Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA
PERCOBAAN
TITRASI ASAM-BASA

OLEH :

NAMA : YUNIA SARIFRANSISKA


NIM : 2020312011P
NO. GRUP :-
DOSEN : Dr. NENY ROCHYANI, S.T., M.T
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN : 08 TITRASI ASAM-BASA

Nama : Yunia Sarifransiska


Nomor Induk Mahasiswa : 2020312011P
Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Kimia
Hari/Kelompok : Senin
Tgl. Praktikum : November 2020
Tgl. Penyerahan : 4 Desember 2020
Dosen : Dr. Neny Rochyani, S.T., M.T

Disetujui,
Dosen/Asisten

(Dr. Neny Rochyani, S.T., M.T)


PERCOBAAN : VIII
TITRASI ASAM BASA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan standarisasi untuk larutan asam kuat dan basa kuat
2. Melakukan penentuan konsentrasi larutan dengan titrasi asam – basa

II. DASAR TEORI


II.1 Titrasi asam basa
Titrasi asam basa merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang terjadi
antara analit dengan titran. Titrasi asam basa terdiri dari titrasi antara:
- Asam kuat dengan basa kuat
- Asam kuat dengan basa lemah
- Basa kuat dengan basa lemah
2.2    Pereaksi Asam Basa
Dalam praktikum dilaboratorium adalah hal biasa untuk membuat dan menstandarisasi
larutan asam dan suatu larutan basa. Karena larutan asam lebih mudah diawetkan daripada
larutan basa. maka suatu asamlah yang biasanya dipilih sebagai standar pembanding tetap
yang lebih baik daripada basa.
Dalam memilih asam untuk dipakai dalam larutan standar, faktor yang harus
diperhatikan :
1. Asam harus kuat yaitu terdisosiasi sempurna
2. Asam tidak boleh mudah menguap
3. Larutan asam harus stabil
4. Garam dan asamnya harus larut
5. Asamnya harus tidak merupakan suatu pereaksi oksidator yang cukup kuat untuk
merusak senyawa organik yang digunakan sebagai indikator.
Asam asam klorida dan sulfat merupakan larutan asam yang paling luas digunakan
sebagai larutan standar meskipun tidak semua mencukupi persyaratan standar diatas. Garam
klorida dan ion ion perak timbal dan merkuri adalah pelarut, seperti halnya sulfat dari logam
logam alkali dan timbal. Namun hal ini tidak menyebabkan kesukaran pada kebanyakan
titrasi asam basa. Hidrogen klorida merupakan gas tetapi tidak cukup menguap dari larutan
larutan pada batas-batas konsentrasi yang biasanya digunakan karena terdisosiasi sangat
tinggi dalam larutan air. Suatu larutan 0,5 N dapat didihkan untuk beberapa lama tanpa
kehilangan hidrogen klorida, jika larutannya tidak boleh di pekatkan dengan penguapan.
Asam nitrat jarang digunakan sebab merupakan pereaksi oksidasi kuat dan larutannya terurai
apabila dipanaskan atau dikenakan cahaya. Asam perklorat merupakan asam kuat tidak
menguap dan stabil terhadap reduksi dalam larutan larutan encer. Garam garam kalium dan
amonium dapat mengendap dari larutan larutan pekat apabila terbentuk selama titrasi. Asam
perklorat lebih disukai dalam titrasi yang bukan air. Ia pada dasarnya suatu asam yang lebih
kuat daripada asam klorida dan lebih kuat terdisosiasi dalam pelarut yang bersifat asam
seperti asam asetat murni.
Natrium hidroksida merupakan basa yang paling umum digunakan. Kalium hidroksida
tidak memberikan keuntungan dibanding dengan natrium hidroksida dan lebih mahal. NaOH
selalu terkontaminasi oleh jumlah kecil zat pengotor yang paling sering diantaranya adalah
natrium karbonat.
2.3    Indikator untuk asam basa
Indikator yang digunakan pada titrasi ni adalah indikator yang bekerja sesuai dengan
perubahan Ph pada larutan. Indikator asam basa adalah suatu asam atau basa organik lemah
yang tidak terdisosiasinya berbeda warna dengan ionnya indikator ini akan berubah warna
pada perubahan pH larutan yang menyebabkan indikator tersebut mengalami disosiasi.
Indikator yang terkenal adalah indikator fenolftalein. Indiktor ini merupakan asam
diprotik dan tak berwarna. Ia mula mula terdisosiasi ke dalam suatu bentuk tak berwarna
yang kemudian kehilangan hydrogen kedua, menjadi ion yang berwarna merah.
2.4    Standarisasi larutan
Standarisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi
suatu larutan. Terdapat dua macam larutan standar yaitu standar primer dan standar sekunder.
standar primer biasanya dibuat dengan cara menimbang dengan teliti suatu solut kemudian
melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya.
Syarat standar primer sebagai berikut :
1. Murni, jumlah pengotornya tidak lebih dari 0,01 – 0,02 %
2. Stabil, tidak higroskopis dan tidak mudah bereaksi dengan air
3. Mempunyai berat equivalen yang cukup tinggi untuk mengurangi kesalahan pada saat
penimbangan.
Larutan standar primer digunakan untuk menstandarisasi larutan standar sekunder,
larutan standar sekunder selanjutnya digunakan untuk penentuan suatu larutan ataupun
cuplikan.
Senyawa kalium hydro ftalat  (KHP)  merupakan standar primer yang sangat baik untuk
larutan larutan basa. Senyawa ini mudah diperoleh dengan kemurnian 99.95% atau lebih. Zat
ini stabil apabila dikeringkan, tidak higroskopis dan mempunyai berat equivalen yang tinggi
204,2 g/ek merupakan asam monoprotik lemah, akan tetapi karena larutan basa biasanya
sering digunakan untuk menentukan asam lemah, maka hal ini bukannya suatu kerugian.
Indikator fenolftalein digunakan dalam titrasi dan larutan basanya harus bebas dari karbonat.
Natrium karbonat Na2CO3 secara luas digunakan sebagai standar primer. Untuk larutan
larutan asam kuat. Mudah diperoleh dalam keadaan sangat murni kecuali hadirnya sejumlah
kecil larutan natrium bikarbonat NaHCO3. Bikarbonat dapat secara lengkap diubah menjadi
karbonat dengan memasukan zat nya hingga berat tetap pada 270ºC sampai 300ºC, natrium
karbonat sedikit higroskopis tetapi dapat ditimbang tanpa kesulitan. Karbonat dapat dititrasi
menjadi natrium bikarbonat dengan menggunakan indikator fenolftalein, berat equivalennya
sama dengan berat molekul nya yaitu 106. Tetapi secara umum zat ini dititrasi menjadi asam
karbon dengan menggunakan indikator metil orange dengan berat equivalen setengah dari
berat molekulnya yaitu 53,00.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


