Anda di halaman 1dari 11

A.

Profesi Guru sebagai Pendidik Profesional


a. Pengertian dan Peran Guru Profesional
Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatankegiatan
kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa
keterpanggilan serta ikrar (fateri/profiteri) untuk menerima panggilan tersebut -- untuk
dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang
tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya kehidupan. Dengan demikian seorang
profesional jelas harus memiliki profesi tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses
pendidikan maupun pelatihan yang khusus, dan disamping itu pula ada unsur semangat
pengabdian (panggilan profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini perlu
ditekankan benar untuk membedakannya dengan kerja biasa (occupation) yang semata
bertujuan untuk mencari nafkah dan/ atau kekayaan materiil-duniawi. Terdapat tiga watak
kerja yang merupakan persyaratan dari seorang profesional, yaitu 1:
a. Harus dilandaskan itikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan
profesi yang digelutinya (dalam artian tidak hanya mementingkan imbalan upak
materiil semata);
b. Harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui
proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat;
c. Diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral -- harus menundukkan diri pada
sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati
bersama didalam sebuah organisasi profesi.
Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional.2 Profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU RI No. 14 tahun 2005).
Guru professional, adalah orang atau individu yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan tingkat kemampuan yang optimal. Kemampuan atau kompetensi
merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang disyaratkan sesuai dengan

1
Anderson, dkk, A Taxonomy for learning, teaching, and assessing, Addison Wasley Longman Inc. :
New York,2001
2
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tentang sistem pendidikan nasional. Bandung:Citra
Umbara, 2003
kondidi yang diharapkan: “The state of legally competent of qualified”. Hal ini
memungkinkan seorang guru berada pada wilayah dan keadaan berwenang atau memenuhi
syarat sebagai seorang profesioanal. Dengan demikian kemampuan atau kompetensi guru
merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesinya. Sedangkan
professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak
dapat memperoleh pekerjaan lain. Atau dengan kata lain, guru professional adalah orang
yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.
Terdidik dan terlatih yang dimaksudkan bukan hanya memperoleh pendidikan formal, tetapi
juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar-mengajar, serta
menguasai landasan-landasan kependidikan. Dalam profesi digunakan teknik dan prosedur
intelektual yang harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat diterapkan untuk
kemaslahatan orang lain. Seorang guru professional memiliki filosofi yang menyikapi dan
melaksanakan pekerjaannya.3
Untuk melakukan kewenangan profesionalitasnya, guru dituntut memiliki seperangkat
kemampuan (kompetensi) yang beraneka ragam, sehubungan dengan tugas dan tanggung
jawabnya, maka profesi guru memerlukan persyaratan khusus, antara lain4:

a. Memiliki ketrampilan yang didasarkan pada konsep dan teori ilmu pengetahuan yang
mendalam.
b. Memiliki suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
c. Memiliki tingkat pendidikan keguruan yang memadai
d. Memiliki kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
e. Mampu mengikuti perkembangan melalui aktualisasi diri sejalan dengan dinamika
kehidupan yang terus berkembang secara cepat.

Dari gambaran guru yang profesional tersebut, maka kewenangan profesional guru
dituntut memiliki seperangkat kemampuan yang beraneka ragam termasuk persyaratan
profesional. Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleksnya, maka
profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain sebagai berikut :
a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan
yang mendalam
3
R Harris,dkk, Competency-based education and training :between a rock and whilpool, South
Melboune : MacMillan Education Australia, 1995
4
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hal. 33.
b. Menekankan pada suatu keahlian di bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Seorang guru profesional dapat dibedakan dari seorang teknisi, karena disamping
menguasai sejumlah teknik serta prosedur kerja tertentu, seorang pekerja profesional
ditandai dengan adanya informed responsiveness terhadap implikasi kemasyarakatan dari
obyek kerjanya. Hal ini berarti bahwa seorang guru harus memiliki persepsi filosofis dan
ketanggapan yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi dan melaksanakan
pekerjaannya. Kompetensi seorang guru sebagai tenaga profesional ditandai dengan
serangkaian diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang terus menerus. Selain kecermatan
dan ketelitian dalam menentukan langkah guru juga harus sabar, ulet, dan telaten serta
tanggap terhadap situasi dan kondisi, sehingga diakhir pekerjaannya akan membuahkan hasil
yang memuaskan.
Disamping itu perlu memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, serta memiliki pelanggan atau objek layanan yang tetap seperti guru dan
muridnya. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, guru
harus dapat menjabarkan, memperluas, dan menciptakan relevansi kurikulum dengan
kebutuhan peserta didik dan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan yang lebih penting mampu mewujudkan kurikulum potensial menjadi kurikulm aktual
melalui proses pembelajaran.5

