Pontianak
Desember 2020
RISIKO DALAM RUQYAH
Risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu
perbuatan atau tindakan. Ada dua bahaya yang menjadi risiko saat kita meruqyah orang lain, yaitu
bahaya yang datang dari jin dan bahaya yang datang dari tukang sihir.
PERLINDUNGAN
Meruqyah adalah perbuatan yang mulia karena merupakan bagian dari tolong menolong
dalam kebaikan. Namun karena besarnya risiko yang dihadapi dan karena terjun dalam dunia ruqyah
itu akan sangat menyibukkan, maka tidak banyak orang yang mau melakukannya. Hanya orang-
orang yang terpanggil untuk membantu sesama dan tentu saja karena taufik dari Allah subhanahu wa
ta’ala yang menjadikan seseorang rela dan ikhlas mengabdikan dirinya menjadi seorang peruqyah.
Karena besarnya risiko ini, maka seorang raqi hendaknya mengetahui bagaimana cara melindungi
diri dan keluarganya dari gangguan jin dan sihir.
Di antara sebab terbesar yang membuat Allah melindungi diri kita dari segala bentuk
kejahatan syaitan adalah iman, tauhid dan tawakkal. Iblis dan bala tentaranya tidak akan mampu
mencelakai orang-orang yang beriman, kuat tauhidnya dan selalu bertawakkal kepada Allah subhana
huwata’ala. Allah berfirman :
علَى ٱلَّذِينَ يَت َ َولَّ ْونَهُۥ َوٱلَّذِينَ هُم بِ ِهۦ ُم ْش ِر ُكو َن َ َٰ س ْل
َ طنُهُۥ ُ إِنَّ َما
(Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya
jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah).
(QS: An Nahl: 100)
Maka iman, tauhid dan tawakkal merupakan bekal dasar bagi seorang raqi. Oleh karena itu lah
penting sekali bagi kita untuk mepelajari tentang iman, tauhid dan tawakkal lalu mengaplikasikannya
dalam kehidupan kita sehari-hari, serta menjauhi lawan dari darinya yaitu syirik dan kufur.
Iman
Iman secara bahasa diambil dari kata aman, tenang, dan membenarkan. Secara istilah, iman
adalah perkataan dengan lisan, keyakinan dalam hati, amalan dengan anggota badan. Hakikat iman
itu ada empat perkara:
Pertama : Perkataan hati yaitu pembenaran dan keyakinan.
Kedua : Perkataan lisan, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat.
Ketiga : Amalan hati, yaitu niat, ikhlas, cinta, patuh, menerima, dan tawakkal kepada Allah.
Keempat : Amalan lisan dan anggota badan, yaitu membaca Al-Qur’an, berdzikir dan amalan
anggota badan lainnya seperti berdiri shalat, dan rukuk.
Iman pada diri seseorang itu bisa bertambah dan berkurang. Semakin tinggi (bertambah) imannya,
maka semakin banyak (besar) perlindungan dari Allah dan semakin sedikit (kurang) iman seseorang,
maka semakin sedikit (kecil) pula perlindungan dari Allah, karena balasan itu sesuai amal.
Di antara sebab-sebab bertambahnya iman :
1. Belajar ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari al-Qur`aan dan as Sunnah. Hal ini
menjadi sebab pertambahan iman yang terpenting dan bermanfaat karena ilmu menjadi
sarana beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan mewujudkan tauhid dengan benar.
Maka hendaknya seorang raqi senantiasa menghandiri majelsi ilmu syar’i.
2. Berusaha melaksanakan amalan shalih dengan ikhlas, memperbanyaknya dan
memperbagusnya. Hal ini karena semua amalan syariat yang dilaksanakan dengan ikhlas
akan menambah iman. Karena iman bertambah dengan pertambahan amalan ketaatan dan
banyaknya ibadah. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah pernah
mengatakan, “Di antara sebab pertambahan iman adalah melakukan ketaatan. Sebab iman
akan bertambah sesuai dengan bagusnya pelaksanaan, jenis dan banyaknya amalan.
Semakin baik amalan, semakin besar penambahan iman dan bagusnya pelaksanaan ada
dengan sebab ikhlas dan mutaba’ah (mencontohi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Sedangkan jenis amalan, maka yang wajib lebih utama dari yang sunnah dan sebagian amal
ketaatan lebih ditekankan dan utama dari yang lainnya. Semakin utama ketaatan tersebut
maka semakin besar juga penambahan imannya. Adapun banyak (kwantitas) amalan, maka
akan menambah keimanan, sebab amalan termasuk bagian iman. Sehingga pasti iman
bertambah dengan bertambahnya amalan.” Tapi ingat, jangan melakukan ibadah dengan niat
agar Allah memberi perlindungan dalam meruqyah atau selama menjadi raqi.
Di antara sebab-sebab berkurangnya iman
1. Kebodohan. Ini adalah sebab terbesar berkurangnya iman, sebagaimana ilmu adalah sebab
terbesar bertambahnya iman.
2. Kelalaian. Sikap berpaling dari kebenaran dan lupa.
3. Perbuatan maksiat dan dosa. Kemaksiatan dan dosa sangat merugikan dan memiliki
pengaruh jelek terhadap iman. Sebagaimana pelaksanaan perintah Allah subhanahu wa
ta’ala menambah iman, demikian juga pelanggaran atas larangan Allah subhanahu wa
ta’ala mengurangi iman. Namun tentunya dosa dan kemaksiatan bertingkat-tingkat
derajatnya, begitu juga dengan kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya, sebagaimana
yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam ungkapan beliau, “Sudah pasti
kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan bertingkat-tingkat sebagaimana iman dan amal shalih
pun bertingkat–tingkat”.
4. Nafsu yang mengajak kepada keburukan (an-nafsu ammaratu bissu’). Inilah nafsu yang ada
pada manusia dan tercela. Nafsu ini menyeret manusia kepada kemaksiatan dan kehancuran
iman, sehingga wajib bagi kita berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala darinya dan
berusaha bermuhasabah sebelum beramal dan setelahnya.
5. Bisikan dari syaitan
6. Sibuk dengan dunia dan fitnah (godaan)nya. Menyibukkan diri dengan dunia dan
perhiasannya termasuk sebab yang dapat mengurangi iman. Sebab semakin semangat
manusia memiliki dunia dan semakin menginginkannya, maka semakin memberatkan dirinya
berbuat ketaatan dan mencari kebahagian akherat.
7. Teman bergaul yang jelek. Teman yang jelek dan jahat menjadi sesuatu yang sangat
berbahaya terhadap keimanan, akhlak dan agamanya. Karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah memperingatkan kita dari hal ini dalam sabda beliau,“Seorang itu berada di atas
agama kekasihnya (teman dekatnya), maka hendaknya salah seorang kalian melihat siapa
yang menjadi kekasihnya.” (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu, hendaknya seorang raqi berusaha sekuat mungkin menambah keimanannya
dengan mengambil sebab-sebab bertambahnya iman seperti penjelasan di atas, dan menjauhi hal-
hal yang menjadi sebab berkurangnya iman.
Tauhid
Tauhid secara bahasa berarti “Mengesakan”, yaitu menjadikan Nya satu (satu-satunya).
Adapun cara mengesakan Allah adalah sebagai berikut :
1. Mengesakan perbuatan-perbuatan Allah. Bahwasanya hanya Allah semata yang
melakukannya tanpa ada cempur tangan dan andil yang lain sama sekali. Perbuatan-
perbuatan Allah itu seperti penciptaan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, mengatur
alam semesta, memberi manfaat dan mudharat, menyembuhkan, mengabulkan doa dan yang
lainnya. Perbuatan-perbuatan Allah ini disebut rububiyah Allah. Rububiyah Allah berporos
pada tiga perkara :
a. Penciptaan, yaitu Allah menciptakan makhluk dari tidak ada menjadi ada.
b. Kepemilikian, artinya karena hanya Allah yang menciptakan alam semesta beserta
isinya maka hanya Allah yang memiliki itu semuanya.
c. Pengaturan, jadi tidak ada yang ikut serta bersama Allah dalam pengaturan alam
emesta, semua yang terjadi adalah di bawah aturan Allah subhana huwata'ala.
2. Mengesakan Allah dalam peribadatan, artinya hamba hanya boleh beribadah kepada Allah
semata. Karena Allah-lah satu-satunya yang berhak untuk disembah karena Allah Maha Esa.
Bentuk-bentuk perbuatan hamba dalam ibadah kepada Allah disebut uluhiyah, yang
mencakup bentuk-bentuk ibadah seperti berdoa, bernadzar, menyembelih, khauf (takut),
radja (berharap), tawakkal, dan yang lainnya.
3. Seorang hamba meyakini bahwasanya Allah Maha Esa dengan kesempurnaan yang mutlak
dari segala sisi dalam nama-nama dan sifat-sifatNya yang agung. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Allah dari sisi nama dan sifatNya. Meskipun bisa jadi nama dan sifatnya sama
antara makhluk dengan Allah tapi hakikatnya berbeda.
Tawakkal
Secara bahasa, Tawakkal artinya mewakilkan, yaitu menampakkan kelemahan dan bersandar
atau bergantung kepada orang lain. Secara istilah, Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah berkata,
“Tawakkal ialah penyandaran hati dengan jujur kepada Allâh subhanahu wa ta’ala dalam upaya
memperoleh kebaikan-kebaikan dan menolak bahaya-bahaya dalam seluruh urusan dunia dan
akhirat.” Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata, “Tawakkal kepada Allâh Azza wa Jalla ialah puncak
iman.” Pengertian yang paling dekat yang dikumpulkan dari pengertian-pengertian di atas yakni
Tawakkal ialah keadaan hati yang tumbuh dalam mengenal Allâh Azza wa Jalla, beriman kepada
keesaan-Nya dalam menciptakan, mengatur, mendatangkan manfaat, menolak bahaya, memberi dan
menahan, apa yang Dia kehendaki pasti terjadi, dan apa saja yang tidak Dia kehendaki maka tidak
akan terjadi. Oleh karena itu, wajib bersandar dan berserah diri kepada-Nya, percaya kepada-Nya,
yakin bahwa Allâh Azza wa Jalla akan mencukupinya.”
Hakikat tawakkal Mengenal Allâh dan sifat-sifat-Nya seperti sifat maha kuasa-Nya, maha
kaya-Nya, dan sifat terus-menerus mengurus makhluk-Nya, sifat maha tahu-Nya terhadap segala
sesuatu dan mengetahui bahwa semua perkara itu bersumber dari kehendak-Nya. Pengetahuan
tentang masalah-masalah ini merupakan langkah awal yang hendak manapaki jalan tawakkal.
Orang-orang yang tidak mengimani hal-hal diatas, seperti orang yang mengatakan bahwa Allâh Azza
wa Jalla itu tidak memiliki sifat, maka mereka tidak akan bisa bertawakkal kepada Allâh Azza wa Jalla
Mengakui dan menetapkan adanya sebab, menjaganya dan melakukan sebab-sebab tersebut. Hati
sangat tergantung kepada Allâh Azza wa Jalla, bersandar kepada-Nya, merasa tenang dengan-Nya
dan percaya dengan pengaturan-Nya. Sebagian orang yang berilmu, “Orang yang bertawakkal itu
seperti anak kecil yang tidak mengetahui apa-apa yang dapat melindunginya selain ibunya, maka
begitu juga orang yang bertawakkal, dia tidak mengetahui sesuatu yang dapat melindunginya selain
Rabb-nya.
Tawakkal adalah kemantapan di atas tauhid, bahkan hakikat tawakkal adalah sepenuhnya
mentauhidkan Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan hati. Apabila di dalam hati masih ada noda
kesyirikan maka tawakkalnya masih cacat. Dan bila seseorang sudah memurnikan tauhidnya maka
tawakkalnya menjadi benar. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ridha adalah buah tawakkal.
