Anda di halaman 1dari 27

TINDAK PIDANA KHUSUS

(Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa)

Dosen:

Somawijaya, S.H., M.H

Disusun Oleh :

Anita Rahayu 190250011

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas
kuliah Tindak Pidana Khusus yang diberikan oleh Bapak Somawijaya, S.H., M.H .

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memberikan gambaran utuh tentang aspek
hukum positif khususnya tentang kejahatan-kejahatan terhadap tubuh dan nyawa orang yang
ditinjau dari doktrin-doktrin hukum.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, atau penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian. Semoga makalah ini bermanfaat dalam
menambah wawasan pemikiran para pembaca.

Bandarpulau, 14 April 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana
disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan
tersebut.1 Jadi pengertian dari tindak pidana yang dimaksud adalah bahwa perbuatan pidana atau
tindak pidana senantiasa merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau melanggar suatu
aturan hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum yang disertai dengan sanksi
pidana yang mana aturan tersebut ditujukan kepada perbuatan sedangkan ancamannya atau
sanksi pidananya ditujukan kepada orang yang melakukan atau orang yang menimbulkan
kejadian tersebut.

Sebagian besar kejahatan yang sering muncul dan terjadi di dalam masyarakat adalah
kejahatan terhadap tubuh dan nyawa orang. Kejahatan terhadap tubuh erat kaitannya dengan
kejahatan terhadap nyawa, dalam KUHP pun pembahasannya disebutkan secara berurutan, hanya
saja kejahatan terhadap nyawa terdapat pada BAB XIX (pasal 338-350) hal tersebut menurut
Wirjono Prodjodikuro dikarenakan lebih pentingnya pembunuhan dari pada penganiyaan .
Keterkaitan ini dikarenakan secara obyektif kedua tindakan ini memliki unsur yang sama, yaitu
suatu perbuatan yang sifat dan wujudnya secara umum berupa kekerasan fisik .

1
Moeljatno, “Asas-asas Hukum Pidana”, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hlm. 54
Identifikasi Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Kejahatan terhadap Tubuh dan bagaimana bentuk-bentuk
Kejahatan terhadap Tubuh?
2. Apakah yang dimaksud dengan Kejahatan terhadap Nyawa dan bagaimana bentuk-
bentuk Kejahatan terhadap Nyawa?

Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan Kejahatan terhadap Tubuh dan bagaimana bentuk-
bentuk Kejahatan terhadap Tubuh
2. Mengetahui. yang dimaksud dengan Kejahatan terhadap Nyawa dan bagaimana bentuk-
bentuk Kejahatan terhadap Nyawa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kejahatan Terhadap Tubuh


Dibentuknya kejahatan terhadap tubuh manusia ini ditujukan bagi perlindungan
kepentingan hukum atas tubuh dari perbuatan-perbuatan berupa penyerangan atas tubuh atau
bagian tubuh yang mengakibatkan rasa sakit atau luka, bahkan karena luka yang yang
sedemikian rupa pada tubuh dapat menimbulkan kematian.2

Atas dasar unsur kesalahannya, kejahatan terhadap tubuh terbagi menjadi 2 macam, yaitu:3

1) Kejahatan terhadap tubuh yang dilakukan dengan sengaja. Kejahatan yang dimaksudkan
ini diberi kualifikasi sebagai penganiayaan (misbandelling), dimuat dalam Bab XX buku
II, pasal 35 s/d 358.
2) Kejahatan terhadap tubuh karena kelalaian, dimuat dalam pasal 360 Bab XXI yang
dikenal dengan kualifikasi karena lalai menyebabkan orang lain luka.

o Kejahatan terhadap Tubuh dengan Sengaja

Kejahatan terhadap tubuh yang dilakukan dengan sengaja (penganiayaan) dapat


dibedakan menjadi 6 macam:4

1. Penganiayaan Biasa (Pasal 351 KUHP)

Pemberian kualifikasi sebagai penganiayaan biasa yang dapat disebut juga dengan
penganiayaan bentuk pokok terhadap ketentuan Pasal 351 KUHP sungguh tepat, setidak-
tidaknya untuk membedakannya dengan bentuk-bentuk penganiayaan lainnya.

2
Chazawi, Adami, “Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, hlm.7
3
Ibid.
4
Ibid.
Pasal 351 merumuskan sebagai berikut:

1) Penganiayaan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun dan delapan
bulan atau dengan pidana denda setinggi-tingginya tiga rupiah (sekarang Rp. 4.500,-)
2) Jika perbuatan tersebut menyebabkan luka berat pada tubuh, maka orang yang bersalah
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun.
3) Jika perbuatan tersebut menyebabkan kematian, maka orang yang bersalah dipidana
dengan penjara selama-lamanya tujuh tahun.
4) Disamakan dengan penganiayaan, yakni kesengajaan merugikan kesehatan.
5) Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat dipidana.

Oleh karena kejahatan penganiayaan yang dirumuskan pada ayat (1) hanya memuat
kualifikasi kejahatan dan ancaman pidananya saja, maka dari rumusan itu saja tidak adapt dirinci
unsur-unsurnya, yang oleh karena itu juga sekaligus tidak diketahui dengan jelas tentang
pengertiannya.