- Neraca analitis 1
- Kaca arloji 2
- Erlenmayer 250 ml 6
- Biuret 50 ml 4
- pipet ukur 25 ml 4
- Gelas Kimia 100 ml,250 ml 2,2
- Labu takar 100 ml,250 ml 4,4
- Spatula, Pengaduk 8
- Bola karet 4

IV. BAHAN YANG DIGUNAKAN


- Larutan baku sekunder NaOH 1 N
- Larutan baku sekunder HCl 1 N
- Kalium hydro ftalat KHC8H4O4 (KHP) 
- Natrium karbonat, Na2CO3
- etanol 95%
- Indikator fenolftalein
- Indikator metil merah
- Indikator metil orange/metil jingga
- Larutan H2SO4
- Larutan CH3COOH
- Larutan NH4OH
- Larutan NaOH

V. LANGKAH KERJA
8.1    Sandarisasi larutan standar sekunder NaOH dengan KHP
- Memasukan kira kira 4 – 5 gr KHP murni dalam botol yang bersih dan menimbang
dalam oven dalam temperatur 110ºC sekurang kurangnya 1 jam
- Mendinginkan botol, menimbang beserta isinya dalam desikator
- Menimbang dengan teliti dalam 3 erlenmeyer bersih yang telah diberi nomor
sebanyak 0,7-0,9 KHP
- Pada setiap erlenmeyer menambahkan 50 ml air suling diukur dengan gelas ukur
dan mengecek perlahan sampai KHP larut
- Menambahkan 2 tetes indikator pp pada tiap erlenmeyer
- Mentitrasi larutan dengan NaOH yang telah dibuat sampai berubah warna menjadi
merah muda
- Mencatat volume titran