Barangsiapa yang menafsirkan tawakkal dengan ridha, maka dia telah menafsirkan tawakkal dengan
buahnya yang maling mulia dan faedahnya yang paling agung. Karena sesungguhnya jika seseorang
bertawakkal dengan sebenar-benarnya maka dia akan ridha dengan apa yang diperbuat oleh Allâh
Azza wa Jalla.” Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Rahasia tawakkal dan hakekatnya
adalah kepasrahan dan ketergantungan hati kepada Allâh semata. Tidaklah tercela mengambil sebab
(melakukan usaha) dengan tetap menjaga hati (agar bebas) dari ketergantungan kepada sebab
tersebut.
Adalah merupakan sebuah kesia-siaan, orang yang mengatakan, “Saya bertawakkal kepada
Allâh Azza wa Jalla ” tetapi ia bersandar, bergantung dan memiliki keyakinan kepada selain-Nya.
Jadi, tawakkal lisan berbeda dengan tawakal hati. Oleh karena itu, tidak manfaatnya sedikitpun,
ucapan seseorang yang mengatakan, “Saya berawakal kepada Allâh” tetapi ia masih bersandar dan
bergantung kepada selain Allâh Azza wa Jalla . Sebagaimana orang yang berkata, “Saya bertaubat
kepada Allâh Azza wa Jalla” sedangkan ia terus berkubang dengan maksiat.”
Ketahuilah, bahwa realisasi tawakkal tidak bertentangan dengan sebab-sebab yang telah
ditakdirkan Allâh Azza wa Jalla dan merupakan ketentuan-Nya dalam makhluk, karena Allâh
subhanahu wa ta’ala memerintahkan makhluk-Nya untuk mengambil sebab-sebab (melakukan
usaha) sekaligus memerintahkan mereka agar bertawakkal. Jadi, upaya mencari sebab-sebab
dengan anggota badan adalah bentuk ketaatan kepada-Nya, sedangkan tawakkal dengan hati ialah
iman kepada-Nya. Sahl at-Tusturi rahimahullah berkata, “Barangsiapa mencela tawakkal, sungguh ia
telah mencela iman. Barangsiapa mencela usaha dan kerja, sungguh ia telah mencela sunnah.”
Tawakal Mempunyai Hubungan Erat Dengan Iman Bahkan Sebagai Syarat Iman Allâh
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Dalam ayat ini Allâh Azza wa Jalla menjadikan
tawakkal kepada Allâh Azza wa Jalla sebagai syarat keimanan. Maka indikasi lenyapnya keimanan
adalah hilangnya tawakkal”. Maka semakin kuat tawakal seorang hamba, semakin kuat pula
imannya. Demikian juga sebaliknya apabila lemah imannya, lemah pula tawakkalnya. Apabila
tawakalnya lemah, sudah pasti keimanannya lemah. Mengambil Sebab Tidak Menafikan Tawakkal
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ummat ini telah bersepakat bahwa tawakkal tidak
menafikan usaha untuk melakukan sebab (ikhtiar). (Bahkan), tawakkal seseorang tidak sah kecuali
dengan mengambil atau melakukan faktor penyebab. Jika tidak demikian, maka tawakkalnya rusak
dan sia-sia.” Tawakkal tidak menafikan usaha mengambil atau melakukan sebab (ikhtiar). Sungguh
Allâh Azza wa Jalla telah memerintahkan para hamba-Nya untuk mengambil sebab dengan tetap
tawakkal kepada-Nya. Jadi, berusaha mengambil sebab dengan anggota badan merupakan ketaatan
kepada Allâh Azza wa Jalla . Dan tawakal dengan hati merupakan keimanan kepada-Nya.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Jadi tawakkal merupakan sebab yang paling besar
untuk meraih apa yang diinginkan dan menolak segala yang dibenci. Barangsiapa yang mengingkari
sebab, maka tawakkalnya tidak akan pernah baik. Namun diantara (syarat) kesempurnaan tawakkal
adalah tidak bersandar kepada sebab tersebut dan menghilangkan ketergantungan hati kepadanya.
Hatinya bergantung kepada Allâh bukan kepada sebab, sedangkan badannya berusaha dengan
mengambil sebab.” Demikian pula Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan untuk
melakukan sebab. Dalam sebuah riwayat ada seseorang yang bertanya kepada Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasûlullâh, apakah saya ikat unta saya lalu tawakal kepada
Allâh Azza wa Jalla ataukah saya lepas saja sambil bertawakal kepada-Nya? Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab : ِإ ْع ِق ْل َها َوت ََو َّك ْلIkatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakkal.
Allâh Azza wa Jalla tetap memerintahkan hamba-Nya untuk mengambil sebab, seperti makan
ketika lapar, minum ketika haus, berteduh ketika panas, menghangatkan diri dari hawa dingin, dan
berobat ketika sakit. Dalam masalah ini Ulama berselisih pendapat, apakah bagi orang yang tertimpa
sakit lebih utama berobat atau tidak berobat jika si sakit ingin merelisasikan tawakkkal kepada Allâh
Azza wa Jalla.
1. Pendapat Imam Ahmad rahimahullah, bahwa tawakkal bagi orang yang sanggup
melakukannya adalah lebih baik karena diriwayatkan dengan shahih dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tujuh puluh ribu orang dari
ummatku akan masuk surga tanpa hisab. Mereka (Para sahabat) berkata, ‘Siapa mereka
wahai Rasûlullâh?’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mereka adalah orang-
orang yang tidak minta diruqyah, tidak bertathayyur (merasa sial dengan sesuatu), tidak
melakukan kayy (berobat dengan besi panas), dan mereka bertawakkal kepada Rabb
mereka”. (HR. Muslim)
2. Ulama yang berpendapat bahwa berobat lebih baik, berpendapat bahwa berobat adalah
perilaku yang selalu dikerjakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak melakukan sesuatu kecuali yang paling baik. Ulama tersebut menafsirkan
permintaan ruqyah di sini dimakruhkan yang dikhawatirkan mengandung syirik. Imam Ibnul
Qayyaim rahimahullah berkata, “Dalam hadits-hadits yang shahih diperintahkan untuk berobat,
dan hal ini tidak menafikan tawakkal, sebagaimana juga kita menolak lapar dengan makan,
rasa haus (kita lawan) dengan minum, (udara) panas dengan berteduh dan (cuaca) dingin
dengan memakai baju hangat. Bahkan tidak sempurna hakikat tauhid kecuali dengan
melaksanakan sebab (syar’i) yang telah ditetapkan Allâh, baik secara Qadar maupun syar’i.
Dan meniadakan sebab berarti mencela tawakkal, sebagaimana mencela perintah dan
hikmah. Zâdul Ma’âd Fii Hadyi Khayril ‘Ibâd (IV/15)
Sebagai seorang raqi, kita harus menjaga tauhid dan tawakkal kita kepada Allah subhanahu
wa ta ‘ala. Tatkala membacakan Al Quran kepada pasien, ingatlah selalu bahwa bukan ayat yang
dibaca yang membakar jin, bukan ayat yang dibaca yang menghancurkan sihir, bukan ayat yang
dibaca yang menyembuhkan penyakit, bukan pula karena dirinya yang lemah, tetapi karena Allah.
Dengan izin Allah lah, semua niat dan pilihan ayat yang digunakan dan dibacakan kepada pasien itu
bekerja. Ketika mengalami kesulitan dalam meruqyah, kembalikan semuanya kepada Allah dan
mintalah pertolongan serta kemudahan dari Nya.
Syirik
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah subhanahu wa ta’ala dalam Rububiyyah
dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Syirik ada dua
macam; pertama syirik dalam Rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam
semesta. Kedua, syirik dalam Uluhiyyah, yaitu beribadah (berdo’a) kepada selain Allah, baik dalam
bentuk do’a ibadah maupun do’a masalah. Umumnya yang dilakukan manusia adalah menyekutukan
dalam Uluhiyyah Allah adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a
kepada selain Allah di samping berdo’a kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti
menyembelih (kurban), bernadzar, berdo’a, dan sebagainya kepada selain-Nya. Karena itu,
barangsiapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada
tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang
paling besar.
Sebagai seorang raqi (dan muslim) tentu saja harus menjauhkan dirinya dari perbuatan syirik
di antaranya seperti memakai tamimah, berdo’a (memohon) kepada selain Allah, seperti
berdo’a meminta suatu hajat, isti’anah (minta tolong), istighatsah (minta tolong di saat
sulit), isti’adzah (memohon perlindungan) kepada jin, kepada orang mati baik itu kepada
Nabi, wali, habib, kyai, kuburan keramat, kepada pohon dan kepada jin, atau minta rizki
atau meminta kesembuhan penyakit dari mereka dan juga menyembelih untuk para jin.
Seorang raqi hendaknya berlindung kepada Allah Azza wa Jalla semata dari segala keburukan
yang menimpanya, termasuk dari bahaya jin maupun tukang sihir. Apabila Allah Azza wa Jalla
melindungi hamba-Nya dari keburukan ini dan mengabulkan permohonannya, maka dia akan
selamat dari bahaya itu. Maka hendaknya setiap para raqi senantiasa memperhatikan hal ini.
Sesungguhnya bahaya yang datang dari jin maupun tukang sihir bisa terjadi kapan saja pada
diri raqi atas izin Allah. Mereka menanti-nantikan waktu di mana raqi lengah sehingga mereka bisa
masuk dan melancarkan gangguan serta menimbulkan bahaya yang dibawakannya. Maka
seharusnya para raqi beristi’adzah kepada Allah selama 24 jam, sedangkan itu tidak mungkin
dilakukan. Kita tidak bisa berdoa dan berdzikir kepada Allah terus menerus seperti malaikat.
Alhamdulillah, Rasulullahi sallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kita banyak doa dan dzikir
yang mudah untuk diamalkan, yang dengan itu Allah memberikan perlindungan Nya kepada kita
selama 24 jam. Doa dan dzikir itu dengan izin Allah, saya rangkumkan dalam 3 kategori :
1. Isti’adzah di waktu pagi
2. Isti’adzah di waktu petang
3. Isti’adzah sebelum tidur di waktu malam
DOA DAN DZIKIR DI WAKTU PAGI
(Antara Shubuh hingga siang hari ketika matahari akan bergeser ke barat)
َم ْن ذَا الَّذِي يَ ْشفَ ُع،ض ِ ت َو َما فِي ْاْل َ ْر ِ اوا َّ لَهُ َما فِي ال، الَ تَأ ْ ُخذُهُ ِسنَةٌ َوالَ ن َْو ٌم،َّللاُ الَ ِإلَهَ ِإالَّ هُ َو ْال َحي ْالقَيو ُم
َ س َم َّ
ُ َو ِس َع ُك ْر ِسيه،يءٍ ِم ْن ِع ْل ِم ِه إِالَّ بِ َما شَا َء
ْ ش َ ِ َو َال يُ ِحيطُونَ ب، يَعْلَ ُم َما بَيْنَ أ َ ْيدِي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْم،ِع ْن َدهُ إِالَّ بِإِ ْذنِ ِه
َوهُ َو الْعَ ِلي ْالعَ ِظي ُم، َو َال يَئُو ُدهُ ِح ْفظُ ُه َما،ض َ ت َو ْاْل َ ْرِ اوا َ س َمَّ ال
Faedah: Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai
gangguan) hingga petang. Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi hingga
pagi. (HR. Al Hakim)
علَى ُك ِل َ لَهُ ْال ُم ْلكُ َولَهُ ْال َح ْم ُد َوهُ َو،ُ الَ ِإلَـهَ ِإالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ ش َِريْكَ لَه،ِ َو ْال َح ْم ُد ِ ََّّلل،ِصبَ َح ْال ُم ْلكُ ِ ََّّللْ َ صبَ ْحنَا َوأ
ْ َأ
،ُي َهذَا ْاليَ ْو ِم َوش َِر َما بَ ْع َده ْ ع ْوذُ بِكَ ِم ْن ش َِر َما ِف ُ َ َوأ،ُي َهذَا ْاليَ ْو ِم َو َخي َْر َما بَ ْع َده ْ ِب أَسْأَلُكَ َخي َْر َما ف ِ َر.يءٍ قَ ِدي ُْر
ْ شَ
ب فِي ْالقَب ِْر ٍ عذَاَ ار َوِ َّب فِي الن ٍ عذَا َ ع ْوذُ بِكَ ِم ْن ِ َر،س ْو ِء ْال ِكبَ ِر
ُ َب أ ُ س ِل َو َ ع ْوذُ بِكَ ِمنَ الْ َك ُ َب أِ َر
“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada
ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik Allah kerajaan dan
bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabbku, aku mohon kepada-
Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini
dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan
di hari tua. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di alam
kubur.” (dibaca 1 x)
Faedah: Meminta pada Allah kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya, juga agar terhindar dari
kejelekan di hari ini dan kejelekan sesudahnya (niatkan juga termasuk dari bahaya jin dan tukang
sihir). Di dalamnya berisi pula permintaan agar terhindar dari rasa malas padahal mampu untuk
beramal, juga agar terhindar dari kejelekan di masa tua. Di dalamnya juga berisi permintaan agar
terselamatkan dari siksa kubur dan siksa neraka yang merupakan siksa terberat di hari kiamat kelak.