Dalam doktrin/ilmu hukum pidana, berdasarkan sejarah pembentukan dari Pasal 351
KUHP di atas, penganiayaan diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
menimbulkan rasa sakit (pijn) atau luka (letsel) pada tubuh orang lain.

Menurut doktrin penganiayaan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

a. Adanya rasa sakit


b. Adanya perbuatan
c. Adanya akibat perbuatan (yang dituju), yakni:
o rasa sakit pada tubuh
o luka pada tubuh.

Unsur yang pertama adalah berupa unsur subjektif (kesalahan), unsur kedua dan ketiga
berupa unsur objektif.

Berdasarkan doktrin dan pendapat dari arrest-arrest HR, maka dapat ditarik kesimpulan
perihal arti penganiayaan ialah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang ditujukan
untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada tubuh orang lain, yang akibat mana semata-mata
merupakan tujuan si petindak.

Pengertian seperti yang baru disebutkan di atas itulah yang banyak dianut dalam praktek
hukum selama ini. Dari pengertian itu, maka penganiayaan mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut:

1) Adanya kesengajaan
2) Adanya perbuatan
3) Adanya akibat perbuatan (dituju) yakni: rasa sakit, tidak enak pada tubuh, dan lukanya
tubuh.
4) Akibat mana menjadi tujuan satu-satunya.

2. Penganiayaan Ringan (Pasal 352 KUHP)

Kejahatan yang diberi kualifikasi sebagai penganiayaan ringan oleh UU ialah


penganiyaaan yang dimuat dalam Pasal 352 KUHP, yang rumusannya sebagai berikut:5
1) “kecuali yang tersebut dalam Pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian, dipidana sebagai penganiyaan ringan, dengan pidana penjara paling
lama 3 bulan atau pidana denda paling banyak Rp 4.500”.
2) “Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan  kejahatan itu
terhadap orang yang berkerja padanya atau menjadi bawahannya”.

Penganiyaaan bentuk ringan tidak terdapat dalam WvS Belanda. Dengan dibentuknya
penganiayaan ringan ke dala KUHP kita adalah sebagai perkecualian dari asas concordantie.

Dalam rumusan di atas terdapat ketentuan, yakni:


1) Mengenai batasan dan ancaman pidana bagi penganiayaan ringan
2)  Alasan pemberatan pidana pada penganiayaan ringan

5
Ibid., hlm. 22
Batasan penganiyaan ringan adalah penganiayaan yang:
1) Bukan berupa penganiayaan berencana (Pasal 353 KUHP)
2) Bukan penganiayaan yang dilakukan:
o Terhadap ibu atau bapaknya yang sah, istri atau anaknya
o Terhadap pengawai negeri yang sedang dan atau karena menjalankan tugasnya
yang sah.
o Dengan memasukkan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau untuk dimakan atau
diminum (Pasal 356 KUHP).
3) Tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian.

Tiga unsur itulah, di mana unsur b dan c terdiri dari beberapa alternatif, yang harus
dipenuhi untuk menetapkan suatu penganiayaan sebagai penganiayaan ringan. Dengan melihat
unsur penganiayaan ringan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penganiayaan ringan tidak
mungkin terjadi pada penganiayaan berencana (Pasal 353 KUHP) dan penganiayaan terhadap
orang-orang yang memiliki kualitas tertentu dalam Pasal 356 KUHP, walaupun pada
penganiayaan berencana itu tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencaharian.

3. Penganiayaan Berencana (Pasal 353 KUHP)

Pasal 353 KUHP mengenai penganiayaan berencana merumuskan sebagai berikut:6


1) Penganiayaan dengan rencana lebih dulu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
tahun.
2) Jika perbuatan itu menimbulkan luka-luka berat, yang bersalah dipidana dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun.
3) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah dipidana dengan pidana
penjara paling lama 9 tahun.

Ada 3 macam penganiayaan berencana, yakni:


6
Ibid., hlm. 26
1) Penganiayaan berencana yang tidak berakibat luka berat atau kematian.
2) Penganiayaan berencana yang  berakibat luka berat
3) Penganiayaan berencana yang berakibat kematian.

Kejahatan yang dirumuskan Pasal 353 KUHP dalam praktik hukum diberi kualifikasi
sebagai penganiayaan berencana, oleh sebab terdapatnya unsur direncanakan lebih dulu sebelum
perbuatan dilakukan. Direncanakan lebih dulu (disingkat berencana), adalah bentuk khusus dari
kesengajaan (opzettelijk) dan merupakan alasan pemberat pidana pada penganiayaan yang
bersifat subjektif, dan yang juga terdapat pada pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP).

4. Penganiayaan Berat (Pasal 354 KUHP)

Penganiayaan yang oleh UU diberi kualifikasi sebagai penganiayaan berat, ialah


dirumuskan dalam Pasal 354 KUHP yang rumusannya adalah sebagai berikut:
1) Barangsiapa sengaja melukai berat orang lain, dipidana karena melakukan penganiayaan
berat dengan pidana penjara paling lama 8 tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 tahun.

