Anda di halaman 1dari 14

KANDAI

Volume 14 No.No.
1, Mei
1, Mei
2018
2018 Halaman
Halaman
327-340
45-58

AKTUALISASI DIRI TOKOH UTAMA NOVEL BALADA SI ROY


KARYA GOL A GONG
(Self-Actulization of The Main Character in Novel Balada Si Roy
by Gol A Gong)

Nugraha Sinaga, Zuriyati, dan Siti Gomo Attas


Pendidikan Bahasa, Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta
Jalan Rawamangun Muka No.1 Jakarta, Indonesia 13220
Pos-el: nugraha14sinaga@gmail.com
(Diterima 28 Februari 2018; Direvisi 25 April 2018; Disetujui: 25 April 2018)

Abstract
Everyone has need and wish to grow, the highest attainment is self-actualization. This
study aims to describe the characteristics of self-actualization on the main character in
novel Balada Si Roy written by Gol A Gong. The source of the data is text quotation of the
novel Balada Si Roy. This research is a qualitative research with content analysis. The
theory used is literary psychology. The results show that the main character is an
actualized person. Fourteen characteristics of self-actualization of the main character have
been discovered, as Abraham Maslow said. The cause of the formation of self-actualization
is the determination of the main character to fulfill his hidden wish, such as writing and
traveling. Both of them passed the main character with confidence, though he had to leave
his two beloved women in Indonesia, they are his mother and Suci.
Keywords: literary psychology, humanistic psychology, self-actualization

Abstrak
Setiap manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan dan keinginan untuk berkembang
yang pencapaian tertingginya adalah aktualisasi diri. Kajian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan ciri-ciri aktualisasi diri yang tampak pada tokoh utama novel Balada Si
Roy karya Gol A Gong. Sumber data berupa kutipan teks novel Balada Si Roy. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis isi. Teori yang
digunakan adalah psikologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh utama
merupakan pribadi yang teraktualisasi. Hal ini diperkuat oleh temuan data dalam novel
berupa empat belas ciri aktualisasi diri yang dikemukakan Abraham Maslow. Penyebab
terbentuknya pribadi yang teraktualisasi tersebut, tidak terlepas dari kebulatan tekad tokoh
utama untuk memenuhi hasrat terpendamnya, yakni menulis dan traveling. Kedua hal
tersebut dijalani tokoh utama dengan keyakinan walaupun harus meninggalkan dua wanita
yang dikasihinya di Indonesia: Ibu dan Suci.
Kata-kata kunci: psikologi sastra, psikologi humanistik, aktualisasi diri

DOI: 10.26499/jk.v14i1.644
How to cite: Sinaga N., Zuriyati, & Attas, S.G. (2018). Aktualisasi diri tokoh utama novel Balada Si Roy karya Gol A
Gong. Kandai, 14(1), 45-58 (DOI: 10.26499/jk.v14i1.644)

PENDAHULUAN Permasalahan akan terus ada selama


manusia memiliki kebutuhan.
Setiap individu pada dasarnya Kebutuhan akan ada selama manusia
memiliki dua hal yang terus ingin terus melanjutkan hidup.
berdampingan dalam dirinya, yaitu Kebutuhan-kebutuhan ini pada setiap
permasalahan dan kebutuhan. individu memiliki tingkat dan ragam

©2018 Kandai, ISSN 2527-5968 (online), 1907-204X (print)


http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kandai 45
This is an open access article distributed under the CC BY-NC-SA 4.0 license
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 45-58

yang berbeda. Begitu pun permasalahan oleh seorang tokoh dapat memicu
yang menghambat pemenuhannya. munculnya permasalahan psikologis
Selain di kehidupan nyata, seperti rasa bersalah, rasa malu, hingga
permasalahan dan kebutuhan hidup ide bunuh diri. Permasalahan-
manusia dapat ditemukan dalam karya permasalahan tersebut berpengaruh
sastra karena karya sastra merupakan pada proses aktualisasi diri tokoh.
gambaran kehidupan. Kisah dalam Beberapa penelitian terkait sudah
karya sastra dapat dijadikan media dilakukan oleh beberapa peneliti.
untuk mempelajari kehidupan, misalnya Amertawengrum (2013) menganalisis
belajar bagaimana mencapai suatu konflik pada diri tokoh utama dalam
keinginan, bagaimana cara memenuhi novel Pudarnya Pesona Cleopatra
kebutuhan, bagaimana sebuah masalah dengan memanfaatkan psikologi sastra.
diselesaikan, dan sebagainya. Pelajaran- Dalam penelitian Amertawengrum
pelajaran tentang kehidupan tersebut ditemukan bahwa konflik batin yang
dapat ditemukan dalam keseluruhan dialami tokoh pada mulanya berupa
cerita atau dari kepribadian dan tingkah kebimbangan untuk menerima atau
laku tokoh-tokohnya. Hastuti (2014) menolak keinginan menikah dengan
misalnya, mengungkapkan kemampuan gadis pilihan ibunya. Konflik batin
tokoh Tina dalam novel Kleting Kuning itulah yang memunculkan konflik
dalam memadukan kualitas positif sisi berikutnya di sepanjang cerita karena
maskulin dan sisi feminin dalam dirinya ketidakberdayaan tokoh menolak
sehingga mencapai aktualisasi diri permintaan orang tuanya. Teori
dalam kehidupannya. Sementara itu, psikologi sastra yang digunakan dalam
Mulawati (2013) menganalisis penelitian ini, yaitu Psikoanalisis
bagaimana perjalanan hidup tokoh Laisa Sigmun Freud.
dalam novel Bidadari-Bidadari Surga Pradita (2012) meneliti konflik
membentuk watak yang pada akhirnya batin tokoh utama dalam film Sang
termanifestasi pada cara mendidik adik- Pencerah karya Hanung Bramantyo
adiknya. dengan pendekatan psikoanalisis
Salah satu tokoh dalam karya Sigmun Freud. Sementara itu, penelitian
sastra yang menarik untuk dikaji adalah Martono (2016) bertujuan
Roy dalam novel Balada Si Roy karya mendeskripsikan struktur novel Pasung
Gol A Gong. Balada Si Roy adalah Jiwa dan menguraikan kriteria,
novel berseri yang ditulis oleh Gol A penyebab, dan dampak transgender
Gong. Novel ini bercerita tentang pada tokoh utama. Penelitian Martono
perjalanan dan kisah hidup Roy dalam juga mengungkap aspek mekanisme
menemukan, menggunakan, dan pertahanan ego pada tokoh transgender
mengembangkan potensi dirinya. Dalam dalam novel Pasung Jiwa karya Okky
perjalanannya memenuhi kebutuhan Madasari ini ditinjau dari teori psikologi
tersebut ada tahapan dan hambatan yang sastra.
harus dihadapi oleh Roy hingga dapat Beberapa penelitian tersebut
terpenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu membuktikan bahwa tokoh dalam
aktualisasi diri. sebuah karya sastra dapat dikaji
Mengkaji aktualisasi diri seorang menggunakan psikologi sastra. Teori
tokoh utama terkait langsung dengan yang digunakan dalam penelitian
kajian watak dan kejiwaannya. tersebut banyak menggunakan
Rahmawati (2017) mengungkapkan psikoanalisis Sigmun Freud. Padahal,
bahwa konflik kejiwaan yang dialami ada teori lain yang bisa menjadi

