Anda di halaman 1dari 13

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK ANAK

PEREMPUAN SEBAGAI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL

Oleh:

Anita Rahayu, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Malikussaleh

Email: anita.190250011@mhs.unimal.ac.id

Abstrak :

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap anak
perempuan yang merupakan korban dari eksploitasi anak dan hak-hak apa saja yang akan
di peroleh korban eksploitasi anak. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa perlindungan
hukum secara represif adalah dengan menerapkan Pasal 66 Undang- Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dilakukan melalui penyebarluasan atau sosialisasi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak yang
dieksploitasi secara ekonomi atau seksual, pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi
dan pelibatan berbagai perusahaan, serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan
masyarakat dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara ekonomi atau seksual.
Sedangkan perlindungan secara preventifnya adalah Negara, Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua atau Wali berkewajiban dan
bertanggung jawab penuh terhadap penyelenggaraan Perlindungan Anak.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Eksploitasi Anak, Hak – Hak Eksploitasi Anak
PENDAHULUAN disebabkan karena lingkungan keluarga

Anak merupakan suatu amanah yang kurang mampu atau miskin serta

dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang situasi keharmonisan keluarga yang

di dalam dirinya melekat harkat dan kurang mendukung.Dengan situasi

martabat sebagai manusia seutuhnya. tersebut, tentu saja sangat merugikan

Anak juga merupakan harapan, potensi, untuk si anak, si anak akan kehilangan

dan generasi muda penerus cita-cita rasa nyaman dan aman jika dekat dengan

perjuangan bangsa, memiliki peran orang tuanya, dan berujung pada

strategis dan mempunyai ciri dan sifat ketakutan si anak terhadap orang tuanya.

khususyang menjamin kelangsungan Di Indonesia, kasus jual beli


eksistensi bangsa dan negara pada masa dan perkosaan terhadap anak khususnya
depan.Agar setiap anak kelak mampu anak perempuan di bawah umur sering
memikul tanggung jawab tersebut, maka ia terjadi. Lemahnya pengawasan dari
perlu mendapat kesempatan yang seluas- pemerintahan terhadap pelaku
luasnya untuk tumbuh dan berkembang eksploitasi anak dibawah umur
secara optimal, baik fisik, mental maupun mengakibatkan pelaku eksploitasi anak
sosial dan berakhlak mulia. akan semakin merajalela. Sejumlah
kasus menunjukkan ketika pihak
Sesuai dengan perkembangan
berwajib terlibat dalam pembongkaran
zaman dan kemajuan teknologi,
sindikat bisnis anak-anak, baik yang
ditambah lagi dengan pengetahuan
dilakukan di dalam maupun dikirim di
pendidikan yang rendah dan
luar negeri.
kemampuan/keterampilan yang kurang
Diantara kasus-kasus yang
dari orang tua. Salah satu alasan dan
melibatkan (mengorbankan) anak
faktor pemicunya adalah karena himpitan
perempuan di bawah umur, salah satu
ekonomi. Hal inilah yang membuat
peran yang digunakan adalah penipuan.
orang tua kurang memahami posisi si
Sebagian dari mereka adakalanya tidak
anak, sehingga orang tua dengan
mengetahui kalau dirinya nantinya akan
mudahnya akan melibatkan si anak untuk
dijadikan sebagai objek dari tindak
mencukupi kebutuhan hidup
kejahatan yakni salah satunya
keluarganya. Fenomena adanya pekerja
eksploitasi anak dibawah umur. Rata-
anak di bawah umur khususnya anak
rata mereka yang masih berumur di
perempuan sering dijumpai di berbagai
bawah 18 tahun yakni antara usia 10-16
daerah di Indonesia.Keadaan ini
tahun yang sebelumnya sama sekali dini.Hak hidup bermartabat dan bebas
tidak mengenal hubungan seksual, dari bahaya yang mengancam dirinya
karena memang usianya yang masih telah direduksi oleh tindak kejahatan.
muda belia dipaksa untuk melakukan Hak-hak terhadap anak wajib dijamin,
hubungan seksual akibatnya mereka dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua,
diperkerjakan menjadi pekerja seks keluarga, masyarakat, negara,
komersial (PSK). pemerintah dan pemerintahan daerah.
Dalam Pasal 88 Undang-Undang Berdasarkan uraian di atas
Nomor 35 Tahun 2014 tentang ternyata ada permasalahan yang menarik
Perlindungan Anak sebagai perubahan untuk dikaji yang berkaitan dengan
Pasal 88 Undang-Undang Nomor 23 masalah pengeksploitasian seksual pada
Tahun 2002 yang berbunyi : anak yang dituangkan dalam judul
“Setiap orang yang melanggar Perlindungan Hukum Terhadap Hak-
ketentuan sebagaimana dimaksud Hak Anak Perempuan Sebagai
dalam Pasal 76I, dipidana dengan Korban Eksploitasi Seksual.
pidana penjara paling lama 10
RUMUSAN
(sepuluh) tahun dan/atau denda MASALAH
paling banyak Rp 200.000.000,00
1. Bagaimana bentuk perlindungan
(dua ratus juta rupiah).”
hukum yang diperoleh anak yang
Bunyi Pasal 76 I Undang-Undang
merupakan korban eksploitasi anak?
Nomor 35 Tahun 2014 tentang
2. Apa saja hak-hak yang wajib untuk
Perlindungan Anak“Setiap orang dilarang
diperoleh korban dari adanya
menempatkan, membiarkan, melakukan,
eksploitasi anak?
menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan eksploitasi secara ekonomi
TUJUAN
dan/atau seksual terhadap anak.”