Dengan mengingat pengertian penganiayaan seperti yang sudah diterangkan di bagian


muka, dengan menghubungkannya pada rumusan penganiayaan berat di atas, maka pada
penganiayaan berat  mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:7
a. Kesalahannya: kesengajaan (opzettelijk)
b. Perbuatan: melukai berat
c. Objeknya tubuh orang lain
d. Akibat: luka berat.

Penganiayaan berat hanya ada 2 bentuk, yakni:


1) Penganiayaan berat biasa (ayat 1), dan
2) Penganiayaan berat yang menimbulkan kematian (ayat 2).

7
Ibid., hlm. 32
 

5. Penganiayaan Berat Berencana (Pasal 355 KUHP)

Penganiayaan berat berencana, dimuat dalam Pasal 355 KUHP yang rumusannya adalah sebagai
berikut:

1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 12 tahun.
2) Jika perbuatan itu menimbulkan kematian, yang bersalah dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 tahun.

Dipandang dari sudut untuk terjadinya penganiayaan berat berencana ini, maka kejahatan
ini adalah berupa bentuk gabungan antara penganiayaan berat Pasal 354 ayat 1 KUHP dengan
penganiayaan berencana Pasal 353 ayat 1 KUHP, dengan kata lain suatu penganiayaan berat
yang terjadi dalam penganiayaan berencana. Kedua bentuk penganiayaan ini harus terjadi secara
bersama, maka harus terpenuhi baik unsur penganiayaan berat maupun unsur penganiayaan
berencana.8

Artinya suatu penganiayaan berat berencana dapat terjadi apabila kesengajaan petindak
tidak saja ditujukan pada perbuatannya (misalnya memukul dengan sepotong besi) dan pada luka
berat tubuh orang lain (sebagaimana pada penganiayaan berat), melainkan juga pada
direncanakan lebih dulu (sama sebagaimana pada penganiayaan berencana).

6. Penganiayaan dengan cara dan terhadap orang-orang yang berkualitas tertentu


yang memberatkan (Pasal 356 KUHP).

8
Ibid., hlm. 35
Macam penganiayaan yang dimaksudkan adalah penganiayaan sebagaimana yang dimuat
dalam Pasal 356 KUHP, yang rumusannya adalah sebagai berikut:

Pidana yang ditentukan dalam Pasal 351, 353, 354 dan 355 KUHP dapat ditambah dengan
sepertiga:
1) Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya atau
anaknya.
2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena menjalankan
tugasnya yang sah.
3) Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau
kesehatan untuk dimakan atau diminum.

Bahwa bagi bentuk khusus dari penganiayaan tersebut di atas, sifat yang memberatkan
pidana pada penganiayaan biasa Pasal 351 KUHP, penganiayaan berencana Pasal 353 KUHP,
penganiayaan berat Pasal 354 dan Penganiayaan berat berencana Pasal 355 KUHP terletak pada
2 hal, ialah:
1) Pada kualitas pribadi korban sebagai:
a. Ibunya
b. Bapaknya yang sah
c. Istrinya
d. Anaknya
e. Pegawai negeri (a) ketika atau (b) karena menjalankan tugasnya yang sah.
2) Pada cara melakukan penganiayaan, yakni dengan memberikan bahan untuk dimakan
atau dimunim yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan.

Ada rasio tertentu dari hal-hal tersebut ditetapkan dalam Pasal 356 KUHP sebagai faktor
yang memberatkan pidana. Bagi orang-orang yang berkualitas sebagai ada hubungan keluarga
dengan petindak (1 s/d 4), didasarkan pada alasan antara lain:9

o Bahwa sebagai usaha pencegahan khusus terhadap  dilakukannya penganiayaan pada


anggota keluarga.

9
Ibid., hlm. 37
o Bahwa bertujuan untuk melindungi kerukunan dalam kelangan keluarga dari gangguan
sesama anggota keluarga.
o Terhadap sesama anggota keluarga sepatutnya bersikap dan bertindak dengan kasih
sayang, sebab antara sesama mereka ada hubungan ketergantungan, masing-masing
saling membutuhkan, bukan saja ada keterikatan karena hukum, akan tetapi juga ada
keterikatan batin.

Karenanya melakukan penganiayaan sesama anggota keluarga seperti butir 1 s/d 4


dipandang sebagai perbuatan yang lebih buruk, sebagai kesalahan yang lebih besar dari pada
penganiayaan terhadap orang lain.

7. Turut Serta dalam Penyerangan dan Perkelahian.

Kejahatan yang dimaksudkan ini adalah dimuat dalam Pasal 358 KUHP yang
merumuskan sebagai berikut:10
Mereka yang dengan sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian dimana
terlibat beberapa orang, selain tanggungjawab masing-masing terhadap apa yang khusus
dilakukan olehnya, dipidana:
o Dengan pidana penjara paling lama 2 tahun 8 bulan, jika akibat penyerangan atau
perkelahian itu ada yang luka-luka berat.
o Dengan pidana penjara paling lama 4 tahun, jika akibatnya ada yang mati.