46
Sinaga, Zuriyati, Attas: Aktualisasi Diri Tokoh Utama...

alternatif telaah. Penelitian yang dikaji menggunakan teori psikologi


dilakukan oleh Hikma (2015), misalnya. humanistik Abraham Maslow.
Dengan mengambil objek tokoh utama Penelitian ini bertujuan untuk
dalam novel Sepatu Dahlan karya mendeskripsikan ciri-ciri aktualisasi diri
Khrisna Pabichara, penelitian ini sampai yang tampak pada tokoh utama novel
pada simpulan bahwa humanistik Balada Si Roy.
merupakan suatu gerakan yang berakar
pada eksistensialisme (setiap individu LANDASAN TEORI
memiliki kekuatan untuk memilih
tindakan, menentukan sendiri Dunia psikologi mengenal sebuah
nasib/wujud keberadaan serta aliran yang disebut psikologi
bertanggung jawab atas pilihan dan humanistik. Menurut Minderop (2010),
keberadaannya). psikologi humanistik atau psikologi
Menurut aliran humanistik, mazhab ketiga merupakan suatu
manusia sebagai makhluk yang bebas penangkal yang baik terhadap ciri
dan bermartabat, selalu bergerak ke arah behaviorisme yang mekanistik dan ciri
pengungkapan potensi yang dimiliki psikoanalisis yang suram dan berputus
apabila lingkungan memungkinkan. asa. Meskipun dianggap menjadi
Maslow berasumsi bahwa manusia penangkal dua psikologi sebelumnya,
sejatinya merupakan makhluk yang baik psikologi ini tidak serta merta menolak
sehingga manusia memiliki hak untuk teori psikoanalisis dan behavioris. Lebih
merealisasikan jati dirinya agar dari itu, humanistik merupakan
mencapai aktualisasi diri. penengah yang meneliti psikologi
Berdasarkan pemaparan dalam manusia melalui sifat-sifat
penelitian Hikma tersebut, psikologi kemanusiaannya.
humanistik Abraham Maslow dianggap Graham (2005) menegaskan
cocok digunakan untuk mengkaji tokoh bahwa psikologi humanistik bersifat
utama novel Balada Si Roy. Novel humanis, dalam pengertian mengkaji
Balada Si Roy secara keseluruhan apa yang menjadikan kita
menceritakan motivasi seseorang ketika dimanusiakan, tentang fungsi-fungsi
mengaktualisasikan dirinya. Dalam keseharian, dan pengalaman subjektif
penelitian ini, selain mengkaji kemakhlukan manusia secara
kepribadian tokoh menurut teori keseluruhan. Di sini jelas bahwa fokus
humanistik Abraham Maslow, yaitu utama psikologi humanistik adalah
tentang pribadi yang teraktualisasikan kemanusiaan. Artinya, psikologi
dirinya, subfokus penelitian yang akan humanistik memusatkan perhatian pada
ditelaah adalah ciri-ciri aktualisasi diri bagaimana seseorang memperlakukan
yang tampak pada tokoh utama novel orang lain sebagai manusia dan
Balada Si Roy. bagaimana seorang manusia
Kajian mengenai aktualisasi tokoh menunjukkan potensi-potensi baiknya
utama dalam novel Balada Si Roy secara utuh. Selain itu, psikologi
menarik untuk dilakukan karena dapat humanistik melihat bagaimana seorang
memberikan pemahaman tentang individu dalam kesehariannya menjalani
bagaimana menjadi pribadi yang segala aktivitas demi memenuhi
teraktualisasi. Pribadi yang mampu kebutuhan dengan perannya dalam
mengembangkan dan menggunakan masyarakat.
seluruh potensi dalam menunjukkan Menurut Goble (2010), kajian
eksistensi diri seperti Roy. Novel ini psikologi humanistik difokuskan kepada

