Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TUTORIAL MODUL 3

“ SKIZOAFEKTIF”
KELOMPOK 1

DISUSUN OLEH:

RYAN ARNOLD ETHELBERTH (1908010033)


ZEFANIA (1908010038)
KATHARINA FEBRIYANTI NAGUR (1908010041)
ANGEL EDDELWEIST Y.F.B. KOTE (1908010042)
I MADE DWI HARIADY SUASTIKA (1908010050)
FALDY ADITHIAS NGULU (1908010056)
IRMANUWELA SIA (1908010058)
VINNA ANJANI HUWAE (2008010084)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah pleno ketiga dengan baik dan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Makalah ini merupakan tugas kelompok dan laporan
hasil tutorial modul 3 dari blok neuropsikiatri.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah


membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Kupang, 17 November 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ........................... i


DAFTAR ISI........................................................................................... ........................... ii
BAB I ...................................................................................................... ........................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................. ........................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... ........................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... ........ ................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ ........................... 2
BAB II..................................................................................................... ........................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................... ........................... 3
2.1 Faktor Pemicu Sulit Tidur dan Sering Terbangun Dini Hari ......... ........................... 3
2.2 Patofisiologi Sakit Kepala.............................................................. ........................... 4
2.3 Penyebab Konsentrasi Berkurang .................................................. ........................... 7
2.4 Hubungan Gejala Sesuai Skenario ................................................. ........................... 7
2.5 Etiologi Skizoafektif ...................................................................... ........................... 8
2.6 Patofisiologi Skizoafektif............................................................... ........................... 8
2.7 Tipe – tipe skizoafektif .................................................................. ........................... 11
2.8 Anamnesis,Pemriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang ........... ........................... 11
2.9 Differential Diagnosis dari Skenario ............................................. ........................... 17
2.10 Gejala Klinis Pasien Berdasarkan DD ......................................... ........................... 18
2.11 Tatalaksana yang Dilakukan pada Pasien .................................... ........................... 20
2.12 Prognosis Berdasarkan DD .......................................................... ........................... 21
BAB III ................................................................................................... ........................... 22
PENUTUP............................................................................................... ........................... 22
3.1 Kesimpulan .................................................................................... ........................... 22
3.2 Saran .............................................................................................. ........................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. ........................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Blok Neuropsikiatri merupakan blok ketiga pada semester 3, dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pendidikan Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Pada
blok ini dilaksanakan Tutorial Modul 3 “Skizoafektif“ dengan skenario
sebagai berikut: Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke seorang dokter
keluhan sulit memulai tidur sering terbangun dini hari, ia mengeluh sakit
kepala dan mudah lelah, terus menerus merasa sedih, energi juga berkurang,
kurang minat terhadap hobi yang biasanya, kemampuan berkonsentrasi
berkurang, kadang-kadang muncul ise-ise bunuh diri. Dia mengatakan bahwa
dia mendengar suara-suara gurunya yang mengatakan "dia tidak akan berhasil"
dan kadang-kadang mengomentari tentang tingkah lakunya yang selalu negatif.
Dia mengatakan bahwa dia telah mendengar suara ini selama beberapa tahun,
dia menyangkal menggunakan obat-obatan atau alkohol dan dia tidak
mempunyai masalah medis.

Dari skenario ini kami juga mendapat beberapa kata dan kalimat kunci
antara lain, laki-laki 28 tahun, sulit memulai tidur dan sering terbangun dini
hari, sakit kepala, mudah lelah, terus menerus merasa sedih, minat terhadap
hobi berkurang, konsentrasi berkurang, kadang muncul niat bunuh diri, energi
berkurang, mendengar suara-suara selama beberapa tahun, menyangkal
menggunakan obat-obatan dan alkohol, tidak ada riwayat medis.

Melalui proses tutorial yang kami lakukan dengan tutor, kami


mendapat berbagai pengetahuan dari sudut pandang yang berbeda dengan
teman-teman namun ini sangat membantu kami dalam menambah wawasan
pengetahuan, dan proses tutorial yang kami lakukan ialah dengan mengikuti
tujuh langkah yang ada di modul blok neuropsikiatri dan dengan langkah
tersebut kami bisa merumuskan berbagai masalah yang ada pada skenario
tersebut

1
Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor pemicu sulit tidur dan sering terbangun dini hari?

