Anda di halaman 1dari 10

Pendidikan Multikultural Sebagai Dasar Terbentuknya Sikap

Gotong Royong Pada Siswa Sekolah Dasar di SDN 1 Banyuwangi

Andi Kurniawan
aandikurniawan.1504@gmail.com
Endhita Nanda Oktaviani
endhitananda58@gmail.com
Universitas Negeri Jember

Abstrak
Gotong-royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dalam .
mengatasi permasalahan demi kepentingan serempak. Menurut peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan tujuan gotong-royong salah satu bentuk usaha untuk
meningkatkan pendidikan karakter di lingkungan sekolah. kegiatan gotong-royong sebagai
dasar terbentuknya Pendidikan Multikultural di lingkungan sekolah. Penelitian ini
mempunyai tujuan yaitu untuk mendeskripsikan karakter-karakter kegiatan gotong-royong
yang masih tertanam, kebijakan guru dalam meningkatkan karaketer siswa dalam bergotong
royong, mendeskripsikan obejk pembelajaran yang mengkaitkan dengan kegiatan gotong
royong sebagai sarana peningkatan kepribadian gotong royong siswa di SDN 1
Banyuwangi. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat
deskkriptif. Topik dalam penelitian ini guru kelas 5b,3a,6b,4b,6a,3b. Data yang diperoleh
menggunakan teknik wawancara dan observasi. Teknik pengkajian data memerlukan
display data, verifikasi data dan reduksi data. Data yang didapat menyatakan jadwal
pendidikan berbasis gotong-royong masih menetap hingga saat ini, namun masih ada
beberapa siswa yang susah melaksanakan sikap gotong royong namun masih dalam
kategori baik. Kebijakan guru dalam meningkatkan karakter gotong- royong pada siswa
semacam memberikan contoh langsung terhadap peserta didik, menyampaikan penghargaan
berupa pujian terhadap siswa agar lebih semangat lagi dalam melaksanakan kegiatan gotong
royong. Dalam kegiatan gotong–royong guru memerlukan materi pembelajaran
Matematika, Pkn, SBdP, IPS, Bahasa Indonesia,

Kata Kunci : Peningkatan, Multikultural, Gotong Royong


Abstract

Gotong royong is an activity that is carried out collectively. resolve problems for the sake
of concurrent interests. According to the regulation of the minister of education and culture,
the goal of mutual cooperation is one form of effort to improve character education in the
school environment. mutual cooperation activities as the basis for the formation of
Multicultural Education in the school environment. Pene l itian has the goal of which is to
describe the characters go activities tong- royong are still embedded, the teacher's policy in
improving student characteristics in mutual cooperation, describes the learning object that
relates to mutual cooperation activities as a means of enhancing the personality of the
students at SDN 1 Banyuwangi. The research method used a short descriptive qualitative
approach. The topics in this study were grade 5b, 3a, 6b, 4b, 6a, 3b teachers. The data
obtained using interview and observation techniques. Data assessment techniques require
data display, data verification and data reduction. The data obtained states that the mutual
cooperation-based education schedule is still onhave remained until now, but there are still
some students who find it difficult to carry out a mutual cooperation attitude but are still in
the good category. The teacher's policy in improving the character of mutual cooperation in
students is such as providing direct examples to students, expressing appreciation in the
form of praise to students so that they are even more enthusiastic in carrying out mutual
cooperation activities. In mutual cooperation activities, teachers need learning materials for
Mathematics, Pkn, SBd, Social Studies, Indonesian
 