Dari Pasal di atas, anak tidak Untuk mengetahui perlindungan


boleh untuk dipekerjakan dengan alasan hukum terhadap anak sebagai korban
apapun, terlebih jika melakukan eksploitasi seksual dan mengetahui hak-
eksploitasi terhadap anak. Jika hal hak apa saja yang wajib diperoleh korban
seperti ini terjadi maka realitas hak asasi eksploitasi anak.
perempuan untuk menikmati kedamaian
dan kebahagiaan sudah dilanggar sejak
TINJAUAN PUSTAKA orang lain, yang mencari pemenuhan diri
sendiri atau orang lain, yang bertentangan
Definisi anak sesuai dengan
dengan kepentingan dan hak asasi yang
Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1979
menderita”.
tentang Kesejahteraan Anak dalam Pasal 1
Selanjutnya secara yuridis
Angka 2 yaitu seseorang yang belum
pengertian korban yang termasuk dalam
mencapai umur 21 (dua puluh satu) Tahun
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
dan belum pernah kawin.
tentang Perlindungan Saksi dan Korban,
Selain itu, menurut undang –
yang dinyatakan korban adalah
undang no 1 tahun 1974 Tentang
“seseorang yang mengalami penderitaan
Perkawinan tidak mengatur secara
fisik, mental, atau kerugian ekonomi
langsung tolak ukur kapan seseorang
yang diakibatkan oleh suatu tindak
digolongkan sebagai anak, akan tetapi hal
pidana”.
tersebut tersirat dalam Pasal 6 Ayat (2)
Menurut Peraturan Pemerintah
yang memuat syarat perkawinan bagi
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara
orang yang belum mencapai umur 21
Perlindungan terhadap Korban dan
tahun mendapati izin dari kedua orang tua.
Saksi-Saksi dalam Pelanggaran HAM
Selanjutnya diatur dalam Pasal 7 Ayat (1)
yang berat, korban adalah
yang memuat batasan minimum usia untuk
dapat kawin bagi pria adalah 19 tahun dan “orang perseorang atau
wanita 16 tahun. kelompok orang yang mengalami
Sedangkan definisi anak menurut penderitaan fisik dan mental dari
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 ancaman, gangguan, teror, dan
tentang Perlindungan Anak Pasal 1 adalah kekrasan pihak mana pun”.
seseorang yang belum berusia 18 (delapan
Sedangkan yang dimaksud
belas) tahun, termasuk anak yang masih
korban menurut Undang-undang Nomor
dalam kandungan. Sehingga anak yang
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
belu dilahirkan telah memperoleh suatu
Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah
perlindungan hukum.
“orang yang mengalami kekerasan
Menurut Arief Gosita (1999)
dan/atau ancaman kekerasan dalam
tentang masalah korban kejahatan (victim
lingkup rumah tangga”.
right)yang dimaksud dengan korban
Sebenarnya banyak hubungan
adalah “mereka yang menderita jasmaniah
korban dengan pelaku, diantaranya juga
dan rohaniah sebagai akibat tindakan
dapat dikaji melalui hubungan darah,
persaudaraan, famili, ataupun hubungan orang tua dalam rumah
kekeluargaan.Misalnya pencurian dalam sangat mempengaruhi sekali
keluarga, pelecehan seksual dan bahkan tingkah laku dan perkembangan
penganiyayaan atau pembunuhan untuk jiwa si anak. Kemudian dalam
memperebutkan harta waris serta lingkungan sehari hari, anak yang
kekuasaan dalam pengaruh keluarga. tidak dapat bimbingan dan
Sejenis hubungan ini atau perhatian dari orang tua akan
hubungan orang-orang dekat pelaku mengakibatkan anak terperosok ke
ataupun korban seperti teman, sahabat, dalam hal-hal yang negative, seperti
pacar, rekan bisnis dan sebagainya. merokok, mencuri, narkotika,
Faktor-faktor yang mendorong bahkan sampai pergaulan bebas.
timbulnya kejahatan anak adalah sangat Oleh karena itu anak menjadi jahat
komplek sekali. Masalahnya terletak tidaklah secara mekanis, tetapi
pada luasnya gerak ruang lingkup lingkunganlah yang memberi
kehiduan manusia, yang saling pelajaran.Jadi nampaklah bahwa
berhubungan saling pengaruh factor lingkungan juga memegang
mempengaruhi serta kait mengait satu peranan dalam mempengaruhi atau
sama lain. Faktor-faktor yang paling mendorong anak untuk bertingkah
mempengaruhi yaitu antar lain : polah melakukan kejahatan tanpa
1. Faktor lingkungan pertimbangan yang matang.

