tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Sarcoptes scabiei ini dapat ditemukan di dalam
terowongan lapisan tanduk kulit pada tempat-tempat predileksi.1 Ada dugaan bahwa setiap siklus
30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini,
antara lain keadaan sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang
sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan dermografik seperti keadaan
penduduk dan ekologik.1 Penyakit ini juga dapat dimasukkan dalam Infeksi Menular Seksual
(IMS).2
Diperkirakan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terkena skabies. Prevalensi cenderung
lebih tinggi di daerah perkotaan terutama di daerah yang padat penduduk. Menurut Departemen
Kesehatan RI 2008 prevalensi skabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan skabies menduduki urutan
ketiga dari 12 penyakit kulit. Tiyakusuma dalam penelitiannya di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta,
menemukan prevalensi skabies 56,67 % pada tahun 2010. Skabies merupakan penyakit kulit yang
bersifat global.3
Scabies menyerang seluruh lapisan masyarakat, dimana wanita dan anak-anak lebih
banyak terinfeksi. Penyakit ini umumnya cenderung banyak ditemukan pada area urban,
khususnya pada area padat penduduk. Terdapat bukti adanya variasi musim, dimana banyak
kasus dilaporkan pada saat-saat musim dingin daripada saat musim panas. Insiden scabies telah
meningkat dalam 2 dekade terakhir ini, terutama di rumah-rumah perawatan, penjara, dan
bangsal-bangsal rumah sakit. Transmisi parasit ini biasanya terjadi melalui kontak personal,
meskipun tungau scabies ini dapat hidup di kulit manusia selama lebih dari 3 hari. 3 Riwayat
kontak di sekolah, atau dengan teman dekat merupakan hal yang penting, terutama ketika tidak
ada konfirmasi laboratorium.
Gejala awal ini terdiri dari adanya lesi yang bermacam-macam, kadang muncul pada
pergelangan tangan dan lengan, namun lesi ini kadang diabaikan. Pruritus yang bersifat
progresif, yang dapat mengganggu tidur dan aktivitas normal, merupakan gejala yang sering
dikeluhkan pasien dalam mencari pengobatan. Munculnya lesi primer kadang-kadang dapat
diperoleh hanya dari anamnesis langsung kepada pasien. Scabies sendiri seharusnya dianggap
berbeda dari penyakit-penyakit gatal yang umum. Bentuk khusus yang disebut “crusted” atau
scabies “Norwegia” dapat muncul dengan keluhan gatal yang minimal atau bahkan tidak ada.5
Berbagai manifestasi klinis yang bervariasi sering menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosis
penyakit ini. Hal ini dapat mengakibatkan penatalaksanaan yang tidak adekuat sehingga terjadi
peningkatan risiko penularan bahkan menjadi wabah yang dapat mengganggu aktivitas dan menambah
biaya untuk pengobatan penyakit ini. Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan kulit pasien atau
tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi tungau. Skabies dapat mewabah pada daerah padat
penduduk seperti daerah kumuh, penjara, panti asuhan, panti jompo, dan sekolah asrama.3
Beberapa pasien datang berobat dengan perubahan sekunder yang luas pada kulit, seperti
dermatitis yang meluas, infeksi bakterial sekunder, self-induced dermatitis yang disebabkan oleh
pengobatan yang tidak sesuai.5 Banyak obat-obatan, terutama dari golongan insektisida, yang
digunakan dalam terapi scabies pada abad ke-20. Namun, kebanyakan dari obat-obatan ini
bersifat toksik. Akhir-akhir ini, adanya resistensi terhadap obat yang sudah ada sebelumnya,
derajat keparahan penyakit, dan reaksi lanjut dari obat-obatan telah mendorong perkembangan
strategi pengobatan dan antiektoparasit baru untuk manajemen yang lebih optimal.6 Dengan
demikian pengetahuan terhadap adanya penyakit scabies ini diharapkan dapat mengenali gejala yang
timbul, melakukan pengobatan yang efektif dan menimalisir komplikasi dari penyakit tersebut.