(HR. Muslim).
Faedah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah meninggalkan do’a ini di pagi dan
petang hari. Di dalamnya berisi perlindungan dan keselamatan pada agama, dunia, keluarga dan
harta dari berbagai macam gangguan yang datang dari berbagai arah.
(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
ُ أَعُ ْوذ، َ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن الَ إِلَـهَ إِالَّ أ َ ْنت،ُ يءٍ َو َم ِل ْي َكه َ َربَّ ُك ِل،ض
ْ ش ِ ت َواْْل َ ْرِ اوا َ س َم
َّ اط َر ال َّ ب َوال
ِ َش َها َدةِ ف ِ عا ِل َم الْغَ ْي
َ اَللَّ ُه َّم
س ْو ًءا أ َ ْو أ َ ُجرهُ ِإلَى ُم ْس ِل ٍم ُ ي ْ علَى نَ ْف ِس َ ف َ َوأ َ ْن أ َ ْقت َ ِر،ان َو ِش ْر ِك ِه
ِ طَ ش ْي
َّ َو ِم ْن ش َِر ال،ي ْ ِبكَ ِم ْن ش َِر نَ ْف ِس
“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb pencipta langit dan bumi,
Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak
disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya
(godaan untuk berbuat syirik pada Allah), dan aku (berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan
terhadap diriku atau menyeretnya kepada seorang muslim.” (dibaca 1 x)
Faedah: Do’a ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Bakr Ash
Shiddiq radhiyallahu ‘anhu untuk dibaca pada pagi, petang dan saat beranjak tidur.
(HR. Tirmidzi dan Abu Daud).
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali
di petang hari, maka tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba memudaratkannya.
(HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Faedah: Dzikir ini diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Fathimah supaya diamalkan
pagi dan petang. Semoga dengan doa ini Allah senantiasa menyertai dan menolong kita ketika
meruqyah dan setelahnya. (HR. Ibnu As Sunni, An Nasai dalam, Al Bazzar dalam dan Al Hakim).
Membaca dzikir ini :
DZIKIR INI DATANG DALAM 2 RIWAYAT HADITS YANG BERBEDA PENYEBUTAN JUMLAH
MEMBACANYA (10X DAN 100X) DAN FAEDAHNYA, SILAKAN PILIH SALAH SATU.
Faedah: Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut di pagi hari sebanyak sepuluh kali, Allah akan
mencatatkan baginya 10 kebaikan, menghapuskan baginya 10 kesalahan, ia juga mendapatkan
kebaikan semisal memerdekakan 10 budak, Allah akan melindunginya dari gangguan setan hingga
petang hari. Siapa yang mengucapkannya di petang hari, ia akan mendapatkan keutamaan semisal
itu pula. (HR. An Nasai).
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut dalam sehari sebanyak seratus kali, maka
itu seperti membebaskan 10 orang budak, dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus baginya 100
kesalahan, dirinya akan terjaga dari gangguan setan dari pagi hingga petang hari, dan tidak ada
seorang pun yang lebih baik dari yang ia lakukan kecuali oleh orang yang mengamalkan lebih dari
itu. (HR. Bukhari dan Muslim).
Doa dan dzikir di atas juga terangkum dalam dzikir pagi. Saya menekankan untuk para raqi agar
membaca seluruh dzikir pagi yang tidak tercantum dalam kimpulan doa isti’adzah pagi ini. Semoga
Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberi taufik kepada kita semua untuk mengamalkannya.
َم ْن ذَا الَّذِي يَ ْشفَ ُع،ض ِ ت َو َما فِي ْاْل َ ْر ِ اوا َّ لَهُ َما فِي ال، الَ تَأ ْ ُخذُهُ ِسنَةٌ َوالَ ن َْو ٌم،َّللاُ الَ ِإلَهَ ِإالَّ هُ َو ْال َحي ْالقَيو ُم
َ س َم َّ
ُ َو ِس َع ُك ْر ِسيه،يءٍ ِم ْن ِع ْل ِم ِه إِالَّ بِ َما شَا َء
ْ ش َ ِ َو َال يُ ِحيطُونَ ب، يَعْلَ ُم َما بَيْنَ أ َ ْيدِي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْم،ِع ْن َدهُ إِالَّ بِإِ ْذنِ ِه
َوهُ َو الْعَ ِلي ْالعَ ِظي ُم، َو َال يَئُو ُدهُ ِح ْفظُ ُه َما،ض َ ت َو ْاْل َ ْرِ اوا َ س َمَّ ال
Faedah: Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai
gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga
petang. (HR. Al Hakim)
Faedah: Meminta pada Allah kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya, juga agar terhindar
dari kejelekan di malam ini dan kejelekan sesudahnya (niatkan juga termasuk dari bahaya jin dan
tukang sihir). Di dalamnya berisi pula permintaan agar terhindar dari rasa malas padahal mampu
untuk beramal, juga agar terhindar dari kejelekan di masa tua. Di dalamnya juga berisi permintaan
agar terselamatkan dari siksa kubur dan siksa neraka yang merupakan siksa terberat di hari kiamat
kelak. (HR. Muslim no. 2723).
Faedah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah meninggalkan do’a ini di pagi dan
petang hari. Di dalamnya berisi perlindungan dan keselamatan pada agama, dunia, keluarga dan
harta dari berbagai macam gangguan yang datang dari berbagai arah.
(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
ُ أَعُ ْوذ، َ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن الَ إِلَـهَ إِالَّ أ َ ْنت،ُ يءٍ َو َم ِل ْي َكه َ َربَّ ُك ِل،ض
ْ ش ِ ت َواْْل َ ْرِ اوا َ س َم
َّ اط َر ال َّ ب َوال
ِ َش َها َدةِ ف ِ عا ِل َم الْغَ ْي
َ اَللَّ ُه َّم
س ْو ًءا أ َ ْو أ َ ُجرهُ إِلَى ُم ْس ِل ٍم ُ ي ْ علَى نَ ْف ِس َ ف َ َوأ َ ْن أ َ ْقت َ ِر،ان َو ِش ْر ِك ِه
ِ طَ ش ْي
َّ َو ِم ْن ش َِر ال،ي ْ بِكَ ِم ْن ش َِر نَ ْف ِس
“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb pencipta langit dan bumi,
Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak
disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya
(godaan untuk berbuat syirik pada Allah), dan aku (berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan
terhadap diriku atau menyeretnya kepada seorang muslim.” (dibaca 1 x)
Faedah: Do’a ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Bakr Ash
Shiddiq radhiyallahu ‘anhu untuk dibaca pada pagi, petang dan saat beranjak tidur.
(HR. Tirmidzi dan Abu Daud).
Membaca doa ini :
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali
di petang hari, maka tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba memudaratkannya.
(HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Faedah: Dzikir ini diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Fathimah supaya diamalkan
pagi dan petang. Semoga dengan doa ini Allah senantiasa menyertai dan menolong kita ketika
meruqyah dan setelahnya. (HR. Ibnu As Sunni, An Nasai dalam, Al Bazzar dalam dan Al Hakim).
Faedah: Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut di pagi hari sebanyak sepuluh kali, Allah akan
mencatatkan baginya 10 kebaikan, menghapuskan baginya 10 kesalahan, ia juga mendapatkan
kebaikan semisal memerdekakan 10 budak, Allah akan melindunginya dari gangguan setan hingga
petang hari. Siapa yang mengucapkannya di petang hari, ia akan mendapatkan keutamaan semisal
itu pula. (HR. An Nasai).
Faedah: Siapa yang mengucapkannya di petang hari, niscaya tidak ada racun atau binatang (seperti:
kalajengking) yang mencelakakannya di malam itu. (HR. Ahmad).
Doa dan dzikir di atas juga terangkum dalam dzikir petang. Saya menekankan untuk para raqi agar
membaca seluruh dzikir petang yang tidak tercantum dalam kimpulan doa isti’adzah petang ini.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberi taufik kepada kita semua untuk
mengamalkannya.
DOA DAN DZIKIR SEBELUM TIDUR
Waktu yang sangat rentan bagi seorang raqi (dan manusia pada umumnya) adalah saat tidur
di malam hari. Hal ini dikarenakan banyak kejahatan dan bahaya yang terjadi atau keluar di malam
hari. Dan ketika malam tiba, sudah menjadi fitrah kita sebagai manusia untuk beristirahat, mengantuk
dan tidur. Saat tidur, kita tidak bisa menjaga diri kita dari berbagai macam potensi bahaya yang akan
menimpa. Termasuk dari kejahatan jin dan para tukang sihir. Alhamdulillah, Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kita beberapa doa isti’adzah yang diamalkan sebelum kita tidur.
Megamalkan ini :
Mengumpulkan dua telapak tangan. Lalu ditiup dan dibacakan surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An
Naas. Kemudian dua telapak tangan tersebut mengusap tubuh yang dapat dijangkau, dimulai dari
kepala, wajah dan tubuh bagian depan. Semisal itu diulang sampai tiga kali.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau radhiyallahu ‘anha berkata, “Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya
lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surah Al-Ikhlash), ’Qul
a’udzu birobbil falaq’ (surah Al-Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surah An-Naas). Kemudian
beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai
dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.”
(HR. Bukhari).
َم ْن ذَا الَّذِي يَ ْشفَ ُع،ض ِ ت َو َما فِي ْاْل َ ْر ِ اوا َّ لَهُ َما فِي ال، الَ تَأ ْ ُخذُهُ ِسنَةٌ َوالَ ن َْو ٌم،َّللاُ الَ ِإلَهَ ِإالَّ هُ َو ْال َحي ْالقَيو ُم
َ س َم َّ
ُ َو ِس َع ُك ْر ِسيه،يءٍ ِم ْن ِع ْل ِم ِه إِالَّ بِ َما شَا َء
ْ ش َ ِ َو َال يُ ِحيطُونَ ب، يَعْلَ ُم َما بَيْنَ أ َ ْيدِي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْم،ِع ْن َدهُ إِالَّ بِإِ ْذنِ ِه
َوهُ َو الْعَ ِلي ْالعَ ِظي ُم، َو َال يَئُو ُدهُ ِح ْفظُ ُه َما،ض َ ت َو ْاْل َ ْرِ اوا َ س َمَّ ال
Faedah: Siapa yang membaca ayat Kursi sebelum tidur, maka ia akan terus dijaga oleh Allah dan
terlindungi dari gangguan setan hingga pagi hari. (HR. Bukhari no. 3275).