Jika dirinci rumusan Pasal 358 tersebut, terdiri dari unsur:


a. Unsur-unsur objektif:
 Perbuatan turut serta
 Dalam penyerangan, dan dalam perkelahian
 Dimana terlibat beberapa orang.
 Menimbulkan akibat (a) ada yang luka berat, (b) ada yang mati.
b. Unsur subjektif: dengan sengaja

10
Ibid., hlm. 45
  Kejahatan terhadap tubuh karena kelalaian, dimuat dalam Pasal 360 Bab XXI yang
dikenal dengan kualifikasi karena lalai menyebabkan orang lain luka. Hanya ada satu ketentuan
mengenai kejahatan terhadap tubuh dengan tidak sengaja, dimuat dalam Pasal 360 KUHP yang
rumusannya adalah:11

1) Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapatkan


luka-luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana
kurungan paling lama 1 tahun.
2) Barangsiapa karena kurang hati-hatinya (kealpaannya) menyebabkan orang lain luka-luka
sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan
atau pencaharian selama waktu tertentu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 9
bulan atau pidana kurungan paling lama 6 bulan atau pidana denda paling tinggi Rp
4.500,-

Dalam rumusan tersebut ayat (1), terdapat unsur-unsur yakni:


a. Ada perbuatan
b. Karena kesalahannya (kealpaannya)
c. Menimbulkan akibat luka-luka berat

Dalam ayat ke-2 terdapat unsur-unsur sebagai berikut:


a. Ada perbuatan
b. Karena kesalahannya (kealpaannya)
c. Menimbulkan akibat (1) luka yang menimbulkan penyakit, atau (2) halangan
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu.

o Kejahatan Terhadap Tubuh dengan Tidak Sengaja

Ketentuan mengenai kejahatan terhadap tubuh dengan tidak sengaja, dimuay dalam pasal
360 KUHP.

Dalam rumusan pasal 360 ayat 1 KUHP, terdapat unsur-unsur:


11
Ibid., hlm.50
a. Ada perbuatan
b. Karena kesalahan
c. Menimbulkan akibat orang luka-luka berat

Dalam rumusan pasal 360 ayat 2 KUHP, terdapat unsur-unsur:

a. Ada perbuatan
b. Karena kesalahannya (kealpaannya)
c. Menimbulkan akibat:
1) Luka yang menimbulkan penyakit
2) Halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu
tertentu.

Perbuatan yang dimaksud disini adalah perbuatan yang sama dalam penganiayaan, secara
konkret dalam rumusan tindak pidana. Perbuatan ini harus benar-benar terwujud agar kejahatan
ini dapat terjadi.

Perkataan kesalahannya (kealpaannya), menunjukkan bahwa kejahatan ini adalah berupa


kejahatan kulpa. Unsur kesalahannya berbentuk tidak sengaja atau kulpa atau karena kurang hati-
hati.12

Dalam doktrin, mengenai kelalaian dapat dilihat dari dua sudut pandang, yang juga dapat
disebut sebagai syarat kelalaian, yakni:

a. Sudut subyektif
Mengenai sikap batin seseorang dalam hubungannya dengan perbuatan yang
dapat dipersalahkan pada pembuatnya.
b. Sudut obyektif
Kelalaian dapat ditetapkan berdasarkan ukuran bahwa apakah perbuatan yang
menjadi pilihan orang itu sudah dipandang benar ataukah tidak, sudah dipandang
sebagai perbuatan yang menurut kebiasaan yang berlaku dan wajar dalam
masyarakat ataukah tidak.

12
Ibid., hlm. 51
B. Kejahatan Terhadap Nyawa

Kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het leven) adalah berupa penyerangan
terhadap nyawa orang lain. Untuk menghilangkannya nyawa orang lain itu seorang pelaku harus
melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya orang
lain.13

Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat dibedakan atau dikelompokkan atas 2
dasar, yaitu, atas dasar unsur kesalahan dan atas dasar objeknya (nyawa).

Atas dasar kesalahan ada 2 (dua) kelompok kejahatan terhadap nyawa, ialah:
1) Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (dolus misdrijven), dimuat
dalam Bab XIX KUHP, pasal 338 s/d 350
2) Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan karena kelalaian (Culpose misdrijven), dimuat
dalam Bab XXI (khusus pasal 359 KUHP

Sedangkan atas dasar objeknya (kepentingan hukum yang dilindungi), maka kejahatan terhadap
nyawa dengan sengaja dibedakan dalam 3 (tiga) macam, yaitu:

1) Kejahatan terhadap nyawa orang pada umunya, dimuat dalam Pasal: 338, 339, 340, 344,
345 KUHP.
2) Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan, dimuat
dalam Pasal: 341, 342, dan 343 KUHP
3) Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan ibu (janin), dimuat
dalam Pasal: 346, 377, 348, dan 349 KUHP

Adapun jenis-jenis tindak pidana pembunuhan yaitu:14

A. KEJAHATAN TERHADAP NYAWA YANG DILAKUKAN DENGAN SENGAJA

Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja disebut atau diberi kualifikasi
sebagai pembunuhan yang terdiri dari:

13
Ibid., hlm. 55
14
Ibid., hlm. 56
1. Pembunuhan Biasa dalam Bentuk Pokok
Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan  dengan sengaja (pembunuhan) dalam bentuk
pokok, dimuat dalam Pasal 338 KUHP yang rumusannya adalah:

“Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”.