I. DEFINISI
Scabies merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabiei var hominis. Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung dari kulit ke kulit maupun kontak
tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian handuk, sprei, bantal dan lain - lain.1,3 Sinonim
scabies antara lain: the itch, sky-bees, gudik, budukan, gatal agogo.1
1.5 Epidemiologi
Beberapa sumber menuliskan bahwa skabies merupakan penyakit yang terdapat diseluruh
dunia dengan insiden yang berfluktuasi akibat pengaruh faktor yang belum diketahui
sepenuhnya. Untuk suatu sebab yang sulit dimengerti, penyakit skabies ternyata sering
menyebabkan epidemi yang diperkirakan setiap 30 tahun sekali. Sekitar tahun 1940-1970
pernah terjadi pandemi terbesar di seluruh dunia. Penyakit ini sering terjadi terutama pada daerah
beriklim tropis dan subtropis. 2
Di beberapa Negara yang sedang berkembang, prevalensi skabies sekitar 6-27% dari
populasi umum dan cenderung tinggi pada anak usia sekolah serta remaja. Menurut data
Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas di seluruh Indonesia pada tahun 1986
adalah 4,5-12,9% dan menduduki urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit terbanyak. Di Divisi
Dermatologi Anak Unit Rawat Jalan RSU Dr. Soetomo selama 6 tahun (1996 sampai 2001)
skabies menduduki urutan ke-3 diantara 10 penyakit kulit terbanyak (10,5-12,3%). Jumlah
penderita skabies anak usia 1-14 tahun di Divisi Dermatologi Anak Unit Rawat Jalan RSU Dr.
Soetomo tahun 2003 sebanyak 80 penderita.7
Di kelompok usia dewasa muda, cara penularan yang paling sering terjadi adalah melalui
kontak seksual. Meskipun demikian rute infeksi agak sulit ditentukan karena periode “inkubasi”
yang lama dan asimptomatis. Apabila dalam satu keluarga terdapat beberapa anggota mengeluh
adanya gatal-gatal, maka penegakan diagnosis menjadi lebih mudah. Dan tidak seperti penyakit
menular seksual lainnya, skabies dapat menular melalui kontak non seksual di dalam satu
keluarga. Kontak kulit dengan orang yang tidak serumah dan transmisi tidak langsung seperti
lewat handuk dan pakaian sepertinya tidak menular, kecuali pada skabies yang berkrusta/skabies
Norwegia. Sebagai contoh, meskipun skabies sering dijumpai pada anak-anak usia sekolah,
penularan yang terjadi di sekolah jarang didapatkan. Penularan di pegawai rumah sakit juga
jarang, tetapi beberapa kasus pernah dilaporkan terutama yang bentuk krusta/skabies
Norwegia.2,8
II. ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh parasit tungau Sarcoptes scabiei var hominis. Tungau scabies
memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan
mata telanjang.3 Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua
pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat dengan alat perekat.1
III. PATOGENESIS
Tungau scabies betina menggali terowongan pada stratum corneum dengan kecepatan 2
mm per hari, dan meletakkan 2 atau 3 telur-telurnya setiap harinya. Telur-telur ini akan menetas
setelah 3 hari dan menjadi larva, yang akan membentuk kantung dangkal di stratum corneum
dimana larva-larva ini akan bertrasnformasi dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu. Tungau
ini kawin di dalam kantongnya, dimana tungau jantan akan mati tetapi tungau betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dan melanjutkan siklus hidupnya. Setelah invasi pertama dari
tungau ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu untuk timbul reaksi hipersensitivitas dan rasa gatal
akibat tungau ini.5
Tungau betina ini dapat hidup lebih lama dari tungau jantan yaitu hingga lebih dari 30
hari. 9 Tungau skabies ini umumnya hidup pada suhu yang lembab dan pada suhu kamar (21 0C
dengan kelembapan relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar tubuh hospes selama 24-36
jam.2
Selama siklus hidup tungau ini, terowongan yang terbentuk meluas dari beberapa
milimeter menjadi beberapa centimeter. Terowongan ini tidak meluas ke lapisan bawah
epidermis, kecuali pada kasus hiperkeratosis scabies Norwegia, kondisi dimana terdapat kulit
yang bersisik, menebal, terjadi imunosupresan, atau pada orang-orang tua dengan jumlah ribuan
tungau yang menginfeksi. Telur-telur tungau ini akan dikeluarkan dengan kecepatan 2-3 telur
perharinya dan massa feses (skibala) terdeposit pada terowongan. Skibala ini dapat menjadi
iritan dan menimbulkan rasa gatal.11
Jalur utama dari transmisi penularan yaitu kontak langsung antara kulit-ke-kulit. Namun
transmisi dengan cara pakaian bersama atau metode tidak langsung lainnya sangat langka tetapi
mungkin terjadi pada Norwegian scabies (misalnya, dalam host immunocompromised).
Transmisi antara anggota keluarga. Transmisi seksual juga terjadi.2
Sarcoptes scabiei dapat menyebabkan reaksi kulit yang berbentuk eritem, papul atau
vesikel pada kulit dimana mereka berada. Timbulnya reaksi kulit disertai perasan gatal.