Lingkungan adalah semua 2. Faktor ekonomi sosial

benda dan materi yang Keadaan ekonomi yang sangat


mempengaruhi hidup manusia, buruk dapat mengakibatkan keadaan
seperti keselamatan jasmani dan anak- anak dari keluarga yang
rohani, ketenangan lahir bathin, bersangkutan tidak menentu, karena
kesejahteraan, dan lain-lain.Dalam kehidupan sehari-hari tidak mencukupi
hal ini tampak erat hubungan antara bagaimna pula mengatur keluarganya,
alam dengan sekitarnya dan sedangkan setiap hari mereka harus
manusia .Kemudian pengaruh mencukupi kebutuhan pokok rumah
lingkungan yang terkecil yakni tangga. Hal inilah yang mendorong
rumah tangga sangat berpengaruh terjadinya tindak
terhadap psikologis dan kelakuan kejahatan.Apalagidalam masyarakat,
anak,apalagi ketidakharmonisan anak dari keluarga yang tidak mampu,
anak tersebut pasti berperilaku suka diskriminasi.
meniru dan rasa keinginan yang besar Rendahnya kualitas perlindungan
untuk memiliki, akan mudah tergiur apa anak di Indonesia banyak menuai kritik
yang didemonstrasikan oleh kalangan dari berbagi kalangan elemen
yang mewah. Hal ini tentu saja masyarakat. Pertanyaan yang sering
mendorong si anak untuk melakukan dilontarkan sejauh mana pemerintah
kejahatan pencurian atau memiliki telah berupaya memberikan perlindungan
dengan paksa.Oleh karena itu (hukum) pada anak sehingga anak dapat
kemiskinan itu dapat mendorong orang memperoleh jaminan atas kelangsungan
untuk berbuat jahat. Jadi faktor ekonomi hidup dan penghidupannya sebagai
sosial merupakan factor yang pendorong bagian dari hak asasi manusia.
untuk mengarahkan si anak untuk Berdasarkan Pasal 20 Undang-
melakukan kejahjatan Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
3. Faktor psikologis Perlindungan Anak, yang berkewajiban