2. Bagaimana patofisiologi sakit kepala?

3. Apa penyebab konsentrasi seseorang berkurang?

4. Bagaimana hubungan gejala sesuai skenario?

5. Bagaimana etiologi skizoafektif?

6. Bagaimana patofisiologi skizoafektif?

7. Apa saja tipe-tipe skizoafektif?

8. Bagaimana anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada


pasien?
9. Apa saja DD berdasarkan skenario?

10. Bagaimana gejala klinis pasien berdasarkan DD?

11. Bagaimana tatalaksana yang dilakukan pada pasien?

12. Bagaimana prognosis berdasarkan DD?

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah kami diharapkan untuk mampu


menganalisa etiologi, patogenesis, gejala klinik, serta memikirkan diagnosis
banding dan menegakkan diagnosis pasti dari gejala pada scenario. Setelahnya
kami juga diharapkan mampu menentukan dan memilih pemeriksaan penunjang
yang tepat dan merencanakan tata laksana secara farmakoterapi dan
nonfarmakoterapi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor pemicu sulit tidur dan sering terbangun dini hari

Faktor pemicu sulit tidur dan sering terbangun dini hariInsomnia dikelompokkan dalam
tiga tipe. Tipe pertama adalah penderita yang tidak dapat atau sulit tidur selama 1
sampai 3 jam pertama. Namun, karena kelelahan akhirnya tertidur juga. Tipe ini
biasanya dialami penderita usia muda yang sedang mengalami kecemasan. Tipe kedua,
dapat tidur dengan mudah dan nyenyak, namun setelah 2 sampai 3 jam tidur terbangun.
Kejadian ini bisaberlangsung berulang kali. Tipe ketiga, penderita dapat tidur dengan
mudah dan nyenyak, namun pada pagi buta dia terbangun dan tidak dapat tidur lagi. Ini
biasa dialami orang yang sedang mengalami depresi.
1. Usia

Pada orang-orang usia lanjut dilaporkan lebih sering mengalami kesulitan


memulai dan mempertahankan tidur. Keadaan ini terjadi karena adanya perubahan
yang berhubungandengan penuaan pada mekanisme otak yang meregulasi waktu
dan durasi tidur tersebut(Nicholi, 1999).

2. Jenis kelamin

Resiko insomnia ditemukan lebih tinggi terjadi pada wanita daripada laki-laki
(Sateia& Nowell, 2004). Hal ini dikatakan berhubungan secara tidak langsung
dengan faktorhormonal, yaitu saat seseorang mengalami kondisi psikologis dan
merasa cemas, gelisah ataupun saat emosi tidak dapat dikontrol akan dapat
menyebabkan hormon estrogen menurun, hal ini bisa menjadi salah satu faktor
meningkatnya gangguan tidur (Purwanto,2008).
Etiologi Insomnia
1. Faktor Eksternal
a. Faktor social
Persentase insomnia lebih tinggi pada seseorang yang mengalami perpisahan
(broken home, ptus dengan pacar), cemooh teman, oengangguran serta mereka
yang penghasilannya dibawah rata-rata serta beban akademis mahasiswa.
b. Faktor Lingkungan

3
Suasana tidur yang kurang nyaman serta lingkungan kerja yang penuh denga
tekanan dapat menyebabkan insomnia. Lingkungan dengan pencahayaan yang
tidak sesuai, berisik dan suhu ruangan yang terlalu dingin atau panas akan
menyebabkan seseorang menjadi tidak nyaman.
c. Faktor Toksin
Beberapa zat seperti alkohol, nikotin, obat anti depresan, amfetamin, kafein
mampu mempengaruhi sistem saraf pusat yang akan menurunkan aktifitas
adenosin sehingga terjadi peningkatan aktifitas dopamin
2. Faktor Internal
a. Faktor Kondisi Klinis
Faktor kondisi klinis yang mampu menyebabkan insomnia yaitu osteoarthritis,
gagal ginjal, prostatic hypertrophy, congestif heart failure, asma dan kondisi
lainnya mampu menimnulkan rasa tidak nyaman yang mengganggu aktifitas
tidur.
b. Faktor Kronobiologis
Kurangnya aktivitasa pada waktu siang hari menyebabkan seseorang lebih
banyak tidur yang mampu menyebabkan terganggunya siklus sirkadian
c. Faktor psikis
Beberapa gangguan psikis seperti gangguan mood, kecemasan dan gangguan
psikotik (Skizofrenia) juga mampu menyebabkan insomnia yaitu depresi.