47
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 45-58

orang-orang yang teraktualisasi. harus dipenuhi oleh seseorang yaitu


Apabila terlampau asyik dengan orang- kebutuhan fisiologis (kebutuhan dasar,
orang yang tidak waras, para psikopat, seperti makan, minum, tidur, tempat
para penjahat, anak-anak delinkuen, bernaung, dan sebagainya). Setelah
para penderita lemah mental, dan kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah
harapan terhadap kemanusiaan kian apa yang Maslow sebut sebagai
lama kian merosot dan makin sedikit kebutuhan akan rasa aman. Ketika
yang dapat diharapkan dari manusia. kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa
Maslow percaya bahwa untuk aman telah terpenuhi, timbullah
menyelidiki kesehatan psikologis, satu- kebutuhan akan cinta, kasih sayang, dan
satunya tipe orang yang harus dipelajari rasa memiliki-dimiliki. Kemudian,
adalah orang yang sangat sehat. Setiap muncullah dua kategori kebutuhan akan
manusia pada dasarnya dilahirkan penghargaan, yaitu harga diri dan
dengan kebutuhan-kebutuhan instinktif, penghargaan dari orang lain. Kebutuhan
yaitu kebutuhan untuk tumbuh, harga diri meliputi kompetensi,
kembang, dan aktualisasi diri. penguasaan, dan kepercayaan diri,
Aktualisasi diri menurut Goble sedangkan penghargaan dari orang lain
(2010) merupakan kebutuhan psikologis meliputi prestise, penerimaan,
untuk menumbuhkan, mengembangkan, pengakuan, perhatian, nama baik,
dan menggunakan kemampuan. Asmadi kedudukan, dan penghargaan.
(2008) menyebut bahwa aktualisasi diri Kebutuhan terakhir manusia ialah
merupakan kemampuan seseorang kebutuhan untuk mengaktualisasikan
untuk mengatur diri sendiri sehingga diri (self-actualization).
bebas dari berbagai tekanan, baik yang Untuk melihat seorang yang
berasal dari dalam diri maupun yang teraktualisasi, kita dapat melihatnya dari
berasal dari luar diri. Jadi, aktualisasi ciri-ciri yang tampak. Menurut Maslow
diri merupakan pencapaian tertinggi (dalam Asmadi, 2008) ada beberapa
pemenuhan kebutuhan manusia. Orang karakteristik atau ciri yang
yang teraktualisasi diri akan mampu menununjukkan seseorang mencapai
menemukan, menggunakan, dan aktualisasi diri, yaitu (1) mampu
menunjukkan seluruh potensi dirinya, melihat realitas secara efisien, (2)
serta mampu terbebas dari berbagai penerimaan terhadap diri sendiri dan
hambatan. orang lain apa adanya, (3) spontanitas,
Sebelum mencapai kebutuhan kesederhanaan, dan kewajaran, (4)
aktualisasi diri, ada tahap-tahap yang terpusat pada persoalan, (5)
harus dilalui oleh seseorang. Menurut membutuhkan kesendirian, (6) otonomi:
Minderop., et. al. (2010, hlm. 49-50), kemandirian terhadap kebudayaan dan
“Specifically, Maslow conceptualized lingkungan, (7) kesegaran dan apresiasi
the following five levels of needs, yang berkelanjutan, (8) kesadaran
arranged in a ladder starting with sosial, (9) hubungan interpersonal, (10)
lower need and moving on to higher demokratis, (11) rasa humor yang
needs: 1. Psysiological needs, for bermakna dan etis, (12) kreativitas, (13)
example, hunger, security, stability; 3. independensi, dan (14) pengalaman
Belongness and love needs, for puncak (peak experience).
examplem affection, identification; 4.
Esteems needs, for example, prestige,
self-respect; 5. Need for self-
actualization.” Tahapan pertama yang

48
Sinaga, Zuriyati, Attas: Aktualisasi Diri Tokoh Utama...

METODE PENELITIAN induktif, yaitu penarikan


kesimpulan berdasarkan dari data
Penelitian ini merupakan yang bersifat khusus untuk
penelitian kualitatif. Metode yang menentukan simpulan yang bersifat
digunakan adalah analisis isi ‘content umum.
analysis’. Fokus penelitian adalah ciri-
ciri aktualisasi diri tokoh utama dalam PEMBAHASAN
novel Balada Si Roy karya Gol A Gong.
Data penelitian berupa kata-kata, frasa, Berdasarkan tingkatannya,
dan kalimat dalam novel Balada Si Roy, aktualisasi diri merupakan kebutuhan
novel yang terbit pada tahun 2012 oleh tertinggi yang perlu dipenuhi seseorang.
penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Seorang yang telah teraktualisasi diri
dengan ketebalan 288 halaman. setidaknya memiliki empat belas ciri
Teknik pengumpulan data dalam yang tampak dalam perilaku dan
penelitian ini adalah teknik baca dan perkataannya. Dengan melihat
catat. Data dibaca secara berulang, karakteristik tersebut, kita dapat
khususnya pada bagian yang berkaitan mengetahui apakah tokoh utama telah
dengan fokus dan subfokus penelitian. menjadi pribadi yang teraktualisasi atau
Pembacaan tersebut dilanjutkan dengan tidak. Berdasarkan penelitian yang telah
pencatatan yang sesuai dengan tujuan dilakukan, ciri-ciri aktualisasi diri yang
penelitian. Setelah terkumpul, data tampak pada tokoh utama novel Balada
dianalisis dengan langkah-langkah Si Roy adalah sebagai berikut.
sebagai berikut:
Mampu Melihat Realitas secara
(1) Tahap deskripsi, yaitu seluruh data Efisien
yang diperoleh (berupa kutipan
kata, frasa, dan kalimat) dari novel Ciri pertama pribadi yang
Balada Si Boy dideskripsikan teraktualisasi diri adalah mampu
sesuai masalah dan tujuan melihat realitas secara efisien. Sifat ini
penelitian. akan membuat seseorang mampu
(2) Tahap klasifikasi, yaitu data yang mengenali kepalsuan, kebohongan, dan
telah dideskripsikan kemudian kecurangan yang dilakukan orang lain,
dikelompokkan sesuai serta mampu menganalisis secara kritis,
permasalahan dan isi. logis, dan mendalam terhadap fenomena
(3) Tahap analisis, yaitu data yang telah alam dan kehidupan, seperti tampak
dikelompokkan kemudian dianalisis pada kutipan berikut.
dengan teori psikologi humanistik.
(4) Tahap interpretasi, yaitu upaya “Roy mulai merasa ada yang
penafsiran dan pemahaman tidak beres.
terhadap hasil analisis data. “Saya tidak mengerti Cik Gur.
(5) Tahap evaluasi, yakni data yang Kenapa tidak pergi ke bank saja?
sudah dianalisis dievaluasi agar ATM kan bertebaran di mana-
diperoleh data yang dapat mana. Ingat, Cik Gur, jangan coba-
dipertanggungjawabkan. coba menipu saya!” (Gong, 2012,
(6) Tahap kesimpulan, yaitu hlm. 95).
menyimpulkan hasil keseluruhan
proses penelitian. Penelitian ini Percakapan di atas menunjukkan
disimpulkan dengan teknik bahwa tokoh utama mampu mengenali