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberi taufik kepada kita semua untuk
mengamalkannya setiap sebelum tidur.
Faedah: Jika seseorang membaca dzikir di atas ketika hendak tidur lalu ia mati, maka ia mati di atas
fithrah (mati di atas Islam). (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)
Selain doa-doa isti’adzah di atas, hendaknya kita melakukan adab sebelum tidur lainnya yang
diajarkan oleh Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam yang dating dari hadit-hadits yang shahih. Semoga
Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa member kita semua taufik untuk mengerjakannya.
Doa Isti’adzah dalam Beberapa Keadaan
Diagnosis artinya penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-
gejalanya. Dalam ilmu kedokteran, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (wawancara
kepada pasien maupun keluarganya), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (bila
diperlukan). Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, seorang dokter harus mampu
menggabungkan ilmu biomedik dasarnya tentang tubuh manusia normal dengan ilmu tentang
penyakit yang begitu banyak. Karena diagnosis menjadi dasar untuk menentukan terapi yang tepat.
Namun terkadang pasien datang dengan keadaan atau keluhan yang aneh, yang tidak dikenal dalam
ilmu kedokteran atau tidak bisa dideteksi dengan teknologi pemeriksaan penunjang yang canggih.
Penyakit atau gangguan kesehatan pada pasien seperti ini dikategorikan ke dalam penyakit atau
gangguan non medis. Penyakit atau gangguan non medis itu pada umumnya berupa sihir, gangguan
jin dan ‘ain.
Diperlukan pembahasan yang rinci tentang sihir, gangguan jin, maupun ‘ain agar kita dapat
memahaminya secara utuh. Namun, pada sesi ini saya hanya ingin menjelaskan garis besarnya saja
agar lebih mudah untuk dipahami dan lebih praktis. Secara umum, sihir, gangguan jin dan ‘ain itu
dikelompokkan ke dalam 4 tanda dan gejala besar yaitu : (1) Penyakit yang aneh atau tidak biasa (2)
Adanya halangan dalam kehidupan (3) Perubahan psikis yang tidak biasa (4) Mimpi buruk yang
berulang.
Apa yang saya paparkan di atas adalah penyakit yang terjadi pada pasien karena sihir atau jin.
Karena kadang tukang sihir mengirim sihir sekaligus jin ke tubuh pasien. Adapun penyakit karena
‘ain adalah sebagai berikut :
‘Ain (dalam bahasa Arab: al-'Ayn, dalam bahasa Urdu: Nazar) adalah sejenis penyakit yang
dibawa oleh orang (tidak semua orang), ketika mereka hasad atau kagum pada seseorang, alih-alih
hanya merasakan sedikit rasa cemburu/iri atau rasa takjub, mereka justru menyakiti orang itu. Al-
'Ayn mengacu pada saat seseorang menyakiti orang lain dengan pandangan matanya. Dimulai
ketika orang tersebut hasad terhadap sesuatu atau kagum dengan sesuatu, kemudian perasaan
hasadnya atau kagumnya mempengaruhinya, dengan cara dia berulang kali melihat objek yang dia
merasa hasad padanya atau dikaguminya.
‘Ain terjadi karena adanya hasad (iri; dengki) terhadap nikmat yang ada pada orang lain.
Orang yang memiliki hasad terhadap orang lain, lalu memandang orang tersebut dengan pandangan
penuh rasa hasad, ini bisa menyebabkan penyakit ‘ain. Allah subhanahu wata’ala memerintahkan
Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam untuk meminta perlindungan dari orang yang hasad.
Dalam Al Qur’an: ” … dan dari keburukan orang yang hasad” (QS. Al Falaq: 5). Maka setiap orang
yang menyebabkan penyakit ain mereka adalah orang yang hasad, namun tidak semua orang yang
hasad itu menimbulkan ‘ain.
Pandangan kagum juga bisa menyebabkan ‘ain. Dalam hadits dari Abu Umamah bin Sahl, ia
berkata: “Suatu saat ayahku, Sahl bin Hunaif, mandi di Al Kharrar. Ia membuka jubah yang ia pakai,
dan ‘Amir bin Rabi’ah ketika itu melihatnya. Dan Sahl adalah seorang yang putih kulitnya serta
indah. Maka ‘Amir bin Rabi’ah pun berkata: “Aku tidak pernah melihat kulit indah seperti yang kulihat
pada hari ini, bahkan mengalahkan kulit seorang gadis”. Maka Sahl pun sakit seketika (tiba-tiba
roboh/tumbang) di tempat itu dan sakitnya semakin bertambah parah. Hal ini pun dikabarkan kepada
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, “Sahl sedang sakit dan ia tidak bisa berangkat bersamamu, wahai
Rasulullah”. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun menjenguk Sahl, lalu Sahl bercerita
kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan ‘Amir bin Rabi’ah. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda, “Mengapa seseorang menyakiti saudaranya? Mengapa engkau tidak
mendoakan keberkahan? Sesungguhnya penyakit ‘ain itu benar adanya, maka berwudhulah
untuknya!”. ‘Amir bin Rabi’ah lalu berwudhu untuk disiramkan air bekas wudhunya ke Sahl. Maka
Sahl pun sembuh dan berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” (HR. Malik).
Kita lihat di sini, seseorang yang awalnya sehat dan kuat dan sedang mandi, lalu ketika ‘ain terjadi
padanya maka dia langsung roboh ke tanah. Sahl radhiallahu ‘anhu bahkan tidak mampu untuk
mengangkat kepalanya.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada seorang gadis kecil di rumah Ummu
Salamah bahwa dia Melihat noda hitam di wajahnya dan mengatakan kepadanya bahwa itu karena
pengaruh ‘ain, dan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam meminta agar dia disembuhkan dengan
bantuan ruqyah, sehingga wajahnya menjadi bersih. Dari riwayat ini, salah satu bentuk penyakit ‘ain
itu berupa bintik hitam di wajah.
Jabir bin 'Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam memberikan
izin kepada keluarga Hazm untuk melakukan ruqyah (dalam mengurangi efek racun) ular, dan,
beliau berkata kepada Asma' putri 'Umais: "Apa ini yang saya lihat anak-anak saudara laki-laki saya
(Ja'far) kurus? Apakah mereka tidak diberi makan dengan benar?" Dia berkata: "Tidak, tapi mereka
terkena pengaruh ‘ain." Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh agar anak-anak itu
diruqyah. Dari riwayat ini, salah satu bentuk penyakit akibat ‘ain itu berupa anak yang kurus padahal
sudah diberi makan dengan baik.
'Urwah bin Zubair mengatakan kepadanya bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam
memasuki rumah Ummu Salamah. Ada seorang anak kecil yang menangis di dalam rumah, dan
mereka mengatakan kepadanya bahwa itu berasal dari ‘ain. 'Urwah berkata bahwa Rasulullah,
sallallahu ‘alaihi wasallam berkata, "Mengapa kamu tidak menemukan seseorang untuk membuat
ruqyah untuk melindungi [anak] dari ‘ain?" dari riwayat ini, kita mendapatkan bahwa salah satu
bentuk penyakit ‘ain adalah anak menjadi sering menangis tanpa sebab yang jelas. Wallahu a’lam.
Penyakit akibat ‘ain bisa terjadi pada apa yang menjadi objek hasad atau kekaguman orang
lain, misalnya :
1. Seorang Qari yang memiliki suara dan bacaan yang sangat indah. Suatu hari dia
memperdengarkan bacaan Quran nya kepada orang banyak, dan ternyata di antara orang itu
ada yang hasad dan ada yang kagum padanya. Apabila Allah izinkan di antara mereka yang
hasad atau yang kagum itu bisa memberikan ‘ain padanya, maka seketika itu atau segera
setelah itu Qari tersebut kehilangan suaranya.
2. Seorang anak perempuan yang sangat cantik, berkulit putih dan berambut pirang (blonde)
yang nampak seperti Barbie. Dia dibawa ibunya pergi ke pasar atau ke suatu tempat di mana
orang berkumpul. Dan ternyata di antara orang itu ada yang hasad dan ada yang kagum
padanya. Apabila Allah izinkan di antara mereka yang hasad atau yang kagum itu bisa
memberikan ‘ain padanya, maka seketika itu atau segera setelah itu rambut anak ini rontok
(hair loss) dan wajahnya muncul bintik-bintik hitam.
Penyakit akibat ‘ain juga bisa mempengaruhi seluruh tubuh akibat hasad atau kekaguman
orang lain, seperti apa yang terjadi pada Sahl radhiallahu ‘anhu atau pada anak-anak Ja’far
radhiallahu ‘anhu yang kurus-kurus. Ketika ada pengantin yang cantik sedang duduk bersanding di
hari pernikahannya, tiba-tiba dia jatuh roboh ke lantai setelah ramai tamu undangan melihatnya. Ini
situasi yang membawa pada dugaan kuat bahwa dia terkena ‘ain, sampai kita memeriksanya dan
menyingkirkan berbagai sebab yang sifatnya medis dari dirinya (yang mungkin menyebabkan itu).
Terhalangnya Kehidupan
Tanda dan gejala besar kedua adalah, adanya halangan dalam kehidupan. Sebagaimana
tukang sihir mengikat sebuah simpul/uqad/buhul kemudian membacakan mantra sihir, atas izin Allah
itu akan memberikan efek jahat pada kehidupan orang. Simpul sihir itu menghalangi atau memblok
kehidupan seseorang. Semua ini terjadi secara berulang dan tidak biasa. Semua ini berlangsung
lama hingga akhirnya orang itu menyadari ada sesuatu yang salah telah terjadi pada kehidupannya.
Ada semacam kekuatan tak terlihat yang menghalangi kemajuan atau progress dalam
kehidupannya. Sihir atas izin Allah menimbulkan halangan dalam hidup yang tidak biasa dan terjadi
secara berulang-ulang dan sistematis.
Sihir itu atas izin Allah akan mengikat hidup seseorang sehingga dia tidak bisa punya uang.
Seseorang tidak bisa mengumpulkan uang, karena setiap baru mendapat uang, ada saja hal yang
terjadi sehingga dia harus mengeluarkan uangnya untuk membeli sesuatu, mengganti sesuatu, atau
uang itu hilang, atau dicuri orang atau terjadi musibah. Seperti meraup air dalam kedua telapak
tangan segera air itu hilang karena keluar dari sela-sela jari tangannya. Tetapi semua ini (kejadian
yang sama) terjadi berulang-ulang dan dalam periode waktu yang lama (bertahun-tahun). Sehingga
seseorang menyadari bahwa ini bukan sekedar “nasib buruk” belaka. Selama mengalami halangan
ini, pasien juga mengalami 3 tanda dan gejala besar lainnya.
Sihir dengan izin Allah bisa menghalangi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan.
Seseorang yang punya kualifikasi baik, dengan banyak prestasi dan kecerdasan, penampilan yang
bagus, dan segala yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pekerja yang hebat. Namun selalu gagal
saat melamar pekerjaan. Awalnya dia yakin akan diterima karena merasa sudah membuat petugas
bagian penerimaan pegawai terkesan dengan dirinya. Namun di saat-saat akhir, lamarannya ditolak
atau namanya tidak dipanggil untuk melanjutkan proses ke tahap berikutnya dan itu terjadi secara
berulang-ulang selama bertahun-tahun. Selama mengalami halangan ini, pasien juga mengalami 3
tanda dan gejala besar lainnya.