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Guru Profesional


Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi guru profesional antara lain
sebagai berikut6:
1. Status Akademik
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat profesi. Secara sederhana pekerjaan
yang bersifat profesi adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka yang
secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lainnya. Untuk menciptakan

5
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis
Psikologis, (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), hal. 31.
6
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar-mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
hal. 125.
tenaga-tenaga profesional tersebut pada dasarnya di sekolah dibina dan
dikembangkan dari berbagai segi diantaranya7:
 Segi toritis yaitu di lembaga atau sekolah-sekolah keguruan yang membina dan
menciptakan tenaga-tenaga profesional ini diberikan ilmu-ilmu pengetahuan
selain ilmu pengetahuan yang harus disampaikan kepada anak didik,juga
diberikan ilmu-ilmu pengetahuan khusus untuk menunjang keprofesionalannya
sebagai guru yang berupa ilmu mendidik, ilmu jiwa dan sebagainya.
 Segi praktis yaitu secara praktis dapat diartikan dengan berdasarkan praktek
adalah cara melakukan apa yang tersebut dalam teori ( W.J.S. Porwadarminta
1999:99 ).
2. Pengalaman belajar
Dalam menghadapi anak didik tidaklah mudah untuk mengorganisir mereka, dan hal
tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai guru yang mengeluh
karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang mampu untuk menguasai dan
menyesuaikan diri terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung.
3. Mencintai profesi sebagai guru
Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta akan mendorong individu
untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan pengorbanan. Seseorang yang
melakukan sesuatu dengan tanpa adanya rasa cinta biasanya orang yang keadaannya
dalam paksaan orang lain, maka dalam melaksanakan haknya itu dengan merasa
terpaksa. Dalam melakukan sesuatu akan lebih berhasil apabila disertai dengan
adanya rasa mencintai terhadap apa yang dilakukannya itu.
4. Berkepribadian
Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak
seseorang. Dalam proses belajar mengajar kepribadian seorang guru ikut serta
menentukan watak kepada siswanya. Dalam proses belajar mengajar kepribadian
seorang guru sangat menentukan terhadap pembentukan kepribadian siswa untuk
menanamkan akhlak yang baik sebagai umat manusia.
Guru sebagai pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahlian dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya keberhasilan proses belajar mengajar sangat
tergantung kepada bagaimana guru mengajar. Agar guru dapat melaksanakan tugasnya

7
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Bedasarkan Pendekatan Kompetensi, cet. V, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hal. 39.
dengan efektif dan efisien, maka guru perlu memiliki kompetensi yang dapat menunjang
tugasnya, yang disebut dengan kompetensi guru profesional. Kompetensi tersebut antara lain
sebagai berikut 8:
1. Kompetensi Pribadi
Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi :
 Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma
sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai
dengan norma.
 Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
 Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
 Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
 Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai dengan
norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku
yang diteladani peserta didik.
2. Kompetensi Profesional
Adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya. Sub kompetensi dalam kompetensi profesional adalah
 Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis dan
psikologis
 Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat
perkembangan perilaku peserta didik
 Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan
kepadanya
 Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai
8
Wens tanlain, dkk, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan: Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia,
1989),hal.31.
 Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas yang
lain.
 Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran.
 Mampu melaksanakan evaluasi belajar.
 Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik
3. Kompetensi Sosial
Kemampuan sosial tenaga kependidikan adalah salah satu daya atau kemampuan
tenaga kependidikan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang baik serta kemapuan untuk mendidik, membimbing masyarakat
dalam menghadapi kehidupan yang akan datang. Tenaga kependidikan harus mampu
berkomunikasi dengan masyarakat, mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan
baik, mampu mendorong dan menunjang kreatifitas masyarakat, dan menjaga emosi
dan perilaku yang tidak baik.
4. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sub kompetensi dalam
kompetensi Pedagogik adalah :
 Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta
didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-
prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
 Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran yang meliputi memahami landasan pendidikan,
menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
 Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
 Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi
merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi
proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar dan
memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas
program pembelajaran secara umum.
 Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi non akademik.

