Anda di halaman 1dari 26

KEBIJAKAN SDM DAN UMUM

BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004


TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

1.1 Tata Tertib

Tata tertib adalah perangkat manajerial yang dibuat untuk memberikan penguatan
(enforce) bagi standar-standar organisasi.

Macam-Macam Tata Tertib Kerja

Ada 2 bentuk tata tertib kerja, yakni yang bersifat preventif dan korektif
1. Tata tertib Preventif
Adalah upaya menggerakkan Karyawan untuk mengikuti dan mematuhi standar,
pedoman ataupun aturan yang telah digariskan oleh Perusahaan.
2. Tata tertib Korektif
Adalah upaya menggerakkan Karyawan untuk kembali pada standar, pedoman
ataupun atauran yang telah digariskan.

1.2 Umum

1. Pihak perusahaan dan karyawan menyadari perlunya ditegakkan kedisiplinan


dan ketertiban di lingkungan perusahaan. Oleh karena itu terhadap karyawan
yang menyalahi peraturan tata tertib dan disiplin yang diatur dalam kebijakan
Perusahaan ini akan diberikan sanksi kedisiplinan.
2. Pemberian sanksi terhadap karyawan dimaksudkan sebagai tindakan korektif
dan pengarahan terhadap sikap dan tingkah laku karyawan, sehingga dapat
diciptakan lingkungan kerja yang aman, teratur dan tertib.

1.3 Tata Tertib Administrasi

1. Karyawan wajib memberikan data pribadi/dokumen yang bertalian dengan


pribadinya, keluarganya, pendidikan, ijazah, pengalaman kerja, alamat/tempat
tinggal dan sebagainya.
2. Pemalsuan data/dokumen yang diberikan kepada perusahaan dapat dikenakan
sanksi Pemutusan Hubungan Kerja.
3. Karyawan wajib memberitahukan kepada perusahaan selambat-lambatnya 1
(satu) pekan setiap ada perubahan yang berkenaan dengan :
a. Domisili/tempat tinggal.
b. Status keluarga (perkawinan, kelahiran, kematian)

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

1.4 Tata Tertib Keselamatan, Kesehatan, Kebersihan dan Keamanan

3.1.1. Tata Tertib Keselamatan, Kesehatan dan Kebersihan Kerja

Dalam rangka menciptakan dan terlaksananya keselamatan, kesehatan


dan kebersihan kerja yang baik di lingkungan perusahaan, maka setiap
pimpinan dan karyawan mempunyai tanggung jawab masing-masing di
bidang keselamatan, kesehatan, dan kebersihan kerja sebagai berikut :

1. Setiap unsur Pimpinan bertanggung jawab dalam :


a. Mengembangkan program-program penanggulangan
kecelakaan, kesehatan kerja dan pencemaran lingkungan
hidup secara efektif.
b. Menjaga dan memelihara kondisi dan lingkungan kerja
c. Mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
pemeliharaan kondisi kerja yang selamat.
d. Mendorong agar Karyawan mau memberikan sumbangan
pendapat tentang Keselamatan, Kesehatan, Kebersihan
dan lingkungan hidup serta sumbangan mereka hendaknya
diperhatikan dengan seksama.
e. Menegakkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja
dan lingkungan di masing-masing unit kerjanya.
f. Melaporkan kecelakaan baik berat, sedang, ringan dan
menemukan penyebabnya untuk mencegah kecelakaan
serupa di masa mendatang.

2. Setiap Karyawan bertanggung jawab dalam :

a. Mentaati semua ketentuan yang mengatur keselamatan


kerja serta mempraktikan semua cara pencegahan
kecelakaan dan peraturan keselamatan sesuai dengan
tugasnya masing-masing guna menghindari kecelakaan
bagi dirinya sendiri ataupun rekan sekerjanya dan atau
orang lain di sekitarnya.
b. Melaporkan luka-luka akibat kecelakaan, walau luka
tersebut sangat kecil.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

c. Menjaga dan memelihara kondisi dan lingkungan kerja di


tempat kerjanya.
d. Pemakaian dan pemeliharaan alat-alat keselamatan kerja
yang telah disediakan setiap kali melakukan tugas, dan
tidak diperkenankan untuk dipindahkan kepada orang yang
tidak berhak.
e. Melaporkan praktik-praktik yang berbahaya dari pekerjaan,
alat kerja atau lingkungan kerjanya.
f. Untuk ikut aktif mengambil bagian dalam usaha
pencegahan dan penanggulangan atas suatu kecelakaan
kerja yang akan terjadi di lingkungan kerjanya.
g. Memperhatikan kebersihan lingkungan kerjanya,
penampilan diri dan menyadari bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja serta pelestarian lingkungan hidup adalah
bagian dari tugas-tugas pekerjaan sehari-hari.
h. Selalu mengikuti dan mentaati Standar Operasional
Prosedur (SOP) bagi masing-masing jenis pekerjaan yang
telah ditetapkan.

3.1.2. Tata Tertib Keamanan

Karyawan wajib mentaati peraturan keamanan di Perusahaan :

1. Karyawan yang mengetahui adanya keadaan/kejadian yang dapat


menimbulkan bahaya kebakaran, pencurian, gangguan terhadap
keselamatan dan ketentraman di lingkungan Perusahaan wajib segera
memberitahukan atasannya langsung/pejabat Perusahaan atau siapa
saja yang dapat dihubungi secara cepat.

2. Setiap Karyawan wajib menghindari hal-hal yang akan menyebabkan


timbulnya :
a. Kebakaran atau ledakan
b. Pencurian, kehilangan dan pengrusakan
c. Perkelahian

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

3. Karyawan yang mengetahui adanya kebakaran wajib memadamkan api


dengan cara apapun.

4. Untuk mencegah terjadinya kebakaran atau ledakan, maka karyawan


dilarang:
a. Merokok.
b. Mendekatkan bensin/solar dan barang-barang lain yang
mudah terbakar pada sumber api.
c. Merusak/merubah atau menghilangkan alat pengaman.
d. Membawa masuk ke lingkungan perusahaan bahan bakar,
bahan peledak, senjata api dan lain-lain yang tidak ada
hubungannya dengan pekerjaan Karyawan.
e. Mempermainkan alat pemadam kebakaran, memindahkan
tempatnya atau memperlakukan secara ceroboh sehingga
menimbulkan kerusakan.