Sihir dengan izin Allah, bisa menghalangi seseorang menikah. Seseorang dengan usia yang
tidak muda lagi, ingin menikah dan sudah berusaha tanpa henti namun selalu gagal. Kadang dia
suka dengan seseorang, namun orang itu tidak suka padanya. Kadang ada orang yang suka
padanya, malah dia yang tidak suka. Kadang keduanya saling menyukai, namun orang tua mereka
tidak setuju. Kadang sumua pihak sudah setuju namun setelah lamaran, ternyata pihak
pasangannya membatalkan dengan alasan yang tidak masuk akal. Begitu saja berulang-ulang
selama bertahun-tahun. Selama mengalami halangan ini, pasien juga mengalami 3 tanda dan gejala
besar lainnya.
Sihir dengan izin Allah, bisa ditujukan pada rahim seorang perempuan sehingga dia tidak bisa
punya anak. Pasangan suami-istri sudah menikah beberapa tahun, kondisi fisik keduanya bagus,
sehat dan prima namun belum ada tanda-tanda kehamilan pada istri. Keduanya sudah melakukan
pemeriksaan medis dan dinyatakan sehat dan subur untuk memiliki keturunan, namun tidak pernah
berhasil. Ada juga yang sudah pernah hamil beberapa kali namun selalu keguguran. Padahal tidak
memiliki riwayat penyakit atau pun menderita sakit selama hamil, dan sudah menjaga kondisi fisik
sebaik mungkin. Selama mengalami halangan ini, pasien juga mengalami 3 tanda dan gejala besar
lainnya.
Sihir dengan izin Allah bisa diletakkan di toko sehingga tidak ada pelanggan yang datang.
Toko tiba-tiba sepi tanpa sebab yang masuk akal, padahal selama ini selalu ramai pengunjung.
Beberapa pelanggan mengeluh tokonya terlihat sering tutup saat mereka ingin berbelanja (padahal
buka), sebagian pelanggan berkata belakangan tokonya tidak terlihat, sehingga mereka akhirnya
berbelanja ke toko lain. Kadang dia melihat ada pelanggan yang sudah singgah dan memarkir
kendaraan di depan tokonya, tiba-tiba seolah berubah pikiran lalu pergi dan berbelanja ke toko lain.
Selama mengalami halangan ini, pemilik toko biasanya juga mengalami 3 tanda dan gejala besar
lainnya.
Selain contoh di atas, banyak sekali bentuk-bentuk terhalangnya kehidupan yang dialami
pasien. Ada yang terhalang dalam menjual rumahnya, terhalang menjual kebunnya, terhalang
menjual tanahnya, terhalang membuat kesepakatan dengan rekan kerja, terhalang untuk berobat,
terhalang untuk melakukan ibadah, dan berbagai bentuk halangan lainnya. Perlu digaris bawahi
bahwa halangan dalam kehidupan akibat sihir ini sifatnya berulang dan lama dan selama mengalami
halangan ini, pasien juga mengalami 3 tanda dan gejala besar lainnya.
Ruqyah artinya doa perlindungan atau bacaan yang biasa dipakai untuk menjampi orang
sakit. Ruqyah sudah dilakukan oleh praktisi-praktisi spiritual sebelum islam. Mereka menggunakan
mantra-mantra yang berupa bacaan permintaan kesembuhan atau perlindungan kepada selain Allah
(mahluk yang mereka anggap memiliki kuasa). Ruqyah sudah dilakukan orang-orang arab jahiliyah
sebelum Nabi diutus, berupa bacaan atau mantra yang megandung kesyirikan. Makanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa ruqyah-ruqyah, tamaim dan tiwalah itu syirik.
Kemudian dalam perjalanan dakwah beliau, Allah mengajarkan pengobatan dengan Al Quran dan
doa sebagaimana yang diajarkan/dilakukan oleh/melalui Malaikat Jibril ‘alaihissalam kepada Nabi
ketika beliau sakit. Kemudian ruqyah dibolehkan dalam syariat islam berdasarkan hadits ‘Auf bin
Malik radhiallahu ‘anhu dalam shahih Muslim, ia berkata : “di masa jahiliyyah kami biasa melakukan
ruqyah, lalu kami bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaimana menurut mu
wahai Rasulullah?” maka beliau menjawab : “Tunjukkanlah kepada ku ruqyah kalian. Tidaklah
mengapa ruqyah yang di dalamnya tidak mengandung syirik.” Al Khaththabi rahimahullahuta’ala
berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memerintahkan melakukan ruqyah dan
membolehkannya.
Syarat dibolehkannya ruqyah sebagaimana perkataan Ibnu Hajar rahimahullah : “Para ulama
telah bersepakat bahwa ruqyah itu diperbolehkan jika memenuhi 3 persyaratan :
1. Ruqyah dengan firman Allah atau dengan nama-nama dan sifat-sifatNya,
2. Ruqyah dengan bahasa Arab atau jika selain bahasa Arab maka harus dipahami maknanya
3. Hendaknya meyakini bahwasanya ruqyah tidaklah memberi pengaruh dengan sendirinya akan
tetapi kembali kepada Allah”
ُ ( النَفdengan tiupan disertai sedikit sekali air liur, dan ada yang mengatakan tanpa air liur
Pertama : َث
sama sekali). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Kedua : ( الت َّ ْف ُلdengan meniup disertai air liur namun tidak sampai pada derajat meludah)
Sebagaimana kisah Abu Sa’id al-Khudri, dimana disebutkan :
صلَّى هللاُ َعلَيْ ِهَ ِسو ُل هللا ُ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َجعًا يَ ِج ُدهُ فِي َج َس ِد ِه ُم ْنذُ أ َ ْسلَ َم فَقَا َل لَهُ َر َ ِسو ِل هللا ُ شكَا إِلَى َر َ ُ أَنَّه،ِاص الثَّقَ ِفي ِ َعثْ َمانَ ْب ِن أَبِي ْالع
ُ َع ْن
ُ
عوذُ ِباهللِ َوقُد َْرتِ ِه ِم ْن ش َِر َما أ َ ِج ُد َوأ َحاذ ُِر ُ َت أ
ٍ س ْب َع َم َّرا
َ ْ
ل ُ قو ،ا ً ث َ
َل َ ث ِ هللا ْم
س ا
ِ ِ َب ْ
ل ُ قو ،ِك
َ دس ج
َ َ ْ
ن م
ِ م َّ لَ أَ ت ِيذ َّ لا ىَ لعَ كَ د
َ ي
َ عْ ض
َ « : م َّ لس و
َ َ َ َ َ »
Dari Utsman bin Abil ‘Aash Ats-Tsaqofi bahwasanya ia mengeluhkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam rasa sakit yang ia rasakan di tubuhnya semenjak ia masuk Islam. Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berkata kepadanya, “Letakkanlah tanganmu di bagian tubuhmu yang kau rasakan
sakit, lalu bacalah bismillah tiga kali dan ucapkanlah sebanyak tujuh kali, “Aku berlindung kepada
Allah dengan kekuasaanNya dari keburukan yang aku rasakan dan yang aku takutkan”(HR. Muslim)
Keenam : Ruqyah dengan membaca lalu meniupkannya ke air, setelah itu airnya diminumkan kepada
yang sakit, atau diusapkan kepada bagian tubuhnya yang sakit, atau dimandikan dengan air tersebut.
Dari Ali bin Abi Tholib bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang sholat lalu beliau
disengat kalajengking. Maka beliau berkata :
ِ َب ْالفَل
ُ َ ق) و(قُ ْل أ
ُع ْوذ ُ َ س ُح َعلَيْ َها َويَ ْق َرأ ُ بـ (قُ ْل يَا أَي َها ْالكَافِ ُر ْونَ ) و(قُ ْل أ
ِ ع ْوذُ بِ َر َ ث ُ َّم َد َعا بِ َماءٍ َو ِم ْلحٍ َو َجعَ َل يَ ْم.ُغي َْره
َ َص ِليًا َوال َ لَعَنَ هللاُ ْالعَ ْق َر
َ ب الَ ت َ َدعُ ُم
اس ِ َّب الن ِ )بِ َر
“Allah melaknat kalajengking, kalajengking tidak meninggalkan gangguannya kepada orang yang
sedang sholat dan tidak juga kepada lainnya”. Lalu Nabi meminta air dan garam kemudian Nabi
mengusap dengan air tersebut dan membaca surat al-Kafirun, surat al-Falaq, dan surat an-
Naas”(HR. At Thabrani)
Jika pasien mengalami gangguan jin, sihir, maupun ‘ain, maka tujuan ruqyah adalah menghilangkan
jin atau sihir atau ‘ain itu dari tubuh pasien dengan izin Allah. Ruqyah tidak bertujuan agar pasien
kesurupan atau membuat supaya pasien kesurupan. Ketika anda meruqyah dan pasien kesurupan,
lalu anda terus membacakannya ruqyah dan jin itu keluar, maka saat itu tujuan anda sudah tercapai.
Atau ketika sihir dan ‘ain itu hilang dari diri pasien. Ini diketahui dari keadaan pasien setelah
pembacaan ruqyah. Dia merasa lebih baik dan semua keluhan yang dirasakannya selama ini telah
hilang. Maka anda sudah melakukan tugas anda dalam sesi ruqyah tersebut. Sehingga ketika anda
membacakan ruqyah dan pasien tidak berekasi, ingatlah penjelasan mengapa pasien tidak bereaksi
sebagaimana yang saya paparkan di atas, sehingga anda tahu langkah apa yang harus anda dan
pasien tempuh selanjutnya.
Dengan izin Allah saya sudah menjelaskan bagaimana cara mendiagnosis apakah pasien itu
mengalami gangguan sihir, jin ataukah ‘ain dengan mengenali 4 tanda dan gejala besarnya. Ini
hanyalah garis besarnya saja, agar bisa dipelajari dan diterapkan dengan mudah baik bagi anda
yang hanya sekedar ingin meruqyah di kalangan keluarga sendiri maupun yang benar-benar ingin
menjadi praktisi. Untuk penjelasan yang detail tentang jin, sihir dan ‘ain anda bisa mempelajarinya
dari kitab-kitab ruqyah seperti karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali dan ulama lainnya.
Sebelum saya jelaskan tata cara pengobatan yang biasa saya lakukan, saya ingin anda
mengetahui beberapa kunci penting. Pertama yang ingin saya tekankan adalah ketika anda
membacakan ayat Al Quran atau doa penyembuhan yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam kepada pasien, anda harus yakin bahwa melalui Al Quran dan doa-doa Nabawiah itu Allah
akan menghilangkan sihir, jin maupun ‘ain dari diri pasien. Al Quran itu membatalkan sihir.
Sebagaimana yang masyhur kita ketahui, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam disihir lalu
Allah mengutus dua malaikat untuk membacakan ruqyah kepada beliau berupa Al Mu’awidzatain
yaitu surah Al Falaq dan An Nas. Al Quran juga membatalkan ‘ain sebagaimana bunyi permohonan
perlindungan kepada Allah dari hal tersebut yang firmankan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam
surah Al Falaq. Kemudian, bangsa jin mengerti Al Quran sebagaimana yang Allah jelaskan dalam
surah Al Jin dan surah Al Ahqaf. Al Quran membakar dan membahayakan jin kafir dan fasik
sebagaimana yang sering kita saksikan dalam pengobatan ruqyah. Maka hendaknya anda selalu
ingat tentang hal ini. Setiap kali anda meruqyah, anda harus yakin bahwa Allah akan memberikan
pengaruh atau efek kepada pasien melalui ayat-ayat Al Quran maupun doa-doa penyembuhan yang
datang dari Nabi shallallahu ‘alihi wasallam yang anda bacakan padanya. Anda tidak memerlukan
mantra-mantra kesyirikan atau mencari cara selain yang datang dari islam untuk mengobati sihir,
gangguan jin maupun ‘ain. Karena apa yang ada pada kita yaitu Al Quran dan doa-doa yang
diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sudah mencukupi, bahkan sangat kuat dan tidak
terkalahkan atas izin Allah.