2.2 Patofisiologi Nyeri Kepala

Menurut Sidharta (2012), “sakit kepala” timbul sebagai hasil perangsangan


terhadap bangunan-bangunan di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap
nyeri.Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka-nyeri ialah otot-otot oksipital,
temporaldan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostinum. Tulang
tengkoraksendiri tidak peka-nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka-
nyeri terdiri darimeninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi
sinus venosus sertaarteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan
otak sendiri tidakpeka-nyeri.

Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:


4
• Infeksi selaput otak: meningitis, ensefalitis.

• Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subduralatau


setelah dilakukan pneumo atau zat kontras-ensefalografi.

• Pereganganselaputotakakibatprosesdesakruangintrakranial,penyumbatan jalan
lintasan likwor, trombosis sinus venosus, edemaserebri atau tekanan
intrakranial yang menurun secara tiba-tiba dan cepat.

• Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti padainfeksi


umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi
alergik),gangguanmetabolik(sepertihipoksemia,hipoglikemiadan hiperkapnia),
pemakaian obat vasodilatasi, keadaan pasca kontusioserebri, insufisiensi
serebrovaskuler akut, tekanan darah sistemik yangmelonjak secara tiba-tiba
(seperti pada nefritis akut,
feokhromositomadanintoksikasikarenakombinasi“monoamineoxydaseinhibito
r”dengan tyramine).

• Gangguan pembuluh darah darah ekstrakranial, misalnya


vasodilatasi(migraine dan “cluster headache”) dan radang (arteritis
temporalis).

• Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan


kepala,seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.

• Penjalaran nyeri (referred pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis),sinus


(sinusitis), baseos kranii (karsinoma nasofarings), gigi-geligi.

Gambar 1. Patofisiologi Nyeri Kepala

5
1) Rangsangan yang menganggu diterima oleh nosiseptor (reseptor nyeri)
polimodal dan mekanoreseptor di meninges dan neuron ganglion trigeminal

2) Pada innervasi sensoris pembuluh darah intrakranial (sebagian besar berasal


dari ganglion trigeminal) di dalamnya mengandung neuropeptida seperti
CGRP / Calcitonin Gene Related Peptide, Substance P, Nitric oxide,
bradikinin, serotonin yang semakin mengaktivasi / mensensitisasi nosiseptor

3) Rangsangan di bawa menuju cornu dorsalis cervical atas

4) Transmisi dan modulasi nyeri terletak pada batang otak ( periaquaductal grey
matter, nucleus raphe magnus, formasio retikularis)

5) Hipotalamus dan sistem limbik memberikan respon perilaku dan emosional


terhadap nyeri

6) Pada talamus hanya terjadi persepsi nyeri

7) Dan terakhir pada korteks somatosensorik dapat mengetahui lokasi dan derajat
intensitas nyeri reticular formation yang berada di batang otak akan mengatur
integrasi nyeri, emosi dan respon otonomik

Sensitisasi nyeri kepala terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron trigeminal


6
sentral. Sebagian besar pembuluh darah intrakranial mendapatkaninervasi sensoris
dari ganglion trigeminal, dan menghasilkan neuropeptida yangakan mengaktivasi
nosiseptor – nosiseptor. Neuropeptida yang dihasilkan sepertiCGRP (Calcitonin
Gene Related Peptide) yang paling besar dan diikuti oleh SP(substance P), NKA
(Neurokinin A), PACAP (Pituitary Adenylate CyclaseActivating Peptide,
nitricoxide (NO), molekul prostaglandin E2 (PGEJ2),bradikinin, serotonin (5-HT)
dan adenosin triphosphat (ATP).

Batang otak merupakan organ yang memiliki peranan penting dalamtransmisi dan
modulasi nyeri baik secara ascending maupun descending.Periaquaductal grey
matter, locus coeruleus, nucleus raphe magnus dan reticularformation yang berada
di batang otak akan mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik.
Sehingga dapat dikatakan batang otak merupakan generatordan modulator
sefalgia.
2.3 Penyebab Konsentrasi Berkurang
Faktor internal meliputi kelelahan fisik dan mental, cemas,depresi,trauma emosional,
dan hal lain yang sedang mengganggu fikiran. Sedangkan faktor eksternal meliputi
suasana lingkungan sekitar seperti suara musik yang keras, suara bising, orang yang
berlalu-lalang, kondisi ruang belajar yang sempit, ramai, panas dan efek samping dari
obat.
2.4 Hubungan gejala sesuai scenario
Diagnosis gangguann skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik baik
skizofrenia maupun gangguan mood dimana hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat
yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang
sama.Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif
berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya. Suatu
gangguanpsikotik dengan gejala gejala skizofrenia dan manik yang sama-sama
menonjoldalam satu episode penyakit yang sama. Gejala-gejala afektif diantaranya
yaitu elasi dan ide-ide kebesaran, tetapi kadang-kadang kegelisahan atau iritabilitas
disertai oleh perilaku agresif serta ide-ide kejaran. Terdapat peningkatan enersi,
aktivitas yang berlebihan, konsentrasi yang sosial. Waham kebesaran, waham kejaran