5. Untuk mencegah terjadinya pencurian dan pengrusakan, maka


Karyawan :
a. Wajib menjaga dan memelihara barang yang dipertanggung-
jawabkan kepadanya.
b. Dilarang memasuk tempat-tempat yang bukan untuknya
tanpa ijin.
c. Dilarang keluar masuk lingkungan Perusahaan selain
melalui pintu yang telah disediakan dan dengan cara yang
telah ditentukan.
d. Dilarang meletakkan/menyimpan benda berharga di tempat
yang tidak terkunci.

6. Untuk mencegah perkelahian atau hal lainnya karyawan dilarang :


a. Melakukan hasutan atau fitnah sesama karyawan.
b. Menyebarkan isu-isu atau kabar bohong dalam bentuk dan
cara apapun yang merisaukan sesama karyawan.
c. Mengancam karyawan lain atau memaksanya untuk
mengikuti sikap dan tindakannya.
d. Membawa senjata tajam dan senjata lainnya yang dianggap
membahayakan ke dalam lingkungan perusahaan.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

1.5 Tata Tertib Kerapihan Dan Tanda Pengenal

3.1.3. Tata Tertib Kerapihan Karyawan


1. Perusahaan mengatur tata tertib kerapihan karyawan, yang tertuang
dalam bentuk gambar dan keterangan serta peraturan khusus yang akan
dipasang di lingkungan Perusahaan.
2. Setiap Karyawan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari wajib menjaga
dan memelihara kebersihan serta kerapihan dirinya.

3.1.4. Tata Tertib Tanda Pengenal

1. Setiap karyawan diberikan tanda pengenal berupa kartu karyawan atau


tanda-tanda pengenal lainnya.
2. Tanda pengenal harus selalu ditempatkan pada baju bagian luar di atas
dada kiri pada waktu karyawan masuk kerja. Apabila tidak memenuhi ini
dapat ditolak masuk kerja.
3. Kehilangan atau kerusakan tanda pengenal harus melaporkan ke Bagian
SDM dalam waktu paling lambat 1 x 24 jam.
4. Merusak/menghilangkan tanda pengenal dengan sengaja atau alasan
yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan dapat dikenakan sanksi.
5. Karyawan yang putus hubungan kerjanya harus terlebih dahulu
mengembalikan tanda pengenal sebelum memperoleh surat
keterangan/pengalaman kerja dari Perusahaan.

1.6 Tata Tertib Sikap Atasan Dan Bawahan

3.1.5. Tata Tertib Sikap Atasan Terhadap Bawahan

1. Atasan wajib memperlakukan bawahannya dengan sopan, jujur dan


wajar sesuai dengan tugas yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

2. Atasan wajib memberikan petunjuk kepada bawahannya tentang


pekerjaan yang harus dilakukan termasuk juga peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja.
3. Atasan wajib memberikan bimbingan dan dorongan kepada
bawahannya, untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan
disiplin.
4. Atasan wajib menegur bawahannya yang melanggar peraturan yang
berlaku.
5. Atasan wajib melakukan penilaian terhadap bawahannya secara jujur
dan obyektif.
6. Atasan wajib menjawab setiap pertanyaan bawahannya sesuai dengan
batas kewenangannya.

3.1.6. Tata Tertib Sikap Bawahan Terhadap Atasan

1. Bawahan wajib melaksanakan perintah/petunjuk yang layak dari


atasannya dengan sebaik-baiknya.
2. Bawahan wajib bersikap sopan, jujur dan wajar terhadap atasan.
3. Bawahan wajib menanyakan kepada atasannya hal-hal yang belum atau
kurang jelas baginya.
4. Bawahan dianjurkan mengajukan usul dan saran kepada atasannya
demi kelancaran pekerjaannya.

1.7 Pemberian Sanksi

Pemberian sanksi adalah sebuah tindakan korektif. Ia adalah upaya untuk


memperbaiki kinerja personal ataupun organisasi, memelihara peraturan yang
berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.

Pemberian sanksi terhadap pelanggar tata tertib kerja harus dilakukan secara baik
dengan memperhatikan beberapa hal berikut :
1.Pemberian peringatan
Karyawan yang melanggar tata tertib kerja perlu diberikan surat peringatan.
Tujuannya adalah agar yang bersangkutan menyadari kesalahannya. Disamping

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

itu surat teguranpun dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai
kondite Karyawan
2.Dilakukan sesegera mungkin
Tujuannya agar karyawan yang bersangkutan memahami sanksi pelanggaran
yang berlaku di Perusahaan. Kelalaian dalam pemberian sanksi akan
memperlemah disiplin yang ada dan juga memberikan peluang untuk
mengabaikan tata tertib yang ada dan membuka kemungkinan terhadap
terjadinya kesalahan yang sama.
3.Konsisten
Inkonsistensi dalam pemberian sanksi akan menyebabkan munculnya
kekecewaan karena adanya suasana diskriminatif.
4.Impersonal
Pemberian sanksi pelanggaran tata tertib dilakukan tanpa membeda-bedakan
Karyawan, tua – muda, pria – wanita tetap diperlakukan sama sesuai dengan
tata tertib yang berlaku.

1.8 Hari Kerja dan Jam Kerja

Hari dan jam kerja adalah skala waktu yang telah ditetapkan bagi karyawan untuk
melakukan tugasnya atau bekerja. Ketentuan ini perlu dibuat agar tidak terjadi
keluhan yang terkait dengan hak-hak sosial karyawan.

Seorang karyawan adalah juga manusia yang memiliki hak waktu untuk dapat
bersosialisasi ataupun menjalankan kehidupan pribadinya.