Yang kedua adalah anda harus meniatkan atau berdoa memohon kepada Allah dengan
sungguh-sungguh di dalam hati ketika akan membaca suatu ayat dari Al Quran kepada pasien. Inilah
yang membedakan tilawah dengan ruqyah. Ketika anda membaca Al Quran untuk mendapatkan
pahala dan keberkahan dari Allah, seperti yang biasa anda lakukan setelah selesai sholat, di waktu
malam, atau kapan saja di waktu senggang, inilah yang dinamakan tilawah. Sedangkan ruqyah itu
untuk penyembuhan atau pengobatan orang sakit. Anda membacakan ayat Al Quran kepada pasien
itu dengan niat untuk meruqyahnya bukan untuk tilawah atau mengkhatamkan Quran. Ketika anda
membacakan surah Al Falaq maka niatkanlah atau berdoalah didalam hati supaya sihir pada pasien
Allah hancurkan atau ‘ainnya Allah hilangkan. Jadi peganglah niat itu seperti anda menggenggam
sebuah senjata. Jangan meruqyah dalam keadaan hati yang lalai. Karena Allah tidak mengabulkan
doa atau permohonan dari hati yang lalai. Itu sama saja dengan anda mengayun-ngayunkan tangan
di hadapan musuh sedangkan senjata itu tidak ada dalam genggaman anda, karena sudah jatuh
entah kemana. Sebagian orang membacakan Al Quran saat meruqyah tapi dia tidak tahu untuk apa
dan mengapa dia membacakan itu, ada juga yang membaca tapi pikirannya berkelana sehingga apa
yang dibacanya itu seolah-olah tidak berpengaruh. Untuk membantu anda meniatkan dengan benar
dan khusyu’ maka mau tidak mau anda harus mengerti arti dari ayat atau doa yang and baca. Dan
ingatlah selalu bahwa bukan ayat itu yang memberikan pengaruh dengan sendirinya, tetapi Allah lah
yang melakukannya. Oleh karena itu hendaknya senantiasa menggantungkan hati kepada Allah saja
dan membaca ayat-ayat Al Quran dengan penuh pengharapan dan keyakinan.
Yang ketiga adalah repetisi atau pengulangan. Berdasarkan pengalaman saya, pengulangan
ayat yang dibaca akan memberikan pengaruh yang jauh lebih besar dengan izin Allah dibandingkan
bila kita membacanya hanya satu kali. Seperti kita memukul musuh saat sedang berperang untuk
mengalahkannya. Apabila kita memukul dengan kekuatan penuh sedangkan musuh kita kecil dan
lemah, maka mungkin dengan satu pukulan saja bila itu tepat mengenainya, dia akan roboh.
Sedangkan bila musuh kita besar, gesit dan licik, mungkin dibutuhkan beberapa kali pukulan untuk
menjatuhkannya. Selain itu kadang dalam bacaan yang pertama hati kita belum hadir (hati lalai)
maka kita berharap semoga hati kita hadir pada bacaan yang berikutnya atau seterusnya. Mengenai
jumlah repetisinya, maka itu tidak ada ketentuan yang baku kecuali bila ada yang ditetapkan dari
hadits yang shahih. Lakukanlah sebanyak yang menurut anda cukup lalu lihatlah pengaruhnya pada
pasien. Dengan bertambah seringnya anda meruqyah, anda akan mengerti tentang hal ini.
Yang keempat anda harus menghafal ayat-ayat atau surah dan doa-doa yang akan anda
gunakan dalam meruqyah pasien. Meruqyah itu bukan hanya butuh semangat yang menggebu untuk
menolong sesama, tapi juga butuh persiapan yang sangat matang. Namun bukan berarti apabila
anda tidak hafal ayat-ayat Al Quran maupun doa-doa untuk ruqyah maka anda tidak boleh menolong
orang lain (meruqyahnya). Ketika anda tidak terlalu hafal dengan suatu ayat atau surah lalu anda
membacanya dengan terbata-bata, itu akan membuat anda kehilangan rasa percaya diri di hadapan
pasien, di hadapan keluarga pasien, dan di hadapan jin yang ada di badan pasien. Belum lagi jika
situasi memburuk misalnya pasien kesurupan, keluarga pasien panik, jin yang merbicara melalui
mulut pasien mengintimidasi anda, semua ini akan membuat anda semakin tertekan dan semakin
menjatuhkan mental anda. Semakin anda stress, semakin lupa anda dengan ayat atau surah yang
tadi dibaca. Jin akan melihat ketakutan dan kelemahan anda pada saat itu. Maka hafalkanlah ayat
dan doa yang akan digunakan dengan mantap. Caranya anda harus muraja’ah hafalan anda
sesering mungkin di waktu-waktu senggang yang ada.
Yang kelima beristi’adzah kepada Allah sebelum meruqyah pasien. Ini adalah hal yang
sangat penting terutama bila mengobati pasien yang terkena sihir atau gangguan jin. Saat anda
datang ke rumah pasien yang terkena sihir, mungkin jin-jin yang dikirim tukang sihir itu juga disebar di
rumah pasien seperti di pintu gerbang, halaman rumah, pintu masuk, ruangan-ruangan rumah, dan di
badan pasien itu sendiri. Wallahu a’lam. Dengan beristi’adzah kepada Allah, kita akan mendapatkan
perlindungan dari segala mudharat yang mereka timbulkan maupun dari serangan tukang sihir pada
saat kita sedang meruqyah pasien. Saya biasanya membaca doa ini :
وإذا استغسلتم فاغسلوا، العين حق ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين
“‘Ain itu benar adanya. Andaikan ada perkara yang bisa mendahului takdir,
maka itulah ‘ain. Maka jika kalian mandi, gunakanlah air mandinya itu
(untuk memandikan orang yang terkena ‘ain)” (HR. Muslim).
صبَّ َعلَ ْي ِه ِ َو ُر ْكبَت َ ْي ِه َو َد، َفغَ َس َل َو ْج َههُ َو َي َد ْي ِه إِ َلى ْال ِم ْر َف َقي ِْن،َضأ
ُ َ َوأ َ َم َرهُ أ َ ْن ي،ِاخلَةَ إِزَ ِاره َّ ام ًرا أ َ ْن يَت ََو
ِ َفأ َ َم َر َع
“Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir untuk berwudhu. Lalu Amir
membasuh wajah dan kedua tangannya hingga sikunya, dan membasuh kedua lututnya dan
bagian dalam sarungnya. Lalu Nabi memerintahkannya untuk menyiramkannya kepada
Sahl” (HR. An Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Rasanya sulit bagi kita untuk menemukan orang yang memberi ‘ain lalu memintanya untuk mandi
atau berwudhu. Kecuali situasinya sangat jelas seperti yang terjadi pada Sahl dan Amir bin
Rabi’ah radhiallahu ‘anhuma. Maka yang mudah bagi kita dalah meruqyahnya. Saya lebih
memilih ruqyah sebagai pengobatan ‘ain.
3. Ruqyah
Sebagaimana hadits dari Asma bintu Umais radhiallahu’anha, ia berkata:
فلو كان شيء سابق القدر لسبقته العين، نعم: قال، أفنسترقي لهم ؟، إن بني جعفر تصيبهم العين، يا رسول هللا
“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit ‘ain, bolehkah kami minta mereka diruqyah? Nabi
menjawab: iya boleh. Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah ‘ain”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah).
Ada beberapa cara meruqyah orang yang terkena ‘ain, diantaranya dengan membacakan doa yang
ada dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam merasakan sakit, Malaikat Jibril meruqyahnya dengan doa:
َ َِّللاِ أ َ ْرق
يك َّ ِيك ِم ْن ش َِر ُك ِل نَ ْف ٍس أ َ ْو َعي ٍْن أ َ ْو َحا ِس ٍد
َ َّللاُ يَ ْش ِف
َّ يك بِس ِْم َ َيءٍ يُؤْ ذ َ َِّللاِ أ َ ْرق
ْ يك ِم ْن ُك ِل ش َّ بِس ِْم
"Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu dan dari kejahatan
segala makhluk atau kejahatan mata yang hasad. Allah lah yang menyembuhkanmu. Dengan nama
Allah, aku meruqyahmu."
(HR. Muslim dan Abu Daud)
Ketika membaca doa-doa di atas, anda harus benar-benar berdoa kepada Allah sebagaimana
konteks permintaan yang ada dalam doa tersebut. Maka tentu saja anda harus mengerti arti dari doa
tersebut. Ketika anda selesai membacanya, mungkin seketika itu pasien bangun atau langsung
sembuh bila Allah izinkan, bila tidak seperti situasi itu maka ulangilah doanya beberapa kali (tidak
ada ketentuan pasti) sambil terus menghadirkan hati dan meminta dengan sebenar-benarnya agar
Allah menyembuhkan pasien ini. Kemudian membacakan surah Al Falaq dan An Nas beberapa kali,
atau ayat-ayat Al Quran lainnya. Anda harus meniatkan ayat-ayat yang anda baca itu adalah untuk
menghancurkan atau menghilangkan ‘ain dari diri pasien. Bacalah beberapa kali (tidak ada
ketentuan pasti) sampai anda merasa cukup baginya. Wallahu a’lam.
Mengobati SIhir
Apabila diagnosis yang saya tegakkan pada pasien adalah sihir, maka saya akan
membacakan ayat-ayat berikut ini :
ب ْٱل َٰعَلَ ِمي َن ِ َّلل َر ِ َّ ِ اى َو َم َماتِى َ َس ِكى َو َمحْ ي ُ ُص ََلتِى َون َ قُ ْل إِ َّن
َال ش َِريكَ لَهُۥ ۖ َو ِب َٰذَلِكَ أ ُ ِم ْرتُ َوأَن َ۠ا أ َ َّو ُل ْٱل ُم ْس ِل ِمي َن
Katakanlah : sesungguhnya Shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya;
dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
(QS : Al An’am : 162-163)
diniatkan unutk membatalkan sembelihan dan persembahan
kepada jin yang mengerjakan sihir
ْ َت ٱت َّ َخذ
ۖ ت بَيْتًا ِ ٱَّلل أ َ ْو ِليَا ٓ َء َك َمث َ ِل ٱلْعَن َكبُو ِ َمث َ ُل ٱلَّذِينَ ٱت َّ َخذُوا ِمن د
ِ َّ ُون
ت ۖ لَ ْو َكانُوا يَ ْعلَ ُمو َن ِ ت لَبَيْتُ ْٱلعَن َكبُو ِ َو ِإ َّن أ َ ْوهَنَ ْٱلبُيُو
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung
selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya
rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.
(QS : Al Ankabut : 41)
diniatkan untuk membatalkan semua koneksi, perjanjian dan
kekuatan mistik dan para jin yang memblok
kehidupan pasien sebagai jaring laba-laba
ۖ ض َكانَتَا َرتْقًا فَفَت َ ْق َٰنَ ُه َما َ ت َو ْٱْل َ ْر َّ أ َ َولَ ْم يَ َر ٱلَّذِينَ َكفَ ُر ٓوا أ َ َّن ٱل
ِ س َٰ َم َٰ َو
َىءٍ َح ٍى ۖ أَفَ ََل يُؤْ ِمنُون ْ شَ َو َجعَ ْلنَا ِمنَ ْٱل َما ٓ ِء كُ َّل
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
(QS : Al Anbiya : 30)
diniatkan untuk memutus koneksi antara jin dengan
badan pasien dan/atau antara jin dengan media sihir
Selain ayat-ayat di atas, kita juga bisa menggunakan surah atau ayat-ayat lain dalam Al
Quran yang sudah masyhur seperti surah Al Falaq, surah Al Baqarah ayat 102, surah Al A’raf ayat
117-122, surah Yunus ayat 81-82, surah Thaha ayat 69 dan yang lainnya. Wallahu a’lam.