7
mungkin ada.
2.5 Etiologi skizoafektif
Etiologi pasti gangguan skizoafektif masih belum diketahui pasti. Namun
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara faktor genetik dan
lingkungan yang mempengaruhi skizofrenia, gangguan afektif (depresi dan
mania), dan gangguan skizoafektif. Gangguan skizoafektif tipe manik disebabkan
karena adanya kerentanan untuk mengalami skizofrenia, mania, dan depresi
secara bersamaan pada satu individu. Sementara gangguan skizoafektif tipe
depresif disebabkan karena adanya peningkatan kerentanan untuk mengalami
skizofrenia dan depresi secara bersamaan pada satu individu.
Faktor Biologis

Faktor genetik diperkirakan memberi kontribusi pada gangguan skizoafektif yang


ditunjukkan adanya peningkatan risiko menderita gangguan skizoafektif pada
keluarga pasien skizofrenia, gangguan bipolar, atau gangguan skizoafektif.[5,6]
Sebuah review oleh Cardno dan Owen menyatakan bahwa terdapat bukti yang
kuat bahwa pengaruh genetik antara skizofrenia dan gangguan bipolar saling
overlap secara parsial.[2] Hal ini menunjukkan adanya jalur genetik yang menjadi
faktor kerentanan bagi gangguan skizofrenia, gangguan bipolar, dan gabungan
keduanya (yaitu gangguan skizoafektif).

Faktor sosiodemografik

Sebagaimana gangguan mental lainnya, faktor seperti sosial ekonomi dan budaya
merupakan faktor risiko gangguan skizoafektif. Singh dan Subramaney (2016)
dalam penelitiannya menemukan bahwa sebagian besar pasien dengan gangguan
skizoafektif adalah perempuan, single, tidak mempunyai pekerjaan, mempunyai
riwayat keluarga dengan gangguan mental.

2.6 Patofisiologi skizoafektif

Mekanisme terjadinya skizoafektif belum diketahui apakah merupakan suatu


patologi yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan
gabungan dari keduanya yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk pada

8
kemungkinan kedua, maka telah diketahui neurobiology baik fungsional ataupun
structural yang terlibat dalam gangguan ini.

Secara sederhana disimpulkan bahwa gejala psikotik muncul dari gangguan pada
sistem dopamin, serotonin, glutamate, metabolisme otak, dll. Kelebihan dopamin
atau peningkatan sensitivitas reseptor dopamine D2 menjadi penyebab gejala
psikotik positif. Serotonin dikaitkan dengan gejala positif dan negatif. Terlihat
penurunan aktivitas glutamat di beberapa regio otak pada pasien skizofrenia,
kelainan pada sistem glutamat dikaitkan dengan gejala hiperaktivitas,
hipoaktivitas, dan neurotoksisitas. Gejala negatif terutama dikaitkan dengan
aktivitas norepinefrin yang menurun.

Penelitian oleh Amann et al menemukan bahwa pasien dengan gangguan


skizoafektif mengalami penurunan volume otak pada area yang overlap dengan
skizofrenia. Kerusakan otak yang relatif sama menunjukkan patofisiologi
keduanya melibatkan korteks frontal medial, insula, operculum, lobus temporalis,
hipokampus, korteks pre dan post centralis, dan cerebellum.

Tabel 1. Abnormalitasfungsiotak pada skizofrenia

9
Kelainanstruktural yang diidentifikasi pada skizofrenia sebagian besar berupa
penurunan volume atau bentuk degenerasi yang bervariasi pada berbagai region otak
yang masing-masing akan menimbulkan gejala yang khas.
Tabel 2. Abnormalita sstruktur otak pada skizofrenia

Gambar 1. Area yang terlibat pada gangguan afek dan mood.

10
2.7 Tipe-tipe skizoafektif
1. a. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik.
Suasana perasaan harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan suasana
perasaan yang tak begitu mencolok dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan
yang meningkat. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih
baik lagi dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia).
b. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
Harus ada depresi yang menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala depresif yang khas
atau kelainan perilaku seperti yang terdapat dalam kriteria episode depresif; dalam
episode yang sama, sedikitnya harus ada satu atau lebih dua gejala skizofrenia yang
khas (sebagaimana ditetapkan untuk pedoman diagnostik skizofrenia).
c. Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia ada secara bersamasama dengan gejala-
gejala gangguan afektif bipolar tipe campuran.