Adapun rumusan unsur-unsurnya, adalah sebagai berikut:

a. Unsur Objektif
 Perbuatan menghilangkan nyawa
 Objeknya yaitu nyawa orang lain

b. Unsur Subjektif
 Dengan sengaja

Dalam perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) terdapat 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi
yaiatu:

a. Adanya wujud perbuatan


b. Adanya suatu kematian (orang lain)
c. Adanya hubungan sebab dan akibat (causal verband) antara perbuatan dan akibat
kematian (orang lain)

Antara unsur subjektif sengaja dengan wujud perbuatan menghilangkan nyawa terdapat
syarat yang harus juga dibuktikan adalah pelaksanaan perbuatan menghilangkan nyawa orang
lain harus tidak lama setelah timbulnya kehendak (niat) untuk menghilangkan nyawa orang lain
itu. Oleh karena apabila terdapat tenggang waktu yang cukup lama sejak timbulnya atau
terbentuknya kehendak untuk membunuh dengan pelaksanaannya, dimana dalam tenggang
waktu yang cukup lama itu petindak dapat memikirkan tentang berbagai hal, misalnya
memikirkan apakah kehendaknya itu akan diwujudkan dalam pelaksanaan ataukah tidak, dengan
cara apa kehendak itu akan diwujudkan. Maka pembunuhan itu masuk kedalam pembunuhan
berencana (Pasal 340 KUHP), dan bukan lagi pembunuham biasa.
Apabila kita melihat ke dalam rumusan ketentuan pidana menurut Pasal 338 KUHP,
segera dapat dilihat bahwa kata opzettelijk atau dengan sengaja itu terletak didepan unsur
menghilangkan nyawa orang lain, ini berarti bahwa semua unsur yang terletak dibelakang kata
opzettelijk itu juga diliputi opzet. Artinya semua unsur tersebut oleh penuntut umum harus
didakwakan terhadap terdakwa dan dengan sendirinya harus dibuktikan di sidang pengadilan,
bahwa opzet dari terdakwa juga telah ditujukan pada unsur-unsur tersebut. Atau dengan kata lain
penuntut umum harus membuktikan bahwa terdakwa:15
1. Telah menghendaki (willens) melakukan tindakan yang bersangkutan dan telah
mengetahui (wetens) bahwa tindakannya itu bertujuan untuk menghilangkan nyawa
orang lain.
2. Telah menghendaki bahwa yang akan dihilangkan itu adalah nyawa, dan
3. Telah mengetahui bahwa yang hendak ia hilangkan itu ialah nyawa orang lain.

Unsur dengan sengaja (dolus/opzet) merupakan suatu yang dikehendaki (willens) dan
diketahui (wetens). Dalam doktrin, berdasarkan tingkat kesengajaan terdiri dari 3 bentuk, yakni:
1. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)
2. Kesengajaan sebagai kepastian (opzet bij zakerheids bewustzijn)
3. Kesengajaan sebagai kemungkinan (opzet bij mogelijkheids bewustzijn atau dolus
eventualis).

Berdasarkan pandangan bahwa unsur opzettelijk bila dicantumkan dalam rumusan tindak
pidana, maka pengertian opzettelijk itu harus diartikan termasuk kedalam 3 bentuk kesengajaan
tersebut. Pandangan ini sesuai dengan praktik hukum yang dianut selama ini.

Rumusan Pasal 338 KUHP dengan menyebutkan unsur tingkah laku sebagai
menghilangkan nyawa orang lain, menunjukkan bahwa kejahatan pembunuhan adalah suatu
tindak pidana materil. Tindak pidana materil adalah suatu tindak pidana yang melarang
menimbulkan akibat tertentu (akibat yang dilarang).

Perbuatan menghilangkan nyawa dirumuskan dalam bentuk aktif dan abstrak. Bentuk
aktif artinya mewujudkan perbuatan itu harus dengan gerakan dari sebagaian anggota tubuh,
15
Jupri, “Kejahatan Terhadap Nyawa”, diakses pada 30 Ssep 2016, pkl 19:00 wib,
http://www.negarahukum.com/hukum/kejahatan-terhadap-nyawa.html
tidak boleh diam atau pasif. Disebut abstrak karena perbuatan ini tidak menunjukkan bentuk
konkrit tertentu. Oleh karena itu dalam kenyataan secara konkrit perbuatan itu dapat beraneka
macam wujudnya seperti menembak, memukul membacok, dan lain sebagainya yang tidak
terbatas banyaknya.

2. Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana lain
Pembunuhan yang dimaksud ini adalah sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 339
KUHP. Apabila rumusan pasal tersebut dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:16
a. Semua unsur pembunuhan (objektif dan subjektif) Pasal 338 KUHP.
b. Yang (1) diikuti, (2) disertai atau (3) didahului oleh tindak pidana lain.
c. Pembunuhan itu dilakukan dengan maksud:
 Untuk mempersiapkan tindak pidana lain
 Untuk mempermudah pelaksanaan tindak pidana lain
 Dalam hal tertangkap tangan ditujukan:
 Untuk menghindari (1) diri sendiri maupun (2) peserta lainnya dari pidana,
atau
 Untuk memastikan penguasaan benda yang diperolehnya sencara melawan
hukum (dari tindak pidana lain itu).

Kejahatan Pasal 339 KUHP, kejahatan pokoknya adalah pembunuhan, suatu bentuk
khusus pembunuhan yang diperberat. Dalam pembunuhan yang diperberat ini terjadi dua macam
tindak pidana sekaligus, ialah yang satu adalah pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (Pasal
338) dan yang lain adalah tindak pidana lain (selain pembunuhan).   .

Dalam hal tindak pidana lain yang harus telah terwujud dan harus ada hubungan
(subjektif) dengan pembuhunan, tidak selalu berupa kejahatan tetapi boleh juga suatu
pelanggaran. Oleh karena dalam rumusan Pasal 339 disebut istilah tindak pidana (strafbaarfeit),
yang menurut KUHP dibedakan antara kejahatan dan pelanggaran.

16
Chazawi, Adami, “Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, hlm.70
3. Pembunuhan berencana (Moord)
Pembunuhan dengan rencana terlebih dahulu atau disingkat pembunuhan berencana
adalah pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh bentuk kejahatan
terhadap nyawa manusia , diatur dalam Pasal 340 KUHP. Rumusan pasal tersebut, terdiri dari
unsur-unsur:
a. Unsur Objektif:
 Perbuatan menghilangkan nyawa
 Objeknya yaitu nyawa orang lain
b. Unsur Subjektif:
 Dengan sengaja
 Dan dengan rencana terlebih dahulu.

Pembunuhan berencana terdiri dari pembunuhan dalam arti Pasal 338 KUHP ditambah
dengan adanya unsur rencana terlebih dahulu. Pasal 340 KUHP dirumuskan dengan cara
mengulang kembali seluruh unsur dalam Pasal 338, kemudian ditambah dengan suatu unsur lagi
yakni dengan rencana terlebih dahulu. Oleh karena dalam Pasal 340 mengulang lagi seluruh
unsur-unsur Pasal 338, maka pembunuhan berencana  dapat dianggap sebagai pembunuhan yang
berdiri sendiri.17

Unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung 3 syarat atau unsur:
a. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang
b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan
kehendak.
c. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang.

Adanya pendapat yang mengatakan bahwa unsur dengan rencana terlebih dahulu adalah
bukan bentuk kesengajaan tetapi berupa cara membentuk kesengajaan/opzet. Sebagai
dikemukakan oleh Prof. Hermien HK yang menyatakan bahwa unsur ini bukan merupakan
bentuk opzet, tapi cara membentuk opzet, yang mana mempunyai 3 syarat yaitu:

a. Opzet’nya itu dibentuk setelah direncanakan terlebih dahlu.

b. Dan setelah orang merencanakan (opzetnya) itu terlebih dahulu, maka yang penting
17
Ibid. hlm 81
adalah cara “Opzet” itu dibentuk yaitu harus dalam keadaan yang tenang.

c. Dan pada umunya, merencanakan pelaksanaan “opzet” itu memerlukan jangka waktu
yang agak lama.

Memperhatikan pengertian dan syarat dari unsur yang direncanakan terlebih dahulu di
atas, tampak proses terbentuknya direncanakan terlebih dahulu (berencana) memang lain dengan
terbentuknya kesengajaan (kehendak).

4. Pembunuhan oleh ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak lama setelah
dilahirkan
Bentuk pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap bayinya pada saat dan tidak lama
setelah dilahirkan, yang dalam praktek hukum sering disebut dengan pembunuhan bayi, ada 2
(dua) macam yaitu:18
a. Pembunuhan bayi yang dilakukan tidak dengan berencana (pembunuhan bayi biasa, Pasal
341 KUHP). Pembunuhan biasa oleh ibu terhadap bayinya sebagaimana yang dimuat
dalam Pasal 341 KUHP. Apabila rumusan pasal tersebut itu dirinci, maka terdiri dari
unsur-unsur:
 Unsur objektif terdir dari:
 Petindak seorang ibu
 Perbuatannya menghilangkan nyawa
 Objeknya adalah nyawa bayinya
 Waktunya:
 Pada saat bayi dilahirkan
 Tidak lama setelah bayi dilahirkan
 Motifnya karena takut diketahui melahirkan.
 Unsur subjektif adalah dengan sengaja

Unsur kesengajaan dalam pembunuhan bayi harus ditujukan pada seluruh unsur yang ada
dibelakangnya. Bahwa dengan demikian, maka kehendak dan apa yang diketahui si ibu harus

