Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang cukup strategis

dalam rangka pengelolaan sumber daya manusia agar siap menghadapi segala

macam tantangan dalam persaingan global. Pengelolaan sumber daya manusia

yang baik dapat memberikan sumbangan nyata terhadap kemajuan

pembangunan suatu bangsa. Dimana pendidikan merupakan faktor penentu

keberhasilan seseorang dikemudian hari, baik untuk dirinya sendiri, orang tua,

masyarakat, bangsa dan negara. Untuk itu peningkatan mutu pendidikan mutlak

diperlukan dalam upaya membentuk sumber daya manusia yang lebih

produktif, kreatif, inovatif dan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi masyarakat dengan lebih cepat.

Lembaga pendidikan yang merupakan organisasi non profit sangat

memerlukan informasi mengenai biaya. Tanpa informasi biaya, tidak akan

dapat diketahui akurasi dalam penetapan biaya penyelenggaraan pendidikan,

apakah itu terlalu murah atau terlalu mahal, lalu adakah dari biaya tersebut

menghasilkan sisa hasil usaha atau tidak. Sisa hasil usaha ini sangat diperlukan

untuk mengembangkan dan mempertahankan eksistensi dalam jangka panjang

sebuah lembaga pendidikan tersebut. Selain itu pula, pihak manajemen tidak

memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang

dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi yang lain. Di tengah

fenomena tersebut, akuntabilitas keuangan oleh organisasi non profit dan salah

1
2

satunya lembaga pendidika nmenjadi sebuah tuntutan. Upaya untuk

menyampaikan kepada stakeholders (mahasiswa, orang tua mahasiswa,

pemerintah ataupun badan penyelenggara) merupakan hal penting agar terjadi

keseimbangan antara kepentingan pihak manajemen maupun stakeholders.

Lembaga dapat mengkomunikasikan secara transparan dan terbatas atas biaya

penyelenggaraan pendidikan, disatu sisi masyarakat dapat menilai sekaligus

mengevaluasi kinerja keuangan lembaga tersebut. Sehingga, akuntabilitas

keuangan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan, yang akhirnya mampu mendorong kesadaran dan

partisipasi yang lebih tinggi terhadap lembaga pendidikan.

Penyajian informasi biaya dapat dilaksanakan bila manajemen dapat

mengidentifikasi biaya-biaya apa saja yang telah terjadi dalam melaksanakan

aktivitasnya. Keterbatasan kemampuan pihak manajemen perguruan tinggi

dalam penyajian informasi biaya dapat menyebabkan pengelolaan lembaga

tersebut kurang profesional yang dapat memberi dampak buruk. Hal ini

merupakan sesuatu yang wajar karena komponen biaya dalam perguruan tinggi

sangatlah beragam sehingga sangat sulit menetapkan biaya langsung yang

berhubungan dengan jasa pendidikan. Selain itu tidak ada standar baku untuk

menetapkan tarif biaya-biaya yang berhubungan dengan penyelenggaraan

penyajian. Agar dapat melaksanakan usaha pokok perguruan tinggi secara

efisien, efektif, produktif dan berkualitas perguruan tinggi memerlukan

informasi biaya satuan atau unit cost.


3

Perhitungan unit cost ada beberapa macam, salah satunya adalah

metode Activity Based Costing. Metode Activity Based Costing ini terkenal

dengan banyak manfaat dan keuntungan, salah satunya adalah dapat menekan

jumlah biaya dalam suatu organisasi. Hal tersebut dapat terjadi karena pada

metode Activity Based Costing ini perhitungannya menekankan pada aktivitas

sebagai objek biaya dasar. Activity Based Costing dibuat dengan keyakinan

dasar bahwa biaya hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui penyebab

timbulnya biaya, yaitu aktivitas. Penggunaan Activity Based Costing dalam

dunia bisnis tidak hanya dikuasai oleh perusahaan manufaktur saja, melainkan

perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa juga telah menggunakan

pendekatan tersebut.

Mulyadi (2007) mengatakan “Activity Based Costing system merupakan

system informasi biaya, yang dapat diterapkan dalam semua jenis organisasi

perusahaan manufaktur, perusahaan jasa, dan perusahaan dagang serta

organisasi sector public dan nirlaba. Meskipun terdapat perbedaan yang

fundamental antara perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa dimana

aktivitas dalam perusahaan manufaktur dilakukan dengan cara yang sama,

sedangkan perusahaan jasa memiliki aktivitas yang beragam serta menjadi

lebih rumit karena sifatnya yang kurang berwujud. Oleh karena itu, dibutuhkan

suatu ketekunan dan ketelitian untuk dapat menelusuri aktivitas-aktivitas dalam

sektor jasa. Beberapa penelitian tentang penerapan perhitungan biaya dengan

pendekatan activity based costing (ABC) dalam bidang pendidikan salah

satunya adalah Khrishnan (2006) yang mengembangkan model perhitungan


4

biaya dengan pendekatan Activity Based Costing System (ABC) untuk

memberikan informasi biaya yang lebih baik bagi pengambilan keputusan oleh

manajemen Universitas yang berguna untuk menentukan perencanaan strategis

dan biaya yang lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan konsumen di

Universitas.

Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan baik tujuan-tujuan

yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peranan

yang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat

mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya,

proses pendidikan tidak akan berjalan.

Biaya pendidikan merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan individu

peserta didik, keluarga yang menyekolahkan anak, warga masyarakat

perorangan, kelompok masyarakat maupun yang dikeluarkan oleh pemerintah

untuk kelancaran proses pendidikan (Enas, 2012 : 22). Dapat dikatakan bahwa

biaya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antar mahasiswa, orang tua,

masyarakat, dan pemerintah. Biaya yang di keluarkan oleh mahasiswa dikenal

dengan uang kuliah tunggal.

Uang Kuliah Tunggal (UKT) merupakan sebagian biaya kuliah yang

ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya,

sebagaimana peraturan pemerintah terhadap semua Perguruan Tinggi Negeri.

Ketentuan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

No. 55 Tahun 2013 (PERMENDIKBUD, 23 Mei 2013).Pemberlakuan UKT

kelompok I sampai dengan UKT kelompok VIII kepada mahasiswa didasarkan


5

pada kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa atau pihak lain

yang membiayainya (Peraturan Kemenristek No.22, 2015)

Setiap Perguruan Tinggi Negeri mempunyai tarif UKT yang berbeda-

beda, hal ini dipengaruhi oleh kemahalan wilayah serta jenis program studi

(Permendikbud No.55, 2013). UKT sendiri ditetapkan berdasarkan Biaya

Kuliah Tunggal (BKT) yang dikurangi dengan bantuan dari pemerintah atau

disebut dengan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BPOTN). Hal

tersebut telah ditetapkan dalam lampiran peraturan menteri pendidikan

kebudayaan RI No.55 tahun 2013 tentang biaya kuliah tunggal dan uang kuliah

tunggal pada perguruan tinggi negeri di lingkungan kementrian pendidikan dan

kebudayaan. Untuk menghitung BKT digunakan perhitungan dengan metode

activity based costing dengan model pembiayaan yaitu biaya langsung dan

biaya tidak langsung dalam penyelenggaraan pendidikan (Permendikbud

No.93, 2014)

Penerapan UKT yang berlaku berlaku pada perguruan tinggi umum

dibawah naungan Kemenristek Dikti seperti yang telah diterapkan pada UHO

Kendari yang telah menggunakan system UKT . UKT yang ditetapkan pada

UHO Kendari pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis berkisar antara Rp. 500.000,-

s.d Rp. 6.000.000,- bervariasi berdasarkan program studi. Berikut adalah

jumlah UKT pada UHO Kendari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tahun 2018

berdasarkan program studi :


6

TABEL 1.1
Tarif UKT Jurusan-Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisanis UHO Tahun
2018

No Kelompok UKT Jajara Jurusan


n IESP Manajeme Akuntansi
n
1 I S1 500.000 500.000 500.000
2 II S1 1.000.000 1.000.000 1.000.000
3 III S1 1.750.000 2.000.000 2.000.000
4 IV S1 2.500.000 3.000.000 3.000.000
5 V S1 3.000.000 3.500.000 4.000.000
6 VI S1 3.500.000 4.000.000 5.000.000
7 VII S1 4.000.000 4.500.000 5.500.000
8 VIII S1 4.500.000 5.000.000 6.000.000
Sumber : Bagian Akademik UHO Kendari 2020
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa tarif UKT yang berlaku di

UHO Kendari Fakultas Ekonomi dan Bisnis bervariasi berdasarkan jenis

program studi. Hal ini menarik bagi peneliti untuk menganalisis bagaimana

penerapan Activity Based Costing dalam menghitung uang kuliah tunggal pada

UHO Kendari.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Activity Based Costing dalam

Menetapkan Uang Kuliah Tunggal Mahasiswa (studi pada Universitas

Haluoleo)”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana analisis penerapan Activity Based Costing dalam

menghitung uang kuliah tunggal pada UHO Kendari ?

1.3 Tujuan Penelitian


7

1. Untuk menganalisis penerapan Activity Based Costing dalam

menghitung uang kuliah tunggal pada UHO Kendari.

1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi Instansi Terkait


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan

pemikiran dalam upaya meningkatkan pemahaman tentang activity based

costing dalam menentukan tarif uang kuliah tunggal yang sekarang telah

diberlakukan dibanyak Universitas.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan

peneliti mengenai Activity Based Costing.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, literature

kepustakaan, informasi, dan pengetahuan bagi berbagai pihak dan dapat

digunakan sebagai bahan pembanding penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti membatasi ruang lingkup

permasalahan agar pembahasan yang dibahas dalam penelitian ini lebih terarah

dan tidak menimbulkan banyak persepsi. Adapun ruang lingkup dalam

penelitian yang dilakukan hanya berfokus pada analisis penerapan Activity

Based Costing dalam menetapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di UHO

Kendari.
8

Anda mungkin juga menyukai