Anda di halaman 1dari 6

Pusat Penelitian BIDANG HUKUM

Badan Keahlian DPR RI


Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
m infosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. XI, No.08/II/Puslit/April/2019

PELINDUNGAN HUKUM TERHADAP


ANAK KORBAN BULLYING
1 Novianti

Abstrak
Kasus bullying terhadap anak yang terjadi akhir-akhir ini semakin memprihatinkan.
Tulisan ini mengkaji pelindungan hukum terhadap anak korban bullying
dengan menguraikan bentuk-bentuk bullying, serta pelindungan hukum berupa
pelindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum terhadap anak
korban dan pelaku bullying. Bullying merupakan suatu tindakan kekerasan yang
dilakukan terhadap anak dalam bentuk fisik, verbal dan psikologis. Undang-Undang
No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak (UU Perlindungan Anak) telah memberikan
jaminan perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum baik anak
sebagai korban maupun anak sebagai pelaku. Selanjutnya penanganan anak yang
berhadapan dengan hukum mengacu pada Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA). Penegakan hukum terhadap
kasus bullying ini perlu dilakukan secara hati-hati. Dalam kasus ini, DPR RI perlu
melakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap pelaksanaan undang-undang
dan berbagai kebijakan pemerintah terkait pelindungan anak.

Pendahuluan berpengaruh terhadap pembentukan


Anak adalah bagian dari karakter dan kualifikasi anak di
generasi muda yang merupakan masa depan. Jika dalam proses
potensi dan penerus cita-cita tumbuh kembangnya, anak
perjuangan bangsa di masa yang sering mendapatkan perlakuan
akan datang. Anak memiliki peran kasar atau bahkan mendapat
strategis serta mempunyai ciri dan tindakan kekerasan, maka proses
sifat khusus, sehingga memerlukan pembentukan kepribadiannya
pembinaan dan pelindungan dalam akan terganggu. Anak adalah
rangka menjamin pertumbuhan dan pemegang estafet kepemimpinan,
PUSLIT BKD sehingga pelindungan terhadap
perkembangan fisik, mental, dan
sosial secara seimbang. anak perlu mendapat perhatian.
Proses perkembangan dan Pelindungan terhadap anak dari
pertumbuhan anak akan sangat kekerasan telah diamanatkan
dalam Undang-Undang Dasar pelindungan terhadap anak, namun
1945 Pasal 28B ayat (2) yang kasus kekerasan terhadap anak
menyatakan bahwa: “Setiap anak dalam bentuk bullying masih terus
berhak atas kelangsungan hidup, terjadi. Untuk itu, tulisan ini akan
dan berkembang, serta berhak atas mengkaji pelindungan hukum
perlindungan dari kekerasan dan terhadap anak korban bullying
diskriminasi”. dengan menguraikan bentuk
Banyaknya kasus kekerasan bentuk bullying, pelindungan
terhadap anak yang terjadi akhir- hukum berupa pelindungan khusus
akhir ini semakin memprihatinkan. bagi anak yang berhadapan dengan
Kekerasan terhadap anak yang hukum terhadap anak korban dan
dilakukan secara agresif dan pelaku bullying.
menekan, baik dalam bentuk
tindakan fisik dan/atau menyerang Bentuk-Bentuk Bullying
melalui kata-kata atau disebut
bullying juga terjadi di lingkungan
Istilah bullying merupakan 2
istilah yang masih baru dalam
pendidikan. Beberapa kasus perbendaharaan kata dalam bahasa
bullying di antaranya melibatkan Indonesia. Sampai saat ini belum
siswa Sekolah Menengah Pertama ada padanan kata yang tepat
(SMP) di Thamrin City dan korban untuk kata bullying dalam bahasa
AU, remaja putri berusia 14 tahun Indonesia. Menurut Ketua Yayasan
yang dikeroyok remaja putri Sejiwa, Diena Haryana (2008)
lainnya di Pontianak (Tagar.id, 11 yang dikutip Muhammad (2009),
April 2019). secara sederhana bullying diartikan
Terkait dengan pelindungan sebagai penggunaan kekuasaan
hukum terhadap anak, Indonesia atau kekuatan untuk menyakiti
telah meratifikasi Konvensi Hak seseorang atau kelompok sehingga
Anak melalui Keppres No. 36 korban merasa tertekan, trauma,
Tahun 1990. Ratifikasi tersebut dan tidak berdaya. Bentuk bullying
