Draft Kebijakan Pembiayaan v1
Draft Kebijakan Pembiayaan v1
I.1 PENDAHULUAN
Skala usaha End User adalah usaha mikro dan usaha kecil dengan
kriteria yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai berikut :
a. Usaha Mikro
i. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000
(tiga ratus juta rupiah).
b. Usaha Kecil
i. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
1 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
a. Pembiayaan baru;
b. Penambahan fasilitas kepada debitur atau
c. Pengambilalihan pembiayaan (Take over)
2 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
Modal Kerja
Jangka waktu pembiayaan minimal 1 (satu) bulan dan maksimal 48 (empat
puluh delapan) bulan.
Investasi
Jangka waktu pembiayaan minimal 6 (enam) bulan dan maksimal 60 (enam
puluh) bulan.
3 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
3. Pembiayaan Dengan Bagi Hasil Angsuran Pokok Periodik dan Akhir, yakni
untuk bagi hasil dibayar / diangsur tiap periodik sedangkan pokok dibayar
sepenuhnya pada saat akhir jangka waktu angsuran maupun pembayaran
pokok sebagian kecil dibayar/diangsur bulanan dan sebagian besar pokok
diakhir periode dengan catatan jangka waktu maksimal 6 (enam) bulan.
Pola pembiayaan untuk Mudharabah dan Musyarakah(Bagi Hasil).
4. Pembiayaan Dengan Angsuran Pokok dan Bagi Hasil Akhir, yakni untuk
pokok dan bagi hasil dibayar pada saat akhir jangka waktu pembayaran,
dengan catatan jangka waktu maksimal 3 (tiga) bulan. Pola pembiayaan
untuk Mudharabah dan Musyarakah(Bagi Hasil) serta Rhan (Gadai Emas).
4 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
6. Dalam hal suatu jadual angsuran jatuh pada hari sabtu, hari minggu atau
hari libur nasional, maka pembayaran angsuran wajib dimajukan pada
hari terakhir sebelum hari sabtu, hari minggu atau hari libur nasional.
I.4.8 Biaya-Biaya
b. Biaya notaris
Jumlah dibayar sesuai tarif dan biaya oleh notaris.
d. Biaya materai
Dibayar sesuai jumlah penggunaan materai pada surat kuasa,
perjanjian pembiayaan, surat tanda terima / kwitansi, dan lain-
lainnya.
5 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
Nilai Likuidasi
SCR = ------------------------ x 100%
Plafond Pembiayaan
6. Agunan berupa tanah dan/atau bangunan wajib atas nama debitur atau
suami/istri debitur atau orang tua debitur atau kakak-adik kandung
debitur.
7. Agunan yang dapat diberikan wajib berada di dalam wilayah kerja BPRS.
Catatan :
Bangunan tanpa IMB Maks.50%
4 Kendaraan Bermotor, umur kendaraan
6 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
10. Semua agunan dari pembiayaan yang mempunyai jangka waktu lebih
dari 1 (satu) tahun wajib dinilai kembali, minimum 1 (satu) kali dalam
1 (satu) tahun.
11. Agunan pembiayaan untuk plafon di atas Rp. 50.000.000 (lima puluh
juta) wajib dipasang asuransi, khususnya untuk jenis agunan sebagai
berikut :
12. Asuransi jiwa kepada perorangan atau pemilik atau key person wajib
dipasang asuransi
7 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
8 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
(1)Syariah
(2)Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon debitur
dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa
debitur dapat memenuhi kewajibannya.
(3)Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan debitur
untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan
catatan prestasi debitur di masa lalu yang didukung dengan
pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko,
karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.
(4)Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh
debitur secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial
dan penekanan pada komposisi modalnya
(5)Collateral
9 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
(6)Condition
Analisa kelayakan pembiayaan harus pula melihat kondisi
ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat
keterkaitannya dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon
debitur. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan cukup
besar dalam proses kelangsungan hidup usaha calon debitur.
10 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
5. Akad Pembiayaan
11 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
6. Pengikatan Jaminan
7. Pencairan Pembiayaan
12 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
8. Penagihan
13 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
g. Dana yang berasal dari tidak dapat diakui sebagai pendapatan tetapi
sebagai dana kebajikan/sosial.
14 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
e. Pelunasan dini pada End User dengan pola pembiayaan syariah tidak
dikenakan biaya pinalti.