49
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 45-58

kebohongan yang ditujukan kepadanya membuat tokoh utama memiliki


dalam perjalanan. Pada peristiwa ini sensitivitas tinggi terhadap perilaku
tokoh utama ditawari sebuah pekerjaan orang lain. Ia memiliki kepedulian
oleh Cik Gur, seorang yang ditemuinya sosial yang tinggi dengan membantu
di salah satu masjid di Malaysia. Cik siapa pun yang dianggapnya
Gur memiliki tampilan, sikap, dan gaya membutuhkan. Akan tetapi, di sisi lain,
bicara seperti seorang alim. Ia menawari ia selalu waspada akan segala
tokoh utama, Roy, pekerjaan paruh kemungkinan baik-buruk yang ia hadapi
waktu. Namun, Roy lambat laun selama perjalanan sehingga tokoh utama
melihat ada gelagat yang kurang baik mampu melihat kebaikan tokoh lain:
dari Cik Gur. Roy mendesaknya sampai tulus atau bohong.
Cik Gur mengakui dirinya sedang
terlilit utang dan masalah sehingga Penerimaan Terhadap Diri Sendiri
terpaksa menipu Roy, seperti tampak dan Orang Lain Apa Adanya
pada kutipan berikut ini.
Orang yang telah
“Uang saya, Cik Gur!” Tanpa mengaktualisasikan dirinya akan
diduga Roy mencekal kerah melihat orang lain seperti melihat
kemejanya. Sebetulnya buat Roy dirinya sendiri yang penuh dengan
bukan semata besar kecil jumlah kekurangan dan kelebihan. Sikap ini
uang tapi niat buruknyalah yang akan menghasilkan toleransi yang tinggi
membuatnya berang. Menipu terhadap orang lain serta kesabaran
orang, itu tindakan pengecut!” dalam menerima diri sendiri dan orang
(Gong, 2012, hlm. 97). lain. Ia akan membuka diri terhadap
kritikan, saran, ataupun nasihat orang
Desakan tokoh utama, Roy, lain terhadap dirinya. Karakteristik ini
membuat Cik Gur mengakui niat ditemukan dalam kutipan sebagai
buruknya. Meskipun dalam keadaan berikut.
marah, tetapi Roy tidak serta-merta
meluapkannya. Lebih dari itu, ia “Tak ada yang menolong begitu
mengingatkan Cik Gur bahwa si Lumpuh merangkak naik. Tak
perbuatannya tidak baik dengan akibat- ada yang membantu, ketika si Kruk
akibat yang akan timbul setelahnya, mengangkat dengan susah payah
seperti pada kutipan berikut ini. kursi roda itu. Roy berlari. Tanpa
banyak omong, dia menyuruh
“Kenapa Cik Gur lakukan ini untuk naik dan duduk di kursi
pada saya? Pada seorang musafir bagian depan. Dia lalu mengangkat
yang mestinya Cik Gur tolong? kursi roda itu. ‘Terima kasih,’ kata
Apa Cik Gur tidak takut pada dosa? si Lumpuh,”(Gong, 2012, hlm. 83).
Tiba-tiba mata Cik Gur berkaca-
kaca,” (Gong, 2012, hlm. 98). Kutipan tersebut menunjukkan
bahwa tokoh utama memiliki sikap
Berdasarkan pembahasan tersebut toleransi yang sangat baik. Ia tidak
dapat disimpulkan bahwa tokoh utama, membeda-bedakan dirinya dengan
Roy, mampu melihat realitas secara orang lain. Ia tidak membedakan
efisien dengan mengenali kebohongan kondisi dirinya dengan si Lumpuh dan
dan kecurangan yang ditujukan tokoh seorang lainnya yang menggunakan
lain kepadanya. Hobi traveling kruk. Hal tersebut dibuktikannya

50
Sinaga, Zuriyati, Attas: Aktualisasi Diri Tokoh Utama...

dengan bantuan yang ia berikan ketika ditandai dengan segala tindakan,


tak ada seorang pun yang mau perilaku, dan gagasannya yang
membantu. Bahkan, ia sampai berdebat dilakukan secara spontan, wajar, dan
ketika sopir bus meminta si Lumpuh tidak dibuat-buat. Sikap ini akan
dan si Kruk turun, seperti pada kutipan melahirkan sikap lapang dada terhadap
berikut ini. apa yang menjadi kebiasaan masyarakat
di sekitarnya asalkan tidak bertentangan
“Kok turun?” Roy membantu dengan prinsip yang ia yakini. Seperti
menurunkan kursi roda. pada kutipan berikut.
“Salah naik bus,” kata si Kruk
kecewa. “Roy mendengarkan saja sambil
... tersenyum-senyum. Di India
“Kata sopir, kami menghambat segalanya bisa ditawar. Bahkan
perjalanan,” si Kursi Roda jengkel ongkos pesawat terbang pun bisa
sekali. ditawar. Harga-harga di sini serba
“Jangan begitu, kawan. Ayo, tak pasti dan kita harus punya nyali
naik lagi.” untuk menawar sesuatu,” (Gong,
Roy mengangkat lagi kursi roda 2012, hlm. 193).
itu. Meletakannya di kursi bagian
depan. Kutipan tersebut membuktikan
Seorang lelaki–sopir bus– bahwa tokoh utama memiliki sikap
menghampiri Roy. Dia bersungut- spontanitas dan kewajaran melihat
sungut tanpa alasan yang jelas. Si kebiasaan yang ada di India. Ia
Bandel malah ikut sewot juga. Dia menunjukkannya dengan senyum
tidak kalah gertak,” (Gong, 2012, mengerti ketika melihat temannya
hlm. 83-84). berdebat perihal harga sewa. Ia
memaklumi hal ini karena telah menjadi
Pembahasan tersebut budaya masyarakat India pada saat itu
menunjukkan bahwa tokoh utama bahwa segala harga masih bisa ditawar.
memiliki sikap menerima keadaan diri
sendiri dan orang lain apa adanya. Terpusat pada Persoalan
Kesendirian dan kehidupannya sebagai
traveler, membuat tokoh utama Seseorang yang telah
memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, mengaktualisasikan diri merasa bahwa
ia tidak membedakan ras, bangsa, segala pikiran, perilaku, dan gagasannya
agama, ataupun kondisi fisik seseorang. bukan persoalan yang dihadapi secara
Karakteristik penting dimiliki setiap egois untuk kepentingan pribadi,
orang. Rasa syukur menerima keadaan melainkan terpusat pada persoalan yang
diri sendiri dan orang lain akan dihadapi manusia, seperti pada kutipan
memunculkan rasa bahagia pada diri berikut.
seseorang sehingga membuat kondisi “Kenapa Cik Gur lakukan hal ini
psikologis pelakunya menjadi sehat. kepada saya? Pada seorang musafir
yang mestinya Cik Gur tolong?
Spontanitas, Kesederhanaan, dan Apa Cik Gur tidak takut pada
Kewajaran dosa?”
Tiba-tiba Cik Gur berkaca-kaca.
Seseorang yang telah ...
mengaktualisasikan diri dengan benar

51
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 45-58

“Kalau cuma untuk makan, yang dikasihi dan mengasihinya.


kenapa harus menipu saya, Cik Yang pasti, hari-harinya bakal
Gur? Kenapa harus pura-pura bergolak dan penuh warna,” (Gong,
memborong buku? Selama 2012, hlm. 24-25).
perjalanan ini, saya banyak
ditolong orang. Jadi apa susah dan Kutipan tersebut terjadi ketika
ruginya buat saya, kalau cuma tokoh utama hendak memulai
membayari Cik Gur makan?” perjalanannya ke beberapa negara.
(Gong, 2012, hlm. 98-99). Salah satu alasan mengapa tokoh utama
ingin traveling karena ia membutuhkan
Percakapan itu terjadi ketika kesendirian yang bermakna. Traveling
tokoh utama mendapati tokoh Cik Gur membuatnya semakin dekat dengan
sedang menipu dirinya. Meski dalam alam, melihat secara langsung
keadaan kesal tokoh utama tidak secara permasalahan sosial, menemui orang-
egois melampiaskan kemarahannya. orang, dan mencapai kepuasan batinnya.
Lebih dari itu, ia membalasnya dengan Selain itu, hasil penyendirian dan
mengingatkan bahwa apa yang perjalanan tersebut bisa digunakan
dilakukannya itu salah dan ada cara sebagai bahan untuk mengembangkan
yang lebih baik yang seharusnya potensinya dalam menulis.
dilakukan.
Otonomi: Kemandirian terhadap
Membutuhkan Kesendirian Kebudayaan dan Lingkungan

Pada umumnya, orang yang sudah Orang yang teraktualisasi dapat


mencapai aktualisasi diri cenderung memenuhi kebutuhannya tanpa
memisahkan diri. Sikap ini didasarkan bergantung pada orang lain atau
atas persepsinya mengenai sesuatu yang lingkungan (situasi dan kondisi) yang
ia anggap benar, tetapi tidak bersikap mengelilinginya. Kemandirian ini
egois. Ia tidak bergantung pada pikiran menunjukkan ketahanannya terhadap
orang lain. Sikap yang demikian, berbagai persoalan yang mengguncang,
membuatnya tenang dan logis dalam seperti tampak pada kutipan berikut.
menghadapi masalah.
Sikap memisahkan diri ini “Let me pay Roy!”
terwujud dalam otonomi pengambilan “No, no, thanks!” Roy serba
keputusan. Pengambilan keputusan salah. “Seharusnya saya yang
yang diambil tidak dipengaruhi orang bayar, Ina.”
lain dan ia bertanggung jawab atas Akhirnya mereka sepakat
kebijakan yang diambilnya, seperti membayar sendiri-sendiri. Sudah
tampak pada kutipan berikut. berkali-kali Roy menemukan
kawan seperjalanan dari negara
“Roy, si gondrong itu, lain; makan atau tidur satu kamar.
tersenyum dan menyandang blue Dan mereka secara sadar membayar
ransel-nya. Dia sudah beberapa cuma untuk dirinya sendiri. Ini
langkah di luar buminya. Di merupakan hukum tak tertulis di
depannya kini terbentang bumi antara sesama traveler,” (Gong,
asing. Sekali lagi dia menengok. 2012, hlm. 174).
Entah sampai kapan dia
meninggalkan rumah; orang-orang

52
Sinaga, Zuriyati, Attas: Aktualisasi Diri Tokoh Utama...

Kutipan dari novel tersebut tidak hanya dijadikan hobi saja, tetapi
memperlihatkan bahwa tokoh utama bisa dikatakan pekerjaannya. Dengan
memiliki kemandirian meski dalam menulis dan traveling, tokoh utama
keadaan ekonomi yang tidak terlalu tidak hanya memiliki kepuasan batin
baik selama perjalanan. Selain itu, saja, tetapi mendapatkan kepuasan
pengarang seolah hendak memberi tahu materi dari bayaran tulisan-tulisannya.
melalui tindakan tokoh utama bahwa
para traveler memiliki kemandirian dan Kesadaran Sosial
keinginan untuk tidak menyusahkan
traveler lain. Meski begitu, mereka Orang yang pribadinya sudah
tetap saling membantu tanpa meminta teraktualisasi memiliki jiwa yang
balasan. Kemandirian mereka gunakan diliputi oleh perasaan simpati, empati,
sebagai upaya saling memahami kasih sayang, dan ingin membantu
keadaan yang dialami traveler lainnya. orang lain. Perasaan tersebut ada
walaupun orang lain berperilaku jahat
Kesegaran dan Apresiasi yang terhadap dirinya. Dorongan itu akan
Berkelanjutan memunculkan kesadaran sosial di mana
ia memiliki rasa untuk bermasyarakat
Karakteristik ini merupakan dan menolong orang lain, seperti
manifestasi dari rasa syukur atas segala tampak pada kutipan berikut.
potensi yang dimiliki orang yang
mampu mengaktualisasikan diri. Ia akan “Bagaimana ibumu, Kay? Sudah
diselimuti perasaan senang, kagum, sembuh sakit perutnya?”
tidak bosan terhadap apa yang ia miliki. “Tambah parah, Roy” Kay
Walaupun hal yang dimiliki biasa-biasa bersedih.
saja. Implikasinya, ia mampu “Belum dibawa ke rumah
mengapresiasi segala yang dimilikinya, sakit?”
seperti tampak pada kutipan berikut. “Uangnya belum cukup,” (Gong,
2012, hlm. 166).
“Tapi kamu sungguh menikmati
hidup ya, Roy.” Percakapan tersebut
“Traveling sambil menulis memperlihatkan bahwa tokoh utama
artikel dan membuat novel. Itulah memiliki kesadaran sosial yang tinggi
hidup saya. Itulah kompensasi pada orang-orang yang ditemuinya.
terbaik.” Kay, seorang anak kecil yang harus
“Wow, great! Kamu berpindah berjuang menghidupi keluarganya
dari satu tempat ke tempat lain? karena ayahnya seorang pejudi dan
Mengongkosi perjalanan dari ibunya sedang sakit, baru ditemui tokoh
tulisan-tulisanmu? Nice job, Roy!” utama di India. Meski begitu, tokoh
“Traveling is my life,” Roy utama tergugah hatinya sehingga
bergumam,” (Gong, 2012, hlm. beberapa kali membantu Kay. Ia pun
209). dapat merasakan kesedihan yang
dirasakan tokoh lain, seperti tampak
Dalam dialog tersebut, terlihat pada kutipan berikut.
bahwa tokoh utama sangat bangga dan
mensyukuri potensi dirinya. Menulis “Pemuda Roy merasakan
dan traveling merupakan dua hal yang seluruh sendi-sendi tuangnya
sangat disukai tokoh utama. Keduanya, bergetar. Dia diam, hening. Dia

53
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 45-58

sedang merasakan bagaimana dari Jepang di sebuah kafe di Nepal.


sedihnya Kay ditinggal selamanya Tokoh utama menyebutkan bahwa
oleh ibunya,” (Gong, 2012, hlm. menghabiskan sisa malam yang dingin
192). di Nepal merupakan tempat yang sangat
pas untuk menghangatkan diri. Selain
Pembahasan tersebut itu dapat pula dijadikan tempat untuk
menunjukkan bahwa tokoh utama menjalin hubungan pertemanan dan
memiliki perasaan empati dan persaudaraan, seperti pada kutipan
kepedulian sosial. Dua hal yang saat ini berikut.
telah tergerus oleh perasaan curiga dan
egois di tengah masyarakat modern. “Dia pergi menonton bersama
Karakterstik yang penting dimiliki kawan sekamarnya dari Italia,
setiap orang. Marco, yang jadi kawan
seperjalanan di bus dari Nepal, dan
Hubungan Interpersonal Yoo Chi Wan, petualang dari
Korea, yang dikenalnya di
Orang yang mampu Calcutta,” (Gong, 2012, hlm. 167).
mengaktualisasikan diri mempunyai
kecenderungan untuk menjalin Dalam kutipan itu, dijelaskan
hubungan yang baik dengan orang lain. bahwa tokoh utama mengenal kawan
Bahkan dengan anak-anak pun ia akrab sekamarnya dari Italia, Marco, dalam
dengan penuh cinta dan kasih sayang. bus di perjalanan dari Nepal. Yoo Chi
Hubungan interpersonal itu dilandasi Wan, petualang dari Korea yang
oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan dikenalnya di Calcuta, seperti pada
kesabaran. Dalam novel ini, tokoh kutipan berikut.
utama digambarkan memiliki hubungan
interpersonal yang sangat baik. Hal itu “Hai Japan!” seseorang
dibuktikan dengan banyaknya teman berteriak.
yang dikenal di berbagai negara, seperti Roy sangat hafal siapa pemilik
pada kutipan berikut. suara itu.
“Kay!” serunya gembira.
“Ikut Roy!” Masaki, traveler Kay menyerbunya. “Holy, Roy!”
Jepang, berteriak mengajaknya. sambil mencorengi lagi wajah Roy
Dia mengenal Masaki di yang sudah bersih dengan pewarna.
Pokhara, Nepal, di sebuah kafe. Dua adik perempuannya mengekor.
Jika malam jatuh di Nepal, kafe Roy mengangkat tubuh bocah
memang tempat yang cerdik itu. “Kamu bebas, Kay?”
menyenangkan untuk (Gong, 2012, hlm. 229).
menghabiskan sisa malam yang
dingin. Menghangatkan badan Dalam kutipan itu terlihat
sambil ngobrol. Jadi, jangan heran kedekatan Roy dengan seorang anak
jika di antara sesama traveler bisa kecil yang ditemuinya di India, Kay dan
terjalin rasa persaudaraan dan adik perempuannya. Meski baru mereka
kesetiakawanan,” (Gong, 2012, kenal, tetapi Kay sudah menganggap
hlm. 165). Roy lebih dari saudara. Beberapa kali
Roy membantu Kay dan sebaliknya.
Pada kutipan itu dijelaskan bahwa Bahkan Kay sempat menyelamatkan
tokoh utama mengenal Masaki, traveler Roy ketika pingsan dan membantunya

54
Sinaga, Zuriyati, Attas: Aktualisasi Diri Tokoh Utama...

pergi ke dokter. Oleh karena itu, setiap dengan makna dan nilai pendidikan.
perjumpaan selalu mereka lalui dengan Seperti tampak pada kutipan berikut.
gembira.
“From Japan?” tiba-tiba
Demokratis terdengar suara perempuan yang
lagi-lagi salah tebak.
Orang yang mampu Ketika mendengar suara tadi,
mengaktualisasikan dapat menjalin Roy baru sadar kalau di sebelah
hubungan yang baik dengan siapa pun. Kay ada seorang gadis Eropa
Dalam pertemanannya, ia tidak tersenyum. Lalu, “From Africa?”
mempermasalahkan budaya, ras, Roy balik bertanya padanya.
golongan, dan agama yang ada di Gadis Eropa itu tertawa kecil.
sekitarnya. Tampak dalam kutipan “Saya dari Jerman.”
berikut. “Barat atau Timur?”
“Jerman,” gadis bule itu
“Roy dan Ina cuma turun di menegaskan sambil mendelik. Roy
anak tangga pertama yang terendam kini tertawa. Dia memang suka
air. Mereka membersihkan wajah bercanda jika bertemu dengan
dan lengan yang penuh dengan orang Jerman,” (Gong, 2012, hlm.
corengan warna. Mereka bersenda 168).
gurau dengan penduduk sambil
membersihkan badan dari pewarna. Candaan yang dilakukan tokoh
Holy membuat mereka jadi dekat. utama sebetulnya merupakan balasan
Jadi seperti sebuah keluarga,” atas tebakan yang dilakukan orang-
(Gong, 2012, hlm. 227). orang yang menganggapnya berasal dari
Jepang. Sebenarnya tokoh utama
Kutipan tersebut menunjukkan merasa kesal karena hampir di setiap
bahwa tokoh utama tidak negara ada saja orang yang
mempermasalahkan budaya, ras, menganggapnya bukan dari Indonesia.
golongan, dan agama yang ada di Akan tetapi, kekesalannya ia tunjukkan
sekitarnya. Ia dapat berbaur dengan dengan candaan yang tidak menghina.
masyarakat India sehingga menjadi Lebih dari itu, dengan candaannya,
dekat seperti keluarga. Membuyarkan tokoh utama malah bisa mendekatkan
perbedaan-perbedaan yang ada pada diri dengan tokoh lain. Seperti pada
dirinya dan orang-orang sekitar. dialog di atas, Ina pada akhirnya
menjadi salah satu tokoh yang paling
Rasa Humor yang Bermakna dan dekat dengan tokoh utama.
Etis
Kreativitas
Rasa humor orang yang
mengaktualisasikan diri berbeda dengan Sikap kreatif merupakan
humor kebanyakan orang. Ia tidak akan karakteristik lain yang dimiliki oleh
tertawa terhadap humor yang menghina, orang yang mengaktualisasikan diri.
merendahkan, bahkan menjelekkan Kreativitas ini tanpa tendensi atau
orang lain. Humor yang pengaruh dari mana pun dan siapa pun.
mengaktualisasikan diri bukan saja Kreativitas diwujudkan dalam
menimbulkan tertawa, tetapi sarat kemampuannya melakukan inovasi-
inovasi yang spontan, asli, dan tidak

55
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 45-58

dibatasi lingkungan maupun orang lain,


seperti tampak pada kutipan berikut ini. Independensi

“Kita korban masa lalu. Kita tak Seorang yang teraktualisasi diri
punya kebanggaan untuk berbuat mampu mempertahankan pendirian dan
sesuatu karena orang-orang masa keputusan-keputusan yang ia ambil.
lalu selalu menagih kita untuk Tidak goyah atau terpengaruh oleh
berbuat hal yang sama.” berbagai guncangan ataupun pendapat
... orang lain, seperti tampak pada kutipan
Hidup sebagai remaja adalah berikut.
kebebasan, selama masih murni dan
tidak ditunggangi atau dijadikan “Buat apa kau memberi dia
kekuatan oleh sebuah kelompok,” uang?”
(Gong, 2012, hlm. 19). “Dia membutuhkannya, Ina.”
“Dia masih kuat.”
Kutipan tersebut merupakan “Aku tidak peduli dia masih kuat
luapan perasaan tokoh utama terhadap atau tidak. Aku cuma iba dan ingin
keadaan di sekitarnya. Ia merasa bahwa bersedekah.”
kehidupan akan sia-sia bila tak mau “Kamu memberinya kepada
melakukan inovasi dan berani orang yang salah.”
melakukan hal-hal baru. Hal tersebut “Buatku, Ina, yang penting
membawa tokoh utama untuk keikhlasannya ketika memberi.
melakukan traveling dan menulis. Dalam agama, kita diharuskan
Kebiasaan yang jarang dimiliki menyisakan dua setengah persen
masyarakat Indonesia pada saat itu. dari penghasilan kita.”
Akan tetapi, ia melakukannya. Seperti “Untuk siapa?”
tampak pada kutipan berikut. “Untuk orang-orang miskin
seperti pengemis tadi.”
Dia kini sudah memutuskan jadi Ina manggut-manggut,” (Gong,
bagian dari alam. Dengan 2012, hlm. 232).
menulislah dia isi hari-harinya. Tak
pernah diam. Bergerak ke mana- Percakapan tersebut
mana dengan hal baru. Kadang memperlihatkan bahwa tokoh utama
benaknya jadi penuh dan luber. Ya, memiliki ciri independensi. Ciri itu
menulislah kini pelariannya,” tampak dari caranya mempertahankan
(Gong 2012, hlm. 21). keyakinan dan keputusannya untuk
membantu seorang pengemis yang
Berdasarkan pemaparan tersebut sempat ditolak oleh tokoh lain.
dapat disimpulkan bahwa tokoh utama Keyakinan bahwa memberi merupakan
merupakan seorang yang tidak takut keharusan yang mesti dilakukan dengan
untuk mencoba hal baru dan memiliki ikhlas tetap ia jaga dan lakukan.
inovasi, seperti kemampuan menulis.
Kemampuan itu ia kembangkan melalui Pengalaman Puncak ‘Peak
traveling ke beberapa negara. Baginya Experience’
menulis dan traveling tidak hanya
media untuk menyampaikan ide, tetapi Orang yang mampu
juga sarana untuk menemukan jati mengaktualisasikan diri akan memiliki
dirinya. perasaan yang menyatu dengan alam. Ia