dilakukan sebagai upaya negara terbagi tiga, pertama: bersifat fisik
untuk memberikan pelindungan seperti memukul, menampar,
terhadap anak. Dari berbagai isu memalak. Kedua, bersifat verbal
yang ada dalam Konvensi Hak seperti: memaki, menggosip,
Anak salah satunya yang sangat mengejek. Ketiga bersifat psikologis,
membutuhkan perhatian khusus seperti: mengintimidasi, mengucilkan,
adalah anak yang memerlukan mengabaikan, mendiskriminasi.
perlindungan khusus di antaranya Sedangkan Komisi Nasional
anak yang berhadapan dengan Hak Asasi Manusia (Fitria: 2015)
hukum. Upaya pelindungan mendefenisikan bullying sebagai
terhadap anak, telah diatur dalam suatu bentuk kekerasan fisik dan
beberapa peraturan perundang- psikologis berjangka panjang
undangan di antaranya UU yang dilakukan seseorang atau
Perlindungan Anak, UU No. 39 kelompok terhadap seseorang yang
tahun 1999 tentang Hak Asasi tidak mampu mempertahankan
Manusia dan UU SPPA. diri dari situasi ada hasrat untuk
Meskipun telah banyak melukai atau menakuti orang atau
peraturan yang mengatur tentang membuat orang tertekan, trauma,
depresi dan tidak berdaya. Menurut for Juvenile in Conflict with Law
Pasal 1 angka 15a UU Perlindungan berpendapat bahwa anak-anak,
Anak, kekerasan adalah “setiap baik laki-laki maupun perempuan
perbuatan terhadap Anak yang yang berusia 18 tahun ke bawah
berakibat timbulnya kesengsaraan harus memperoleh pelindungan
atau penderitaan secara fisik, psikis, dalam peraturan mengenai peradilan
seksual, dan/atau penelantaran, anak. Apapun alasannya, standar
termasuk ancaman untuk melakukan maksimal seorang anak dapat
perbuatan, pemaksaan, atau dipidana harus ditingkatkan dan
perampasan kemerdekaan secara sangat penting apabila standar
melawan hukum”. Berdasarkan tersebut mendekati batasan usia
pendapat-pendapat di atas yang tertuang dalam Konvensi Hak
dihubungkan dengan pengertian Anak yaitu 18 tahun.
kekerasan dalam UU Perlindungan Pelindungan hukum terhadap
3 Anak, maka dapat disimpulkan anak merupakan suatu upaya
untuk menciptakan kondisi di
bahwa bullying termasuk dalam
bentuk kekerasan terhadap anak. mana anak dapat melaksanakan
hak dan kewajibannya. Berdasarkan
Pelindungan Hukum konsep parents patriae menurut
Pasal 1 angka 1 UU Rochaeti (2008), negara memberikan
Perlindungan anak menyebutkan perhatian dan pelindungan kepada
bahwa anak adalah seseorang yang anak sebagaimana layaknya
belum berusia 18 (delapan belas) orang tua kepada anaknya,
tahun, termasuk pula anak dalam maka penanganan anak yang
kandungan. Selanjutnya anak sebagai berhadapan dengan hukum juga
korban menurut Pasal 1 angka 4 harus dilakukan demi kepentingan
UU SPPA, merupakan “anak yang terbaik bagi anak serta berpijak
menjadi korban tindak pidana pada nilai-nilai Pancasila. Oleh
yang selanjutnya disebut Anak karena itu, ketentuan mengenai
Korban adalah anak yang belum penyelenggaraan pengadilan bagi
berumur 18 (delapan belas) tahun anak dilakukan secara khusus.
yang mengalami penderitaan fisik, Terkait dengan pelindungan
mental, dan/atau kerugian ekonomi terhadap anak korban bullying, UU
yang disebabkan oleh tindak Perlindungan Anak yakni Pasal
pidana”. Sedangkan Anak sebagai 54 jo Pasal 9 ayat (1a) menyatakan
pelaku adalah anak yang berkonflik bahwa: “Anak di dalam dan di
dengan hukum, yang telah berumur lingkungan satuan pendidikan
12 (dua belas) tahun, tetapi belum wajib mendapatkan pelindungan
berumur 18 (delapan belas) tahun dari tindak kekerasan fisik, psikis,
yang diduga melakukan tindak kejahatan seksual, dan kejahatan
pidana (Pasal 1 angka 3 UU SPPA). lainnya yang dilakukan oleh
Terkait usia minimum seorang pendidik, tenaga kependidikan,
anak yang dikategorikan sebagai sesama peserta didik, dan/atau
anak yang berkonflik dengan pihak lain”. Berdasarkan pasal
hukum, Adenwalla (2006) dalam tersebut dapat dikatakan bahwa
tulisannya yang berjudul Child anak wajib mendapat pelindungan
Protection and Juvenile Justice System: dari tindak kekerasan fisik, psikis,