3.1.7. Hari Kerja dan Jam Kerja

1. Waktu kerja adalah waktu dimana semua karyawan


melakukan/melaksanakan pekerjaan pada hari-hari kerja yang telah
ditentukan.
2. Hari kerja adalah hari Senin sampai Sabtu (6 hari kerja dalam
seminggu), dan hari minggu merupakan hari istirahat mingguan. Untuk
bagian yang karena sifat dan tugasnya khusus, hari kerja dan hari
istirahat mingguannya diatur tersendiri dengan tetap memperhatikan
ketentuan pada Peraturan Perundangan yang berlaku.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

3. Jam kerja adalah jam dimana karyawan melakukan pekerjaan selama


7 jam setiap hari kecuali hari Sabtu 3 jam dan hari senin 9 jam atau 40
jam seminggu (istirahat tidak dihitung sebagai jam kerja).
4. Jam kerja diatas dapat berubah disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi Perusahaan dengan tetap mengindahkan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
5. Jam-jam kerja diluar ketentuan waktu kerja dihitung sebagai kerja
lembur dengan menyertakan surat perintah lembur yang telah disetujui
atasannya.

3.1.8. Disiplin Waktu Kerja

1. Setiap karyawan wajib hadir di tempat kerja tepat waktu sesuai jam
kerja yang telah ditetapkan.
2. Setiap karyawan, diwajibkan melakukan presensi dengan
menggunakan alat pencatat waktu pada saat masuk dan pulang.
3. presensi wajib dilakukan oleh karyawan yang bersangkutan.
4. Apabila untuk suatu keperluan diluar lingkungan perusahaan seorang
karyawan perlu meninggalkan pekerjaan untuk sementara waktu dan
atau tidak kembali lagi, maka kepadanya diwajibkan minta ijin kepada
atasannya dengan mengisi Kartu Ijin Meninggalkan Pekerjaan dan atau
mengisi presensi.
5. Pemberitahuan ketidakhadiran kepada atasannya diwajibkan dengan
cara apapun dihari pertama Karyawan tidak masuk kerja.
6. Ketidakhadiran dianggap sah apabila diperkuat dengan bukti-bukti
yang sah dan diketahui oleh Pimpinan Kerja.
7. Karyawan yang tidak mengindahkan kewajiban seperti tersebut pada
ayat 6, dianggap alpa.
8. Keterlambatan hadir atau meninggalkan tempat kerja sebelum jam
kerja berakhir tanpa ijin merupakan suatu tindakan melalaikan
kewajiban.
9. Pada saat jam kerja, Karyawan dilarang untuk melakukan aktifitas lain
diluar pekerjaannya.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

1.9 Kerja Lembur

1. Perusahaan dapat memerintahkan karyawan untuk melakukan kerja lembur,


dengan tetap memperhatikan Peraturan Perundangan yang berlaku.
2. Dalam hal karena sesuatu alasan, karyawan tidak dapat melakukan kerja
lembur yang ditugaskan kepadanya, maka karyawan yang bersangkutan wajib
memberitahukan pada saat itu juga kepada atasannya langsung.
3. Kerja lembur hanya dilakukan atas instruksi/tugas dari Pimpinan Kerja yang
bersangkutan dan dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

3.1.9. Perhitungan Upah Lembur

1. Penghitungan upah lembur dilakukan dengan berpedoman pada Surat


Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 72/Men/1984 tanggal 31 Maret
1984.
2. Besarnya upah lembur tiap jam kerja diatur menurut :
a. Hari kerja biasa
-jam lembur pertama : 1,5 X TUL
-jam lembur kedua, dst : 2 x TUL
b. Hari Istirahat/Hari Raya
-7 jam lembur pertama : 2 X TUL
-Jam lembur ke 8 : 3 x TUL
-Jam lembur ke 9, dst : 4 x TUL
3. Tarif Upah Lembur (TUL) adalah 1/172 x upah tetap sebulan
4. Yang dimaksud upah pada ayat 2 di atas adalah upah pokok dan
tunjangan tetap.
5. Karyawan yang berhak mendapat upah lembur adalah Karyawan
golongan I sampai dengan golongan III.

1.10 Libur

Libur, cuti ataupun izin adalah kesempatan yang diberikan kepada karyawan untuk
tidak hadir atau datang ketempat kerja.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

Menurut penjadualannya hal ini dibagi atas dua jenis yakni :


1. Ketidak hadiran yang terjadual seperti ; libur resmi (nasional, daerah ataupun
Perusahaan), hak cuti.
2. Ketidak hadiran yang tidak terjadual, seperti ; izin sakit, izin pernikahan, dll.

3.1.10. Hari Libur Resmi


1. Hari libur resmi adalah hari kemerdekaan Republik Indonesia dan
hari raya agama Islam.
2. Pada hari libur tersebut upah tetap dibayar.

1.11 Cuti Resmi

3.1.11. Cuti Tahunan

1.Setelah menjalani masa kerja 12 (dua belas) bulan terus menerus, setiap
Karyawan berhak atas cuti tahunan.
2.Lamanya cuti tahunan diatur sebanyak 12 (dua belas) hari kerja dengan
tetap mendapat upah.
3.Cuti tahunan dapat diatur sebagai berikut :
a.Cuti bersama dilakukan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) hari, atas
persetujuan Perusahaan dan Karyawan yang dituangkan dalam
kalender Perusahaan.
b.Sisa cuti tahunan ditentukan oleh Karyawan dengan
mempertimbangkan kelancaran jalannya perusahaan.
4. Hari libur resmi dan istirahat Mingguan perusahaan tidak boleh
dihitung sebagai bagian dari cuti.
5. Oleh karena suatu hal, dimana seluruh kegiatan perusahaan
terpaksa diliburkan, Karyawan yang telah mengajukan cuti pada libur
tersebut, maka cuti tersebut batal dengan sendirinya.
6. Masa berlaku cuti tahunan adalah 6 (enam) bulan dan dapat
diperpanjang sampai dengan 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
jatuh tempo hak cutinya.
7. Permohonan pengambilan cuti tahunan harus sudah diajukan 2 (dua)
pekan sebelumnya kepada Bagian SDM setelah disetujui oleh
atasannya.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

8. Berdasarkan pertimbangan kelancaran pekerjaan, perusahaan dapat


menunda/menjadualkan pelaksanaan cuti tahunan karyawan.

