Oleh :
NIM. 17.321.2666
PENDAHULUAN
berdampak pada perkembangan fisik dan mental masyarakat dan sangat berisiko
berbagai penyakit pada usia produktif. Penyakit stroke merupakan salah satu
penyakit yang sampai saat ini masing sering dijumpai pada usia produktif. Akibat
dari tidak disiplinnya pola hidup dan minimnya pengetahuan dan kesadaran
dalam menjaga kesehatan secara dini seperti halnya pola makan yang tidak sehat
dengan seringnya mengkonsumsi makanan siap saji tinggi lemak dan kolesterol
tapi rendah serat, aktivitas fisik yang kurang yang akan menimbulkan penimbunan
kolesterol yang tinggi dalam tubuh yang dapat menyumbat pembuluh darah yang
pada akhirnya menyebabkan tekanan darah meninggi dan terjadi pecah pembuluh
disease (CVD) adalah suatu kondisi sistem susunan saraf pusat yang patologis
merupakan suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak
secara fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang
menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vascular
2
Stroke juga merupakan sebuah gangguan kondisi fisik yang menjadi
masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting. Sebanyak dua pertiga
pasien stroke saat ini terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Menurut
WHO setiap tahun, diperkirakan 15 juta orang tersebar diseluruh dunia menderita
stroke, dimana kurang lebih 5 juta orang meninggal dan 5 juta orang mengalami
Data dari WHO (2018) juga melaporkan bahwa stroke dan penyakit
kesehatan dunia juga memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat
kurang lebih 8 juta di tahun 2030. Kematian yang disebabkan oleh stroke
menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun. Hal ini berarti, bahwa stroke
berkembang serta menjadi penyebab utama kecacatan no.1 pada orang dewasa
Indonesia (SKDI) tahun 2018 sebanyak 3.600.000 setiap tahun dengan prevalensi
Indonesia menurut tenaga kesehatan meningkat dari tahun 2014 sampai dengan
3
tahun 2019 adalah 8,3% per mil orang menjadi 12,1% per mil orang (Rikesdas,
2017).
Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2019, Provinsi Bali
menduduki urutan kedua untuk pasien stroke terbanyak setelah Jakarta. Jumlah
penderita stroke di Bali pada tahun 2019 berjumlah 70% (pasien dari bulan
untuk jumlah penderita stroke, yaitu sebesar 4,8% berdasarkan diagnosa Nakes
dan 7,5% berdasarkan diagnosis oleh Nakes atau dengan gejala (Riskesdas, 2017).
Pasien stroke akan mengalami gejala sisa yang sangat bervariasi, salah
satunya adalah risiko gangguan integritas kulit. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti penurunan mobilitas, aktivitas yang kurang dan penurunan sensori
persepsi sebagai faktor dimensi tekan. Sedangkan dari dimensi toleransi jaringan
terdiri dari faktor intrinsik (rendahnya nutrisi, tekanan arteriolar yang rendah) dan
faktor ekstrinsik yaitu kelembaban yang tinggi dan gesekan (Sari, 2017).
gerak dan defisit kemampuan jangka panjang motorik yang paling umum terjadi
4
dapat menyebabkan pasien mengalami gangguan mobilitas. Faktor risiko tersebut
rentan mengalami cedera akibat dari penurunan aliran darah dan risiko ulkus tekan
sampai ruam yang terjadi akibat hipersensitivitas reaksi obat dan infeksi
Pot12 \l 1033 ]
bukan merupakan masalah yang sering terjadi pada sebagian besar orang sehat,
dengan keterbatasan mobilitas seperti stroke atau pasien dengan penyakit kronis,
disebabkan karena trauma pada kulit, tertekannya kulit dalam waktu yang lama,
semakin hari semakin bertambah. Kejadian luka tekan atau kerusakan integritas
kulit di Amerika, Kanada dan Ingris sebesar 5%-32%. Biaya yang dikeluarkan
5
oleh negara Amerika untuk perawatan luka tekan di rumah sakit meningkat 50%
Yogyakarta tahun 2018. Dilaporkan bahwa dari 40 pasien yang tirah baring, 40%
menderita luka dekubitus (Setiawan, 2019). Melakukan survei di rumah sakit Dr.
(Suriadi, 2017)
kerusakan integritas kulit yaitu memberikan kasur anti dekubitus, bantal kecil
keperawatan yaitu manajeman alih baring, salah satunya adalah dengan pemberian
posisi yang benar karena penentuan posisi yang benar sangatlah penting pada
pasien stroke dengan sasaran utama pemeliharaan integritas kulit yang dapat
langsung pada daerah-daerah tekanan, seperti: telinga, humerus bagian atas, siku,
trokanter mayor, paha, tungkai bawah, maleolus lateralis dan maleolus medialis,
serta tumit (Morison, 2016). Posisi lateral inklin 300 yaitu posisi lateral 300
diantara pinggul dan matrass yang disertai penggunaan bantal pada daerah-daerah
6
berikut: diantara lutut kanan dan lutut kiri, diantara mata kaki, dibelakang
Sar07 \l 1033 ].
Posisi tubuh lateral dengan sudut maximum 300 juga akan mencegah kulit
kerusakan pada jaringan bagian dalam, seperti otot (Sanada, 2016). Berdasarkan
pada tahun 2018 - 2019 total penderita rawat inap yang terdiagnosa stroke yaitu
sebanyak 322 pasien terdiri dari non hemoragik sebanyak 206 kasus dan stroke
hemoragik sebanyak 116 kasus. Dan dari keseluruhan penderita stroke pada tahun
sedangkan pada bulan Juli sampai awal Desember 2019 total pasien stroke non
kerusakan integritas kulit atau mengalami luka dekubitus. Rata-rata lama pasien
yang di rawat inap di ruang Cermai yaitu pada pasien stroke hemoragik selama 7-
dengan judul “Pengaruh posisi lateral inklin 300 terhadap risiko kerusakan
7
integritas kulit pada pasien stroke di ruang Cermai Rumah Sakit Umum Daerah
Klungkung 2020”.
penelitian ini adalah “Adakah pengaruh posisi lateral inklin 300 terhadap risiko
kerusakan integritas kulit pada pasien stroke di ruang Cermai Rumah Sakit Umum
integritas kulit pada pasien stroke di ruang Cermai Rumah Sakit Umum Daerah
Klungkung.
kelompok kontrol.
lateral inklin 300 pada pasien stroke kelompok intervensi dan kontrol di ruang
8
3. Mengidentifikasi risiko kerusakan integritas kulit setelah diberikan posisi
lateral inklin 300 pada pasien stroke kelompok intervensi dan kontrol di ruang
diberikan posisi lateral inklin 300 pada pasien kelompok intervensi dan
penelitian tentang pengaruh posisi lateral inklin 300 terhadap risiko kerusakan
integritas kulit pada pasien stroke di ruang Cermai Rumah Sakit Umum
Daerah Klungkung.
mandiri yang pada akhirnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu evidence
integritas kulit pada pasien stroke di ruang Cermai Rumah Sakit Umum Daerah
9
Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam memberikan pelayanan
1. Dame Elysabeth Tuty Arna Uly Tarihon (2016) tentang “Penurunan Kejadian
Luka Tekan Grade I (Non Blanchable Erithema) Pada Klien Stroke Melalui
dengan post test only with control group. Sampel yang diteliti yaitu 33 klien
stroke (17 intervensi dan 16 kontrol). Variabel independen pada penelitian ini
kejadian luka tekan grade I pada klien stroke. Instrument yang digunakan
segitiga yang telah di desain untuk menjaga konsisten perlakuan pada setiap
klien. Hasilnya adalah ada pengaruh yang signifikan antara pengaturan posisi
penurunan kejadian luka tekan grade I pada klien stroke, sedangkan penelitian
yang akan dibuat ini adalah risiko kerusakan integritas kulit pada pasien
10
Yudistira di RSUD Kota Semarang”. Desain yang digunakan adalah quasi
yaitu lembar observasi dan analisisnya adalah uji shapiro Wilk. Hasil yang di
53,3% dan tidak ada pasien stroke yang mengalami hemiparesis yang
dilakukan alih baring. Perbedaan pada penelitian ini adalah pada variabel
dibuat ini adalah risiko kerusakan integritas kulit pada pasien stroke,
11
RSUD”. Desain yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan two
group pretest and posttest only design dengan sudah dilakukan obserbvasi
yang belum terjadi dekubitus dan belum mengalami dekubitus. nilai rata-rata
peringkat intervensi posisi miring 30 derajat lebih tinggi (p=0,041). Hal ini
sedangkan penelitian yang akan dibuat ini adalah risiko kerusakan integritas
kulit pada pasien stroke, perbedaan yang lain adalah waktu dan tempat
penelitian.
12
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., 2015. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 7. Jakarta: EGC.
Bujang Bukit, 2018. Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian Dekubitus Pada
Pasien Stroke. Sumatera.
Dinkesprov Bali, 2019. 10 Besar Penyakit Pada Pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah dan Puskesmas Provinsi Bali. Denpasar.
Kim, 2018. Kerusakan Integritas Kulit Pada Pasien Stroke. Jakarta: EGC.
13
Sanada, 2016. Posisi Tubuh Lateral Dengan Sudut Maximum 300 Dalam
Mencegah Kulit Dari Pergesekan (friction) dan Perobekan Jaringan
(shear). Jakarta: EGC.
Sari, 2017. Risiko Gangguan Integritas Kulit Pada PAsien Stroke. Jakarta:
Salemba Medika.
Setiawan, 2019. Survei Penyakit Stroke di Rumah Sakit Indonesia. Jakarta: EGC.
Turana & Arini, 2017. Data Demograf Pasien Stroke di Indonesia. Jakarta: FKUI.
WHO, 2018. The Public Health Stroke, bulletin of The Publich Health Revier
WHO.
14