Psikolgi ataupun ilmu jiwa adalah dan bertanggung jawab terhadap

suatu ilmu yang mempelajari tindakan penyelenggaraan perlindungan anak

atau tingkah laku manusia yang adalah negara, pemerintah, pemerintah

dihubungkan dengan jiwa para daerah, masyarakat, keluarga, dan orang

pelakunya. Kenakalan anak-anak tua atau wali.

diakibatkan oleh beberapa hal yakni Hukum Internasional melalui

masa pubertas dan kelainan jiwa. pembentukan konvensi hak anak telah

Anak mempunyai suatu hak-hak memposisikan anak sebagi subjek hukum

yang harus diakui dan dilindungi Negara yang memerlukan perlindungan atas hak-

serta Pemerintah. Perlindungan anak hak yang dimilikinya.Salah satu pokok

menurut Pasal 1 Angka (2) Undang- materi hukum konvensi hak anak adalah

Undang Perlindungan anak, adalah adanya hak terhadap perlindungan.

segala kegiatan untuk menjamin dan Dalam hak terhadap perlindungan salah

melindungi anak dan hak-haknya agar satu kategori pasalnya yaitu mengenai

dpat hidup, tumbuh, berkembang, dan larangan eksploitasi anak, sebagaimana

berpartisipasi secara optimal sesuai di kemukakan dalam Pasal 34 konvensi

dengan harkat dan martabat hak anak yang berbunyi “Hak anak atas

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari eksploitasi dan

perlindungan dari kekerasan dan penganiayaan seksual termasuk


prosititusi dan keterlibatan dalam
pornografi”. 1. memperoleh perlindungan
Tindakan eksploitasi seksual pada atas keamanan pribadi,
anak yang sering terjadi di masyarakat keluarga, dan harta
adalah sebagai berikut, bendanya, serta bebas dari
1. Membujuk anak perempuan Ancaman yang berkenaan
dengan dimingi-imingi gaji dengan kesaksian yang akan,
yang besar, padahal akan sedang, atau telah
dipekerjakan sebagai pekerja diberikannya.
seksual. 2. ikut serta dalam proses
2. Kekerasan seksual, dalam memilih dan menentukan
bentuk perkosaan. bentuk perlindungan dan
3. Memaksa anak laki-lakinya dukungan keamanan.
untuk melakukan sodomi. 3. memberikan keterangan
4. Membujuk anak-anak untuk tanpa tekanan.
dijadikan pekerja seksual 4. mendapat penerjemah.
sebagi mata pencaharian. 5. bebas dari pertanyaan yang
5. Pelaku mendekati anak menjerat.
perempuan dengan
6. mendapatkan informasi
memacarinya, lalu
mengenai perkembangan
memberdayai agar mau
kasus.
menyerahkan
7. mendapatkan informasi
keperawanannya setelah itu
mengenai putusan pengadilan.
dijual ke germo.
8. mengetahui dalam hal
Sedangkan mengenai hak-hak
terpidana dibebaskan.
korban secara yuridis dapat dilihat
9. dirahasiakan identitasnya.
dalam perundang- undangan, salah
10. mendapatkan tempat
satunya Undang-Undang Nomor 31
kediaman sementara.
Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi
11. mendapatkan tempat kediaman
dan Korban sebagai pengganti Undang-
baru.
Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
12. memperoleh penggantian
Perlindungan Saksi dan Korban, yakni
biaya transportasi sesuai
dalam Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang
dengan kebutuhan.
tersebut menyebutkan beberapa hak
13. mendapat nasihat hukum.
korban dan saksi, yaitu sebagi berikut:
14. memperoleh bantuan biaya dengan perlindungan anak
hidup sementara sampai batas yang dieksploitasi secara
waktu perlindungan berakhir. ekonomi atau seksual.
15. mendapat pendampingan. b. pemantauan, pelaporan,
Di dalam Undang-Undang Nomor dan pemberian sanksi
35 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan
Anak dalam Pasal 59 Undang-Undang c. pelibatan berbagai
tersebut, diatur perihal kewajiban dan perusahaan, serikat
tanggung jawab pemerintah, pemerintah pekerja, lembaga
daerah dan lembaga negara lainnya swadaya masyarakat,dan
berkewajiban dan bertanggung jawab masyarakat dalam
untuk memberikan perlindungan khusus penghapusan eksploitasi
kepada anak. terhadap anak secara