3.1.12. Cuti Besar

1. Karyawan yang telah mempunyai masa kerja 6 (enam) tahun masa


kerja berhak atas cuti besar.
2. cuti besar (istirahat panjang) dilaksanakan sekurang-kurangnya 2
9dua) bulan dan dilaksanakan 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang
telah bekerja 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan
yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi
atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjunya
berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.
3. Cuti besar diberikan tanpa mengurangi hak cuti tahunan yang berlaku.
4. Hari-hari cuti besar tidak dapat diuangkan.
5. Pengambilan cuti besar dapat dilakukan secara bertahap dengan
ketentuan setiap tahap paling sedikit 6 (enam) hari.
6. Permohonan pengambilan cuti harus sudah diajukan 2 (dua) pekan
sebelumnya kepada Bagian SDM setelah disetujui oleh atasannya.
7. Berdasarkan pertimbangan kelancaran pekerjaan perusahaan dapat
menunda/menjadualkan pelaksanaan cuti besar karyawan.
8. Kepada karyawan yang telah berhak menjalani cuti besar, perusahaan
memberikan tunjangan cuti besar sebesar 1 (satu) bulan upah pokok.
9. Hak atas cuti besar gugur bilamana dalam 3 (tiga) tahun setelah
haknya timbul tidak dipergunakan.

3.1.13. Cuti Melahirkan

Karyawan yang melahirkan anak diberi cuti melahirkan dengan


ketentuan sebagai berikut :

1. Cuti melahirkan anak diberikan selama 3 (tiga) bulan, yaitu 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1,5 (satu setengah) bulan
sesudah melahirkan.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

2. Demi tepatnya perkiraan perhitungan saat kelahiran, maka karyawan


yang bersangkutan harus melampirkan surat keterangan
dokter/bidang saat mengajukan permohonan cuti melahirkan.
3. Cuti yang diakibatkan oleh karena mengalami keguguran atau gugur
kandungan diberikan atas dasar surat keterangan dokter/bidan selama
1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai surat keterangan dokter
kandungan atau bidan.
4. Permohonan cuti melahirkan harus diajukan selambat-lambatnya 2
(dua) pekan sebelumnya kepada Bagian SDM setelah disetujui oleh
atasannya.
5. Bila setelah cuti melahirkan tersebut pada ayat 1 di atas, karyawan
tersebut belum bisa bekerja karena alasan medis, harus dibuktikan
dengan surat keterangan dokter.
6. Apabila karyawan tersebut tidak masuk kerja selama 6 (enam) hari
kerja berturut-turut tanpa alasan yang sah setelah masa cuti
melahirkan berakhir, maka dianggap mengundurkan diri.
7. Selama menjalani cuti melahirkan, upahnya dibayar penuh.

1.12 Cuti Diluar Tanggung Jawab Perusahaan

1. Sesuai pasal 3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 02/MEN/1989,


perusahaan wajib merencanakan dan melaksanakan pengalihan tugas bagi
karyawan hamil tanpa mengurangi hak-haknya.
2. Perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan
peraturan tersebut di atas, dimana apabila sudah tidak memungkinkan maka
perusahaan wajib memberikan cuti di Luar Tanggungan sampai saat timbul
cuti melahirkan.
3. Prioritas cuti di Luar Tanggungan akan diberikan kepada karyawan hamil yang
usia kehamilannya paling tua sesuai kebutuhan, kecuali karena alasan medis
dapat dipertimbangkan lain.
4. Dengan adanya ketentuan larangan mempekerjakan karyawan hamil di malam
hari, maka ketentuan ini diutamakan untuk Karyawan hamil yang mendapat
giliran kerja sift. Pemberian cuti di luar tanggungan ditentukan oleh
Perusahaan.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

5. Bagi Karyawan hamil yang menjalankan cuti di luar tanggungan akan


mendapat upah sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari upah pokok.
6. Pelaksanaan teknis administrasi cuti di luar tanggungan di atur oleh SDM.
7. Lamanya cuti di luar tanggungan maksimum 1 (satu) bulan.

1.13 Sakit Selama Cuti

Apabila pada saat Karyawan menjalani cuti, Karyawan yang bersangkutan


mengalami sakit maka hari-hari istirahat sakit sudah terhitung dalam cuti tersebut.

1.14 Izin

3.1.14. Izin Tidak Masuk Kerja Dengan Menerima Upah

1. Seorang Karyawan dapat diberi ijin untuk meninggalkan pekerjaan


dengan mendapat upah untuk keperluan-keperluan seperti tersebut
berikut ini :

- Pernikahan Karyawan 3 hari


- Pernikahan anak Karyawan 2 hari
- Istri melahirkan 2 hari
- Khitanan anak Karyawan 2 hari
- Anggota keluarga meninggal dunia 1hari

a.Pada waktu Karyawan melaksanakan hak/kewajiban yang diberikan


oleh pemerintah/Undang-undang, antara lain; hak pilih, panggilan
sidang, saksi, dan lain-lain yang waktunya setiap kali ditentukan
berdasarkan kebutuhan.
b.Keadaan-keadaan tertentu yang menyangkut perusahaan, karyawan,
keadaan di luar perusahaan, dimana perusahaan menilai
sebaiknya karyawan tidak masuk kerja, misalnya; situasi
keamanan.
c.Bagi Karyawan bila diperlukan dapat diberikan istirahat
pada haid pertama dan hari kedua.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

2. Ijin pada ayat 1 di atas, diberikan pada hari-hari kerja. Bila satu dan
lain hal dibutuhkan waktu yang lebih panjang dari pada yang telah
ditentukan, maka kelebihannya tidak dibayarkan upah.

