit traksi berlebihan
 Perdarahan segera (P3)  Inversio uteri akibat
Retensio
 Uterus berkontraksi dan tarikan plasenta
keras  Perdarahan lanjutan
4
GEJALA & TANDA TANDA & GEJALA LAIN DIAGNOSIS KERJA

 Plasenta / sebagian  Uterus berkontraksi


selaput (mengan- tetapi tinggi fundus Tertinggalnya
dung pembuluh da- tidak berkurang
rah) tidak lengkap
sebagian plasenta
 Perdarahan segera atau ketuban
(P3)
 Uterus tidak teraba  Neurogenik syok
 Lumen vagina terisi  Pucat dan limbung
masa
 Tampak tali pusat Inversio uteri
(bila plasenta belum
lahir)
 Sub-involusi uterus  Anemia Endometritis atau sisa
 Nyeri tekan perut  Demam fragmen plasenta
bawah dan uterus Late postpartum
 Perdarahan hemorrhage
 Lokhia mukopurulen Perdarahan postpartum
dan berbau sekunder
5
ATONIA UTERI

 Terjadi bila miometrium tidak


 tidak berkontraksi
berkontraksi
 Uterus
 menjadi lunak dan pembuluh darah
pada daerah bekas perlekatan plasenta
terbuka lebar
 Penyebab tersering
 tersering perdarahan
perdarahan postpartum
(2/3 dari semua perdarahan postpartum
disebabkan oleh atonia uteri)

6
Faktor risiko

 Hal-hal yang menyebabkan uterus meregang


lebih dari kondisi normal :
 Polihidramnion
 Kehamilan kembar
 Makrosomia
 Persalinan lama
 Persalinan terlalu cepat
 Persalinan dengan induksi atau akselerasi
oksitosin
 Infeksi intrapartum
 Paritas tinggi 7
MANAJEMEN AKTIF
KALA III
 Suntikan Oksitosin 10 IU im
 Peregangan Tali Pusat Terkendali
 Masase Uterus

8
 Suntikan Oksitosin

 Periksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan
tunggal.

 Suntikan Oksitosin 10 IU IM.
 Peregangan Tali Pusat Terkendali

 Klem tali pusat 5-10 cm dari vulva / gulung tali pusat

 Tangan kiri di atas simfisis menahan bagian bawah
uterus, tangan kanan meregang tali pusat 5-10 cm
dari vulva

 Saat uterus kontraksi, tegangkan tali pusat sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah
dorso-kranial

9
 Mengeluarkan plasenta

 Jika tali pusat terlihat bertambah panjang dan terasa
adanya pelepasan plasenta, minta ibu meneran sedikit
sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah
bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurve jalan
lahir.
 Bila tali pusat bertambah panjang tetapi belum lahir,

dekatkan klem ± 5-10 cm dari vulva.
 Bila plasenta belum lepas setelah langkah diatas

selama 15 menit

 Suntikan
Suntikan ulang
ulang 10
10 IU
IU Oksitosin
Oksitosin i.m.
i.m.

 Periksa
Periksa kandung
kandung kemih,
kemih, lakukan
lakukan kateterisasi
kateterisasi bila
bila penuh
penuh

 Tunggu
Tunggu 15
15 menit,
menit, bila
bila belum
belum lahir
lahir lakukan
lakukan tindakan
tindakan plasenta
plasenta manual
manual

10
 Masase Uterus

 Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada
fundus uteri dengan menggosok fundus secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

 Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca
persalinan

 Kelengkapan
Kelengkapan plasenta
plasenta dan
dan ketuban
ketuban

 Kontraksi
Kontraksi uterus
uterus

 Perlukaan
Perlukaan jalan
jalan lahir
lahir

11
12
13
KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL

14
PERLUKAAN JALAN LAHIR


 Robekan Perineum

 HematomaVulva

 Robekan dinding vagina

 Robekan serviks

 Ruptura uteri

15
Robekan perineum

 Tingkat I : robekan hanya pada



selaput lendir vagina dengan atau
tanpa mengenai kulit perineum
 Tingkat II : robekan mengenai selaput

lendir vagina dan otot perinei
transversalis, tetapi tidak mengenai
sfingter ani
 Tingkat III : robekan mengenai seluruh

perineum dan otot sfingter ani
 Tingkat IV : robekan sampai mukosa

rektum

16

 Robekan perineum tingkat I
 dengan catgut secara jelujur atau jahitan

angka delapan (figure of eight).
 Robekan perineum tingkat II

 Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata

atau bergerigi, harus diratakan lebih dahulu.
 Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan dijepit

dengan klem, kemudian digunting.
 Otot dijahit dengan catgut, selaput lendir

vagina dengan catgut secara terputus-putus
atau jelujur. Jahitan mukosa vagina dimulai
dari puncak robekan, sampai kulit perineum
dijahit dengan benang catgut secara jelujur.