kejahatan seksual, dan kejahatan psikososial pada saat pengobatan
lainnya. Dengan demikian anak sampai pemulihan; pemberian
sebagai korban bullying wajib bantuan sosial bagi anak yang
mendapat pelindungan hukum. berasal dari keluarga tidak mampu;
Terkait dengan pelaku dan pemberian perlindungan dan
kekerasan dapat dikategorikan pendampingan pada setiap proses
sebagai pelaku tindak pidana apabila peradilan.
melakukan kekerasan dalam segala Selain itu Pasal 64 UU
bentuk apapun kepada orang lain. Perlindungan Anak juga menentukan
Adapun kekerasan yang dimaksud bahwa perlindungan khusus bagi
adalah kekerasan fisik, psikis, anak yang berhadapan dengan
kejahatan seksual, dan kejahatan hukum dilakukan melalui: perlakuan
lainnya. Dengan demikian terhadap secara manusiawi dengan
anak pelaku bullying dapat memperhatikan kebutuhan sesuai
dikenakan Pasal 54 jo. Pasal 9 ayat
(1a) tersebut apabila melakukan
dengan umurnya; pemisahan dari
orang dewasa; pemberian bantuan
4
bullying. Mengingat bullying hukum dan bantuan lain secara
merupakan tindakan kekerasan efektif; pemberlakuan kegiatan
terhadap anak, maka menurut rekreasional; pembebasan dari
UU Perlindungan Anak, tindakan penyiksaan, penghukuman, atau
bullying merupakan tindak pidana. perlakuan lain yang kejam, tidak
Terhadap pelaku bullying dapat manusiawi serta merendahkan
dikenakan sanksi pidana berupa martabat dan derajatnya;
penjara paling lama 3 (tiga) tahun penghindaran dari penjatuhan
6 (enam) bulan dan/atau denda pidana mati dan/atau pidana
paling banyak Rp72.000.000,00 seumur hidup; penghindaran dari
(tujuh puluh dua juta rupiah). penangkapan, penahanan atau
UU Perlindungan Anak penjara, kecuali sebagai upaya
memberikan jaminan pelindungan terakhir dan dalam waktu yang
khusus bagi anak korban tindak paling singkat; pemberian keadilan
pidana (tindakan bullying) dan anak di muka pengadilan anak yang
yang berhadapan dengan hukum. objektif, tidak memihak, dan dalam
Anak korban dan anak yang sidang yang tertutup untuk umum;
berkonflik dengan hukum (anak penghindaran dari publikasi
pelaku) menurut Pasal 1 angka 2 atas identitasnya; pemberian
UU SPPA termasuk ke dalam anak pendampingan orang tua/wali
yang berhadapan dengan hukum. dan orang yang dipercaya oleh
Menurut Pasal 59 ayat (1) dan ayat anak; pemberian advokasi sosial;
(2) jo. Pasal 59A UU Perlindungan pemberian kehidupan pribadi;
Anak, anak yang berhadapan pemberian aksesibilitas, terutama
dengan hukum termasuk dalam bagi anak penyandang disabilitas;
kategori anak yang memerlukan pemberian pendidikan; pemberian
perlindungan khusus dalam bentuk: pelayanan kesehatan; dan
penanganan yang cepat, termasuk pemberian hak lain sesuai dengan
pengobatan dan/atau rehabilitasi ketentuan peraturan perundang-
secara fisik, psikis, dan sosial, serta undangan.
pencegahan penyakit dan gangguan Penanganan anak yang
kesehatan lainnya; pendampingan berhadapan dengan hukum dalam
UU SPPA merupakan keseluruhan terhadap pelaksanaan Undang-
proses penyelesaian perkara anak Undang dan berbagai kebijakan
yang berhadapan dengan hukum, pemerintah terkait pelindungan
mulai tahap penyelidikan sampai anak. Dalam bidang pengawasan
dengan tahap pembimbingan setelah dan anggaran, peran DPR sangat
menjalani pidana. Sarana hukum diperlukan dalam melihat sejauh
pidana melalui sistem peradilan mana kebijakan pemerintah dalam
pidana termasuk peradilan pidana politik anggaran bagi kesejahteraan
anak yang dapat juga disebut anak-anak khususnya terhadap
sebagai sidang anak, bertugas dan beberapa program pemerintah
berwenang memeriksa, memutus dalam mengatasi persoalan anak
dan menyelesaikan perkara anak serta koordinasi antar-kementerian
sebagaimana ditentukan dalam lembaga terkait dengan pelindungan
peraturan perundang-undangan anak.
5 yang berlaku.
Adapun penanganan anak yang Penutup
berhadapan dengan hukum dalam Bullying merupakan suatu
