IAIN Palangka Raya, Jl. G. Obos, Komplek Islamic Centre, Kota Palangka Raya, 73112, Indonesia
ABSTRACT
The Covid-19 pandemic situation is known to have a wide impact on all lines of
human life, without exception in the economic. Policies undertaken also becomes an issue
that must be done appropriately in dealing with the impact of this pandemic. During the
pandemic, people who used to make transactions in person or in cash have now decreased
due to policies that limit outdoor activities, so that some people use non-cash transaction
methods as an alternative payment. For example, people use e-money as an alternative
payment. So, does this e-money transaction have an impact on economic growth in society?
The method in this research is a quantitative method by testing the effect of e-money
transactions on money circulation outside commercial banks and rural banks. So that
through this study researchers can find out the effect of e-money in commercial bank and
rural bank.
Keywords: E-money Transactions, Money Circulation, Commercial Banks, BPR.
ABSTRAK
A. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, efisiensi dan
kecepatan dalam penyesuaian menjadi hal yang utama. Seperti dengan adanya
sistem atau alat pembayaran non tunai. Kemajuan teknologi memungkinkan
transaksi keuangan tidak lagi dilakukan secara tunai alias menggunakan alat
pembayaran non tunai.
Sehingga dalam kemudahan bertransaksi, masyarakat kini semakin
terbiasa menggunakan alat pembayaran non tunai atau sering disebut dengan
cashless society. Namun apa sebenarnya yang dimaksud dengan alat
pembayaran non tunai? Secara singkat alat pembayaran dibedakan menjadi
dua, yaitu tunai dan non tunai.
Alat pembayaran tunai adalah pembayaran dengan menggunakan mata
uang seperti koin dan kertas. Di sisi lain, instrumen pembayaran nontunai
merupakan mekanisme atau metode pembayaran atas transaksi yang tidak lagi
memerlukan uang fisik. Contohnya antara lain kartu kredit, kartu debit, cek,
dan yang terbaru adalah uang elektronik atau e-money.
Dalam publikasi yang di keluarkan Bank for International Settlement
(BIS) pada bulan Oktober 1996 mendefinisikan uang elektronik merupakan
produk yang memiliki nilai tersimpan (stored-value) atau prabayar (prepaid)
dimana sejumlah uang disimpan dalam suatu media elektronis yang dimiliki
seseorang. Uang elektronik (e-money) merupakan alat pembayaran yang dapat
digunakan untuk berbagai macam jenis pembayaran (multi purposed), tidak
seperti kartu telepon yang merupakan single-purpose prepaid card.
Dalam ekonomi moneter, peredaran adalah pemakaian berkelanjutan
dari unit-unit individual dari sebuah mata uang untuk transaksi. Sehingga mata
uang dalam peredaran adalah nilai total dari mata uang (koin dan uang kertas)
yang pernah dikeluarkan kecuali jika jumlah tersebut dihapuskan dari ekonomi
oleh bank sentral.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk
menguji teori dan hipotesis yang telah berlaku di masa pandemi sekarang ini.
selama ini apakah memperkuat atau bahkan memperlemah hipotesis.
Penelitian ini menggunakan data time series setiap bulan dari bulan
Januari hingga Oktober tahun 2020 yang didapatkan dari data yang di berikan
oleh Bank Indonesia, Kementerian Perdaganan dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Nasional. Pada penelitian ini, tahapan pertama yang dilakukan adalah
mengumpulkan data mengenai transaksi e-money melalui sumber Bank
Indonesia dan badan statistik, dan mengumpulkan data mengenai jumlah
peredaran uang kartal di luar bank umum dan BPR pada tahun 2020 di Indonesia
melalui website resmi Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Kemudian Peneliti melakukan uji regresi linear berganda untuk menguji
apakah terdapat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikatnya.
Menurut pendapat Arikunto menyatakan bahwa analisis korelasi atau regresi
berganda ini adalah analisis tentang pengaruh hubungan antara satu variabel
dependen dan dua atau lebih variabel independen. Untuk uji hipotesis dilakukan
dengan dua cara yaitu uji t dan uji f.
3
Uji ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang diberikan oleh
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Sehingga peneloti mengetahui hasil
dari penelitian yang dilakukan untuk menguji hipotesis yang berlaku.
C. Tinjauan Pustaka
1. Hubungan Transaksi Non Tunai Terhadap Jumlah Uang Beredar
Sistem pembayaran merupakan sistem yang digunakan untuk
memindahkan sejumlah nilai uang dari pihak satu ke pihak lain. Sistem
pembayaran di Indonesia terdiri dari sistem pembayaran tunai dan sistem
pembayaran non tunai, Saat ini, uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan
logam menjadi alat pembayaran tunai pada masyarakat. Jumlah uang kartal
dan uang logam yang dikeluarkan dan diedarkan oleh bank sentral disebut
dengan mata uang peredaran. Sedangkan jumlah uang beredar merupakan
seluruh jenis uang yang terdiri dari jumlah uang dalam peredaran ditambah
dengan uang giral pada bank bank umum. Uang beredar dibedakan menjadi
pengertian yang sempit (MI) yang terdiri dan mata uang peredaran ditambah
dengan uang giral yang dimiliki perorangan perusahaan ataupun badan
pemerintah dan pengertian yang luas (M2) yang terdiri dari mata uang
dalam peredaran uang giral dan yang kuasa (deposito berjangka tabungan
dan rekening valuta asing milik swasta domestik) (Sukrno 2011)
Berdasarkan berbagai penelitian dan teori yang ditunjukkan
membuktikan bahwa kecepatan perputaran uang bersifat tidak konstan,
terlebih setelah muncul alat pembayaran baru yakni e-money. Pada negara
maju inflasi mengalami penurunan drastis. Hal tersebut tidak disebabkan
oleh kebijakan moneter melainkan karena penggunaan alat pembayaran non
tunai. Sampai saat ini beberapa pihak sulit menerima keberadaan e-money.