15 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
2. Kriteria suatu kelompok atau grup peminjam End User adalah keluarga
sampai derajat kesatu dalam garis lurus maupun garis ke samping,
sehingga yang dimaksud dengan keluarga meliputi sebagai berikut :
16 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
17 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
10. Karyawan yang dapat disertakan oleh SVB untuk monitoring eksternal
wajib sebelumnya sudah disetujui oleh atasannya.
11. SVB wajib melaporkan hasil monitoring ke Direksi atau unit-unit yang
berkepentingan lainnya di Kantor Pusat dengan tatacara sebagai berikut :
12. SVB wajib melaporkan kepada Direksi setiap saat terhadap temuan-
temuan atau indikasi-indikasi yang dianggap sangat penting untuk segera
diketahui agar dapat diambil tindakan pencegahan sedini mungkin.
18 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
19 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
20 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
c. 60% (enam puluh perseratus) dari Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)
untuk agunan berupa tanah, tanah dan bangunan bersertifikat hak
milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB) atau hak guna usaha
(SHGU), hak pakai (HP) tanpa hak tanggungan;
d. 50% (lima puluh perseratus) dari Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)
untuk agunan berupa tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat
Girik (letter C) yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang
(SPPT) terakhir; d a n
e. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai pasar untuk agunan berupa
kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan dan diikat
sesuai ketentuan yang berlaku.
21 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
a. Faktor Internal
1. Analisa pembiayaan yang tidak akurat
2. Lemahnya pengawasan dan monitoring
3. Pengikatan perjanjian pembiayaan dan jaminan tidak sempuma
4. Pembiayaan diberikan secara terkonsentrasi baik jumlah
maupun penerimanya
5. Lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM)
b. Faktor Eksternal
Nasabah menyalahgunakan pembiayaan yang diperolehnya (side
streaming)
1. Indikasi Manajemen
Key Person meninggal dunia
Perubahan struktur manajemen yang terlalu cepat/sering
Tidak mampu melakukan rencana bisnis.
2. Indikasi Industri
Mudah dimasuki industri lain
Muncul pesaing baru
Raw material yang terbatas
Teknologi ketinggalan
Tidak stabil di pasar.
3. Indikasi Produksi
Permintaan menurun
Tidak stabil dalam mutu
22 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
4. Indikasi Ekonomi
Krisis ekonomi / kehidupan ekonomi sedang lesu
Pasar lokal /nasional sedang menurun
Kebijakan uang ketat
Pertumbuhan ekonomi rendah
23 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
24 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
a. Soft approach
b. Hard approach.
25 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
1. Agunan yang dapat diambilalih adalah agunan yang tercantum pada Akad
Pembiayaan dan perjanjian-perjanjian lain yang mengikutinya atau aset
lainnya milik End User yang diserahkan secara sukarela kepada PNM
sebagai pembayaran atas kewajibannya.
2. Pengambilalihan agunan atau aset lainnya milik End User dilakukan sesuai
prosedur dan memenuhi aspek legal.
3. Atas agunan yang berupa tanah dan bangunan harus dilakukan balik nama
kepada nama karyawan yang ditunjuk oleh PNM.
4. Apabila agunan yang diambilalih belum terjual setelah satu tahun dalam
penguasaan karyawan PNM, maka agunan tersebut harus dilakukan balik
nama ke PNM.
5. Agunan yang akan diambilalih harus telah dilakukan taksasi ulang minimal
6 (enam) bulan terakhir pada saat pengajuan pengambilalihan kepada
Komite yang berwenang.
6. Taksasi agunan dapat dilakukan oleh internal PNM atau oleh jasa konsultan
26 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
penilai eksternal.
27 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
4. Apabila hasil penjualan setelah dikurangi biaya penjualan lebih besar dari
nilai agunan yang diambilalih, maka dicatat sebagai keuntungan lain-lain
dan apabila hasil penjualan setelah dikurangi biaya penjualan lebih kecil
dari nilai agunan maka dicatat sebagai kerugian lain-lain.
28 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
3. Perlakuan atas penghapusan (write off) yang ditujukan, baik untuk aktiva
maupun pendapatan dapat dipisahkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
a. Penghapusbukuan (secara akuntansi);
b. Penghapusan hak tagih (secara permanen).
2. Penghapusan secara akuntansi tidak berarti hak tagih kepada Pihak yang
Dibiayai/End User menjadi hilang atau dihentikan, oleh karena itu
walaupun telah diambil langkah penghapusbukuan, Urusan Remedial
tetap berkewajiban untuk melakukan penagihan kepada End User.
29 - 30
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
30 - 30