Perlindungan khusus untuk anak ekonomi atau seksual.

yang mengalami eksploitasi secara Hukum sejatinya harus

ekonomi atau seksual diatur dalam Pasal memberikan perlindungan terhadap

66 Undang-UndangNomor 35 Tahun semua pihak sesuai dengan status

2014 tentang Perlindungan Anak yakni: hukumnya karena setiap orang memiliki

1. Perlindungan khusus bagi anak kedudukan yang sama di hadapan

yang dieksploitasi secara hukum. Setiap aparat penegak hukum

ekonomi dan/atau seksual jelas wajib menegakkan hukum dan

sebagaimana dimaksud dalam dengan bertugas untuk memfungsikan

Pasal 59 Ayat (2) merupakan aturan-aturan hukum.

kewajiban dan tanggung jawab Hukum juga merupakan

pemerintah dan masyarakat. kepentingan hukum yang berguna untuk

2. Perlindungan khusus bagi anak mengurusi hak dan kepentingan

yangdieksploitasi sebagaimana manusia, sehingga hukum memiliki

dimaksud dalam ayat otoritas tertinggi untuk menentukan

(1)dilakukan melalui : kepentingan manusia yang perlu diatur

a. Penyebarluasan atau dan dilindungi.

sosialisasi ketentuan Perlindungan hukum harus

peraturan perundang- melihat tahapan, yakni perlindungan

undangan yang berkaitan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum


dan peraturan hukum yang diberikan
oleh masyarakat. Pada dasarnya diskresi dan perlindungan represif
peraturan hukum merupakan bertujuan untuk menyelesaikan
kesepakatan masyarakat tersebut untuk terjadinya sengketa, termasuk
mengatur hubungan perilaku antara penanganannya di lembaga peradilan.
anggota-anggota masyarakat dan antara Sarana perlindungan hukum itu ada dua
perseorangan dengan pemerintah yang macam, yakni yang pertama adalah
dianggap mewakili kepentingan sarana perlindungan hukum secara
masyarakat. preventif, yang mana tujuannya untuk
Pengertian perlindungan hukum mencegah terjadinya sengketa, dan yang
menurut Satjipto Raharjo (2000), kedua adalah sarana perlindungan
perlindungan hukum adalah hukum secara represif yakni bertujuan
memberikan pengayoman terhadap hak untuk menyelesaikan sengketa.
asasi manusia (HAM) yang dirugikan METODE
orang lain dan perlindungan itu Data yang diperoleh dari penulisan
diberikan kepada masyarakat agar dapat ini ialah kepustakaan selanjutnya
menikmati semua hak-hak yang dilakukan pengelompokan, diseleksi dan
diberikan oleh hukum. dianalisis. Metode yang digunakan oleh
Perlindungan hukum menurut penulis untuk melakukan analisis data
Bambang Waluyo (2012), adalah penulisan adalah metode kualitatif. Data
peraturan-peraturan yang bersifat yang diperoleh dari penulisan
memaksa, yang menentukan tingkah laku kepustakaan, menjadi data yang
manusia dalam lingkungan masyarakat dianalisis oleh penulis berdasarkan pada
yang dibuat oleh badan- badan resmi teori hukum yang sudah ada dan
yang berwajib. peraturan perundang-undangan yang
Menurut Philipus M. berlaku. Hasil dari analisis selanjutnya
Hadjon(1978), perlindungan hukum bagi disajikan secara diskriptif.
rakyat sebagai tindakan pemerintah yang PEMBAHASAN
bersifat preventif dan represif. A. Bentuk Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum yang preventif Terhadap Anak Korban Eksploitasi
bertujuan untuk mencegah terjadinya Anak
sengketa, yang mengarahkan tindakan Setiap manusia yang terlahir
pemerintah bersikap hati-hati dalam secara kodrati pasti akan mendapatkan hak
pengambilan keputusan berdasarkan dasar yaitu kebebasan, hak hidup, hak
yang dilindungi, dan hak yang lainnya. hukum melalui peraturan perundang-
Negara Kesatuan Republik Indonesia undangan yang berlaku dan dipaksakan
menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
negaranya, termasuk perlindungan Anak memiliki hak khusus atau
terhadap hak anak. Pada dasarnya perlindungan khusus menurut hukum
perlindungan anak adalah dapat menjamin yakni yang diatur dalam Pasal 66
dan melindungi hak-hak anak agar dapat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
hidup, tumbuh, kembang sesuai dengan tentang Perlindungan Anak. Sehingga
harkat dan martabatnya sebagai manusia pemerintah dalam hal ini diwajibkan
yang seutuhnya. untuk melindungi anak-anak dari
eksploitasi anak. Di indonesia masih
Prinsip perlindungan hukum
banyak sekali kasus ekploitasi terhadap
terhadap hak-hak asasi manusia karena
anak baik yang dipekerjakan di dalam
menurut sejarahnya di Barat, lahirnya
maupun ditempatkan di luar negeri.
konsep-konsep tentang pengakuan dan
Anak yang dijadikan obyek eksploitasi
perlindungan hak-hak asasi manusia
ini memberikan keuntungan bagi
diarahkan kepada pembatasan-pembatasan
pelakunya namun menimbulkan