2.8 Anamnesis dan pemeriksaaan fisik mental


A. ΑΝΑΜNESIS
1. IDENTITAS
Meliputi nama, usia, staus perkawinan, jenis kelamin, pekerjaan, bahasa
Meliputi identitas pasien dan identitas pemberi informasi, untuk
memperkirakan reliabilitas informasi
2. Keluhan utama
Menggambarkan mengapa dia datang,menggunakan bahasa pasien
3. RPS
Карan
Pemicunya apa
Bagaimana pemicu dapat mempengaruhi
Adakah gejala negatif ( disfungsi /hendaya)
Adakah gejala positif /gangguan psikofisiologis (waham, halusinasi danlain-lain)
4. RPD
Gejala penyakit jiwasebelumnya, bagaimana gejalanya, apakah samadengan sekarang, berapa

11
lama sakit, dirawat,kembali normal? Dengan obatatau tanpa obat. Perhatian khusus pada
episode pertama kelainan, karenasangat bermakna klinis
Riwayat bedah mayor, trauma mayor, trauma craniocerebral, gangguanneurologis karena
tumor, epilepsy, di diagnose positif HIV/AIDS
Untuk kelainan psikosomatis : berhubungan dengan penyakit alergi,atopic, rheumatoid
arthritis, gangguan Gastrointestinal
Penyalagh gunaan alcohol/zat psikosomatis
5. RPK
Riwayat gangguan jiwa keluarga, terutama keluarga dekat.Jangan lupamembuat sislilah
keluarga.
Riwayat penyalahgunaan zat pada keluarga
Siapa saja yang tinggal serumah.
Bagaimana hubungan dia dengan keluarganya
Sikap keluarga terhadap penyakit pasien
6. Riwayat pribadi
• Riwayat perinatal: apakah anak yang diinginkan, ada masalahselama kehamilan dan
persalinan, bagaimana keadaan emosisonalibu pada masa perinatal, apakah ada penyalah
gunaaan alcoholpadaibu
• Masa kanak-kanakn awal (0-3 tahun)
Interaksi dengan ibu, kualitas pemberian makan, bagaimana toilettraining, gangguan tidur,
adakah kebutuhan yang tidakterpenuhi,siapa yang mengasuh anak, adakah penyiksaan saat
anak-anak/ kekerasan dalam rumah tangga.
Kepribadian : apakah anak pemalu, gelisah, overaktif, menarikdiri, terbuka
Bagaimana kemampuan anak dalammemusatkan diri,mentoleransi frustasi, menunda
kesenangan
Kebiasaan makan, perkembangan awal, latihan buang air, gejalamasalah perilaku, kepribadian
sebagai anak, mimpi/fantasiberulang
•Masaanak-anak menengah (3-11 tahun)
Identifikasi gender, hukuman dirumah, adakah cemass berpisah,kedekatan dengan teman, pola
perilaku, perkembangan intelektual,motorik, , gangguan belajar, fobia,mengompol, adakah
kekerasandalam rumah tangga dan kekerasan terhadap anak.
•Masa Dewasa
12
Riwayat Pekerjaan : riwayat pekerjaan , sikap terhadap pekerjaanada tidaknya konflik dalam
pekerjaan, perubahan status pekerjaan
• Riwayat kepribadian pramorbid
Sikap dan karakter sebelum sakit.Apa yang disenangi, bagaimana mereka menghadapi
masalah, kkepercayaan yang dianut, apakah merassa nyaman
• Riwayat Pernikahan dan Hubungan
Menikah? Dengan pilihan sendiri? Umur berapa saat menkah?ada masalah dengan pasangan,
kualitas hubungan sex
Belum menikah? Berhungungan dengan seseorang? Kendala?
• Riwayat militer
Apakah pernah menyaksikan/menjalani pertempuran, melihat orang cidera, pernah mengalami
hukuman disipliner
• Riwayat pendidikan
Latar belakang pendidikan, intelegensi, motivasi,halangan dalam mencapaicita-cita, prestasi,
sikap terhadap pencapaian prestasi
• Agama
Bagaimana latar belakang agamanya, bagaimana pendidikan agama dikeluarga
• Aktivitas social
Persahabatan, berapa lama, dengan sesame jenis/lawan jenis,apakah mengasingkan diri,
• Riwayat Hukum
Pernah berurusan dengan yang berwajib, pernah dipenjara
• Riwayat Seksual
Adakah riwayat seksual infantile(permainan seksual dini), bagaimana pasien belajar mengenai
sex, bagaimana sikap orang tua terhadap sex. Fantasi sex, adakah gejala sexual
abnormal(sadism, fatisme dll)
• Fantasi dan mimpi
Sering bermimpi berulang, fantasi hidupnya seperti apa?
• Nilai
Sistem nilai yang dianut pasien, nilai moral, bagaimana menganggap benar dan salah
B. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
1. Deskribsi umum
Penampilan fisik,: kesan fisik keseluruhan , penampilan, pakaian, kerapihan, higene pribadi,
13
apakah ada bekas sayatan, tato
Postur : tampak postur tertentu, tanda ansietas, tegang
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Kesopanan, keinginan untuk bekerja sama, ekspresi wajah, merespon halusinasi, apakah ada
agitasi psikomotor,atau retardasi psikomotor, adakah gerakan ekstrapiramidal, adakah gerakan
abnormal seperti tic, chorea, sterotypi, menerisme,atau gaya berjaln abnormal
3. Bicara dan percakapan
Nada dan variasi tinggi rendahnya nada(pada depresi akan menurun), kecepatan dan volume
suara, volume pembicaraan meningkat
Normalnya pembicaraan : spontan, logis, koheren, relevan
Catat adakah sircumstantialisme, perservasi, verbigerasi