17

 Robekan perineum tingkat III
 Dinding depan rektum yang robek dijahit

 kemudian fasia perirektal dan fasial septum

rektovaginal dijahit dengan catgut kromik
 Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah

akibat robekan dijepit dengan klem, kemudian
dijahit dengan 2 – 3 jahitan catgut kromik
 Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis

seperti menjahit robekan perineum tingkat II.
 Robekan perineum tingkat IV

 Dianjurkan apabila memungkinkan untuk

melakukan rujukan dengan rencana tindakan
perbaikan di rumah sakit kabupaten/kota.

18
Hematoma vulva


 Bergantung pada lokasi dan besar hematoma.
hematoma.

 Hematoma kecil cukup dilakukan kompres.

 Hematoma besar dilakukan sayatan
sayatan di
di
sepanjang bagian hematoma yang paling
terenggang.

 Seluruh
Seluruh bekuan
bekuan dikeluarkan
dikeluarkan sampai kantong
hematoma kosong.

 Dicari sumber perdarahan, perdarahan
perdarahan
dihentikan dengan mengikat atau menjahit
sumber perdarahan tersebut.

 Luka sayatan kemudian dijahit.

 Dalam perdarahan difus dapat dipasang
drain.

19
Robekan dinding vagina


 Robekan
Robekan dinding
dinding vagina
vagina harus
harus dijahit.
dijahit.

 Kasus
Kasus kolporeksis
kolporeksis dan
dan fistula
fistula visikovaginal
visikovaginal harus
harus
dirujuk
dirujuk ke
ke rumah
rumah sakit.
sakit.

20
Robekan serviks

21
RETENSIO PLASENTA


 Plasenta
Plasenta adhesiva
adhesiva

 Plasenta
Plasenta akreta
akreta

 Plasenta
Plasenta inkarserata
inkarserata
PENILAIAN KLINIK RETENSIO PLASENTA

SEPARASI / PLASENTA PLASENTA


GEJALA AKRETA INKARSERATA AKRETA
PARSIAL
KONSISTENSI
KENYAL KERAS CUKUP
UTERUS
TFU PUSAT 2 JR < PUSAT PUSAT

BENTUK UTERUS DISKOID AGAK GLOBULER DISKOID

SEDIKIT - TIDAK
PERDARAHAN SEDANG-BANYAK SEDANG
ADA
TALI PUSAT TERJULUR TERJULUR # TERJULUR

OSTIUM UTERI SEBAG TERBUKA KONSTRIKSI TERBUKA

SEPARASI MELEKAT
LEPAS SEBAGIAN SUDAH LEPAS
PLASENTA SELURUHNYA
SYOK SERING JARANG JARANG

23
Plasenta manual

 Dengan narkosis

 Pasang infus NaCl 0,9%

 Tangan kanan
kanan

 dimasukkan secara

 obstetrik kedalam
kedalam

 vagina.

 Tangan kiri menahan

 fundus untuk mencegah

 kolporeksis.

 Tangan kanan
kanan menuju
menuju ke
ke

 ostium uteri
uteri dan terus
terus ke

 lokasi plasenta.

 Tangan ke pinggir plasenta
plasenta dan
dan mencari bagian
bagian plasenta yang
sudah lepas

 Dengan sisi ulner, plasenta
plasenta dilepaskan
dilepaskan 24
SISA PLASENTA

 Sisa plasenta dan ketuban yang


masih tertinggal dalam rongga
rahim dapat menimbulkan
perdarahan postpartum dini atau
perdarahan pospartum lambat (6 –
10 hari pasca persalinan).

25
Pengeluaran sisa plasenta


 Pengeluaran sisa plasenta dilakukan
dengan kuretase.
 Dalam memungkinkan, sisa plasenta

dapat dikeluarkan secara manual.
 Kuretase harus dilakukan di rumah

sakit.
 Setelah tindakan pengeluaran,

dilanjutkan dengan pemberian obat
uterotonika melalui suntikan atau per
oral.
 Antibiotika dalam dosis pencegahan

sebaiknya diberikan.

26

Anda mungkin juga menyukai