Keywords: Improvement, Multicultural , Gotong Royong

 
I. PENDAHULUAN
Kejayaan suatu negara dilihat dari Sumber Daya Manusia (SDM ) yang bermutu
karena kunci negara indonesia baik dalam kemampuan budaya,ekonomi,politik
maupun iptek semua itu tergantung pada Sumber Daya Manusia yang bermutu.
Melewati pendidikan yang bermutu Sumber Daya Manusia (SDM) dapat
dikembangkan. Kemajuan negara Indonesia bisa kita andalkan melalui Dunia
Kependidikan. dunia kependidikan membawa keuntungan sendiri terhadap masing-
masing negara seperti negara jerman, negara Indonesia, Negara jepang, Negara
Malaysia, Indonesia tidak pernah berhenti melaksanakan usaha dalam menumbuhkan
kualitas pendidikannya (NunZairina,2018). Penguatan karakter bangsa dapat
menumbuhkan kualitas pendidikan.Presiden Joko Widodo melewati Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM) Penguatan karakter menjadi bagian dari butir
Nawacita. Perjanjian ini dilaksanakan melalui bimbingan Bapak Joko Widodo kepada
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengedepankan serta membudayakan
Pengetahuan karakter pada dunia pendidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan mengumumkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dilaksanakan
berangsur-angsur pada mulai tahun 2016. Penguatan pendidikan Karakter sudah ada
sejak zaman dahulu kala. Sejak tahun 2010 Pendidikan karakter merupakan Gerakan
Nasional. Pendidikan merupakan fasilitas penting untuk pembentukan kriteria bangsa
didalamnya terdapat sistem dorongan ekosistem yang telah berbagai penjuru dunia
mulai dari pedesaan hingga perkotaan, terdapat sistem infrastruktur. Pendidikan
karakter saat ini sudah banyak yang dikembangkan disekolah, namun masih menjadi
PR bagi kita untuk meyakinkan agar sistem pembudayaan nilai-nilai karakter berjalan
sesuai keinginan.diperlukan kebijakan yang menyeluruh dan berpijak pada kearifan
lokal untuk menyampaikan pendapat rintangan zaman yang semakin lengkap
mengenai permasalahan yang mengintimidasi kesatuan serta kedepannya bnegara
hingga terhadap persaingan secara menyeluruh. Pada kebijakan ini menjadi acuan
untuk perumusan urutan-urutan yang faktual supaya pembudayaan nilai-nilai penting
pembentukan kriteria negara bisa dilaksanakan secara efisien dan merata di
lingkungan sekolah dasar atau diingkungan sekolah.(Kemendikbud, 2017).
Nomor.20 Tahun 2018 pasal 2 ayat 1 Peraturan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan mengemukakanPendidikan karakter diterapkan sesuai dengan nilai-nilai
pancasila nilai yang mencakup toleran, nilai-nilai religius, menghargai prestasi, cinta
damai,peduli lingkungan,semanga kebangsaaan, demokratis, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi, gemar membaca, peduli sosial, komunikatif,dan bertanggung
jawab. Terdapat 5 nilai perwujudan menurut Peraturan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 20 Tahun 2018 Pasal 2 ayat 2 perwujudan nilai terdapat nilai
nasionalisme, gotong royong, religiusitas, integristas yang terintegrasi dalam
kurikulum dan kemandirian. Lima prinsip dalam Pendidikan Karakter yaitu gotong
royong, integritas, kemandirian, religius dan nasionalisme. Dari beberapa karakter
tersebut sudah terlihat bahwasannya kriteria gotong royong salah satu kepribadian
yang diandalkan pemerintah mengenai Pendidikan Formal diSD.Penguatan
Pendidikan kriteria gotong royong mempunyai tujuan yaitu demi menumbuhkan
nilai-nilai pada siswa melewati badan pendidikan yang mengutamakan nilai-nilai
khusus yang berpengaruh pada sistem pemahaman, pembelajaran, praktik dan
pengertian, yang dapat berpengaruh pada pendidikan kepribadian sehingga dapat
memperbaiki cara bertindak, perilaku dan cara berfikir, agar negara indonesia
menjadi negara yang berintegritas dan lebih baik dari sebelumnya.