Ketika anda membacakan ayat penghancur sihir dan ternyata memang benar ada sihir di
badan pasien, maka reaksi yang diharapkan adalah rasa panas di seluruh tubuh. Terkadang pasien
mengatakan rasa panas di wajah, atau di pundak, atau di pinggang, atau perut, atau di dadanya
atau bisa di bagian tubuh mana saja. Setelah itu pasien mungkin akan menunjukkan reaksi
pengeluaran (muntah, sendawa, batuk, kentut, kencing, buang air besar) tanpa kesurupan atau bila
sihir disertai dengan adanya jin di badan, maka pasien mungkin berpotensi akan kesurupan.
Pasien Kesurupan
Yang dimaksud kesurupan (jinn possession) di sini adalah jin mengambil alih (menguasai)
kesadaran dan mengendalikan pasien. Dalam pengalaman saya meruqyah, ada dua keadaan
kesurupan jin yang biasa saya temukan yaitu pasien kesurupan ketika diruqyah dan pasien
kesurupan sebelum diruqyah.
A. Kesurupan Ketika Diruqyah
Ini adalah situasi paling umum yang saya alami selama menjadi praktisi ruqyah. Pasien atau
keluarga pasien meminta bantuan ruqyah kepada saya karena suatu gangguan. Saat saya
datang menemui pasien di rumahnya, pasien dalam keadaan normal dan sadar. Namun
setelah dibacakan ruqyah beberapa kali, pasien kesurupan.
Situasi yang membuat jin seolah-olah atau relatif “unggul” (superior) dari manusia saat terjadi
interaksi antara kita dengan mereka adalah karena mereka mahluk ghaib, mereka tidak
terlihat dan tersembunyi. Semakin mereka tersembunyi di alam ghaib, maka semakin kita
tidak dapat menjangkau mereka. Apabila jin masuk ke dimensi manusia dan menampakkan
diri dalam wujud yang menyeramkan atau bila mereka merasuki seseorang, itu adalah saat di
mana mereka menjadi rentan (vulnerable). Bila mereka datang karena sihir atau atas
keinginan mereka sendiri lalu tinggal ditubuh seorang manusia, biasanya mereka akan
berusaha menyembunyikan diri untuk mempertahankan eksistensinya di tubuh orang
tersebut. Ketika orang ini diruqyah, bacaan ruqyah itu akan membakar jin dengan izin Allah.
Pasien yang kesurupan saat dibacakan ruqyah berarti di tubuhnya ada jin pada saat itu (saat
ruqyah). Tapi ingat, tidak semua pasien yang ada jin di tubuhnya akan kesurupan saat
diruqyah. Jin yang langsung keluar saat dibacakan ruqyah, membuat pasien akan tetap sadar
dan hanya menunjukkan reaksi pengeluaran seperti muntah atau sendawa atau batuk dan
yang lainnya. Lalu mengapa sebagian pasien yang ada jin di badannya menjadi kesurupan
saat diruqyah? Alasan terbesar mereka melakukan ini adalah agar tetap bertahan di tubuh
pasien. Untuk mencapai tujuan itu, jin akan coba melakukan hal-hal berikut ini kepada
peruqyah saat merasuki pasien :
a. Mengintimidasi peruqyah
Jin akan menjatuhkan mental peruqyah dengan tertawa dan bersikap meremehkan,
atau menggeram dan bersikap agresif, atau berkata bahwa dia kebal bacan Quran,
atau jika mereka mampu menguasai pasien secara penuh (pasien hilang kesadaran
total) mereka akan menyerang peruqyah secara fisik (memukul, menendang,
mencekik, menggigit, dan yang lainnya).
b. Menipu peruqyah
Jin berkata dia adalah ruh kakek pasien yang menjaganya atau dia mengaku jin
peliharaan kakek yang ditugaskan melindungi anak dan cucu (dan yang semisal
dengan itu). Di sinilah pentingnya aqidah yang lurus dari seorang peruqyah. Jin yang
mengaku sebagai penjaga, kadang menunjukkan sikap yang baik atau mengaku
muslim, sehingga peruqyah menyangka jin ini tidak berbahaya bagi pasien.
B. Kesurupan Sebelum Diruqyah
Dalam perjalanan menjadi seorang praktisi ruqyah, ada saatnya nanti anda dipanggil untuk
menangani orang kesurupan. Entah itu anak sekolah di sebuah sekolah atau orang dewasa di
rumah mereka atau siapa saja dan di mana saja. Saat anda datang ke lokasi, pasien sudah
dalam keadaan kesurupan. Jin yang menguasai diri pasien ini bisa datang lewat sihir atau
karena kemauannya sendiri. Berdasarkan pengalaman saya, salah satu penyebab tersering
kesurupan masal di sebuah sekolah dikarenakan sejumlah jin balas dendam karena tempat
tinggal mereka dikotori oleh anak sekolah atau ada perilaku tidak menyenangkan lain dari
anak sekolah tersebut kepada mereka. Ada juga suatu Pesantren yang dikirimi sihir oleh
seorang penyihir karena tidak senang dengan keberadaan dan aktifitas Pesantren tersebut.
Jin-jin yang merasuki mereka, biasanya ingin menyampaikan sebuah pesan untuk dipatuhi
oleh manusia. Dan sebab lainnya yang Allah lebih mengetahuinya.
Tanda pasien kesurupan
Sebagai seorang peruqyah, anda harus bisa mengenali orang yang kesurupan. Ini sangat
penting karena berkaitan dengan penanganan dan rencana tindak lanjut terhadap pasien ke
depannya. Tidak menutup kemungkinan, suatu saat anda akan berhadapan dengan pasien yang
hanya pura-pura kesurupan untuk mengelabuhi anda dan keluarganya. Ada 5 tanda besar
kesurupan :
1. Perubahan Karakter yang tiba-tiba
Ini akan Nampak sangat jelas bila anda meruqyah pasien yang keadaan awalnya belum
kesurupan. Anda sudah sempat berbicara padanya beberapa lama sebelum ruqyah, yang itu
cukup memberikan gambaran tentang karakter pasien secara garis besar. Lalu setelah anda
membacakanya ruqyah beberapa kali, karakter pasien berubah. Pasien seperti menjadi orang
lain, misalnya dia jadi beringas, menjadi sangat agresif, atau menjadi seperti orang gila,
tertawa-tawa genit, atau menjadi sombong, atau dia menjadi seperti hewan, dan yang lainnya
tergantug karakter jin yang merasukinya.
2. Perubahan Suara
Seperti pasien laki-laki berubah suaranya menjadi perempuan, atau pasien perempuan
berubah suaranya menjadi laki-laki. Ada juga yang menjadi suara anak kecil atau suara
hewan atau suara asing lainnya tergantung suara jin yang merasukinya.
3. Perubahan Bahasa
Tiba-tiba pasien menjadi fasih berbahasa asing yang sebelumnya dia tidak bisa, atau gaya
bahasa jadi berubah tidak seperti biasanya.
4. Peningkatan kekuatan fisik
Saat kesurupan, pasien biasanya mengalami peningkatan kekuatan fisik (menarik,
mendorong dan mengakat) yang sangat besar. Dan biasanya tubuh pasien menjadi
bertambah berat bahkan sangat berat.
5. Rentan terhadap bacaan Al Quran maupun Adzan
Ini adalah kunci yang sangat penting untuk selalu diingat bagi para praktisi ruqyah. Orang
yang benar-benar kesurupan atau ada jin di badannya, dia akan rentan terhadap bacaan
Quran maupun adzan. Sebagaimana yang saya jelaskan sebelumnya, Al Quran yang
dibacakan peruquah itu membakar syaitan dan jin fasik dengan izin Allah, sedangkan
manusia tidak. Makanya orang tidak akan terbakar atau merasa sakit saat kita bacakan ayat
kursi padanya. Jadi, bila anda membacakan ruqyah pada pasien yang nampak sedang
kesurupan namun dia tidak bereaksi apa-apa (meringis kesakitan, gelisah, berteriak minta
dihentikan, atau sendawa dan muntah), berpikirlah bahwa di badannya tidak ada jin.
َٱَّلل َوكُنت ُ ْم أ َ ْم َٰ َوتًا فَأَحْ َٰيَ ُك ْم ۖ ث ُ َّم يُ ِميت ُ ُك ْم ث ُ َّم يُ ْح ِيي ُك ْم ث ُ َّم ِإلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُون
ِ َّ ْف ت َ ْكفُ ُرونَ ِب
َ َكي
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati,
lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
(QS: Al Baqarah 28)
ِ ت َو ْٱْل َ ْر
ض ِ س َٰ َم َٰ َو ُ ُٱَّللُ ن
َّ ور ٱل َّ
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
(QS: An Nur: 35)
۩ ال
ِ ص ْ عا َو َك ْر ًها َو ِظ َٰلَل ُ ُهم بِٱلْغُد ُِو َو
َ ٱل َءا ً ط ْو ِ ت َو ْٱْل َ ْر
َ ض ِ س َٰ َم َٰ َو ِ َّ ِ َو
َّ َّلل يَ ْس ُج ُد َمن فِى ٱل
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula)
bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.
(QS: Ar Ra’d: 15)
َّ ٱلر ْح َٰ َم ُن
ٱلر ِحي ُم َّ ب َوٱل
َّ ش َٰ َه َد ِة ۖ هُ َو َ َٰ ۖ ال إِ َٰلَهَ إِ َّال هُ َو
ِ ع ِل ُم ٱلْغَ ْي ٓ َ ٱَّللُ ٱلَّذِى
َّ هُ َو
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan
yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(QS: Al Hasyr: 22)
ۚ َّار ٱلْ ُمت َ َكبِ ُر ُ س َٰلَ ُم ٱلْ ُمؤْ ِم ُن ْٱل ُم َهي ِْم ُن ٱلْعَ ِز
ُ يز ْٱل َجب َّ وس ٱل ُ ال إِ َٰلَهَ إِ َّال هُ َو ٱلْ َم ِلكُ ْٱلقُد
ٓ َ ٱَّللُ ٱلَّذِى
َّ هُ َو
َع َّما يُ ْش ِر ُكون ِ َّ َس ْب َٰ َحن
َ ٱَّلل ُ
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang
Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang
Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(QS: Al Hasyr: 23)
َال ش َِريكَ لَهُۥ ۖ َوبِ َٰذَلِكَ أ ُ ِم ْرتُ َوأَن َ۠ا أ َ َّو ُل ْٱل ُم ْس ِل ِمي َن
Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah)".
(QS: Al An’am: 163)
ۖ ور ِ ٱَّللُ َو ِلى ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا يُ ْخ ِر ُج ُهم ِمنَ ٱلظل ُ َٰ َم
ِ ت إِلَى ٱلن َّ
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka
dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).
(QS: Al Baqarah: 257)
Apabila dia terikat di badan pasien atau di media sihir, maka bacakan ayat ini dengan
diniatkan agar itu terputus (ulangi “fafataqnaa humaa” beberapa kali):
ۖ ض َكانَتَا َرتْقًا فَفَت َ ْق َٰنَ ُه َما َ ت َو ْٱْل َ ْر َّ أ َ َولَ ْم يَ َر ٱلَّذِينَ َكفَ ُر ٓوا أ َ َّن ٱل
ِ س َٰ َم َٰ َو
َىءٍ َح ٍى ۖ أَفَ ََل يُؤْ ِمنُون ْ شَ َو َجعَ ْلنَا ِمنَ ْٱل َما ٓ ِء كُ َّل
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
(QS: Al Anbya’: 30)
Apabila dia ragu masuk islam maka jelaskan kepadanya tentang balasan bila masuk islam,
bacakan ayat-ayat ini :
ۙ جْرى ِمن تَحْ تِ َها ْٱْل َ ْن َٰ َه ُر ۖ كُلَّ َما ُر ِزقُوا ِمنْ َها ِمن ث َ َم َرةٍ ِر ْزقًا ِ َت ت ٍ َّت أ َ َّن لَ ُه ْم َج َٰن َّ َٰ ع ِملُوا ٱل
ِ ص ِل َٰ َح َ َوبَ ِش ِر ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا َو
َط َّه َرة ٌ ۖ َوهُ ْم فِي َها َٰ َخ ِلدُون َ َٰ َ قَالُوا َٰ َهذَا ٱلَّذِى ُر ِز ْقنَا ِمن قَ ْب ُل ۖ َوأُتُوا بِ ِهۦ ُمت
ٌ شبِ ًها ۖ َولَ ُه ْم فِي َها ٓ أ َ ْز َٰ َو
َ جم
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi
mereka disediakan 40urge-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi
rezeki buah-buahan dalam 40urge-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada
isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.