dan peletakan kewajiban masyarakat dan
penderitaan bagi si anak.
pemerintah.
Anak yang sudah menjadi
Menurut Philipus M. Hadjon korban eksploitasi anak, harus
(1978) , perlindungan hukum bagi mendapatkan perhatian khusus dari
rakyat sebagai tindakan pemerintah pemerintah dikarenakan si anak masih
yang bersifat preventif dan represif. memiliki masa depan yang panjang
Perlindungan hukum yang preventif untuk meneruskan hidupnya untuk
bertujuan untuk mencegah terjadinya menjadi anak pada umumnya. Oleh
sengketa, yang mengarahkan tindakan karenanya hak-hak si anak tetap harus
pemerintah bersikap hati-hati dalam dilindungi, namun bentuk perlindungan
pengambilan keputusan berdasarkan berbeda-beda bergantung pada
diskresi dan perlindungan represif penderitaan/kerugian yang diderita oleh
bertujuan untuk menyelesaikan korban ekploitasi anak.
terjadinya sengketa, termasuk B. Hak-Hak Yang Wajib Diberikan
penanganannya di lembaga peradilan. Terhadap Korban Eksploitasi Anak
Perlindungan hukum merupakan suatu Anak sebagai harapan, potensi
hal yang melindungi subyek-subyek dan generasi penerus bangsa berhak untuk
mendapatkan perlindungan hukum dari lainnya (napza), anak korban
segala bentuk perlakuan yang tidak penculikan, penjualan, perdagangan,
anak korban kekerasan baik fisik
manusiawi yang dapat mengakibatkan
dan/atau mental, anak yang
terjadinya pelanggaran Hak Asasi menyandang cacat, dan anak korban
Manusia (HAM). Untuk meningkatkan perlakuan salah dan penelantaran’’.
Oleh karena itu perlindungan
perlindungan dan kesejahteraan terhadap
khusus bagi anak dapat dilakukan
anak, diperlukan kelembagaan dan
melalui upaya:
peraturan perundang-undangan yang dapat
1. Penanganan yang cepat,
menjamin pelaksanaannya.
termasuk pengobatan dan/atau
Perlindungan anak sesuai dengan rehabilitasi secara fisik,
Pasal 1 Ayat 2 adalah segala kegiatan
psikis, dan sosial, serta
untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, pencegahan penyakit dan
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi gangguan kesehatan lainnya.
secara optimal sesuai dengan harkat dan 2. Pendampingan psikososial
martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan pada saat pengobatan sampai
diskriminasi. Oleh karenanya, Negara, pemulihan.
Pemerintah, Pemerintah Daerah, 3. Pemberian bantuan sosial bagi
Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua
anak yang berasal dari
atau Wali berkewajiban dan bertanggung
jawab terhadap penyelenggaraan keluarga tidak mampu.
Perlindungan Anak.
4. Pemberian perlindungan dan
Terhadap anak yang merupakan
korban dari eksploitasi anak secara pendampingan pada setiap
seksual, perlu mendapatkan proses peradilan.
perlindungan khusus yang telah diatur di Sehubungan dengan hal
dalam Undang-Undang Nomor 35
tersebut di atas sudah jelas bahwa
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Sesuai dengan Pasal 1 Ayat 15, korban ekploitasi anak harus
Perlindungan Khusus adalah memperoleh beberapa perlindungan
“perlindungan yang diberikan pada
hukum sebagaimana telah diamanatkan
anak dalam situasi darurat, anak yang
berhadapan dengan hukum, anak dari dalam peraturan perundang-undangan.
kelompok minoritas dan terisolasi, anak Sehingga korban eksploitasi anak harus
yang dieksploitasi secara ekonomi
menjadi perhatian khusus dari semua
dan/atau sesksual, anak yang
diperdagangkan, anak yang menjadi pihak khususnya dalam hal ini adalah
korban penyalahgunaan narkotika, pemerintah baik pusat ataupun
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif pemerintah daerah.
KESIMPULAN Keluarga dan Orang Tua atau Wali
Berdasarkan uraian tersebut di berkewajiban dan bertanggung jawab
atas, maka saya menarik kesimpulan penuh terhadap penyelenggaraan
yakni sebagai berikut:Salah satu tolak Perlindungan Anak.
ukur pelaksanaan peraturan ganti
Khususnya pemerintah baik
kerugian yang baik adalah bahwa yang
pusat maupun daerah harus memberikan
bersangkutan diberi kesempatan untuk
perlindungan khusus sebagaimana yang
mengembangkan hak dan kewajibannya,
diamanatkan dalam aturan perundang-
mengembangkan diri sebagai manusia
undangan, sehingga posisi korban
yang seutuhnya dan berbudi luhur.
eksploitasi anak memperoleh kembali
Pengukuran ganti kerugian yang
kondisi menjadi anak yang pada
baik dapat dilihat pada dapat tidaknya
umumnya, tanpa ada rasa trauma dan
peraturan tersebut mendukung
ketakutan yang mendalam dan
penyelesaian pembayaran ganti kerugian
berkepanjangan.
yang tepat, cepat dan murah. Dengan
demikian yang bersangkutan tidak akan DAFTAR PUSTAKA