Hasil Penelitian SDN 1 Banyuwangi memperlihatkan bahwa kurangnya sikap


gotong royong pada siswa di sdn 1 Banyuwangi, kurang adanya kerja sama di antara
siswa karena kurangnya menjalin komunikasi yang baik hal ini berpengaruh pada
kerjasama siswa.Menurut Djamari (2016) di SDN 1 Banyuwangi kurangnya
kesadaran siswa untuk ikut berpartisipasi melaksanakan kegiatan gotong royong
dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Ketika sekolah mengadakan kegiatan
gotong royong hanya sebagian siswa saja yang mau ikut bekerja sama lebih banyak
siswa yang mengnggap gotong royong hal sepele.
Menurut Aviani (2020) menyatakan wilayah perkotaan masyarakatnya kebanyakan
kurang akan kesadaran gotong-royong berbeda dengan masyarakat di pedesaan
masyarakatnya masih sering menerapkan gotong royong. menurut Hanafi (2016)
menyatakam mengenai tradisi gotong royong dapat mengalami perubahan pada
negara serta mengutamakan keperluan pribadi. Hasil penelitian setiawan (2016)
menunjukkan bahwa perilaku gotong royong pada siswa kelas 2 di SDN 1
Banyuwangi masih kurang. Presentasi yang ditargetkan mengenai sikap gotong
royong 45,16 % itu sudah termasuk kategori cukup.
Berlandaskan penjelasan di atas , kami sebagai peneliti tertarik untuk
melaksanakan penelitian dengan Judul “Pendidikan Multikutural Sebagai Dasar
Terbentuknya Sikap Gotong Royong Pada Siswa di SDN 1 Banyuwangi Tahun
Pelajaran 2020/2021 ”. Tujuan adanya penelitian ini (1) untuk meningkatkan rasa
kebersamaan antar siswa, (2) menumbuhkan perilaku yang mencerminkan pendidikan
multikulturalisme Tujuan penelitian ini adalahmendeskripsikan, (3) mempertahankan
bentuk-bentuk sikap gotong royong, (4) program guru untuk menumbuhkan sikap
gotong royong pada peserta didik, (5) topik pembahasan yang menjadi perantara
untuk meningkatkan perilaku gotong royong kepada peserta didik .

II. METODE

Untuk mencapai suatu tujuan penelitian yang diinginkan dimana dalam menentukan
suatu jawaban atas permasalahan maka dibutuhkan metode penelitian sehingga
jawaban yang dihasilkan dapat akurat. Penelitian ini merupakan tergolong kualitatif
karena dalam melakukan pengamatan atas suatu masalah dengan cara sistematis serta
tepat sasaran terhadap fakta dan objek yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif ini
mempunyai tujuan untuk memahami sehingga dapat menghasilkan fenomena tentang
subyek yang dibuat dalam penelitian. Penelitian ini termsuk kedalam jenis pendekatan
kualitatif yang sifatnya deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk
menggambarkan permasalahan dengan cara sistematis dan sesuai dengan apa yang
terjadi dalam suatu fakta (Lexy,2016)

Dalam penelitian kualitatif deskriptif menjelaskan kedalam bentuk kalimat tentang


apapun yang dialami dalam penelitian. Prilaku merupakan salah satu yang dipaparkan
dalam penelitian ini dimana mendeskripsikan prilaku gotong royong sebagai bentuk
Pendidikan multikultural di SDN 1 Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini untuk
memperoleh data yang sesuai diharapkan dan diperlukan maka terdapat Teknik dan
langkah dalam pengumpulan data (Sugiyono 2016). Dalam pengumpulan data
menggunakan Teknik observasi untuk mendapatkan data secara langsung Perilaku
gotong royong di SDN 1 Banyuwangi. Peneliti juga melakukan wawancara untuk
memperroleh data yang dimana sifatnya masih umum lalu mengerucut dan akhirnya
lebih rinci tentang permasalahan yang ingin diajukan dengan rancangan yang sudah di
atur dan dipersiapkan.Analisis data dilakukan setelah data terkumpulkan dan data
darihasil penelitian ini akan diolah serta dianalisis dengan cara kualitatif deskriptif.
Pada analisis data kualitatif akhirnya akan menjawab tentang pemaparan karakter
gotong royong sebagai bentuk Pendidikan multikultural. Menurut Satriawan, 2010)
terdapat langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis data seperti (1) mereduksi
data, yaitu proses pemilihan, penyederhanaan serta transformasi data yang diperoleh,
(2) Disply data, yaitu proses pengumpulan informasi yang tersusun sehingga dapat
menarik suatu kesimpulan, (3) Verifikasi data, yaitu proses awal pengumpulan data,
mencari makna pada setiap kejadian yang dihasilkan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil yang telah diperoleh bahwasanya Pendidikan multikultural dapat
membentuk suatu sikap gotong royong dimana ketika siswa telah belajar Pendidikan
multikultural siswa belajar berbagai macam pebedaan yang ada sehingga pendidikan
multikultural ini dapat diperaktikan dalam kehidupan kesehariannya contohnya
gotong royong. Gotong royong ini merupakan suatu pekerjaan yang dapat dilakukan
secara bersamaan contohnya dapat dilakukan di lingkungan sekolah, masyarakat serta
keluarga untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Bentuk Sikap Gotong Royong dari Adanya Pendidikan Multikultural