3. Diluar ijin tersebut di atas maka tidak mendapatkan upah.

1.15 Peringatan / Sanksi Dan Pertimbangan Pemberiannya

3.1.15. Peringatan / Sanksi

1. Perusahaan maupun karyawan menyadari sepenuhnya perlunya


penegakan disiplin kerja, karenanya terhadap kesalahan/pelanggaran
yang dilakukan oleh karyawan atau peraturan yang telah diatur dalam
Peraturan Perusahaan diberikan peringatan/sanksi.
2. Peringatan/sanksi yang diberikan kepada karyawan adalah merupakan
usaha korektif dan pengarahan terhadap tindakan dan tingkahlaku
karyawan.
3. Peringatan/sanksi atas kesalahan/pelanggaran yang akan diberikan
kepada Karyawan diperinci sebagai berikut :
a. Peringatan lisan/teguran, dilakukan oleh atasan karyawan untuk
kesalahan/pelanggaran karyawan yang bersifat umum, ringan yang
tidak berdampak langsung kepada usaha Perusahaan dan masih
dapat diperbaiki. Peringatan lisan/teguran ini didokumentasikan
dalam Surat Teguran.
b. Peringatan tertulis dilakukan oleh atasan karyawan untuk
kesalahan/pelanggaran yang bersifat khusus sebagaimana
ditentukan dalam pasal-pasal selanjutnya.
4. Penindakan disiplin yang dilakukan tidak perlu mengikuti urutan satu
demi satu, melainkan tergantung pada macam, sering, berat dan
ringannya pelanggaran yang dilakukan oleh Karyawan yang
bersangkutan.
5. Sanksi pemutusan hubungan kerja yang dikenakan terhadap karyawan
yang melakukan kesalahan/pelanggaran dengan sanksi pemutusan
hubungan kerja yang pelaksanaannya diatur sebagai berikut :

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

a. Permintaan sanksi pemutusan hubungan kerja ditanda


tangani oleh Pimpinan Unit Kerja yang bersangkutan
kepada Badan Pengurus.
b. Badan Pengurus akan melakukan pemutusan hubungan
kerja sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 13
tahun 2003.

3.1.16. Pertimbangan Pemberian Sanksi

Dalam memberikan peringatan tertulis/sanksi kepada karyawan,


perusahaan akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Macam dan berat ringannya kesalahan/pelanggaran.
b. Dampaknya terhadap usaha perusahaan.
c. Seringnya pengulangan/frekuensi kesalahan/pelanggaran.
d. Ada tidaknya unsur kealpaan atau kesengajaan.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesalahan/pelanggaran
(dalam batas kemampuan Karyawan atau tidak).
f. Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku.

1.16 Tanggung Jawab Supervisi

Setiap pimpinan kerja dari kelompok karyawan bertanggung jawab demi


berlakunya tata tertib Perusahaan, serta menjaga tegaknya kedisiplinan
Karyawan.

1.17 Kesalahan Dan Surat Teguran

3.1.17. Kesalahan Tanpa Surat Teguran

1. Tidak melaksanakan pencatatan kehadiran 1 (satu) hari kerja.


2. Memasuki lingkungan perusahaan tanpa memakai pakaian
kerja/perlengkapan yang diharuskan (kecuali ada tugas khusus dari
perusahaan)

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

3. Tidak menjaga kebersihan, kerapihan dirinya atau keutuhan


pakaian/perlengkapan kerja yang diberikan atau memakainya secara
tidak wajar/serampangan.
4. Tidak menjaga kebersihan atau kerapihan tempat dan lingkungan
kerja.
5. Meninggalkan pekerjaan tanpa ijin atasan tanpa alasan yang sah atau
meninggalkan pekerjaan tanpa mengikuti prosedur yang berlaku.
6. Meninggalkan pekerjaan dengan disetujui atasan yang melebihi waktu
yang ditentukan atasan.
7. Melakukan istirahat sebelum atau melebihi waktunya.
8. Terlambat datang selama 2 (dua) hari secara berturut-turut atau 3
(tiga) hari tidak berturut-turut dalam 1 (satu) bulan tanpa alasan yang
dapat diterima.
9. Pulang lebih awal dari waktu yang telah ditentukan tanpa ijin dari
atasan.
10. Tidak melaksanakan tugas kerja lembur sesuai dengan perintah yang
telah disetujui pekerja tanpa alasan yang dapat diterima.
11. Tidak memberitahukan ketidakhadirannya kepada atasannya di hari
pertama Karyawan tidak masuk kerja, tanpa alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan.
12. Makan ditempat kerja kecuali ditempat-tempat yang telah ditentukan.
13. Tidak menjaga dengan baik barang milik Perusahaan yang menjadi
tanggung jawabnya yang mengakibatkan hilangnya barang tersebut
dan mengakibatkan hilangnya barang tersebut dan mengakibatkan
kerugian Perusahaan.
14. Melakukan pelanggaran lain yang dapat dipandang setara dengan
yang disebutkan di atas.

3.1.18. Kesalahan Dengan Surat Peringatan Satu (SP-1)

Kesalahan/pelanggaran dilakukan karyawan yang dapat diberikan


Surat Peringatan Satu adalah sebagai berikut :

1. Tidak melaksanakan pencatatan kehadiran 2-3 (dua sampai tiga) hari


kerja tidak berturut-turut dalam 1 bulan
2. Kedapatan tidur diwaktu jam kerja di lingkungan perusahaan.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

3. Tidak mengenakan atau tidak dapat menunjukkan kartu pengenal yang


sudah diberikan Perusahaan pada waktu jam kerja tanpa seijin atasan.