Bagaimana arus pembicaraan apakah flight of idea, retardasi atau blocking
Bagaimana kualitas dan kuantitas bicaranya
4. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif/tidak
5. Mood dan afek
Mood : emosi yang menetap. mengandung komponen kedalaman, durasi, fluktuasi. Mood
objektif berupa :Hypotimia, euthymia, hypertymia. Mood subjektif berupa gambaran perasaan
dari pasien sendiri
Afek: responsivittas emosi pasien saat ini, tersirat dalam ekspresi wajah.
Manifestasi eksternal dari perasaan yang dapat diamati. Misal afek tumpul datar dan
menyempit. Kesesuaian afek, sesuai/tidak.
Mood dapat dianalogikan sebagi iklim, afek sebagai cuaca
7. Gangguan persepsi
Gangguan persepsi : ilusi /halusinasi
Ilusi : mempersepsi secara salah benda yang ditangkapa panca indrai
Ilusi dapat berupa ilusi pancaindra
Halusinasi : mempersepsi sesuatu yang tidak ada objeknya, seperrti ditangkapa oleh
pancaindra.
Dapat berupa visual, olfaktori, auditori (akustik/ phoneme)
Paling sering halusinasi audittorik dan visual
8. Isi pikir dan kecenderungan mental
Bentuk pikir : proses pikir cepat/lambat
14
Apakah ada hubungan sebab akibat yang jelas dalam perkataannya,
bagaimana asosianya, adakah neologisme
Isi pikir : waham, depersonalisasi, derealisasi, keperrcayaan abnormal terhadap ide yang
berrlebihan, ide referensi, preokupasi, obsesif, kompulsif,
Jenis waham :
kejar (marasa dikejar sesuatu yang mengganggu dan merusak)
kebesaran : kepercayaan terhadap ide berlebih dan non realistic, misal menjadi sangat kaya,
punya kekuatan super
referensi : tindakn orang atau pemberitaan media dirasakan mengacu pada pemikiran atau
tindakan pasien
insersi/penyerapan/penyiaran ikiran : pikiran dapat dikendalikan pengaruh dari lluar atau
dipancarkan ke orang lain
passivity : perasaan merasa dikendalkan dari luar, dan pasien tidak dapat berbuat apa-apa
• Syarat waham :
non realistic, 100% dipercaya, tidak dapat dipatahkan
9. Sensorium kognisi
Kesadaran : kesadaran berkabut atau tidak? Kesadaran berkabut biasanya mengindikasikan
Kerusakan organic pada otak deskribsikan tingkatkesadaran
Biasanya kesadaran berkabut terjadi gangguan orientasi
10. Orientasi/memori
Orientasi Terhadap tempat, waktu, ruang, personal , suasana
Memori terhadap kejadian jangka panjang, menengah, pendek, segera.
Adakah uasaha pasien untuk menutupi gangguan ingatan sepertikofabulasi, sikumstantialitas
dan lain-lain
11. Konsentrasi dan pikiran
Konsentrasi terganggu karena:gangguan kognitif, ansietas, depresi, stimulus interenal,
halusinasi auditorik
12. Membacadan menulis
13. Kemampuan visuospasial
Menyalin gambar.
14. Pikiran abstrak
Pikiran untuk menangani konsep. Misal tanyakan apa berbedaan apel dengan jeruk
15
15. Informasi dan intelegensi
Mengetahui tingkat intelegensi dengan cara member pertanyaan yang membutuhkan jawaban
yang sulit
16. Impulsivitas ; kemampuan untuk mengendalikan impuls
17. Daya nilai/ tilikan
Daya nilai : bagaimanan pasien menilai aspek social.misal bertanya mencuri itu baikatau buruk
18. Insight/ tilikan : kesadaran/pemahaman pasien terhadapapenyakitnya
Tingkatanya:
1. Penyangkalan total atas penyakitnya
2. Sedikit memahami bahea dia butuh bantuan, kemudian saat yang bersamaan dia menyangkal
3. Sadar kalau dia sakit tapi menyalahkan factor eksternal
4. Kesadaran bahwasakitnya disebabkan Karena factor yang tidak diketahui dalam dirinya
5. Tilikan intelektual: kesadaran bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak benar
dalam dirinya tapi tidak menggunakankesadaran ini untuk pengalaman dimasa depan
6. Tilikan emosionalsejati: kesadaran emosional atas motif danperasaan dalam diri pasien
dan orang disekitarnya yang menyebabkan perubahan perilaku mendasar
19. Reliabilitas
Kesan dokter apakah pasien melaporkan apa yang dialaminya dengan akurat
C. PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Terutama berubungan dengan kemungkinan penyebab organic. Misal kesadaran (derilium),
status neurologis, keadaan kehamilan atau post partum, adakah demensia, adakah trauma
cerebri, kejang
D. PEMERIKSAAN PSIKOLOGI
Tidak setiap pasien memerlukan, tapi bermanfaat dalam memperluaspemahaman pasien.
Bertujuan membantu mendeteksi sindrom organic, membantu mengidentifikasi psikotik
ambang, memberikan data dasar mengenai fungsi khusus dan umum.
Testyang dipakai dapat berupa (MMPI, WAIS, Bender gelstat test, Raschoach test, MMSE dan
lain-lain
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bertujuan menyingkirkan keadaan organic. Dapat berupa EEG, pemeriksaan kadar zat dalam
darah, pencitraan otak dan lain-lain