Pendidikan multikultural sangatlah penting dalam hal pembentukan sikap
gotong royong. Dengan adanya pendidikan multikultural kegiatan gotong royong ini
dapat menciptakan suatu kepedulian pada siswa. Bentuk sikap gotong royong yang
sampai saat ini masih ada di SDN 1 banyuwangi misalnya:
Contoh sikap gotong royong keterangan
Piket kelas Piket kelas merupakan suatu sikap gotong
rong dimana setiap siswa secara
bergantian melakukan kerja sama
membersihkan kelas serta halaman kelas
mereka secara bergantian. Dengan
adanaya pendidikan multikultural ini
sehingga akan lebih memperkuat
pemahaman siswa tentang pentingnya
sikap gotong royong.

Jumat bersih Merupakan kegiatan bersih-bersih seluruh


area sekolah yang dilaksanakan setiap
hari jumat pagi oleh seluruh warga
sekolah sebelum memasuki kelas.
Kegiatanya seperti membersihkan selokan
sekolah, memgambil sampah plastik di
area persekolahan dll sehingga gotong
royong ini akan membantu yang bertugas
menjaga kebersihan sekolah.
Tugas kelompok Tugas kelompok merupakan tugas yang
dilakukan secara bersamaan sehingga
akan lebih memuddahkan dalam
pengerjaannya. Dengan adanya tugas
kelompok ini siswa akan berdiskusi dan
bermusyawarah dalam pengambilan
keputusan sehingga meraka akan
menghargai pendapat satu dengan yang
lainnya.

Sikap gotong royong pada siswa pada lingkungan sekolah sangat penting sekali yang tentu
saja harus ditanamkan sejak dini. Melalui pendidikan multikultural sikap gotong royong
pada siswa akan terbentuk sehingga siswadapat mempunyai bekal ketika dewasa nanti saat
terjun langsung dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan multikultural disekolah guru
dapat berperan sebagai pembimbing, pengarah dan penuntun siswa agar dapat menerapkan
sikap gotong royong pada saat melakukan suatu pekerjaan yang di anggap sulit serta
membutuhkan waktu yang lama.
Topik Pembelajaran Pendidikan Multikultural yang Dapat Menjadi Suatu Sarana
Dalam Terbentuknya Sikap Gotong Royong Pada Siswa

Terdapat berbagai macam mata pelajaran yang dapat menjadi suatu sarana dalam
membentuk sikap gotong royong pada siswa di SDN 1 Banyuwangi yang digunakan pada
saat proses kegiatan belajar dan pembelajaran berlangsung seperti:
No Jenis Mata Pelajaran Keterangan
1 Bahasa Indonesia Siswa dapat mengguanakan Bahasa Indonesian
dengan baik karena Bahasa Indonesia
merupakan Bahasa persatuan dengan berbagai
macam perbedaan Bahasa disatukan oleh
Bahasa Indonesia.
2 Matematika Pada proses pembentukan sikap gotong royong
melalui matematika seperti setiap siswa secara
berkelompok dapat menyebutkan serta
menggambarkan bangun ruang dengan cara
bekerja sama.
3 IPS Siswa dapat menyebutkan berbagai macam
budaya, Bahasa serta peristiwa-peristiwa yang
terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
4 PKN Siswa dapat bekerja sama dalam memecahkan
suatu masalah sosial yang dilaksanakan secara
berkelompok sehingga siswa dapat berpikir
ktitis contohnya dalam menaggapi suatu
masalah kewarganegaraan.
5 SBDP Siswa dapat mempelajari tentang berbagai
macam kebudayaan serta dapat melakukan
suatu keterampilan. Pembentukan sikap gotong
royong misalnya siswa dapat menari yang
mana paasti dilakukan secara berkelompok,
memainkan musik secara bersama-sama.
Pembentukan sikap gotong royong yang mana dapat dilaksanakan melalui pendidikan
multikukltural yang ditanamkan sejak dini pada siswa sekolah dasar akan menciptakan suatu
nilai-nilai positif pada siswa yang mana dapat berguna kelak pada saat sudah dewasa yang
tentunya dapat menerapkannya sikap gotong royong tersebut di lingkungan masyarakat.
Sekolah merupakan suatu tempat yang sangat cocok sekali dalam menjalankan suatu
pendidikan multikultural sebagai pembentukan sikap gotong royong atau kepedulian bagi
siswa yang mana nantinya dapat menjadi penerus bangsa karena bangsa yang baik dapat
dilihat dari suatu kepedulian serta toleransi yang tinggi yang dimilikin setiap individu dari
masyarakat.