4. Melakukan absensi kehadiran karyawan lain atau menyuruh karyawan


lain untuk mengabsensi kehadirannya.
5. Tidak memakai perlengkapan keselamatan, kesehatan dan
perlindungan kerja yang telah disediakan untuk pekerjaannya pada
waktu melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuan komite P2K3L.
6. Menjalankan usaha pribadi di lingkungan perusahaan pada jam kerja.
7. Mengendarai kendaraan Perusahaan yang bukan menjadi tugasnya,
tanpa ijin atau perintah atasan.
8. Kedapatan mencoret tembok/gedung di dalam lingkungan perusahaan.
9. Menolak melakukan perintah yang wajar dari atasannya tanpa alasan
yang jelas.
10. Tidak dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar kerja
yang telah ditentukan.
11. Melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya tanpa ijin/perintah atasan
atau tanpa alasan yang jelas dan benar.
12. Berada di tempat makan/masjid pada jam kerja tanpa seijin atasan
yang berwenang.
13. Tetap tidak menunjukkan kesungguhan bekerja yang tercermin dari
hasil kerjanya dibawah kemampuan sebenarnya, tanpa alasan yang
jelas meskipun sudah diberikan petunjuk kerja serta peringatan lisan
oleh atasannya.
14. Mencoret-coret atau merobek pengumuman/pemberitahuan yang
masih berlaku pada papan pengumuman tanpa seijin atau perintah
yang berwenang.
15. Melakukan pelanggaran lainnya yang dapat dipandang setara dengan
yang disebut di atas.
16. Sebagai peningkatan sanksi apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
berlakunya surat teguran karyawan karya berbuat lagi pelanggaran
yang sanksinya sama.

3.1.19. Kesalahan Dengan Surat Peringatan Dua (SP-2)

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

Kesalahan/pelanggaran yang dilakukan karyawan yang dapat diberikan


Surat Peringatan Dua adalah sebagai berikut :

1. Tidak melaksanakan pencatatan kehadiran selama 4-5 (empat sampai


lima) hari kerja tidak berturut-turut dalam sebulan. (idem)
2. Memberikan penugasan atau menyuruh bawahannya untuk
melaksanakan pekerjaan yang berbahaya yang dapat terjadi pada
bawahannya dan atau orang lain.
3. Tidak menjaga dengan baik barang milik Perusahaan yang menjadi
tanggung jawabnya yang mengakibatkan hilangnya barang tersebut
dan mengakibatkan kerugian Perusahaan.
4. Menghalangi petugas keamanan menjalankan tugas mereka dalam
memelihara tata tertib dan pengamanan di lingkungan Perusahaan.
5. Menempel/menyebarluaskan pamflet/selebaran di lingkungan
Perusahaan tanpa seijin Perusahaan.
6. Melakukan pelanggaran lainnya yang dapat dipandang setara dengan
yang disebut di atas.
7. Tidak berusaha memperbaiki diri setelah mendapatkan atau selama
masa berlakunya Surat Peringatan Satu, karyawan yang bersangkutan
masih melakukan lagi kesalahan/pelanggaran yang dapat diberikan
sanksi Surat Peringatan Satu.

3.1.20. Kesalahan Dengan Surat Peringatan Tiga (SP-3)

Kesalahan/pelanggaran yang dilakukan Karyawan yang dapat diberikan


Surat Peringatan Tiga/terakhir adalah sebagai berikut :

1. Tidak melaksanakan pencatatan kehadiran selama 2 (dua) hari kerja


berturut-turut dalam sepekan atau 3 (tiga) hari kerja tidak berturut-turut
dalam sepekan.
2. Tidak melaksanakan pencatatan kehadiran selama 6-7 (enam sampai
tujuh) hari kerja tidak berturut-turut dalam sebulan.
3. Dengan sengaja tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar
kerja yang telah ditentukan yang dapat mengakibatkan kerugian besar
bagi perusahaan maupun karyawan.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

4. Menentang penugasan yang disampaikan secara wajar oleh atasan


tanpa alasan yang sah.
5. Terbukti mengetahui adanya tindakan kejahatan berupa pencurian dan
penipuan di dalam lingkungan perusahaan, tetapi tidak melakukan
pencegahan apapun atau melaporkan pada yang berwenang.
6. Dengan sengaja memindahkan/membawa barang/dokumen rahasia
milik perusahaan keluar lingkungan perusahaan tanpa ijin atasan.
7. Melakukan tindakan/perbuatan yang dapat menimbulkan keresahan
atau keonaran di lingkungan perusahaan.
8. Mengadakan rapat, pidato, propaganda atau bentuk lainnya yang
bersifat menghasut.
9. Tidak berusaha memperbaiki diri setelah mendapatkan atau selama
masa berlakunya surat peringatan sebelumnya masih melakukan lagi
kesalahan/pelanggaran yang dapat diberikan sanksi Surat Peringatan
Satu dan Dua.

1.18 Skorsing

Sanksi pemberhentian sementara (skorsing) dapat dikenakan kepada Karyawan :

1. Melakukan pelanggaran yang menggangu/menimbulkan gangguan/bahaya


bagi kepentingan umum, perusahaan dan karyawan lainnya, serta kasusnya
sedang dalam proses permohonan ijin pemutusan hubungan kerja dari
P4D/P4P melalui Dinas Tenaga Kerja.
2. Melakukan tindak pidana atau sedang dalam tahanan yang berwajib, yang
disebabkan pengaduan perusahaan.
3. Melakukan tindak pidana atau sedang dalam tahanan yang berwajib bukan
pengaduan perusahaan.

1.19 Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan hubungan kerja adalah pemberhentian karyawan, baik untuk semetara


waktu maupun untuk selamanya yang dilakukan oleh Perusahaan karena
permintaan Karyawan ataupun karena keinginan pihak perusahaan.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

Tujuan dari pemberhentian karyawan ini adalah untuk dapat mempertahankan


produktifitas, efektifitas dan efisiensi organisasi atau perusahaan.
Apa bila tindakan atau proses pemutusan hubungan ini harus dilakukan, maka hal
yang perlu diperhatikan adalah :

1. Perusahaan berusaha sedapat mungkin untuk mencegah terjadinya pemutusan


hubungan kerja.
2. Dalam keadaan-keadaan yang memaksa terjadi pemutusan hubungan kerja,
Perusahaan akan bertindak sesuai dengan prosedur yang ada pada Undang-
undang No 13 tahun 2003.

1.20 Bentuk-Bentuk Pemutusan Hubungan Kerja

3.1.21. Dalam Masa Percobaan

1. Selama masa percobaan yang lamanya 3 (tiga) bulan sejak


penerimaannya sebagai karyawan perusahaan maupun Karyawan
berhak untuk melakukan pemutusan hubungan kerja.
2. Pemutusan hubungan kerja dalam masa percobaan tidak disertai
dengan pemberian keterangan kerja maupun pesangon/penghargaan
masa kerja/ganti kerugian.