8.2    Standarisasi larutan standar sekunder HCl dengan Na2CO3


- Membuat larutan dengan pH 4 dengan cara melarutkan 0,5 gr KHP dalam 100 ml
air suling dan menambahkan 2 tetes metil merah ke dalamnya. Larutan ini dibuat
sebagai larutan pembanding
- Menimbang dengan teliti 3 buah cuplikan dalam erlenmeyer masing masing 0,2-
0,25 gr Na2CO3 murni yang sebelumnya telah dikeringkan
- Melarutkan dalam 50 ml air aquadest dan menambahkan 2 tetes metil merah
- Mentitrasi dengan HCl sampai warnanya sama dengan warna pembanding
- Mencatat volume titran
8.3    Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std NaOH
- Memipet 25ml cuplikan ke dalam erlenmeyer
- Menambahkan indikator pp
- Mentitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna yang tetap
- Mengulangi untuk 3 kali percobaan
8.4    Penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std HCl
- Memipet 25ml cuplikan ke dalam erlenmeyer 250 ml
- Menambahkan indikator pp
- Mentitrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap
- Mengulangi untuk 3 kali percobaan
8.4 Penentuan konsentrasi larutan H2SO4  dengan larrutan std NaOH
- Memipet 25ml cuplikan ke dalam erlenmeyer 250 ml
- Menambahkan indikator pp
- Mentitrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap
- Mengulangi untuk 3 kali percobaan
8.6    Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std HCl
- Memipet 25ml cuplikan kedalam erlenmeyer 250 ml
- Menambahkan indikator pp
- Mentitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna yang tetap
- Mengulangi untuk 3 kali percobaan
VI. DATA PENGAMATAN
7.1. Standarisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP
No Analit KHP+ Indikator Titran NaoH Perubahan warna
pp (dalam buret 50
ml)
1 10ml 0,9 ml Bening – Violet
2 10ml 1 ml Bening – Violet
3 10ml 1,2 ml Bening – Violet
Rata 1.3 l
-rata

7.2. Standarisasi larutan std sekunder HCl dengan Na2CO3 


No Analit Na2CO3 Indikator Titran HCL Perubahan warna
pp (dalam lauret 50
ml)
1 10 ml 1,2 ml Kuning - merah
2 10 ml 1 ml Kuning - merah
3 10 ml 1,3 ml Kuning - merah
Rata 1,16 ml
-rata

7.3. Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH  dengan larrutan std NaOH


No Analit CH3COOH + Titran NaoH Perubahan warna
indikator pp (Dalam buret 50

ml)
1 10 ml 8,9 ml Bening – violet
2 10 ml 9,2 ml Bening – violet
3 10 ml 9,3 ml Bening – violet
Rata 9,13 ml
-rata
7.4. Penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std HCl
No Analit NH4OH + Titran HCL Perubahan warna
indikator pp (Dalam Buret 50
ml)
1 10 ml 10,1 ml Jingga – merah
2 10 ml 8,9 ml Jingga – merah
3 10 ml 8,6ml Jingga – merah
Rata- 9,2 ml
rata

7.5. Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std NaoH


No Analit H2SO4 + Titran NaoH Perubahan warna
indikator M.O (Dalam buret 50

ml)
1 10 ml 9,6 ml merah – jingga
2 10 ml 9,4 ml merah – jingga
3 10 ml 9,5 ml merah – jingga
Rata- 9,5 ml
rata

7.6. Penentuan konsentrasi larutan NaoH dengan larutan std HCL


No Analit Naoh + Titran HCL Perubahan warna
indikator pp (Dalam buret 50

ml)
1 10 ml 8,6 ml Violet - Bening
2 10 ml 8,7 ml Violet - Bening
3 10 ml 8,7 ml Violet- Bening
Rata- 8,67 ml
rata
VII. PERHITUNGAN
8.1. HCI I N, 250 ml
Dik : % HCL=37 %
ρ HCL=1,19 gr /cm 3
Bm HCL = 36,46 gr/mol
Dit : M1 dan V2 ?
Jawab :
Bm HCL 36,5
BE : = = 36,5
n 1
% X ρ X 1000 0,37 X 1,9 X 1000
M1 = = = 12,06
BE 36,5
M1 x V1 = M2 x V2
12,06 x V1 = 1 x 250
V1 = 20,7 ≈ 21 mol

8.2. NaoH 1N,100 ml


Dik : Mr = 40
Dit : gr?
Jawab :
Gr = M1 x V x Bm
= 1 x 0,1x 40
= 4 gr

8.3. NH4OH I N ,100 ml


Dik : % NH 4 OH =28 %
ρ NH 4 OH =0,88 gr /cm3
Dit : M1 dan V2 ?
Jawab :
% X ρ X 1000 0,28 X 0,88 X 1000
M1 = = = 7,02
BE 35,05
V1.M1 = V2.M2
7,02 x V1 = 1.100
V1 = 14,2 ≈ 14 mol
8.4. NaoH 1N, 250 ml
Dik : BM = 40
Dit : gr?
Jawab :
Gr = M1 x V x Bm
= 1 x 0,25x 40
= 10 gr

8.5. H2SO4 I N ,100 ml


Dik : % H 2 SO 4=96,1%
ρ H 2 SO 4=1,84 gr /cm3
Bm H2SO4 = 98 gr/mol
98
BE = = 49
2
Dit : M1 dan V2 ?
Jawab :
% X ρ X 1000 0,96 X 1,84 X 1000
M1 = = = 36,05
BE 49
V1.M1 = V2.M2
36,05. V1 = 1.100
V1 = 2,77 ≈ 2,8 mol

8.6. CH3COOH I N ,100 ml


Dik : % CH 3 COOH =100 %
ρ CH 3 COOH =1,05 gr /cm3
BE CH3COOH = 60,05
Dit : M1 dan V2 ?
Jawab :
% X ρ X 1000 1 X 1,05 X 1000
M1 = = = 17,48
BE 60,05
V1.M1 = V2.M2
17,48. V1 = 1.100
V1 = 5,7 mol

8.7. Standarisasi larutan std sekunder Naoh dengan KHP


Dik : gr KHP : 0,9 gr
V NaoH : 1,03 ml
BM 204,2
BE KHP : = =204,2
n 1
Jawab
gr KHP
=V NaoH x N NaoH
BE KHP
10
0,9 x 1000 x
50 = 1,03 x N NaoH
204,2
180
N NaoH = =0,85 N
210.326

% kesalahan = |T −P
T |
x 100

1−0,85
=|
1 |
x 100 = 15%

8.8. Standarisasi larutan std sekunder HCL dengan Na2CO3


Dik : gr Na2CO3 : 0,9 gr
V HCL : 1,03 ml
BM 106
BE HCL : = =53
n 2
Jawab
gr Na 2CO 3
=V HCL x N HCL
BE Na2 CO 3
10
0,25 x 1000 x
50 = 1,16 x N HCL
53
50
N HCL = =0,81 N
61,48
% kesalahan = |T −P
T |
x 100

1−0,81
=|
1 |
x 100 = 19%

8.9. Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std. NaoH


Dik: v CH3COOH = 10 ml

V Naoh = 9,13 ml
Dit : N CH3COOH?
Jawab :
V CH3COOH x N CH3COOH = V NaoH x V NaoH
10 x N CH3COOH = 9,13 x 1
9,13
N CH3COOH = =0,913 N
10

% kesalahan = |T −P
T |
x 100

1−0,913
=| | x 100 = 8,7%
1

8.10. Penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std. HCL


Dik: V NH4OH = 10 ml
V HCL = 9,2 ml
N HCL = 1
Dit : N NH4OH ?
Jawab :
V NH4OH x N NH4OH = V HCL x V HCL
10 x N NH4OH = 9,2 x 1
9,2
N CH3COOH = =0,92 N
10

% kesalahan = |T −P
T |
x 100
= |1−0,92
1 |
x 100 = 8%

8.11. Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std. NaoH


Dik: V H2SO4 = 10 ml
V NaoH = 9,5 ml
N NaoH = 1
Dit : N H2SO4?
Jawab :
V H2SO4x N H2SO4 = V NaoH x V NaoH
10 x N H2SO4= 9,5 x 1
9,5
N H2SO4= =0,95 N
10