Masuknya S. scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan gejala pruritus. Rasa gatal
timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta adanya infestasi kedua sebagai manifestasi respons
imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkan terowongan di bawah kulit. Tungau
skabies menginduksi antibodi IgE dan menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Lesi-lesi
di sekitar terowongan terinfiltrasi oleh sel-sel radang. Lesi biasanya berupa eksim atau urtika,
dengan pruritus yang intens, dan semua ini terkait dengan hipersensitivitas tipe cepat. Pada
kasus skabies yang lain, lesi dapat berupa urtika, nodul atau papul, dan ini dapat berhubungan
dengan respons imun kompleks berupa sensitisasi sel mast dengan antibodi IgE dan respons
seluler yang diinduksi oleh pelepasan sitokin dari sel Th2 dan/atau sel mast. Di samping lesi
yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei secara langsung, dapat pula terjadi lesi-lesi akibat
garukan penderita sendiri. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder.1
IV. DIAGNOSIS
Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei sangat
bervariasi. Meskipun demikian dapat ditemukan gambaran klinis berupa keluhan subjektif dan
objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies,
yaitu :
a. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti pruritus akan
timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan ruam dan gatal yang
timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini disebabkan
karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal
yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah. 1,3,12
b. Menyerang manusia secara berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah keluarga
biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah pemukiman yang padat
penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh penduduk. Didalam kelompok mungkin
akan ditemukan individu yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga tidak
menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa/carier bagi individu lain. 1,3,12
c. Adanya terowongan
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada kemampuannya
meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum, oleh karena itu parasit sangat
menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan tipis. 1,3.12
Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang sering
ditemukan di daerah sela-sela jari, pergelangan tangan bagian depan dan lateral telapak tangan,
siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. Bila ada infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorfik (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).1,3,12
Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas pada antigen
tungau. Lesi yang patognomonis adalah terowongan yang tipis dan kecil seperti benang,
berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan
ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum
korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari, pergelangan tangan dan daerah
siku. Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan di awal infeksi karena aktivitas menggaruk
pasien yang hebat.3
Gambar 5 . Distribusi makro lesi primer scabies pada orang dewasa5
Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,
yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut
bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di telapak tangan, telapak kaki, dibawah kepala dan
leher namun pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Berikut dipaparkan
gambaran tempat predileksi skabies.1,3
Bentuk Klinis
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak khas, meskipun jarang
ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan diagnostik yang dapat berakibat gagalnya
pengobatan
Bentuk-bentuk skabies antara lain:
1. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah yang sangat sedikit, kutu
biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Namun bentuk ini seringkali salah diagnosis karena lesi
jarang ditemukan dan sulit mendapatkan terowongan tungau. 3
2. Skabies nodular
Skabies nodular memperlihatkan lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran 2-20 mm yang
gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada genitalia, inguinal dan aksila. Pada
nodus yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat menetap selama beberapa minggu hingga
beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies. 3
3. Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda pada
penderita apabila penderita mengalami skabies. Sehingga penderita dapat memperlihatkan perubahan
lesi secara klinis. Akan tetapi dengan penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu
singkat setelah penghentian penggunaan steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih buruk. Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler. 3
4. Skabies Norwegia (Skabies berkrusta)
Kondisi yang jarang ini sangat mudah menular karena tungau berada dalam jumlah yang
banyak dan diperkirakan lebih dari sejuta tungau berkembang di kulit, sehingga dapat menjadi sumber
wabah di tempat pelayanan kesehatan. 16
Kadar IgE yang tinggi, eosinofil perifer, dan perkembangan krusta di kulit yang hiperkeratotik
dengan skuama dan penebalan menjadi karakteristik penyakit ini. Plak hiperkeratotik tersebar pada
daerah palmar dan plantar dengan penebalan dan distrofi kuku jari kaki dan tangan. Lesi tersebut
menyebar secara generalisata seperti daerah leher dan kulit kepala. telinga, bokong, siku, dan lutut. Kulit
yang lain biasanya terlihat xerotik. Pruritus dapat bervariasi dan dapat pula tidak ditemukan pada
bentuk penyakit ini.17
Bentuk ini ditemukan pada penderita yang mengalami gangguan fungsi imunologik misalnya
penderita HIV/AIDS, lepra, penderita infeksi virus leukemia type 1, pasien yang menggunakan
pengobatan imunosupresi, penderita gangguan neurologik dan retardasi mental (Chosidow,
2006).