16
2.9 Differential diagnosis
KATA KUNCI SKIZOAFEKTIF
TIPE TIPE TIPE
DEPRE MANIK CAMPURA
SIF N
Laki-laki +/- +/- +/-

28 tahun + + +

Sulit memulai tidur dan sering terbangun dini +


hari

Sakit kepala + +/-

Mudah lelah + +/-

Terus menerus merasa sedih + +/- +/-

Minat terhadap hobi berkurang + +/-

Konsentrasi berkurang + +/- +/-

Kadang muncul niat bunuh diri + + +/-

Energi berkurang + - +/-

Mendengar suara-suara selama beberapa tahun + + +/-

Menyangkal menggunakan obat-obatan dan + + +


alkohol

17
Tidak ada riwayat medis +

2.10 Gejala klinis


SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF

A.- “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang, atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda
- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal)
- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya

18
B.- “Delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar
- “Delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar
- “Delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar
- “Delusional perception” = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat”

C.Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
dibicarakan), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

D.Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)

19
2.11 Tata Laksana
a) Psikofarmaka
Injeksi
• Olanzapin, dosis 10mg/mL injeksi intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis
maksimum 30mg/hari
• Aripriprazol, dosis 9,75mg/mL injeksi intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis
maksimum 29,25mg/hari.
• Haloperidol, dosis 5mg/mL injeksi intramuskulus, dapat diulang setiap setengah jam, dosis
maksimum 20mg/hari
• Diazepam 10mg/2 mL injeksi intravena/ intramuskulus, dosis maksimum 30mg/hari
Oral
• Litium 2 x 400 m g/hari, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2 mEq/L (biasanya
dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau
divalproat dengan dosis awal 3 x 250 mg/hari dan dinaikkan setiap beberapa hari hingga kadar
plasma mencapai 50-100 mg/L atau karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg/hari dan
dosis dapat dinaikkan 200 mg setiap dua –empat hari hingga mencapai kadar plasma 4-12
µg/mL sesuai dengan karbamazepin 800-1600 mg/hari atau Lamotrigin dengan dosis 200-400
mg/ hari
• Antidepresan, SSRI, misalnya fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari
• Antipsikotika generasi kedua, olanzapin 1 x 10 – 30 mg/hari atau risperidone 2 x 1-3 mg/hari
atau quetiapin hari I (200mg), hari II (400 mg), hari III (600 mg) dan seterusnya atau aripirazol
1 x 10-30 mg/hari.
• Haloperidol 5-20 mg/hari. Lama pemberian obat untuk fase akut adalah 2-8 minggu atau
sampai tercapai remisi absolut yaitu YMRS ≤ 9 atau MADRS ≤ 11 dan PANSS-EC ≤ 3 untuk
tiap butir PANSS-EC.