Penelitian ini ditujukan mengetahui pengaruh variabel makroekonomi yaitu
jumlah uang beredar (JUB), electronic money (e-money), dan suku bunga
(BI Rate) terhadap inflasi di Indonesia.
2. Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2020
Saat ini perekonomian global termasuk Indonesia mengalami
ketidakpastian dan mengarah pada resesi ekonomi karena pandemi Covid-
19. Beberapa negara seperti AS, Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, Hong
Kong, dan Singapura mengalami pertumbuhan ekonomi negatif pada
Triwulan I dan II Tahun 2020. Perlambatan ekonomi pasti akan berdampak
pada kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020. Pandemi
menimbulkan efek domino dari kesehatan ke masalah sosial dan ekonomi,
termasuk pelaku usaha. Badan Pusat Statistik telah mencatat laju
pertumbuhan ekonomi pada Kuartal I (Januari-Maret) 2020 hanya tumbuh
2,97%. Angka ini melambat dari 4,97% pada Kuartal IV 2019. Bahkan,
pertumbuhan jauh di bawah pencapaian Kuartal I 2019 yang mencapai
5,07%. Dan pada Kuartal II Tahun 2020 laju pertumbuhan ekonomi
Indonesia minus 5,32%. Angka itu berbanding terbalik dengan Kuartal II
Tahun 2019 sebesar 5,05% (cnnindonesia.com, 5 Agustus 2020)
Perekonomian Indonesia berdasarkan PDB (Produk Domestik
Bruto) pada Triwulan II 2020 atas dasar harga berlaku adalah Rp3.687,7
triliun. Tetapi atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2010 sebesar
Rp2.589,6 triliun. Bila dibandingkan dengan atas dasar harga konstan atau
4
urus ekonomi di dalam negeri, tetapi oleh salah urus ekonomi dan keuangan
di tingkat global.
5. Peraturan Mengenai Uang Elektronik (e-money)
Uang elektronik (electronic money) diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia No.11/12/ PBI/2009 pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa : Uang
Elektronik (Electronic Money) adalah alat pembayaran yang memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut : (a) diterbitkan atas dasar nilai uang yang
disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit; (b) Nilai uang yang
disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip; (c)
Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut; (d) Nilai uang elektronik yang
disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan
simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai perbankan.
Selain itu juga diatur dalam pasal 16 sebagai berikut : (a) Lembaga
selain bank yang telah memperoleh izin sebagai penerbit dan akan
menyediakan fasilitas transfer dana melalui Uang Elektronik wajib
memperoleh izin sebagai penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang;
(b) Fasilitas Tarik Tunai hanya dapat diberikan oleh Penerbit yang
menyediakan fasilitas transfer dana melalui Uang Elektronik; (c) Dalam hal
penerbit yang menyediakan fasilitas transfer dana sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) melakukan kerjasama dengan pihak lain untuk penyediaan
fasilitas Tarik Tunai, maka penerbit hanya dapat bekerjasama dengan pihak
lain yang telah memperoleh izin sebagai penyelenggara kegiatan usaha
pengiriminan uang; (d) Dalam hal penerbit menyediakan fasilitas transfer
dana melalui Uang Elektronik maka penerbit wajib mencatat data identitas
Pemegang; (e) Penyediaan fasilitas transfer dana melalui Uang Elektronik
oleh penerbit selain tunduk pada ketentuan ini wajib pula tunduk pada
ketentuan terkait lainnya. Candrawati (2013) menyebutkan bahwa e-money
atau uang elektronik memiliki karakteristik yang berbeda dengan alat
pembayaran elektronik lainnya seperti phone banking, internet banking,
kartu debit dan kartu kredit. Dimana setiap pembayaran menggunakan e-
money tidak selalu memerlukan otorisasi dan tidak ada kaitannya denga
rekening nasabah di bank pada saat akan melakukan pembayaran. Hal ini
dikarenakan e-money merupakan stored value dimana uang telah terekam
pada alat pembayaran yang digunakan.
KATEGORI KORELASI
Sangat
0,00 – 0,199
Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
Total 9 9,72E+09
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Nasional. (2020). Jumlah Uang Beredar. Jakarta Pusat:
Badan Pusat Statistik.
Fatmawati, M. N. R dan Yuliana, I. (2019). Pengaruh Transaksi Non Tunai
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia Tahun 2015- 2018
Dengan Inflasi Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ekonomi,
Keuangan, Perbankan dan Akuntansi ISSN Vol. 11, No. 2
Kementerian Perdagangan. (2020) Jumlah Uang Beredar. Portal Statistik
Perdagangan. https://statistik.kemendag.go.id.
Malik, A. (2020) Transaksi Uang Elektronik Agustus Melesat Tembus Rp17,23
Triliun, Ini Data Historisnya. https://www.bareksa.com.
Muhyiddin. (2020). New Normal dan Perencanaan Pembangunan di Indonesia.
The Indonesian Journal of Development Planning Volume IV No. 2.
9