5. Skabies pada bayi dan anak
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan kulit
kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Nodul pruritis eritematous keunguan dapat
ditemukan pada aksila dan daerah lateral badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul
berminggu-minggu setelah eradikasi infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bula bisa timbul
terutama pada telapak tangan dan jari. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh,
termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder
berupa impetigo, ektima, sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di
wajah. Lesi yang timbul dalam bentuk vesikel, pustul, dan nodul, tetapi distribusi lesi tersebut
atipikal. Eksematisasi dan impetigo sering didapatkan, dan dapat dikaburkan dengan dermatits
atopik atau acropustulosis. Rasa gatal bisa sangat hebat, sehingga anak yang terserang dapat
iritabel dan kurang nafsu makan.1,3,8,16
Pemeriksaan Penunjang
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita sering
datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya
diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat cardinal sign. (10) Beberapa cara yang
dapat digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu :
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu
dilakukan kerokan dengan meggunakan skalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap
papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca
penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.
b. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam
terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian dikeluarkan.
Bila positif, tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan.
Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi.
c. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah tinta
dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan
kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila
terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk S.
d. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)
Dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian dibuat irisan
tipis, dan dilakukan irisan superfisial menggunakan pisau dan berhati-hati dalam melakukannya
agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak
mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.(10) Biopsi irisan dengan pewarnaan
Hematoksilin and Eosin
Gambar 11. Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan pewarnaan H.E8,10
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit scabies dikenal sebagai the greatest imitator, karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit
dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah prurigo, pedikulosis korporis dan dermatitis. 1
V. PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektifitas yang bervariasi.
Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain umur pasien, biaya pengobatan,
berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan terapi yang pernah diberikan sebelumnya.3
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan tubuh kecuali
area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah sela-sela jari, inguinal, genital, area
lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada pasien anak dan skabies berkrusta,
area wajah dan kulit kepala juga harus dioleskan skabisid topikal. Pasien harus diinformasikan
bahwa walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit
dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika tidak diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan
bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti
skabies secara berlebihan. Steroid topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek
dapat diberikan untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah
pemberian terapi skabisid yang lengkap.3
1. Penatalaksanaan secara umum
f. Ivermectin
VI. KOMPLIKASI
Di utara Australia, dilaporkan angka kematian meningkat 50 % selama lebih dari 5 tahun,
dengan penyebab utamanya yaitu infeksi bakterial sekunder, yang sering disebabkan oleh
Streptococcus aureus, Streptococcus β-hemolitikus grup A, atau peptostreptococci. Beberapa
laporan kasus didapatkan vaskulitis leukositoklastik akibat scabies, dan satu kasus tercatat
adanya antikoagulan lupus.18Impegtiginisasi sekunder adalah komplikasi umum ditemukan dan
berespon baik terhadap pemberian antibiotik topikal ataupun oral, tergantung tingkat
piodermanya. Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat juga terjadi terutama pada skabies
Norwegian Scabies.3 Glomerulonefritis juga pernah dilaporkan sebagai komplikasi dari scabies.18
Post-streptococcal glomerulonephritis bisa terjadi karena scabies-induced pyodermas yang
disebabkan oleh Streptococcus pyogens.3
VII. PENCEGAHAN
VIII. PROGNOSIS
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada individu yang
immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu. 3 Investasi skabies dapat
disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi skabies, jika diobati dengan benar, memiliki
prognosis yang baik, keluhan gatal dan eksema akan sembuh.19 Dengan memperhatikan
pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor
prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis
yang baik. Oleh karena manusia merupakan penjamu (hospes) definitif, maka apabila tidak
diobati dengan sempurna, Sarcoptes scabiei akan tetap hidup tumbuh pada manusia.1,2
BAB III
KESIMPULAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei var. hominis dan produknya. Penularannya dengan 2 cara, yaitu kontak langsung dan kontak tak
langsung.
Pada penyakit skabies ditemukan 4 tanda cardinal yaitu pruritus nocturna, menyerang manusia
secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan dan menemukan tungau.
Bentuk kelainan kulit pada penyakit skabies yaitu ditemukannya papul, vesikel, erosi, ekskoriasi,
krusta dan lain-lain, serta bermanifestasi klinis dalam berbagai variasi. Bila infeksi sekunder telah terjadi
dapat disebabkan bakteri yang ditandai dengan munculnya pustul maupun timbulnya gejala infeksi
sistemik Penanganan yang menjadi pilihan utama adalah primethrin 5% topikal yang dioleskan di kulit 8-
12 jam serta edukasi pasien.
Penjelasan tentang penyakit skabies, perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi
tungau skabies, menjaga higiene pribadi, dan tata cara penggunaan obat merupakan hal yang
penting. Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan orang disekitar pasien yang
berhubungan erat.
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada individu yang
immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu. Investasi skabies dapat
disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi skabies, jika diobati dengan benar, memiliki
prognosis yang baik, keluhan gatal dan eksema akan sembuh