Anda di halaman 1dari 10

13

BAB II
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF

CAPAIAN PEMBELAJARAN

1. Capaian Pembelajaran Umum


Mahasiswa dapat membedakan analisis secara kualitatif dan kuantitatif
2. Capaian Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan cara-cara analisis secara kualitatif dan kuantitatif

A. PENDAHULUAN

Analisis kualitatif, khususnya untuk analisis zat anorganik dapat dilakukan untuk
menentukan atau menganalisis kation dan anion. Dalam analisis kualitatif dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Untuk analisis secara kuantitatif
berdasarkan persamaan stoikiometrinya.

B. POKOK-POKOK ISI
1. Analisis Kualitatif
Reaksi Kering

Sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa
melarutkan sampel. Reaksi kering tersebut berupa:
a. Pemanasan
Zat ditaruh di dalam tabung pengapian (tabung bola atau tabung reaksi dipanaskan
pada nyala bunsen). Zat dipanaskan secara perlahan. Pada pemanasan ini dapat terjadi
sublimasi, pelelehan atau penguraian yang disertai perubahan warna, atau dibebaskan
suatu gas yang dapat dikenali dari sifat-sifat khasnya.
b. Uji Pipa Tiup
Nyala Bunsen terang (lubang udara tertutup seluruhnya) kira-kira 5 cm digunakan
untuk uji ini. Zat yang diuji diletakkan pada rongga bongkahan arang dan dipanaskan pada
nyala Bunsen yaitu pada nyala mengoksid dan nyala mereduksi.
c. Uji Nyala
Zat dipanaskan pada nyala Bunsen dan menghasilkan warna yang spesifik.

13
14

Uji nyala dilakukan dengan menggunakan kawat platinum kecil, jika tak tersedia
dapat digunakan kawat chromel (atau nichrome). Salah satu ujungnya diberi pegangan.
Mula-mula kawat ini dibersihkan dengan mencelupkannya ke dalam HCl pekat yang
ditaruh di atas kaca arloji, kemudian memanaskannya pada zona pelelehan dari nyala
Bunsen, kawat akan bersih apabila tidak memberikan warna pada nyala. Kawat dicelupkan
dalam HCl pekat dalam kaca arloji, lalu ke dalam sedikit zat yang dianalisis agar sedikit
zat dapat menempel pada kawat. Kemudian zat dimasukkan ke dalam zona pengoksid
bawah. Amati warna yang terjadi pada nyala. Zat-zat yang kurang atsiri dipanaskan pada
zona pelelehan, dengan menggunakan perbedaan keatsirian untuk memisahkan suatu
campuran.
d. Uji spektroskopi, spektra nyala
Cara ini menggunakan peralatan spektroskop. Alat ini digunakan untuk memisahkan
cahaya menjadi warna-warna penyusunnya. Alat ini dapat mengidentifikasi kation.
e. Uji Manik Boraks
Menggunakan kawat platinum yang ujungnya dibengkokkan menjadi suatu lingkaran
kecil. Lingkaran ini dipanaskan dalam nyala Bunsen sampai membara dan dengan cepat
dibenamkan ke dalam bubuk boraks Na2B4O7.10 H2O. Boraks yang menempel ditaruh
pada bagian terpanas, garam ini membengkak ketika melepaskan air kristalnya dan
kemudian menyusut sebesar lingkaran kawat dengan membentuk manik mirip kaca,
tembus cahaya dan tak berwarna, yang terdiri dari campuran natrium metaborat dan
anhidrat borat.
Na2B4O7 2 NaBO2 + B2O3
Manik itu dibasahi dan dibenamkan ke dalam zat yang dihaluskan, sehingga sedikit zat
yang menempel pada manik. Manik dan zat yang menempel mula-mula dipanasi dalam
nyala mereduksi bawah, dibiarkan dingin dan warnanya diamati. Kemudian manik itu
dipanasi dalam nyala mengoksid bawah, dibiarkan dingin dan warnanya diamati.
f. Uji Manik Fosfat
Uji ini dilakukan serupa dengan uji manik boraks, hanya saja digunakan garam
mikroskomik, natrium ammonium hydrogen fosfat tetrahidrat Na(NH4)HPO4.4H2O.
g. Uji Manik Natrium Karbonat
Manik natrium karbont digunakan dengan melelahkan sedikit natrium karbonat pada
lingkaran kawat natrium karbonat pada lingkaran kawat platinum dalam nyala Bunsen,
diperoleh pentulan putih tak tembus cahaya.
15

Reaksi Basah

Uji reaksi basah dilakukan pada zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui
berlangsung:
a. Dengan terbentuknya endapan,
b. Dengan pembebasan gas,
c. Dengan perubahan warna.