18
Ibid. hlm. 87
ditujukan, yakni:
a. Untuk mewujudkan perbuatan menghilangkan nyawa
b. Nyawa bayinya sendiri
c. Waktunya, yakni:
o Ketika bayi sedang dilahirkan
o Tidak lama setelah bayi dilahirkan

Artinya kesengajaan yang demikian itu adalah, bahwa si ibu menghendaki mewujudkan
perbuatan menghilangkan nyawa dan mengetahui perbuatan itu dapat menimbulkan akibat
kematian, yang diketahuinya bahwa perbuatan itu dilakukan terhadap bayinya sendiri, yang
diketahuinya perbuatan mana dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama setelah dilahirkan.

b. Pembunuhan ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan dengan
rencana lebih dahulu

Pembunuhan seorang ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak lama setelah
dilahirkan dengan direncanakan lebih dahulu di atur dalam Pasal 342 KUHP. Pembunuhan
bayi berencana tersebut mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

1) Petindak adalah seorang ibu


2) Adanya putusan kehendak yang telah diambil sebelumnya
3) Perbuatannya menghilangkan nyawa
4) Objek nyawa bayinya sendiri
5) Waktu:
 Pada saat bayi dilahirkan
 Tidak lama setelah bayi dilahirkan
6) Karena takut akan diketahui melahirkan bayi
7) Dengan sengaja

5. Pembunuhan atas Permintaan Korban


Pembunuhan atas permintaan korban diatur dalam Pasal 334 KUHP. Kejahatan tersebut,
terdiri dari unsur sebagai berikut:19
a. Perbuatan menghilangkan nyawa
b. Objeknya adalah nyawa orang lain
c. Atas permintaan orang itu sendiri
d. Yang jelas dinyatakan dengan sungguh-sungguh.

Perbedaan yang nyata antara pembunuhan Pasal 344 KUHP dengan pembunuhan Pasal
338 KUHP, ialah terletak bahwa pada pembunuhan 344 terdapat unsur (1) atas permintaan
korban sendiri, (2) yang jelas dinyatakan dengan sungguh-sungguh, dan (3) tidak
dicantumkannya unsur kesengajaan sebagaimana dalam rumusan Pasal 338 KUHP.

Dari unsur permintaan korban membuktikan bahwa inisiatif untuk membuktikan


pembunuhan itu terletak pada korban sendiri. Permintaan adalah berupa pernyataan kehendak
yang ditujukan pada orang lain, agar orang itu melakukan perbuatan tertentu bagi kepentingan
orang yang meminta.

6. Penganjuran dan Pertolongan pada Bunuh Diri


Penganjuran dan pertolongan pada bunuh diri ini dicantumkan dalam Pasal 345 KUHP,yang
apabila rumusan itu dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
1) Unsur objektif terdiri:
o Perbuatan mendorong, menolong, memberikan sarana
o Pada orang untuk bunuh diri
o Orang tersebut jadi bunuh diri.
2) Unsur subjektifnya: dengan sengaja

Berdasarkan pada unsur perbuatan, kejahatan Pasal 345 KUHP ini ada 3 bentuk yaitu:20
1) bentuk pertama, melarang orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan mendorong
orang lain untuk bunuh diri.
2) Bentuk kedua, melarang orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan menolong
orang lain dalam melakukan bunuh diri.
3) Bentuk ketiga, melarang orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan memberikan
19
Ibid., hlm. 102
20
Ibid., hlm.106
sarana pada orang yang diketahui akan bunuh diri.

7. Pengguguran dan Pembunuhan Kandungan


Kejahatan pengguguran dan pembunuhan terhadap kandungan diatur dalam 4 Pasal yakni:21

1. Pengguguran dan pembunuhan kandungan oleh perempuan yang mengandung itu sendiri,
dicantumkan dalam Pasal 346 KUHP. Unsur-unsur dari rumusan pasal tersebut adalah:

a. Unsur objektif:
 Petindak seorang ibu
b. Perbuatan:
 Menggugurkan
 Mematikan
 Menyuruh orang lain menggugurkan, dan
 Menyuruh orang lain mematikan

c. Objeknya adalah kandungannya sendiri


d. Unsur subjektif: dengan sengaja

2. Pengguguran dan pembunuhan kandungan tanpa persetujuan perempuan yang


mengandung, dicantumkan dalam Pasal 347 KUHP. Unsur-unsur dari rumusan pasal
tersebut adalah:
a. Unsur objektif:
 Perbuatan mengugurkan dan mematikan
 Objeknya kandungan seorang perempuan
 Tanpa persetujuan perempuan itu
b. Unsur subjektif: dengan sengaja

Kini diketahui adanya persamaan dan perbedaan antara ketentuan dalam Pasal
346 KUHP dengan ketentuan Pasal 347 KUHP. Persamaannya ialah (1) pada kedua
21
Ibid., hlm. 112
perbuatan, yakni menggugurkan dan mematikan, (2) objeknya yakni kandungan seorang
perempuan. Perbedaannya ialah dalam Pasal 346 KUHP terdapat perbuatan menyuruh
(orang lain) menggugurkan dan menyuruh (orang lain) mematikan, yang tidak ada dalam
Pasal 347 KUHP. Pada Pasal 347 KUHP ada unsur tanpa persetujuannya (perempuan
yang mengandung). Petindak dalam Pasal 346 adalah perempuan yang mengandung,
sedang petindak menurut Pasal 347 KUHP adalah orang lain (bukan perempuan yang
mengandung).