c. Syarat - Syarat Menjadi Guru Professional


Dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, tenaga kependidikan ternyata bahwa untuk
menyandang pekerjaan dan jabatan tersebut dituntut beberapa persyaratan. Menurut
Muhammad Ali ( 1985 : 35 ) sebagai berikut9 :
1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan
yang mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya.
3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya
Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik – baiknya untuk
memenuhi panggilan tugasnya, baik berupa im-service training (diklat/penataran) maupun
pre service training (pendidikan keguruan secara formal). Secara khusus, sebagai sebuah
profesi keguruan, ada beberapa kriteria seorang guru. Menurut versi National Education
Association (NEA), guru berarti jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, menggeluti
suatu batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan persiapan profesional yang lama,
memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, menjanjikan karier hidup dan
keanggotaan yang permanen, menentukan standarnya sendiri, lebih mementingkan layanan
di atas keuntungan pribadi, mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Tidak mudah menjadi guru, perlu persiapan, latihan, pembiasaan dan pendidikan yang

B. Profesi Guru Sebagai Pendidik Transformatif

9
Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar: Penerapan dalam Pendidikan Agama, (Surabaya: Citra
Media, 1996), hal. 54.
Pendidikan akan terus berkembang dan mengikuti perubahan zaman. Diperlukan
seseorang yang mampu untuk mengembangkan pembaharuan (Tranformasi) atau inovasi
dalam dunia pendidikan tersebut. Guru merupakan seseorang yang memiliki pengalaman
langsung dengan peserta didik karena itu guru akan lebih mengetahui apa yang dibutuhkan
oleh peserta didik. Bagaimanapun juga guru memiliki peran yang sangat strategis untuk
melakukan pembaharuan (Tranformasi) dalam pendidikan.
Havelock (1995) mengemukakan agen pembaharu sebagai “the principal actors in
any organization effort, change agents play many roles, including leaders, facilitators,
negotiators and advisors”. Lebih lanjut Smither mengatakan, baik secara internal maupun
eksternal, seorang agen pembaharu (Transformatif) harus memiliki 4 karakteristik, yaitu10:
1. Memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal (interpersonal communication
skills),
2. Memiliki kapabilitas pemecahan masalah (theory based problem solving capability),
3. Memiliki kemampuan edukasional (educational skills), dan
4. Memiliki kesadaran diri sendiri (self awareness).
Guru sebagai penerus inovasi dari kepala sekolah memiliki tugas utama untuk
melancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha pembaharu ke klien. Fungsi utama agen
pembaharu (Transformatif) adalah sebagai penghubung antara pengusaha pembaharu
(change agency), dengan klien (client), dengan tujuan agar inovasi dapat diterima diterapkan
oleh klien sesuai dengan keinginan pengusaha pembaharu(Transformatif). Keberhasilan dari
invoasi itu tergantung dari komunikasi dari agen pembaharu (Transformatif) dengan klien.
Menurut Zaltman dalam Ibrahim, ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh agen
pembaharu dalam usaha memantapkan hubungan dengan klien yaitu:
1. Di mata klien seorang agen pembaharu (Transformatif) harus mampu dan secara
resmi mendapat tugas untuk membantu klien dalam usaha meningkatkan
kehidupannya atau memecahkan masalah yang dihadapinya,
2. Harus diusahakan terjadinya pertukaran informasi tentang hal-hal yang diharapkan
akan dicapainya dalam proses perubahan antara agen pembaharu (Transformatif)
dengan klien dan
3. Perlu diusahakan adanya sanksi yang tepat terhadap target perubahan yang akan
dicapai.