(QS: Al Baqarah: 25)
Apabila dia tidak mau masuk islam karena takut terbakar, katakanlah rasa panas
dan terbakar saat mendengar Al Quran atau adzan itu karena dia kafir. Apabila
sudah masuk islam, maka tidak akan terbakar lagi.
Apabila dia tampak bingung atau ragu setelah mendengar dalil yang anda
sampaikan, katakana padanya “saya akan berdoa dan meminta kepada Allah agar
Dia memberi mu hidayah”, bacakan ayat-ayat ini :
Apabila dia jin yang punya kedudukan dan takut terhina bila masuk islam, katakanlah bahwa
masuk islam malah akan membuatnya mulia.
ٓ
ت أُو َٰلَئِكَ هُ ْم َخي ُْر ْٱلبَ ِريَّ ِة َّ َٰ ع ِملُوا ٱل
ِ ص ِل َٰ َح َ ِإ َّن ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا َو
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh,
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
(QS; Al Bayyinah: 7)
Apabila dia raja atau seorang panglima kerajaan, maka katakanlah semoga setelah masuk
islam Allah menguatkan kerajaannya atau kedudukannya dalam islam.
ب
ِ طا ْ َش َد ْدنَا ُم ْل َكه ُۥ َو َءاتَيْ َٰنَهُ ْٱل ِح ْك َمةَ َوف
َ ص َل ْٱل ِخ َ َو
Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah
dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.
(QS: Shad: 20)
سبَبًا
َ ٍىء َ ض َو َءات َ ْي َٰنَهُ ِمن ُك ِل
ْ ش ِ إِنَّا َم َّكنَّا لَهُۥ فِى ْٱْل َ ْر
Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah
memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu
(QS: Al Kahfi: 84)
Apabila karakternya seperti hewan dan tidak bisa bicara maka mintalah kepada Allah agar
membuatnya bisa berbicara untuk mengucapkan syahadat nanti, bacakan padanya :
Apabila dia tidak mau masuk islam, katakan padanya balasan bagi kekafiran adalah neraka
Jahannam.
Apabila dia mengikuti Iblis maka katakanlah bahwa Iblis menipu mereka dan sebenarnya dia
adalah musuh.
ال َ َٰ ْسل
ٓ َّ ط ٍن ِإ ُ علَ ْي ُكم ِمن
َ ى َ عدت ُك ْم فَأ َ ْخلَ ْفت ُ ُك ْم ۖ َو َما َكانَ ِل
َ ق َو َو ِ ع َد ُك ْم َو ْع َد ْٱل َح َ َّ ى ْٱْل َ ْم ُر ِإ َّن
َ ٱَّلل َو َ َٰ ش ْي
ِ ُط ُن لَ َّما ق
َ ض َّ َوقَا َل ٱل
ٓ ى ۖ ِإنِى َكفَ ْرتُ ِب َما َّ ص ِر ِخْ ص ِر ِخ ُك ْم َو َما ٓ أَنتُم بِ ُم ْ س ُكم ۖ َّما ٓ أَن َ۠ا ِب ُم َ ُع ْوت ُ ُك ْم فَٱ ْست َ َج ْبت ُ ْم ِلى ۖ فَ ََل تَلُو ُمونِى َولُو ُم ٓوا أَنفَ أَن َد
اب أ َ ِلي ٌم
ٌ َعذ َ ٱلظ ِل ِمينَ لَ ُه ْمَّ َٰ ون ِمن قَ ْب ُل ۗ إِ َّن ِ أ َ ْش َر ْكت ُ ُم
Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah
menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku
menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku
menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku
akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun
sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu
mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang
zalim itu mendapat siksaan yang pedih.
(QS: Ibrahim: 22)
ٓ
ع ْن أ َ ْم ِر َربِ ِهۦٓ ۗ أَفَتَت َّ ِخذُونَه ُۥ َوذُ ِريَّتَهُۥٓ أ َ ْو ِليَا ٓ َءَ َسق َ َيس َكانَ ِمنَ ْٱل ِج ِن فَف َ َ ََوإِ ْذ قُ ْلنَا ِللْ َم َٰلَئِ َك ِة ٱ ْس ُجدُوا ِل َءا َد َم ف
س َجد ُٓوا إِ َّالٓ إِ ْب ِل
َّ َٰ س ِل
لظ ِل ِمينَ بَ َد ًال َ ْعد ٌّۢ ٌُّو ۚ ِبئ
َ ِمن دُو ِنى َوهُ ْم لَ ُك ْم
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka
sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.
Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku,
sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi
orang-orang yang zalim.
(QS: Al Kahfi: 50)
Apabila dia loyal dengan tukang sihir, suruh dia beriman kepada Allah dan meninggalkan
tukang sihir :
Apabila jin sudah yakin untuk masuk islam, pimpinlah dia mengucapkan syahadat. Apabila jin
telah masuk islam, biasanya saya akan mendapati 3 hal : karakter jin berubah menjadi lebih tenang
dan sopan, bacaan Quran tidak membakarnya lagi dan biasanya dia berkata badannya berubah
menjadi terang atau bercahaya atau menjadi bersih. Wallahu a’lam. Setelah jin mengucapkan
syahadat, secara dzahir dia telah menjadi muslim namun dia belum punya iman. Suruh dia
bergabung dengan jin muslim untuk ikut mereka beribadah dan belajar tentang islam. Untuk itu saya
biasanya meminta jin pergi ke masjid. Nasihati dia agar jangan pernah mau bekerjasama lagi
dengan para tukang sihir atau kembali mengikuti Iblis. Jin akan keluar dengan sendirinya, namun
bila tampak sulit saya biasanya meminta kepada Allah agar memudahkannya keluar dengan
membacakan ayat ini :
ىءٍ َو ِإلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُو َن َ س ْب َٰ َحنَ ٱلَّذِى بِيَ ِد ِهۦ َملَكُوتُ كُ ِل
ْ ش ُ َف
Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu
dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(QS: Yasin: 83)
Kadang sihir yang dibuat kepada pasien melibatkan beberapa jin. Setelah jin pertama masuk
islam dan keluar, biasanya saya meminta kepada Allah agar jin yang masih ada dan bersembunyi
ditubuh pasien hadir untuk diajak masuk islam. Saya membacakan :
س ِمي ُع ْٱلعَ ِلي ُم ِ س َكنَ فِى ٱلَّي ِْل َوٱلنَّ َه
َّ ار ۚ َوهُ َو ٱل َ َولَهُۥ َما
Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang.
Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS: Al An’am: 13)
Apabila saya curiga ada jin yang keluar melarikan diri untuk kembali menyerang pasien
setelah ruqyah selesai, saya akan minta kepada Allah agar dia dikembalikan untuk
membereskannya dengan membaca ayat ini :
Ketika jin telah hadir atas izin Allah, maka ulangi dakwah kepada islam sebagaimana yang
dijelaskan di awal.
Apabila jin beragama Nasrani maka katakanlah bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang
benar di sisi Allah.
ِ َِّإ َّن ْٱل ُم َٰنَ ِف ِقينَ فِى ٱلد َّْر ِك ْٱْل َ ْسفَ ِل ِمنَ ٱلن
ار
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka.
(QS: An Nisa: 145)
Apabila dia ingin membunuh pasien, katakanlah balasannya adalah Neraka Jahannam :
ۚ ًَو ِم ْن َءا َٰيَتِ ِهۦٓ أ َ ْن َخلَقَ لَ ُكم ِم ْن أَنفُ ِس ُك ْم أ َ ْز َٰ َو ًجا ِلت َ ْس ُكنُ ٓوا إِلَ ْي َها َو َجعَ َل بَيْنَ ُكم َّم َو َّدة ً َو َر ْح َمة
ت ِلقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُرو َنٍ َِإ َّن فِى َٰذَلِكَ َل َءا َٰي
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
(QS: Ar Rum: 21)
Sebagai kehati-hatian, mintalah dia mengucapkan syahadat sekali lagi dan nasihati dia agar
menjalankan islam dengan benar dan berhenti menjadi pelayan tukang sihir maupun berbuat fasik.
Membinasakan Jin
Apabila jin bersikeras tidak mau masuk Islam dan tidak mau keluar dari tubuh pasien, maka
saya akan memeranginya. Ingatlah bahwa pada akhirnya ruqyah itu bertujuan mengeluarkan jin
maupun sihir dari tubuh pasien dengan izin Allah dan keselamatan serta kebaikan pasien itu lebih
utama daripada mengislamkan jin yang sangat keras perlawanannya. Apabila dia dikirim tukang sihir
dengan tumbal yang besar atau apabila jin penyihir (tukang sihir di kalangan jin) nya datang dan
masuk ke tubuh pasien, mintalah kepada Allah untuk melemahkannya.
Bacakan ayat ini untuk membatalkan semua tumbal maupun darah yang diberikan dan
menjadi sumber kekuatannya.
َ َٰ س ْل
ْطنِيَه َ ََهلَك
ُ عنِى
Telah hilang kekuasaanku daripadaku".
(QS: Al Haqqah: 29)
Apabila jin penyihir datang dan melawan anda dengan membaca mantra sihir atau dia
memanggil bala tentaranya, bacakan ayat-ayat ini :
ت َربِى لَنَ ِف َد ٱلْبَح ُْر قَ ْب َل أَن تَنفَ َد َك ِل َٰ َمتُ َربِى َولَ ْو ِجئْنَا بِ ِمثْ ِل ِهۦ َم َددًا ُ َقُل لَّ ْو َكانَ ٱلْب
ِ حْر ِم َدادًا ِل َك ِل َٰ َم
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)".
(QS: Al Kahfi: 109)
Apabila dia mengacam akan membunuh anda atau akan mencelakakan istri dan anak-anak
anda, katakana bahwa anda hanya bertawakkal kepda Allah lalu bacakan ayat ini :
Apabila anda pikir dia harus musnah karena bahaya yang telah dilakukannya kepada pasien selama
ini, maka mintalah kepada Allah. Namun sebelum dieksekusi, katakana padanya untuk yang terakhir
kali “Apakah kamu mau terima Islam atau tidak?” Tidak ada paksaan kepada Islam, dan apabila dia
tetap tidak mau, maka katakan “saya melakukan ini bukan karena kamu tidak mau masuk Islam, tapi
karena kamu telah membahayakan pasien”. Mintalah kepada Allah agar memusnahkannya sambil
membaca ayat-ayat ini :
ُ َحْن قَد َّْرنَا بَ ْينَ ُك ُم ْٱل َم ْوتَ َو َما نَح
َْن ِب َم ْسبُوقِين ُ ن
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan
Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,
(QS: Al Waqiah: 60)
Apabila jin itu musnah, pasien akan muntah atau sendawa atau bisa juga reaksi pengeluaran lain.
Kemudian ia akan sadar dan merasa lega. Wallahu a’lam.