b) Psikoedukasi – Pada penderita dan keluarga


c) Terapi Lainnya ECT untuk pasien refrakter terhadap obat atau katatonik.
Psikoterapi
a. Psikoterapi suportif
Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan, reassurance, serta terapi kelompok
b. Psikoterapi reedukatif
20
1) Terhadap Pasien :
a) Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai penyakit yang dideritanya,
gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko
kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan segera datang ke dokter bila timbul
gejala serupa di kemudian hari
b) Memotivasi pasien untuk berobat teratur
c) Mengajarkan terapi relaksasi pada pasien saat pasien marah ataupun akan marah sehingga
diharapkan pasien dapat mengontrol marahnya dan mengemukakan amarahnya dengan cara
yang lebih halus.
2) Terhadap Keluarga :
a) Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien, gejala, faktor- faktor pemicu,
pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan di kemudian hari.
b) Menjelaskan kepada keluarga bahwa salah satu faktor pemicu penyakit pasien saat ini
adalah keluarga pasien yang mengabaikan pasien
c) Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar pasien dapat
mengalami remisi.
2.12 Prognosis
Prognosis gangguan skizoafektif secara umum adalah baik, dengan prognosis tipe
manik lebih baik bila dibandingkan tipe depresif.Sedangkan untuk tipe campuran biasanya juga
cukup baik. Kriteria campuran dihapuskan dari DSM-5 karena dianggap sama dengan tipe
manik, sehingga mempunyai prognosis yang sama dengan tipe manik.

21
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil tutorial dan diskusi kelompok dengan skenario mengenai


Skizoafektif didapatkan penyakit yang sesuai dengan gejala-gejala pada
skenario tersebut yakni Skizoafektif tipe.

Saran

Setelah mengetahui mengenai penyakit Skizoafektif tipe beserta gejala-


gejala dan pengobatannya diharapkan agar kita sebagai mahasiswa bisa
memberikan edukasi bagi orang-orang di sekitar mengenai penyakit ini serta
terus belajar mengenai penyakit-penyakit lainnya sehingga dapat menambah
pengetahuan mahasiswa.

22
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Sistem Neurobehaviour (Psikiatri), Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang 2015, Pemeriksaan Psikiatri.

Gunarsa, Putu Dania Danirmala. 2015. ANGKA KEJADIAN INSOMNIA


PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WERDHA WANA SERAYA. Bali:
Fakultas Kedokteran PROFESI DOKTER Universitas Udayana

Cardno AG, Rijsdijk FV, West RM, Gottesman II, Craddock N, Murray RM, et
al. A twin study of schizoaffective-mania, schizoaffective-depression and other
psychotic syndromes. Am J Med Genet B Neuropsychiatr Genet
2012;159B:172–82. [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22213671]

Singh R, Subramaney U. Schizoaffective Disorder in an acute psychiatric unit:


Profile of users and agreement with Operational Criteria (OPCRIT). South
African Journal of Psychiatry 2016;22:6.
[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6138135/]
UMI Medical Journal : Jurnal Kedokteran, Vol. 4 No. 1 (Juni, 2019) : P-
ISSN : 2548-4079 / E-ISSN 2685-7561_:
http://jurnal.fk.umi.ac.id/index.php/umimedicaljournal
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/5aacb7650ae2d1cb3
b85e6e511297c6d.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12782/Analisis%20faktor-
faktor%20yg%20mempengaruhi%20konsentrasi%20belajar%20mahasiswa.pdf?sequen
ce=1&isAllowed=y

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.02_.02-MENKES-
73-2015_ttg_Pedoman_Nasional_Pelayanan_Kedokteran_Jiwa_.pdf

http://eprints.undip.ac.id/56222/3/SyifaSabillaJatmiputri_22010113120106_
23
Lap.KTI_Bab2.pdf
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/788/pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/fc2614ad0f2491147e66e4e369671
66c.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai