Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA

PERCOBAAN
PENENTUAN BORAKS

OLEH :

NAMA : YUNIA SARIFRANSISKA

NIM : 2020312011P

NO. GRUP :-

DOSEN : Dr. NENY ROCHYANI, S.T., M.T


LAPORAN TETAP PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN : 09 PENENTUAN BORAKS

Nama : Yunia Sarifransiska

Nomor Induk Mahasiswa : 2020312011P

Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Kimia

Hari/Kelompok : Senin

Tgl. Praktikum : 07 Desember 2020

Tgl. Penyerahan : 12 Desember 2020

Dosen : Dr. Neny Rochyani, S.T., M.T

Disetujui,
Dosen/Asisten

(Dr. Neny Rochyani, S.T., M.T)


PERCOBAAN : IX
PENENTUAN BORAKS

I. Percobaan :
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Mengetahui kadar boraks yang ada dalam makanan
2. Mengetahui bahaya boraks
3. Menentukan cara untuk mengetahui boraks
4. Menggunakan alat dengan benar dan tepat

II. Dasar Teori


Produk makanan saat ini diproduksi tidak hanya memperhatikan zat gizi
yang terkandung, melainkan juga mensiasati bagaimana jenis makanan yang
dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara modern. Makanan
tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi
tinggi dan memberikan berbagai zat aditif (bahan tambahan makanan) untuk
mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap saji
contohnya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn
flakes sebagai makanan untuk sarapan.
Adapun pengertian Bahan Tambahan Makanan menurut PERMENKES RI
No. 722/MENKES/PER/IX/88 : bahan tambahan makanan adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan
ingredien khas makanan, mempuyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan
sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk
organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan,
pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan
atau diharapkan menghasilkan(langsung atau tidak langsung) suatu komponan
yang mempengaruhi sifat khas makanan.
Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang memang jelas-jelas
dilarang, seperti bahan pengawet yang melampaui ambang batas yang telah
ditentukan. Namun, dalam kehidupan sehari-hari BTP digunakan secara umum
oleh masyarakat termasuk dalam pembuatan makanan jajanan. Namun dalam
prakteknya masih banyak produsen makanan yang menggunakan bahan tambahan
yang berlebih sehingga dapat menjadi racun dan berbahaya bagi kesehatan yang
sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan, baik mengenai sifat-sifat
keamanan Bahan Tambahan Pangan (BTP).
Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang
secara alami, bukan merupakan again dati baku pangan tetapi ditambahkan
kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan dan untuk
memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat (Syah,
2005).
Zat adiktif makanan adalah bahan yang di tambahakan dan di campurkan
sewaktu pengolahan makanan untuk menigkatkan mutu atau bahan yang di
tambahkan pada makanan ataupun minuman pada proses atau pembuautannya dan
terdapat pada hasil akhirnya (Pardiazi, 1980).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan R.I.No.329/Menkes/PER/XII/76,
yang dimaksudkan dengan adiktif makanan adalah bahan yang di tambahkan dan
di campurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu termasuk
kedalam aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi, antigumpal,
pemucat dan pengental (Winarno, 1992).

Boraks merupakan salah satu zat adiktif pada makanan. Yakni zat yang di
tambahkan dan dicampurkan pada makanan sewaktu pengolahan makanan dengan
maksud untuk menarik (pewarna), menambah selera (pemanis), menyedapkan
(penyedap), mengharumkan dan sebagai bahan pengawet makanan dan sebagai
pengenyal. Boraks yang di gunakan sebagai pengenyal berupa sodium boraks,
yang salam istilahawamnya disebut bleng. Banyak makanan yanng berasal dari
jawa menggunakan bleng sebagai salah satu bahan dasar pengolahan makanan
seperti gendar atau puli, lopis dan kerupuk gendar atau karak. Memeng dari segi 
rasa, makanan tersebut di geamri oleh masyarakat, karena selain enak, gurih dan
kenyal juga tahan lama. Bleng juga di pergunakan dalam pembuatan bakso dan
mie agar lebih kenyal, menggurihkan makanan, serta tahan lama (Aryani, 2006).
Pemerintah telah meperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan
makanan, namun dibatasi oleh UU Kesehatan dana Keselamatan Nasional,
batasnya hanya 1 gram per satu kilogram pangan, bila lebih itu ilegal, pelaku akan
di penjara 12 tahun bila menambahkan lebih dari 1 gram per 1 kilogram pangan
(Anonim, 2013 ).

III. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan :
 Mortal
 Pisau
 Cawan Petri
 Kawat Oase
 Lampu Spritus
2. Bahan
 Makanan bakso, pempek, tahu, dll
 HCl pekat
 Methanol
 Cuka Makan
 Kunyit

IV. Prosedur Percobaan


A. Cara I :
1. Makanan (tahu, bakso, roti, dll) dipotong-potong kecil
2. Memasukkan ke dalam cawan petri
3. Menambahkan HCl pekat 5-10 tetes
4. Menambahkan methanol sampai basah
5. Mengambil dengan menggunakan kawat oase dan bakar dengan
Bunsen
6. Bila ada boraks nyala api berwarna hijau muda
B. Cara II :
1. Memotong-motong makanan yang dicurigai dengan menggunakan
pisau bersih
2. Meletakkan beberapa potong kunyit segar
3. Menambahkan beberapa tetes cuka makan ke dalamnya
4. Membakar sendok tersebut di atas api lilin dan memperhatikan nyala
apinya
5. Bila api nyala biru/ungu/hijau kemungkinan makanan tersebut
mengandung boraks
6. Bila nyala api merah/orange/jingga kemungkinan makanan tersebut
tidak mengandung boraks

V. Data Pengamatan

Boraks
Sampel
Hasil Uji Perubahan Warna
Pempek - Merah
Bakso + Biru
Tahu - Orange
Mie Basah + Biru
Mie Telur + Hijau
Kerupuk Keriting Biasa + Biru
Kerupuk Ikan - Orange
Kerupuk Jangek + Biru Kehijauan
Keterangan :
Hasil Uji : ( + ) jika mengandung boraks
( - ) jika tidak mengandung boraks
VI. Hasil Perhitungan
Pada praktikum ini data yang diperoleh adalah data kualitatif sehingga
tidak diperoleh hasil perhitungan.

VII. Analisa Data


Pada praktikum kali ini kami melakukan pengujian terhadap sampel
makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Adapun pengujian yang
dilakukan adalah secara kualitatif dengan melakukan dua pengujian yaitu uji
pendahuluan dan uji konfirmasi.
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia tetraborat (NaB 4O7) berbentuk
padat, jika terlarut salam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat
(H3BO3). Dengan demikian bahaya asam borat.  Baik boraks maupun asam borat
memiliki asam khasiat antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep,
bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks
digunakan juga sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan
antiseptik kayu.
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan
sebagai pengawet makanan. Boraks sering di gunakan sebagai pengawet berbagai
makanan seperti bakso, mie basah, pisang olen, siomay, lontong, ketupat dan
pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan boraks juga dapat membuat tekstur
makanan lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan.
Pada praktikum kali ini dilakukan analisa bahan tambahan makanan
(boraks) dalam berbagai sampel makanan diantaranya bakso dari beberapa tempat,
pempek yang belum digoreng atau dalam keadaan mentah, tahu serta mie basah
dan kerupuk yang berasal dari salah satu pasar yang berada di Palembang yang
bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya boraks dalam sampel tersebut.
Mula–mula bahan uji tersebut dipotong hingga kecil-kecil kemudian dilakukan 2
pengujian yaitu dengan bahan kimia dan bahan alami.
Pada uji dengan bahan kimia, makanan yang telah dipotong kecil
diletakkan pada cawan petri kemudian diteteskan dengan HCl dan methanol,
sampel kemudian dibakar di atas Bunsen. Apabila dalam sampel terdapat boraks
maka kertas tersebut akan berwarna hijau muda. Sedangkan untuk cara kedua
makanan diletakkan bersama dengan beberapa potong kunyit segar lalu ditetesi
dengan cuka makan, kemudian dibakar di atas lilin. Untuk mengetahui terdapat
boraks atau tidak yaitu dengan melihat nyala api lilinnya, jika nyala api berwarna
hijau, biru atau pun ungu maka sample tersebut mengandung boraks.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahan makanan yang mengandung boraks akan lebih kenyal dari biasanya,
selain itu makanan tidak mudah rusak dan busuk.
2. Dalam dunia industri, boraks memiliki banyak sekali kegunaan.
Biasanya boraks sering digunakan untuk membuat campuran detergen,
glasir enamel gigi buatan, plastik, antiseptik, pembasmi serangga, salep
kulit, dan pengawet kayu.
3. Metode pengujian boraks dalam percobaan ini dilakukan dengan 2 cara
yaitu dengan bahan kimia dan bahan alami seperti kunyit.
4. Sampel yang mengandung boraks, nyala api lilin akan berwarna menjadi
ungu/biru/hijau pada saat dibakar.
5. Sampel yang positif mengandung boraks adalah bakso, mie basah, mie
telur, kerupuk keriting biasa, dan kerupuk jangek.
DAFTAR PUSTAKA

Baliwati, Y., F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Cetakan I. Penerbit Swadaya.


Hal. 89 : Jakarta.
Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas.
Saparinto C., Hidayati D., 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Suhada dan Rikky. 2012. Higienis Sanitasi Pengolahan dan Analis Boraks pada
Bubur Ayam yang Dijual di Kecamatan Medan Sunggal. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan
Syah, D. Faisal dan Yani M. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan
Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Yuliarti N., 2007. Awasi Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
LAMPIRAN FOTO

Mortar Cawan Petri Lampu Spritus

Kawat Oase

Anda mungkin juga menyukai