3.1.22. Berakhirnya Hubungan Kerja Kontrak

1. Pemutusan hubungan kerja terjadi apabila waktu yang ditetapkan


dalam isi surat perjanjian kontrak kerja telah putus.
2. Bilamana dianggap perlu, dengan persetujuan kedua belah pihak,
hubungan kontrak kerja dapat diperpanjang untuk satu periode lagi
yang lamanya tidak melebihi periode waktu yang pertama.
3. Dalam hal hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan untuk
waktu tertentu berakhir, perusahaan tidak berkewajiban untuk
memberikan pesangon/penghargaan masa kerja/ganti kerugian.

3.1.23. Pengunduran Diri atas Kemauan Sendiri

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

1. Yang dimaksud dengan mengundurkan diri secara baik atas kemauan


sendiri adalah mengundurkan diri yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Mengajukan permohonan resmi secara tertulis, selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran
dirinya, dengan sepengetahuan atasannya.
b. Tidak terikat dalam ikatan dinas.
c. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai
pengunduran diri.
2. Dalam hal pemutusan hubungan kerja dengan alasan pengunduran diri
atas kemauan sendiri dapat dilakukan tanpa melalui penetapan
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
3. Pekerja yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh
uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan UU No. 13 Tahun
2003.
4. Bagi pekerja yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan
pengusaha secara langsung, selain menerima uang pengganian hak
diberikan juga uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama.

3.1.24. Alasan Kesehatan

Dalam hal karyawan dipandang tidak mampu bekerja karena tidak cakap
jasmani dan/atau rohani berdasarkan pertimbangan dokter, disebabkan
karena keadaan sakit selama waktu melebihi 12 (dua belas) bulan terus
menerus, maka pemutusan hubungan kerja dapat dilakukan dengan
mengacu kepada UU No. 13 tahun 2003

3.1.25. Meningal Dunia

Dalam hal hubungan kerja berakhir karena pekerja meninggal dunia,


kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang yang besar perhitungannya
sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

3.1.26. Mencapai Batas Usia Kerja

1. Batas usia kerja Karyawan ditetapkan sampai dengan usia 56 (lima


puluh enam) tahun.
2. Karyawan yang mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun dapat
diminta untuk meletakkan jabatannya dan diberhentikan dengan
hormat. Perusahaan akan memberitahukan selambat-lambatnya 3
(tiga) bulan sebelum mencapai usia pensiun.
3. Perusahaan dapat mempertimbangkan kembali Karyawan dengan
jabatan tertentu yang telah dinyatakan berhenti seperti pada ayat
tersebut di atas, untuk dipekerjakan kembali apabila masih diperlukan.
4. Perusahaan akan memberikan hak-hak karyawan sebagaimana yang
terdapat dalam Pasal 156 UU No. 13 tahun 2003.
5. Karyawan yang diikutkan dalam program pensiun yang iurannya
dibayar penuh oleh perusahaan, maka perusahaan hanya akan
membayar uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4)
UU No.13 tahun 2003.
6. Apabila jumlah atau besarnya jaminan atau manfaat pensiun yang
diterima sekaligus dalam program pensiun oleh karyawan ternyata
lebih kecil dari haknya sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), ayat (3)
dan ayat (4), maka selisihnya akan dibayar oleh perusahaan.
7. Apabila dalam program pensiun pembayaran preminya dilakukan oleh
perusahaan dan karyawan, maka yang diperhitungkan dengan uang
pesangon yaitu uang pensiun yang premi/iurannya dibayar oleh
perusahaan.

3.1.27. Tidak Dapat mencapai Prestasi Standar

Karyawan yang tidak dapat mencapai prestasi standar seperti yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan, dapat dikenakan pemutusan
hubungan kerja dan dilaksanakan sesuai Undang-undang No. 13 tahun
2003.

3.1.28. Pemberhentian Umum / Rasionalisasi

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

Dalam hal terpaksa perlu dilakukan pemberhentian umum/rasionalisasi di


Perusahaan sehingga harus dilakukan pemutusan hubungan kerja, maka
pelaksanaannya akan mengindahkan Undang-undang No. 13 tahun 2003 .
Hak-hak karyawan akan diberikan sesuai dengan ketentuan yang terdapat
dalam UU No. 13 tahun 2003

3.1.29. Putusan Pengadilan

1. Dalam hal Karyawan dinyatakan bersalah oleh Pengadilan sebelum


masa 6 (enam) bulan berakhir dan tidak atas dasar pengaduan
perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan
kerja tanpa harus melalui penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
2. Karyawan tetap akan mendapatkan hak-haknya sesuai dengan
ketentuan Pasal 156 UU No. 13 tahun 2003.

3.1.30. Karyawan Melakukan Kesalahan Berat

2 Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja terhadap karyawan


yang melakukan kesalahan berat setelah melalui proses:

a. karyawan tertangkap tangan pada saat melakukan kesalahan


berat.
b. karyawan mengakui telah melakukan kesalahan berat.
c. terdapat laporan kejadian yang disertai dengan bukti-bukti dan
didukung sekurang-kurangnya oleh 2 (dua) orang saksi.
1. Kesalahan/pelanggaran berat yang dilakukan karyawan yang dapat
diberikan sanksi pemutusan hubungan kerja meliputi:

a. Melakukan penipuan, pencurian atau penggelapan barang dan/atau


uang milik perusahaan.
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga
merugikan perusahaan.
c. Mabok, minum-minuman keras yang memabokkan, madat,
memakai obat-obatan terlarang atau obat-obatan lainnya yang
dilarang oleh peraturan perundang-undangan, ditempat kerja dan
ditempat-tempat yang ditetapkan oleh perusahaan.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