% kesalahan = |T −P
T |
x 100

1−0,95
=|
1 |
x 100 = 5%

8.12. Penentuan konsentrasi larutan NaoH dengan larutan std. HCL


Dik: V NaoH = 10 ml
V HCL = 8,67 ml
N HCL = 1
Dit : N NaoH?
Jawab :
V NaoH x N NaoH = V HCL x V HCL
10 x N NaoH = 8,67 x 1
8,67
N H2SO4 = =0,867 N
10

% kesalahan = |T −P
T |
x 100

1−0,867
=| | x 100 = 13,3%
1
VIII. ANALISIA HASIL PENGAMATAN
Setelah Melakukan Percobaaan Titasi Asam Basa, Dapat Dianalisa Bahwa Untuk
Menentukan Konsentrasi Larutan Dengan Titrasi Asam Basa Perlu Melakukan Beberapa
Tahapan Dengan 3 Kali Percobaan.
Pada Percobaan Pertama Yaitu dengan Erlenmayer 250 Ml Aquadest Dan Dengan
Menggunakan Indikator pp Terjadi Perubahan Warna Violet. Hal Ini Disebabkan KHP
Tersebut Dititrasi Dengan Larutan Standar Sekunder NaOH. Selain Itu Dilakukan Percobaan
Untuk Standarisasi Larutan Sekunder HCL Dengan Na 2CO3 Yaitu Erlenmayer 250 Ml Berisi
10 Ml Aquadest Dengan Terjadi Perubahan Warna Menjadi Merah, Dilakukan Sebanyak 3
Kali Percobaan. Percobaan Yang Dilakukan Yaitu Konsentrasi Larutan Dan Standarisasi
Larutan Seperti Pada Percobaan Standarisasi Dari Larutan Naoh Dengan KHP Dan Indikator
Fenolftalein Mendapatkan Hasil Volume Dengan Percobaan 1 Yaitu 0,9 Ml, Percobaan 2
Yaitu 1 Ml, Dan Ketiga Yaitu 1,2 Ml Volume Titran. Juga Dapat Percobaan Penentuan
Konsentrasi Larutan Naoh Dengan HCL Mendapatkan Hasil Volume Percobaan 1 Adalah 8,6
Ml, Percobaan 2 Yaitu 8,7 Ml Dan Percobaan Ketiga Adalah 8,7 Ml.
IX. KESIMPULAN
Dari Hasil Percobaan Titrasi Asam Basa Dapat Disimpulkan Bahwa :
1. Standarisasi Adalah Proses Yang Digunakan Untuk Menentukan Konsentrasi Larutan
Dengan Teliti
2. Hasil Standarisasi NaOH Dengan KHP Adalah 0,85 N,% Kesalahan 15 %
3. Hasil Standarisasi HCL Dengan Na2CO3 Adalah 0,81N, % Kesalahan 19%
4. Titrasi Asam Basa Adalah Titasi Yang Didasarkan Pada Reaksi Asam Basa Yang Terjadi
Antara Analit Dengan Titran
5. Hasil Penentuan Konsentrasi Larutan NH4OH Dengan HCL Adalah 0,92 N, % Kesalahan
8%
6. Hasil Penentuan Konsentrasi Larutan H2SO4 Dengan NaOH Adalah 0,95 N, %Kesalahan
5%
7. Hasil Penentuan Konsentrasi Larutan CH3COOH Dengan NaOH Adalah 0,913 N, %
Kesalahan 8,7 %
8. Hasil Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH Dengan HCL Adalah 0,867 N, % Kesalahan
13,3 %
X. DAFTAR PUSTAKA
- Jobsheet “penuntun praktikum kimia anorganik” jurusan teknik kimia program studi
sarjana terapan teknik energi Politeknik Negeri Sriwijaya 2018/2019
- Ahiemmaliza.blogspot.com
- www.wikipedia.org
LAMPIRAN

GAMBAR 6. BURET GAMBAR 7. CARA MEMEGANG BURET

GAMBAR ALAT

KACA ARLOJI PIPET UKUR 25 ML LABU TAKAR

SPATULA PENGADUK GELAS KIMIA 250 ml BOLA KARET

Anda mungkin juga menyukai