DI
OLEH :
NIM : 190250011
KELAS : 3-A
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bandarpulau, 2020
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………… 2
DAFTAR ISI…………………………………………………….3
BAB I . PENDAHULUAN……………………………………….4
1.1 LATAR BELAKANG………………………………..4
1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………….5
1.3 TUJUAN………………………………………………5
BAB 11 . PEMBAHASAN ………………………………………6
2.1 PENGERTIAN KONFLIK SOSIAL……………….6
2.2 JENIS KONFLIK SOSIAL…………………………..7
2.3 BENTUK KONFLIK SOSIAL DALAM MASYARAKAT…8
2.4 FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK SOSIAL..10
2.5 AKIBAT KONFLIK SOSIAL…………………………………12
2.6 PENANGGULANGAN DAN PENANGGUHAN KONFLIK SOSIAL….13
BAB 111. PENUTUP…………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….16
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2.4 Faktor faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik sosial?
1.2.5 Bagaimana akibat-akibat konflik social?
1.2.6 Bagaimana cara penanggulangan dan penanganan konflik sosial?
1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian konflik sosial.
1.3.2 Untuk mengeahui jenis konflik sosial.
1.3.3 Untuk mengetahui bentuk-bentuk konflik social dalam masyarakat.
1.3.4 Untuk mengeahui faktor faktor yang menyebabkan terjadinya konflik.
1.3.5 Untuk mengetahui akibat-akibat konflik sosial
1.3.6 Untuk mengetahui cara penanggulangan dan penanganan konflik sosial.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
terjadi karena ketidakpuasan akan cara kerja pemerintah. Seperti konflik dengan para buruh,
konflik Aceh, serta daerah-daerah yang muncul gerakan separatisme.
Namun, dalam kenyataannya ditemukan banyak konflik dengan bentuk dan jenis yang
beragam. Soerjono Soekanto (1989:90) berusaha mengklasifikasikan bentuk dan jenis-jenis
konflik tersebut. Menurutnya, konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu:
a. Konflik Pribadi
Konflik terjadi dalam diri seseorang terhadap orang lain. Umumnya konflik pribadi
diawali perasaan tidak suka terhadap orang lain, yang pada akhirnya melahirkan perasaan benci
yang mendalam. Perasaan ini mendorong tersebut untuk memaki, menghina, bahkan
memusnahkan pihak lawan. Pada dasarnya konflik pribadi sering terjadi dalam masyarakat.
b. Konflik Rasial
Konfilk rasial umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman suku dan ras.
Lantas, apa yang dimaksud dengan ras? Ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan
ciri-ciri biologisnya, seperti bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Secara
umum ras di dunia dikelompokkan menjadi lima ras, yaitu Australoid, Mongoloid, Kaukasoid,
Negroid, dan ras-ras khusus. Hal ini berarti kehidupan dunia berpotensi munculnya konflik juga
jika perbedaan antarras dipertajam.
7
Dunia perpolitikan pun tidak lepas dari munculnya konflik sosial. Politik adalah cara
bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. Konflik politik terjadi karena setiap
golongan di masyarakat melakukan politik yang berbeda-beda pada saat menghadapi suatu
masalah yang sama. Karena perbedaan inilah, maka peluang terjadinya konflik antargolongan
terbuka lebar. Contoh rencana undang-undang pornoaksi dan pornografi sedang diulas,
masyarakat Indonesia terbelah menjadi dua pemikiran, sehingga terjadi pertentangan antara
kelompok masyarakat yang setuju dengan kelompok yang tidak menyetujuinya.
8
b. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
1. Konflik Vertikal
Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam satu struktur yang memiliki
hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara atasan dengan bawahan dalam sebuah
kantor.
2. Konflik Horizontal
Merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki
kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang terjadi antar organisasi massa.
3. Konflik Diagonal
Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya ke
seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contohnya konflik
yang terjadi di Aceh.
Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas
empat macam, yaitu sebagai berikut :
1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut
dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu
9
menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-macam peranan
yang dimilikinya.
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3.Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.
4. Konflik antara satuan nasional, seperti antar partai politik, antar negara, atau
organisasi internasional.
2.4 Faktor Penyebab Timbulnya Konflik Sosial.
1. Perbedaan Antar Perorangan
Perbedaan ini dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini
mengingat bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada
kesamaan yang baku antara yang satu dengan yang lain.Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat
menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial, sebab dalam menjalani sebuah
pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan dengan individu yang lain.
Misalnya dalam suatu diskusi kelas, kamu bersama kelompokmu kebetulan sebagai penyaji
makalah. Pada satu kesempatan, ada temanmu yang mencoba untuk mengacaukan jalannya
diskusi dengan menanyakan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam diskusi tersebut.
Kamu yang bertindak selaku moderator melakukan interupsi dan mencoba meluruskan
pertanyaan untuk kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si penanya) tadi
menganggap kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan. Perbedaan
pandangan dan pendirian tersebut akan menimbulkan perasaan amarah dan benci yang apabila
tidak ada kontrol terhadap emosional kelompok akan terjadi konflik.
2. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan
dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual,
kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam
lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan kelompok masyarakat yang
samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan
lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan
ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang
dipakai oleh satu kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh
10
kelompok atau masyarakat lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan menghormati
perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik
sosial. Contohnya seseorang yang dibesarkan pada lingkungan kebudayaan yang bersifat
individualis dihadapkan pada pergaulan kelompok yang bersifat sosial. Dia akan mengalami
kesulitan apabila suatu saat ia ditunjuk selaku pembuat kebijakan kelompok. Ada kecenderungan
dia akan melakukan pemaksaan kehendak sehingga kebijakan yang diambil hanya
menguntungkan satu pihak saja. Kebijakan semacam ini akan di tentang oleh kelompok besar
dan yang pasti kebijakan tersebut tidak akan diterima sebagai kesepakatan bersama. Padahal
dalam kelompok harus mengedepankan kepentingan bersama. Di sinilah letak timbulnya
pertentangan yang disebabkan perbedaan kebudayaan.
Contoh lainnya adalah seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki kebudayaan A,
pindah ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut tetap membawa kebudayaan asal
dengan konservatif, tentu saja ia tidak akan diterima dengan baik di wilayah barunya. Dengan
kata lain meskipun orang tersebut memiliki pengaruh yang kuat, alangkah lebih baik jika tetap
melakukan penyesuaian terhadap kebudayaan tempat tinggalnya yang baru.
3. Bentrokan Kepentingan
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini
karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau
mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan memiliki
kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain. Misalnya kebijakan
mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk mengikuti kontes ‘Ratu Sejagat’ atau ‘Miss
Universe’. Dalam hal ini pemerintah menyetujui pengiriman tersebut, karena dipandang sebagai
kepentingan untuk promosi kepariwisataan dan kebudayaan. Di sisi lain kaum agamis menolak
pengiriman itu karena dipandang bertentangan dengan norma atau adat ketimuran (bangsa
Indonesia). Bangsa Indonesia yang selama ini dianggap sebagai suatu bangsa yang menjunjung
tinggi budaya timur yang santun, justru merelakan wakilnya untuk mengikuti kontes yang
ternyata di dalamnya ada salah satu persyaratan yang mengharuskan untuk berfoto menggunakan
swim suit (pakaian untuk berenang).
11
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian
mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi secara
cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-prosessosial di dalam masyarakat,
bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan adalah
sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial,
karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya konflik sosial.
Contohnya kenaikan BBM, termasuk perubahan yang begitu cepat. Masyarakat banyak
yang kurang siap dan kemudian menimbulkan aksi penolakan terhadap perubahan tersebut.
12
2.6 Penanggulangan dan Penanganan Konflik Sosial
1) Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan
yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2) Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang
memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3) Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok
damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok
berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4) Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah
pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi
dari kedua pihak.
5) Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan
penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
13
3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan
yang mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia
dengan Belanda.
4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih
sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya panitia tetap penyelesaikan perburuhan
yang dibentuk Departemen Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam
kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan
yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi
karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh :
adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Konflik Sosial adalah Pertentangan antar anggota atau antar kelompok dalam masyarakat
yang sifatnya menyeluruh, yang di sebabkan oleh adanya beberapa
perbedaan.Diantaranya,Individu, Pola Budaya,Status Sosial,Kepentingan dan Terjadinya
perubahan sosial.
3.2 Saran
Untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik tentu saja setiap orang diharuskan untuk
menjaga perdamaian, ketentraman, keadilan dan keamanan di negara Indonesia. Banyak cara
yang dapat dilakukan, salah satunya dengan cara menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya konflik. Dan cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi konflik tersebut adalah melalui
:
Konsiliasi, mediasi, arbitrase, paksaan dan détente.
15
DAFTAR PUSTAKA
16