IV. KESIMPULAN

Sikap-sikap gotong-royong masih bertahan di SDN 1 Banyuwangi semacam jum at


bersih, piket kelas, kerja kelompok. Bertujuan agar bisa mengurangi imbas yang
disebabkan modernisasi.Kebijakan yang dilaksanakan guru dalam meningkatkan gotong-
royong siswa di SDN 1 Banyuwangi melalui materi pembelajaran, dan pemberian
reward atau penghargaan berupa pujian. Manfaat dari kebijakan yang dilaksanakan
adalah untuk memberikan semangat dalam melakukan sikap gotong-royong.Objek
pembelajaran yang menjadi perantara dalam meningkatkan karakter gotong-royong
memberikan materi pembelajaran seperti halnya mata pelajaran IPS,Bahasa Indonesia,
PKn, SBdP, dan Matematika.

Daftar Pustaka

Abdillah, B. (2006). Gotong Royong Sebagai Budaya Bangsa . Bandung: Humaniora Utama.

Anas, S. &. (2013). Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung:
CV Pustaka Setia .
Anjarwati, W. (2018). Pudarnya Sikap Gotong-Royong di Masa Modern Dtinjau Dari Ir.
Soekarno. Jurnal Pendidikan 4-5 .

Ardianto, N. &. (2016). Peranan Pendidikan Karakter Dlam Menanamkan Nilai-Nilai


Kebhinekaan. Artikel,405 .

Aviani, R. (2020). Pengaruh ModernisasiTerhadap Semangat Nasionalisme Dan Gotong-


Royong pada Generasi Muda. Artikel,4-8.

Bintari, N. &. (n.d.). Peran Pemuda Sebagai Penerus Tradisi Sambatan Dalam Rangka
Pembentukan Karakter Gotong-Royong . Jurnal Pendidikan Ilmi Sosial , 75 .

Danial. (2014). Jejak Kepemimpinan yang Makin Memudar . Artikel Etnohistori, 1. .

Farida, H. &. (2010). Implementasi Pembelajaran Multikultural di Sekolah Dasar Provinsi


Daerah Yogyakarta. Artikel 1 .

Khan, Y. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta : Pelangi


Publishing.

Lexy, M. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya .

M, S. &. (2019). Strategi Guru Dalam Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Bagi Siswa.
Jurnal Penelitian Keislaman 58-63 .

Ratna, K. N. (2014). Peranan Karya Sastra, Seni Dan Budaya Dalam Pendidikan Karakter.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rosyada, D. (2014). Pendidikan Multikulturalisme di Indonesia . Artikel,1 .

Saputra, N. D. (2019). Penanaman Nilai-Nilai Karakter Dalam Budaya Sekolah Berbasis


Budaya Lokal di SDN Mardiharjo Kabupaten Musirawas. Jurnal Pembelajaran dan
Pengajaran Pendidikan Dasar, 6.

Yasir, A. &. (2018). Peran Guru Dalam Menumbuhkan Sikap Gotong-Royong Bagi Siswa di
Sekolah Dasar. Artikel 5 .

Anda mungkin juga menyukai