a. Analisis Kation
Kebanyakan analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah. Kation-katon
diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap reagensia.
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,
sulfida, dan karbonat dari kation tersebut.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai
berikut:
Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer yaitu
timbal, merkurium (I), dan perak.
Golongan II: Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-
ion golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium,
arsenik (II), arsenik (IV), stibium (III), stibium (IV), timah (II), dan timah
(III)(IV).
Golongan III: Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, atau
hidrogen sulfida dalam suasana netral. Kation-kation tersebut adalah
kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), aluminium, zink dan mangan
(II).
Golongan IV: Kation golongan ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat
dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam.
Kation-kation tersebut adalah kalsium, strontium, dan barium.
Golongan V: Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan
sebelumnya. Kation-kation tersebut adalah magnesium, natrium, kalium,
ammonium, litium, dan hidrogen.
16

Setelah didapat golongannya maka kation-kation tersebut dianalisis dengan


melakukan reaksi spesifik dengan pereaksi-pereaksi yang dapat menimbulkan sifat-sifat
khas untuk menentukan kation yang dianalisis.

b. Analisis Anion
Anion-anion dapat diidentifikasi dengan cara:
Kelas A: proses yang melibatkan identifikasi produk-produk yang mudah menguap, yang
diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam.
a. Gas dilepaskan dengan asam klorida encer dan asam sulfat encer: karbonat,
bikarbonat, sulfit, tiosulfit, sulfida, nitrit, hipoklorit, sianida, dan sianat.
b. Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat: meliputi zat-zat dari (a),
fluorida, heksafluorosilikat, klorida, bromida, iodida, nitrat, klorat (BAHAYA),
perklorat, permanganat (BAHAYA), bromat, borat, heksasianoferat (II),
heksasianoferat (III), tiosianat, format, asetat, oksalat, tartrat, dan sitrat.

Kelas B: proses yang tergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan


a. Reaksi Pengendapan
Sulfat, peroksodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit, kromat, dikromat,
silikat, heksafluorosilikat, salisilat, benzoat, dan suksinat.
b. Oksidasi dan reduksi dalam larutan
Maganat, permanganat, kromat, dikromat.
Analisis selanjutnya adalah uji spesifik dengan pereaksi-pereaksi tertentu.

2. Analisis Kuantitatif (Stoikiometri)


Stoikiometri Reaksi dalam Larutan
Cabang ilmu kimia yang bertalian dengan hubungan berat antara unsur dengan
senyawa dalam reaksi-reaksi kimia disebut stoikiometri. Sebagian besar reaksi kimia yang
terjadi di permukaan bumi, baik dalam makhluk hidup maupun zat anorganik, berlangsung
dalam larutan berair.
a. Berat Molekul
Mol adalah jumlah tertentu dari molekul, atom, elektron, dan partikel-partikel
tertentu lainnya. Menurut Komite Internasional untuk Berat dan Ukuran, mol adalah
jumlah suatu substansi yang mengandung sejumlah elemen yang sama dengan jumlah atom
pada 0,012 g, karbon 12. Dalam sistem S.I, 1 mol mengandung jumla molekul yang
17

berbeda dengan 1 mol dalam sistem American Engineering. Dalam sistem S.I, 1 mol
23
mengandung 6,023 x 10 molekul atau dinamakan dengan gram mol (g mol). Pada sistem
American Engineering 1 pound mol (lb mol) mengandung 6,023 x 1023 x 454 molekul.
𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒎 𝒈
𝑮 𝒎𝒐𝒍 =
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒎𝒐𝒍𝒆𝒌𝒖𝒍
𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒎 𝒍𝒃
𝒍𝒃 𝒎𝒐𝒍 =
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒎𝒐𝒍𝒆𝒌𝒖𝒍
Massa dlm g = (BM)(g.mol)
Massa dlm lb = (BM)(lb.mol)
Begitu juga untuk kilogram mol (k mol), ton mol dan satuan-satuan lainnya.
Suatu senyawa tersusun lebih dari suatu atom, dan berat molekul senyawa
merupakan jumlah dari berat atom yang menyusunnya. Seperti H2O yang terdiri dari 2
atom Hidrogen dan satu atom Oksigen mempunyai Berat Molekul (2)(1.008) + 16,000 =
18,02, dengan berat molekul ini, H2O mempunyai jumlah molekul yang sama dengan
jumlah atom karbon 12. Sebagai contoh berat molekul H2 adalah 2,016 g/gmol, 2,016
lb/lbmol, 2,016 kg/kgmol, 2,016 ton/tonmol dan seterusnya.