3. Pengguguran dan pembunuhan kandungan atas persetujuan perempuan yang mengandung


(Pasal 348 KUHP).
Adapun unsur-unsurnya adalah:
o Unsur objektifnya:
 Perbuatan: menggugurkan dan mematikan
 Objeknya adalah kandungan seorang perempuan
 Dengan persetujuannya.
o Unsur subjektif: dengan sengaja

Perbedaan pokok kejahatan Pasal 348 dengan Pasal 347 adalah, bahwa perbuatan
menggugurkan atau mematikan kandungan dalam Pasal 348 dilakukan dengan
persetujuan perempuan yang mengandung.

4. Pengguguran dan pembunuhan kandungan oleh dokter, bidan atau juru obat.

Dokter, bidan atau juru obat adalah kualitas pribadi yang melekat pada subjek hukum
(petindak) dari kejahatan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 349. Perbuatan dokter, bidan
atau juru obat tersebut dapat berupa perbuatan melakukan dan membantu melakukan.

B. KEJAHATAN TERHADAP NYAWA YANG DILAKUKAN KARENA


KELALAIAN

Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan karena kelalaian adalah kejahatan yang
dirumuskan dalam Pasal 359 KUHP. Unsur-unsur dari rumusan pasal tersebut di atas adalah:22
22
Ibid., hlm. 124
1. Adanya unsur kelalaian (culpa)
2. Adanya wujud perbuatan tertentu
3. Adanya akibat kematian orang lain
4. Adanya hubungan kausa antara wujud perbuatan dengan akibat kematian orang lain.

Perbedaan antara Pasal 359 KUHP dengan Pasal 338 KUHP yakni pada pembunuhan
pasal 359 KUHP ini adalah kesalahan dalam bentuk kurang hati-hati (culpa), sedangkan
kesalahan dalam pembunuhan adalah kengajaan (dolus).

BAB III
PENUTUP
Kejahatan terhadap tubuh manusia ini ditujukan bagi perlindungan kepentingan hukum
atas tubuh dari perbuatan-perbuatan berupa penyerangan atas tubuh atau bagian tubuh yang
mengakibatkan rasa sakit atau luka, bahkan karena luka yang yang sedemikian rupa pada tubuh
dapat menimbulkan kematian.

Atas dasar unsur kesalahannya, kejahatan terhadap tubuh terbagi menjadi 2 macam,
yaitu: Kejahatan terhadap tubuh yang dilakukan dengan sengaja. Kejahatan yang dimaksudkan
ini diberi kualifikasi sebagai penganiayaan (misbandelling), dimuat dalam Bab XX buku II, pasal
35 s/d 358 dan Kejahatan terhadap tubuh karena kelalaian, dimuat dalam pasal 360 Bab XXI
yang dikenal dengan kualifikasi karena lalai menyebabkan orang lain luka.

Kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain itu oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) yang dewasa ini berlaku telah disebut sebagai suatu pembunuhan. Tindak pidana
pembunuhan atau kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het leven) adalah berupa
penyerangan terhadap nyawa orang lain. Untuk menghilangkannya nyawa orang lain itu seorang
pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan
meninggalnya orang lain. Kejahatan terhadap nyawa adalah berupa penyerangan terhadap nyawa
orang lain. Atas dasar kesalahan ada 2 (dua) kelompok kejahatan terhadap nyawa, ialah:
Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (dolus misdrijven), dimuat dalam Bab
XIX KUHP, pasal 338 s/d 350. Sedangkan kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan karena
kelalaian (Culpose misdrijven), dimuat dalam Bab XXI (khusus pasal 359 KUHP.

Daftar Pustaka

 Moeljatno, 1987, “Asas-asas Hukum Pidana”, Jakarta: Bina Aksara


 Chazawi, Adami, 2000, “Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa”, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
 Jupri, “Kejahatan Terhadap Nyawa”, diakses pada 30 Ssep 2016, pkl 19:00 wib,
http://www.negarahukum.com/hukum/kejahatan-terhadap-nyawa.html
 Jupri, “Kejahatan Terhadap Tubuh”, diakses pada 30 Sep 2016, pkl 19:00 wib,
http://www.negarahukum.com/hukum/kejahatan-terhadap-tubuh.html
 Wayan, “Tindak Pidana terhadap Nyawa dan Tubuh”, diakses pada 30 Sep 2016, pkl
19:00 wib, https://www.scribd.com/doc/98653121/Tindak-Pidana-Terhadap-Nyawa-
Dan-Tubuh

Anda mungkin juga menyukai