56
Sinaga, Zuriyati, Attas: Aktualisasi Diri Tokoh Utama...

merasa tidak ada batas atau sekat antara bertelanjang dada, sedang gembira
dirinya dengan alam semesta. Orang membajak sawah, berteriaklah
yang mampu mengaktualisasikan diri padanya: Roy! Pemuda gondrong
terbebas dari sekat-sekat berupa suku, itu akan tersenyum,” (Gong, 2012,
bahasa, agama, ketakutan, keraguan, hlm. 238).
dan lain-lain. Oleh karena itu, ia akan
bersifat jujur, ikhlas, bersahaja, tulus Pada bagian itu, tokoh utama
hati, alami, dan terbuka. digambarkan sebagai seorang yang
Konsekuensinya, ia akan bersyukur bahagia dengan kehidupan barunya di
kepada Tuhan, orang lain, alam, dan desa. Perasaan bahagia terhadap
segala sesuatu yang menyebabkan kehidupan menandakan bahwa kondisi
keberuntungan hidupnya. Seperti psikologis tokoh utama sehat dan telah
tampak pada kutipan berikut. mampu melewati hambatan-hambatan
yang mengganggunya. Selain itu,
“Cuma, ah, kenapa darah selalu ekspresi gembira dalam menjalani
bergolak jika melihat persawahan profesi barunya sebagai petani
yang mulai sedikit, dan aroma menandakan bahwa tokoh utama telah
dunia yang semakin brengsek. Aku menemukan potensi dan memenuhi
memang petualang jalanan. hasrat tertingginya untuk menyatu
Hutanku adalah beton-beton yang dengan alam.
menuding langit sehingga matahari
sangat susah dinikmati. Hewan- PENUTUP
hewanku adalah manusia itu
sendiri, yang kata beberapa orang Berdasarkan pembahasan yang
frustasi, “We are more than telah dilakukan, dapat disimpulkan
animal!” Itulah sebabnya, selagi bahwa tokoh utama novel Balada Si
langit menangis dan bumi belum Roy merupakan pribadi yang
mati, aku ingin merasakan dan teraktualisasi diri. Hal itu diperkuat oleh
menikmatinya,” (Gong, 2012, hlm. temuan data dalam novel berupa empat
30). belas ciri aktualisasi diri yang
dikemukakan Abraham Maslow. Ciri-
Inilah karakteristik yang ciri tersebut di antaranya, mampu
mendasari keseluruhan perjalanan tokoh melihat realitas secara efisien,
utama. Perasaannya yang telah menyatu penerimaan terhadap diri sendiri dan
dengan alam membuatnya ingin orang lain apa adanya, spontanitas,
menjelajahi dunia. Mengunjungi setiap kesederhanaan, dan kewajaran, terpusat
tempat, menemui orang-orang, pada persoalan, membutuhkan
merasakan secara langsung kuasa Tuhan kesendirian, dan otonomi: kemandirian
dan kehidupan sosial masyarakat. terhadap kebudayaan dan lingkungan,
Setelah perjalanan panjang tersebut, kesegaran dan apresiasi yang
pada bagian akhir cerita, tokoh utama berkelanjutan, kesadaran sosial,
digambarkan hidup menetap di sebuah hubungan interpersonal, demokratis,
desa di Banten, seperti tampak pada rasa humor yang bermakna dan etis,
kutipan berikut. kreativitas, independensi, serta
pengalaman puncak (peak experience).
“Jika kalian sedang tersesat ke Di kehidupan nyata, kebutuhan
kampung terpencil dan melihat aktualisasi diri setiap orang tentu
seorang pemuda gondrong berbeda-beda, bergantung minat dan

57
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 45-58

potensi yang dimilikinya. Salah satu


cara agar kebutuhan itu dapat terpenuhi, Hastuti, H.B.P. (2014). Androgini tokoh
yaitu dengan belajar dari orang yang Tina dalam novel Kleting
sudah teraktualisasi dengan melihat 14 Kuning karya Maria A.
ciri umum yang disebutkan oleh Sardjono. Bebasan: Jurnal
Maslow. Ilmiah Kebahasaan dan
Berdasarkan hasil kajian tersebut, Kesastraan, 1(1), 23-30.
novel Balada Si Roy karya Gol A Gong
bisa dijadikan alternatif lain Hikma, N. (2015). Aspek psikologis
pembelajaran karya sastra melalui tokoh utama dalam novel Sepatu
apresiasi sastra. Selain itu, novel Balada Dahlan karya Khrisna Pabichara
Si Roy mengandung banyak nilai (Kajian psikologi humanistik
keteladanan dan proses bagaimana Abraham Maslow). Humanika,
seorang memenuhi kebutuhan 3(15), 1-15.
aktualisasinya. Tokoh utama dalam
novel ini dapat dijadikan figur dalam Martono, N. (2016). Mekanisme
pembentukan pribadi yang sehat secara pertahanan ego pada tokoh
fisik dan psikis. transgender dalam novel Pasung
Jiwa karya Okky Madasari:
DAFTAR PUSTAKA Suatu kajian psikologi sastra.
Arkhais, 7(2), 87-92.
Amertawengrum, I. F. (2013). Novel
Pudarnya Pesona Cleopatra: Minderop, A. (2010). Psikologi sastra:
Kajian psikologi tokoh. Karya sastra, metode, teori, dan
Magistra, 85(1), 65-72. contoh kasus. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Asmadi. (2008). Teknik prosedural
keperawatan: Konsep dan Mulawati. (2013). Citra diri Laisa
aplikasi kebutuhan dasar klien. dalam novel Bidadari-Bidadari
Jakarta: Salemba Medika. Surga. Kandai, 9(1), 82-94.

Goble, F. G. (2010). Mazhab ketiga Pradita, L. E. (2012). Konflik batin


psikologi humanistik Abraham tokoh utama dalam film Sang
Maslow (Penerjemah Pencerah karya Hanung
Supratinya). Yogyakarta: Bramantyo (Sebuah kajian
Kanisius. (Karya asli terbit psikologi sastra). Basastra, 1(1),
tahun 1971) 25-39.

Graham, H. (2005). Psikologi Rahmawati. (2017). Konflik kejiwaan


humanistik dalam konteks tokoh utama dalam novel
sosial, budaya, dan sejarah. Korupsi karya Tahar Ben
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jelleoun. Kandai, 13(1), 75-90.

58

Anda mungkin juga menyukai