b. Berat Ekivalen
Berat ekivalen suatu zat yang terlibat dalam suatu reaksi dan aplikasi sebagai dasar
untuk titrasi didefinisikan sebagai berikut:
1. Untuk reaksi asam basa, berat ekivalen adalah berat dalam gram dari zat yang
diperlukan untuk menyediakan atau bereaksi dengan 1 mol H+.
2. Untuk reaksi redoks, berat ekivalen adalah berat dalam gram dari zat yang diperlukan
untuk menyediakan atau bereaksi dengan 1 mol elektron.
3. Untuk reaksi pengendapan dan pembentukan kompleks, berat ekivalen adalah berat
dalam gram dari zat yang diperlukan untuk menyediakan atau bereaksi dengan 1 mol
kation univalen, ½ mol kation divalen, 1/3 mol kation trivalen dan seterusnya.
Berat ekivalen suatu zat disebut ekivalen sama seperti berat molekul disebut mol.
Berat ekivalen dan berat molekul dihubungkan dengan persamaan:
BE = BM/n
n adalah jumlah mol hidrogen, elektron, atau kation univalent yang disediakan atau
dikombinasikan dengannya oleh zat pereaksi.
Reaksi berikut adalah reaksi yang digunakan secara komersial untuk memproduksi
bromine unsur dari garamnya dalam larutan.
18

2 Br- (aq) + Cl2 (aq) 2 Cl- (aq) + Br2 (aq)


Andaikan ada 50,0 mL larutan NaBr 0,0600 M berapa volume larutan Cl2 0,0500 M
diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan Br- ?
0,0500 L x (0,0600 mol/L) = 3,00 x 10-3 mol Br-
Kemudian, gunakan faktor konversi 1 mol Cl2 per 2 mol Br- untuk mencari mol Cl2.
1 𝑚𝑜𝑙 Cl2
Cl2 yang bereaksi = 3,00 x 10-3 mol Br- � �
2 𝑚𝑜𝑙 Br−

= 1,50 x 10-3 Cl2


Selanjutnya tentukan volume yang diperlukan untuk klorin berair:
1,50 x 10¯³ mol
= 3,00 𝑥 10¯² L larutan
0,0500 𝑚𝑜𝑙/𝐿

Reaksi ini memerlukan 3,00 x 10-2 L atau 30,0 mL larutan Cl2. Dalam praktiknya,
diperlukan larutan Cl2 berlebih untuk menjamin kesempurnaan konversi ion bromide
menjadi bromine.
Berhubung setiap mol ion bromide yang bereaksi menghasilkan satu mol ion klorida
dalam produknya, jumlah Cl- yang dihasilkan adalah 3,00 x 10-3 mol. Volume akhir larutan
adalah 0,0800 L, sehingga konsentrasi akhir Cl- adalah:
3,00 x 10¯³ mol
[Cl¯] = = 0,0375 𝑀
0,0800 𝐿

Bila kalium dikromat ditambahkan pada asam hidroksida pekat, ia bereaksi menurut
persamaan:
K2Cr2O7(s) + 14 HCl(aq) 2 K+(aq) + 2 Cr3+(aq) + 8 Cl-(aq) + 7 H2O(l) + 3 Cl2(g)
Menghasilkan larutan campuran kromium (III) klorida dan kalium klorida serta gelembung
gas klorin. Andaikan 6,20 g K2Cr2O7 bereaksi dengan HCl pekat dan volume akhir
larutannya 100 mL, hitunglah konsentrasi akhir Cr3+(aq) dan jumlah bahan kimia klorin
yang dihasilkan.
Penyelesaian:
Langkah pertama ialah mengkonversi massa K2Cr2O7 ke jumlah bahan kimia
6,20 g K₂Cr₂O₇ mol
= 0,0211 𝑚𝑜𝑙 K₂Cr₂O₇
249,19 𝑔 𝑚𝑜𝑙¯¹

Persamaan kimia yang balans menyatakan bahwa 1 mol K2Cr2O7 bereaksi menghasilkan 2
mol Cr3+ dan 3 mol Cl-. Penggunaan kedua faktor konversi kimia itu menghasilkan.