d. Melakukan perbuatan asusila baik dalam lingkungan perusahaan


maupun di luar lingkungan perusahaan.
e. Berjudi atau melakukan perbuatan/permainan yang dianggap
sebagai judi baik dalam lingkungan Perusahaan maupun di luar
lingkungan perusahaan.
f. Menyerang, mengintimidasi atau menipu pimpinan perusahaan
atau teman sekerjanya baik dalam lingkungan perusahaan maupun
di luar lingkungan Perusahaan.
g. Memperdagangkan barang-barang terlarang baik dalam lingkungan
perusahaan maupun di luar lingkungan perusahaan.
h. Menganiaya/melakukan tindak kekerasan, berkelahi dan atau
melakukan pemukulan terhadap atasan atau pimpinan perusahaan
atau keluarga pimpinan perusahaan atau teman sekerja baik dalam
lingkungan perusahaan maupun di luar lingkungan perusahaan.
i. Mengancam secara fisik/mental, menghina secara kasar kepada
atasan atau pimpinan perusahaan atau keluarga pimpinan
perusahaah atau teman sekerja baik dalam lingkungan Perusahaan
maupun di luar lingkungan perusahaan.
j. Dengan ceroboh atau sengaja merusak, merugikan atau
membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik Perusahaan.
k. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan diri atau
teman sekerjanya dalam keadaan bahaya.
l. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang didapat
baik karena jabatan maupun pergaulan di lingkungan perusahaan
yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara.
m. Terbukti melakukan tindakan melanggar hukum.
n. Melakukan pungutan liar baik dalam lingkungan perusahaan
maupun di luar lingkungan perusahaan atau terbukti menerima
sogokan atau pemberian dari orang lain atau lerusahaan lain yang
jelas-jelas mempengaruhi pelaksanaan tugasnya.
o. Melakukan tindakan mogok kerja tanpa melalui prosedur yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
p. Tidak berusaha memperbaiki diri setelah atau selama masa berlaku
surat peringatan tiga (terakhir) masih melakukan lagi kesalahan.
q. Melakukan tindakan praktek bank dalam bank.
r. Melakukan tindakan praktek ribawi atau membungakan uang.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

4. Perusahaan hanya akan membayar uang penggantian hak sesuai


dengan ketentuan Pasal 156 ayat (4) dan uang pisah yang besarnya
dan pelaksanaannya sesuai dengan yang terdapat dalam perjanjian
kerja atau peraturan perusahaan.

2.1 Akibat Dari Pemutusan Hubungan Kerja

1. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, maka karyawan diwajibkan


mengembalikan kepada perusahaan :
a. Alat-alat kerja.
b. Kartu pengenal.
c. Hutang-hutang kepada unit usaha.
d. Hutang-hutang kepada BPRS .
2. Hutang-hutang karyawan kepada perusahaan dengan bukti yang sah dapat
diperhitungkan sekaligus dari pesangon/penghargaan masa kerja/ganti
kerugian atas nama Karyawan atau sumber dana lain atas nama karyawan.
3. Upah sebagai dasar perhitungan pesangon dan uang penghargaan masa kerja
adalah upah pokok dan segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap.
4. Perusahaan akan membayarkan kepada karyawan atau keluarganya hak-hak
yang timbul sebagai akibat pemutusan hubungan kerja paling lambat 5 (lima)
hari setelah tanggal pemutusan hubungan kerja, atau sesuai dengan
kesepakatan antara karyawan dan perusahaan.

2.2 Uang Pesangon, Uang Penghargaan dan Ganti Kerugian

Besarnya uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti


kerugian yang berhak diterima karyawan akibat pemutusan hubungan
kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 156 UU No. 13 tahun 2003
sebagai berikut :

1. Perhitungan uang pesangon paling sedikit sebagai berikut:


a. Masa kerja kurang dari 1 tahun 1 bulan upah
b. Masa kerja 1 tahun / lebih tetapi kurang dari 2 tahun 2 bulan upah
c. Masa kerja 2 tahun / lebih tetapi kurang dari 3 tahun 3 bulan upah

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon
KEBIJAKAN SDM DAN UMUM
BAGIAN IV TANGGAL : 15 Desember 2004
TATA TERTIB, WAKTU KERJA, NO. REVISI : 0.0
SANKSI DAN UANG PESANGON NO. DOKUMEN : BPRS XYZ/KB/5/SDM/4

d. Masa kerja 3 tahun / lebih tetapi kurang dari 4 tahun 4 bulan upah
e. Masa kerja 4 tahun / lebih tetapi kurang dari 5 tahun 5 bulan upah
f. Masa kerja 5 tahun / lebih tetapi kurang dari 6 tahun 6 bulan upah
g. Masa kerja 6 tahun / lebih tetapi kurang dari 7 tahun 7 bulan upah
h. Masa kerja 7 tahun / lebih tetapi kurang dari 8 tahun 8 bulan upah
i. Masa kerja 8 tahun / lebih 9 bulan upah

2. Perhitungan uang penghargaan masa kerja ditetapkan sebagi berikut:


a. Masa kerja 3 tahun / lebih tetapi kurang dari 6 tahun 2 bulan upah
b. Masa kerja 6 tahun / lebih tetapi kurang dari 9 tahun 3 bulan upah
c. Masa kerja 9 tahun / lebih tetapi kurang dari 12 tahun 4 bulan upah
d. Masa kerja 12 tahun / lebih tetapi kurang dari 15 tahun 5 bulan upah
e. Masa kerja 15 tahun / lebih tetapi kurang dari 18tahun 6 bulan upah
f. Masa kerja 18 tahun / lebih tetapi kurang dari 21 tahun 7 bulan upah
g. Masa kerja 21 tahun / lebih tetapi kurang dari 24 tahun 8 bulan upah
h. Masa kerja 24 tahun atau lebih 10 bulan upah

2. Uang penggantian hak yang harus diterima oleh karyawan sebagai


berikut:
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur.
b. Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan dan keluarganya ketempat
dimana karyawan diterima bekerja.
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan sebesar 15%
dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang
memenuhi syarat.
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan
perusahaan.

Kebijakan SDM
Tata Tertib, Waktu Kerja, Sanksi dan Uang Pesangon

Anda mungkin juga menyukai