10
 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cet.
III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 759.
Peranan guru sebagai agen pembaharu (Transformatif) dimulai dari dalam dirinya
sendiri, proses pembaharuan dilakukan dengan merubah cara pandangnya dalam proses
pendidikan atau pembelajaran. Perubahan ini terwujud dengan adanya kesadaran berubah
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru. Seperti mengetahu inovasi-inovasi
pembelajaran terbaru dan menerapkannya dalam proses pembelajaran. Ketika perubahan
dalam dirinya sudah berhasil kemudian dapat melakukan proses perubahan dengan teman
sejawat, kelompok guru, dan sekolah. Peran guru sebagai agen pembaharu (Transformatif)
diantaranya adalah bagaimana menerjemahkan idealisme pendidikan ke dalam praktek di
kelas sehingga peserta didik dapat memahami. Selain itu seringkali dalam proses
pembelajaran timbul masalah baru sehingga guru dituntut untuk mampu melakukan action
research untuk menjawab masalah tersebut.
Peranan guru sebagai agen perubahan (Transformatif) dapat diidentifikasi sebagai
berikut11:
1. Menumbuhkan kebutuhan dalam diri peserta didik,
2. Membangun hubungan pertukaran informasi,
3. Mendiagnosa masalah peserta didik,
4. Menumbuhkan niat berubah pada peserta didik,
5. Menerjemahkan niat peserta didik ke dalam tindakan,
6. Menstabilkan adopsi dan mencegah diskontinu adopsi dan
7. Mencapai hubungan terminal dengan peserta didik(yaitu ketika peserta didik berubah
menjadi agen perubahan).
Dengan demikian, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan
sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memiliki peran yang sangat besar bagi
keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa keterlibatan guru, maka sangat mungkin
inovasi yang dilakukan tidak akan berjalan bahkan akan memunculkan resistensi karena
guru menganggap inovasi tersebut bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi
sebaliknya dianggap mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka.
Strategi umum dalam pembaharuan (Tranformasi) pendidikan meliputi :
1. penyiapan desentralisasi pendidikan,
2. pemberdayaan masyarakat dalam pendidkan,
3. pemberdayaan sistem pendidikan nasional,
4. peningkatan mutu dan relevansi pendidikan,

11
Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, cet. I, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hal. 148-
149.
5. mengefektifkan sistem jaminan mutu pendidikan
Menyiapkan desentralisasi pendidikan dalam hal ini sebagai usaha yang mengarahkan
pada otonomi pendidikan yang berdampak pada otoritas guru dalam melakasanakan
pembelajaran. Peran guru untuk memberdayakan masyarakat dalam pendidikan adalah guru
diharapkan mampu berkerjasama dengan semua unsur masyarakat demi kelancaran
pembelajaran dan untuk melaksanakan prinsip belajar. Dalam pemberdayaan sistem
pendidikan nasional, guru harus berperan aktif, karena guru termasuk dalam komponen
utama sistem pendidikan nasional. Peran guru dalam meningkatkan mutu dan relevansi
pendidikan diharapkan guru mampu memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta kemampuan peserta didik. Untuk mengefektifkan jaminan mutu
pendidikan, guru dalam melakasanakan pembelajaran senantiasa terus berkiblat pada standar
mutu yang harus dicapai oleh peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, dkk (2001) A Taxonomy for learning, teaching, and assessing., Addison Wasley
Longman Inc. : New York.
Harris., R., dkk. (1995) Competency-based education and training :between a rock and
whilpool, South Melboune : MacMillan Education Australia

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tentang sistem pendidikan nasional. (2003).


Bandung:Citra Umbara.

Mujtahid, 2011, Pengembangan Profesi Guru, (Malang: UIN Maliki Press)


Bahri Syaiful Djamarah, 2010, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta, Rineka Cipta)
A,M, Sardiman, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar-mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada)
Hamali, Oemar, 2008, Pendidikan Guru Bedasarkan Pendekatan Kompetensi, cet. V,
(Jakarta: Bumi Aksara)
Muhaimin,dkk, 1996, Strategi Belajar Mengajar: Penerapan dalam Pendidikan Agama,
(Surabaya: Citra Media)
Tanlain, Wens,dkk, 1989,Dasar-dasar Ilmu Pendidikan: Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta:
Gramedia)
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga, Cet. III, (Jakarta: Balai Pustaka)

Muchith Saekhan, 2008, Pembelajaran Kontekstual, cet. I, (Semarang: Rasail Media Group)

Anda mungkin juga menyukai