kasus bullying dapat juga dilakukan tindakan kekerasan yang dilakukan
melalui upaya diversi, sebagaimana terhadap anak dalam bentuk fisik,
diatur dalam Pasal 1 angka 7 UU verbal dan psikologis, karena itu
SPPA bahwa diversi sebagai upaya bullying merupakan tindak pidana
pengalihan penyelesaian perkara dan anak korban mempunyai hak
anak dari proses peradilan pidana untuk mendapat pelindungan
ke proses di luar peradilan pidana. hukum. UU Perlindungan Anak
Konsep diversi ini berlandas pada memberikan jaminan pelindungan
hukum restoratif. Anak sebagai khusus bagi anak yang berhadapan
korban, fokus utama pendekatan dengan hukum baik anak sebagai
restoratif terletak pada pemulihan korban maupun anak sebagai pelaku.
dan kompensasi kerugian (Tirto. Penanganan anak yang berhadapan
id, 12 April 2019). Dalam proses dengan hukum dalam kasus bullying
mediasi, korban dan pelaku harus dilakukan berdasarkan UU SPPA
didampingi orangtua atau wali, dan upaya diversi dapat menjadi
pembimbing kemasyarakatan (PK), solusi penyelesaian kasus anak
dan pekerja sosial profesional. yang berhadapan dengan hukum.
Namun, penerapan atau pelaksanaan Untuk itu, penegakan hukum
proses diversi tidak dapat terhadap dan pelindungan terhadap anak
semua anak yang melakukan atau harus dapat dilaksanakan secara
semua jenis tindak pidana yang lebih bijaksana dan hati-hati untuk
dilakukan oleh anak, sehingga kepentingan anak di kemudian hari.
penyidik dalam melakukan diversi DPR RI mempunyai peran penting
harus mempertimbangkan kategori dalam dalam melakukan pengawasan
tindak pidana dan umur anak. yang lebih intensif terhadap
Terkait dengan pelindungan pelaksanaan undang-undang dan
hukum terhadap anak, selain upaya berbagai kebijakan pemerintah terkait
penegakan hukum peran DPR pelindungan anak.
sangat diperlukan dalam melakukan
pengawasan yang lebih intensif
Referensi 12 April 2019, https://tirto.id/
Adenwalla, Ms. Maharukh. (2006). Child kasus-bullying-ay-layakkah-pelaku-
Protection and Juvenile Justice dihukum-seperti-kriminal-dewasa-
System: for Juvenile in Conflict with dlUo, diakses 7 April 2019.
Law. Mumbai: CHILDLINE India Muhammad. (2009). “Aspek
Foundation. Pelindungan Anak dalam Tindak
“Agar Tak Ada Lagi Kasus Audrey Kekerasan (Bullying) terhadap
Sosiolog Tanamkan Nilai Anti Siswa Korban Kekerasan di
Kekerasan”, https://www.suara. Sekolah”. Jurnal Dinamika Hukum
com/health/2019/04/16/080500/ Vol. 9 No. 3 September.
agar-tak-ada-lagi-kasus-audrey- Rochaeti, Nur. (2008). “Model
sosiolog-tanamkan-nilai-anti- Restorative Justice sebagai
kekerasan, diakses 12 April 2019. Alternatif Penanganan bagi Anak
Chakrawati, Fitria. (2015). Bullying Siapa Delinkuen di Indonesia”. MMH
Takut?. Solo: Tiga Serangkai. Jilid 37 No. 4, hal. 239.
“Perundungan Audrey, Ini 10 Kasus
6
“Jerat Hukum Pelaku Bullying Terhadap
Anak”, 4 Juli 2017, https://www. Serupa Jadi Buah Bibir”, 11 April
hukumonline.com/klinik/detail/ 2019, https://www.tagar.id/
ulasan/lt550264153eb3a/jerat- perundungan-audrey-ini-10-kasus-
hukum-pelaku-ibullying-i-terhadap- serupa-jadi-buah-bibir, diakses 25
anak, diakses 12 April 2019. April 2019.
“Kasus Bullying AY Layakkah Pelaku
Dihukum Seperti Kriminal Dewasa”,

Novianti
novianti2@dpr.go.id

Novianti, S.H., M.H., menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas


Bung Hatta, Padang, pada tahun 1990, dan pendidikan S2 di Fakultas Hukum
Tarumanegara pada tahun 2000. Saat ini menjabat sebagai Peneliti Madya Hukum
Internasional pada Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. Beberapa karya tulis
ilmiah yang telah dipublikasikan melalui jurnal dan buku antara lain: “Konvensi
Hak Anak Pelaku Tindak Pidana Dalam Proses Penyidikan” (2015), “Politik Hukum
Internasional Dalam Penanggulangan Terorisme” (2016), dan ”Pelindungan Paten Melalui
Patent Cooperation Treaty dan Regulation Under The PCT” (2017).”

Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.

Anda mungkin juga menyukai