3+
2 mol 𝐶𝑟 3+
2 2 7�
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑟 = 0,0211 𝑚𝑜𝑙 K Cr O � = 0,0422𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑟 3+
1 𝑚𝑜𝑙 K 2 Cr 2 O7
19

3 mol 𝐶𝑟 3+
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑙₂ = 0,0211 𝑚𝑜𝑙 K 2 Cr 2 O7 � � = 0,0633 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑙₂
1 𝑚𝑜𝑙 K 2 Cr 2 O7
Karena volume akhir larutan adalah 0,100 L, maka konsentrasi Cr3+ (aq) adalah:
0,0422 mol
[𝐶𝑟 3+] = � � = 0,422 𝑀
0,100 𝐿

Sistem Konsentrasi
a. Molaritas
Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol solut per liter larutan, atau:
M = n/V
Dengan ketentuan:
M = molaritas
n = jumlah mol solut
V = volume larutan dalam liter
Untuk:
n = g/BM
dimana:
n = jumlah mol solut
g = gram solut
BM = berat molekul solut, maka:
𝒈
𝑴=
𝑩𝑴 𝒙 𝑽

Atau:
g = M x V x BM
pada reaksi antara titran T dengan analit A dengan persamaan sebagai berikut:
tT + aA produk
maka persamaan untuk reaksi ini adalah:
t x mol A = a x mol T
b. Normalitas
Normalitas didefinisikan sebagai jumlah ekivalen solut per liter larutan atau:
N = ek/V
N = normalitas
Ek = jumlah ekivalen
V = volum dalam liter
20

Ek = g/BE
g = gram solut
BE = berat ekivalen
𝑮
N=
𝑩𝑬 𝒙 𝑽

Hubungan antara normalitas dengan molaritas adalah:


N = nM
Dengan ketentuan n adalah jumlah mol hidrogen, elektron atau kation univalen yang
disediakan atau dikombinasikan dengannya oleh zat yang bereaksi.
Pada reaksi antara titran T dengan analit A dengan persamaan sebagai berikut:
tT + aA produk
maka persamaan untuk reaksi ini adalah:
mek A = mek T
g/BE = V x N

c. Formalitas
Formalitas didefinisikan sebagai jumlah solut per liter larutan.
F = nf / V
Dengan ketentuan:
F = formalitas
nf = jumlah berat rumus
V = volume larutan dalam liter
Bila:
g = gram solut
BR = berat rumus
Maka:
𝒈
F=
𝑩𝑹 𝒙 𝑽

d. % w/w
𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
Persen berat/berat =
𝟏𝟎𝟎 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏

e. % w/v
𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
Persen berat/volume =
𝟏𝟎𝟎 𝒎𝒍 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏
21

f. % v/v
𝒎𝒍 𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
Persen volume/volume =
𝟏𝟎𝟎 𝒎𝒍 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏

g. ppm (part per milion)


Didefinisikan sebagai 1 mg solut dalam 1 liter larutan.

RANGKUMAN
Sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat disebut larutan. Biasanya
larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut, misalnya padatan atau gas.
Komponen utama dari larutan biasanya disebut pelarut (solvent), dan komponen minornya
dinamakan zat terlarut (solute).
Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya
berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antarmolekul yang
dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut keadaan
tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan.
Larutan dapat berada dalam kesetimbangan fasa dengan gas, padatan, atau cairan lain.

TUGAS
1. Tuliskan reaksi-reaksi uji spesifik pada kation-kation dalam lima golongan tersebut
dan anion pada kelas A dan kelas B.
2. Jelaskan istilah-istilah berikut:
a. Berat rumus
b. Berat ekivalen
c. Larutan standar
d. Standardisasi
e. Standar primer
f. Aliquot
3. Bila diolah dengan asam, timbal (IV) oksida tereduksi menjadi garam timbal (II)
dengan membebaskan oksigen:
2 PbO2 (s) + 4 HNO3 (aq) 2 Pb(NO3)2 (aq) + 2 H2O (i) + O2 (g)
Berapa volume larutan asam nitrat 7,91 M secukupnya untuk bereaksi dengan 15,9 g
timbal (IV) oksida berdasarkan persamaan tersebut?
22

4. Tulislah persamaan yang balans untuk reaksi asam-basa yang menghasilkan garam
berikut ini. Namai asam, basa, dan garamnya.
a. CaF2 e. Na2SO3
b. Zn(NO3)2 f. PbSO4
c. Rb2SO4 g. Ca(C6H5COO)2
d. KCH3COO h. CuCl2
5. Karbondioksida yang dihasilkan (bersama dengan hydrogen) dari oksidasi skala
industri metana dengan bantuan nikel dipindahkan dari campuran gas scrubber yang
mengandung larutan kalium karbonat berair:
CO2(g) + H2O (l) + K2CO3 (aq) 2 KHCO3 (aq)
Hitunglah volume karbondioksida (pada suhu 500C dan tekanan 1,00 atm) yang akan
bereaksi dengan 187 L larutan kalium karbonat 1,36 M.
6. Hidrogen sulfide dapat dibuang dari gas alam lewat reaksi dengan natrium hidroksida
berlebih. Namai garam yang diproduksi dari reaksi ini
(catatan: hidrogen sulfide kehilangan kedua atom hidrogennya dalam reaksi tersebut).

Anda mungkin juga menyukai