mengalami kerugian finansial, waktu, A. Qirom Syamsudin Meliala dan E.


mental dan lain-lainnya. Oleh karena itu, Sumaryono, 1985. Kejahatan Anak
keefektivan suatu peraturan perundang- Suatu Tinjauan Dari Psikologi Dan
undangan ganti kerugian harus Hukum, Liberty, Yogyakarta.
diberlakukan dengan adil serta menjamin
Arip Gosita, 1999.Masalah Perlindungan
kesejahteraan korban.
Anak, Akademindo, Bandung.
Pemerintah wajib untuk
Bambang Waluyo, 2012.Viktimologi
pemenuhan hak dan melindungi korban
Perlindungan Korban dan Saksi,
kejahatan terutama korban kejahatan
Sinar Grafika, Jakarta.
eksploitasi. Bentuk perlindungan yang
wajib untuk diberikan adalah Muhammad Joni dan Zulchaina Z.

perlindungan hukum baik secara Tanamas, 1999.Aspek Hukum

preventif untuk mencegah terjadinya Perlindungan Anakdalam Perspektif


Konvensi Hak Anak , Citra Aditya
sengketa maupun secara represif untuk
Bakti, Bandung.
menyelesaikan sengketa yang terjadi.
Sehingga Negara, Pemerintah, Philipus M. Hadjon. 1987. Perlindungan
Pemerintah Daerah, Masyarakat, Hukum Bagi Rakyat Indonesia.
Surabaya Bina Ilmu
Satjipto Raharjo, 2000.Ilmu Hukum, Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Siswanto Sunarso, 2012.Viktimologi dalam
Sitem Peradilan Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta Timur.

Abdul Wahid dan Muhammad Irfan. 2001.


Perlindungan terhadap Korban
Kekerasan Seksual (Advokasi atas
Hak Asasi Perempuan). Refika
Aditama Bandung. Bandung.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006


tentang Perlindungan Saksi dan
Korban.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014
tentang Perlindungan Saksi dan
Korban.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002


tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak

Anda mungkin juga menyukai