Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TEKS EDITORIAL

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

DISUSUN OLEH :
SYAFIRA RACHMADANI/2018029

MA DDI ALLIRITENGAE MAROS


KOTA MAROS
2020

i
TEKS 1

Bersama Atasi Covid-19

Pemerintah resmi mengumumkan dua kasus warga Indonesia asal Depok,


Jawa Barat, terinfeksi virus korona baru Covid-19. Pemerintah perlu
menenangkan warga. Presiden Joko Widodo mengumumkan di Istana Merdeka,
Jakarta, Senin (2/3/2020), dua warga Indonesia terinfeksi Covid-19 setelah
melakukan kontak dengan warga negara Jepang yang terdeteksi terinfeksi virus
korona setelah meninggalkan Indonesia dan tiba di Malaysia.

Pengumuman Presiden yang didampingi Menteri Kesehatan Terawan


Agus Putranto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Sekretaris Kabinet
Pramono Anung menepis kecurigaan masyarakat internasional bahwa Indonesia
menyembunyikan kasus Covid-19. Setelah pengumuman, tantangan pemerintah
adalah menenangkan warga. Kepanikan terlihat dari meningkatnya permintaan
masker penutup hidung dan mulut serta cairan beralkohol pembersih tangan.
Warga di beberapa tempat dilaporkan memborong bahan pokok di toko swalayan.
Langkah Menteri Kesehatan menjelaskan dan menjawab semua pertanyaan media
menunjukkan keterbukaan informasi. Juga langkah menelusuri riwayat kontak
pasien kita harapkan akan dapat menenangkan masyarakat. Akan sangat baik
apabila pemerintah dapat menjelaskan alasan hanya mengisolasi rumah tinggal
kedua pasien dan tidak mengisolasi Kota Depok serta dampaknya pada
pencegahan penularan virus.

Presiden Joko Widodo telah menegaskan kesiapan pemerintah, antara lain,


menyiapkan 100 rumah sakit dengan ruang isolasi dan peralatan berstandar
internasional di seluruh Indonesia. Penanganan pun berstandar internasional, kerja
sama lintas lembaga dilakukan, anggaran juga disediakan. Secara statistik, korban
meninggal di seluruh dunia akibat Covid-19 sekitar 2 persen dari total kasus.
Namun, penularan dari orang ke orang relatif mudah dan sudah lintas negara,
membuat ketakutan dan kepanikan global. Dalam situasi seperti saat ini,
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus bekerja sama membangkitkan
optimisme seraya tetap menjaga kehati-hatian. Lembaga legislatif kita harapkan

ii
dapat membantu pemerintah mencegah dampak negatif kekhawatiran masyarakat.
Kepala daerah segera bergerak menjelaskan langkah pencegahan penularan dan
penanganan Covid-19 di daerah masing-masing.

Komunitas masyarakat membantu menyebarkan informasi akurat. Hanya


dengan kerja sama kita dapat keluar dari dampak negatif pada berbagai sudut
kehidupan kita akibat wabah Covid-19. Penanganan yang baik secara bersama-
sama akan menjaga kepercayaan dunia usaha dan investor yang pada akhirnya
akan menguatkan indeks harga saham gabungan, membuat wisatawan
mancanegara kembali berkunjung ke Indonesia, dan ekonomi membaik.

Ke depan, kita ingin Indonesia bukan hanya menemukan kasus warga yang
terinfeksi, tetapi juga menyembuhkan dan bersama masyarakat dunia mencegah
persebaran Covid-19 melalui penelitian kedokteran yang tengah kita lakukan.

Kalimat fakta: Fakta dalam teks editorial di atas terdapat dalam poin berikut:

 Presiden Joko Widodo mengumumkan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin


(2/3/2020), dua warga Indonesia terinfeksi Covid-19 setelah melakukan
kontak dengan warga negara Jepang.
 Presiden Joko Widodo telah menegaskan kesiapan pemerintah, antara lain,
menyiapkan 100 rumah sakit dengan ruang isolasi dan peralatan berstandar
internasional di seluruh Indonesia. Secara statistik, korban meninggal di
seluruh dunia akibat Covid-19 sekitar 2 persen dari total kasus.

Kalimat opini: Sementara opininya dapat ditengarai melalui poin berikut:

 Akan sangat baik apabila pemerintah dapat menjelaskan alasan hanya


mengisolasi rumah tinggal kedua pasien dan tidak mengisolasi Kota
Depok serta dampaknya pada pencegahan penularan virus.

( Sumber: https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/17/153000869/contoh-teks-editorial-tentang-covid-19-
beserta-fakta-dan-opininya?page=all.)

iii
TEKS 2

Oknum dalam Aksi UU Cipta Kerja

Warganet menangkap sejumlah kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian


selama aksi penolakan UU Cipta Kerja. Setiap ada kekerasan oleh aparat kepolisian, mereka
selalu menarasikan tindakan tersebut akibat oknum. Bila setiap kekerasan disebut oknum,
seberapa banyak oknum dalam kepolisian? Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBHI)
mengadvokasi kasus-kasus kekerasan yang dilakukan oleh kepolisian.

Mereka mencatat dalam siaran pers 1 Juli 2020, sepanjang 2019 sedikitnya terjadi
78 kasus pelanggaran dengan korban mencapai 6.128 orang. 51 di antaranya meninggal dunia,
324 korban merupakan anak-anak. Dari 78 kasus tersebut, 67 kasus di antaranya dilakukan
oleh kepolisian dari sektor (polsek), resort (polres), daerah (polda), sampai Mabes Polri.
Dengan kapasitas yang terbatas, data YLBHI cukup mencengangkan. Sebagai institusi yang
memiliki tanggung jawab pada publik dengan melindung dan mengayomi, kepolisian malah
melakukan kekerasan.

Dengan jumlah korban sebanyak itu, serta secara pelakunya terlibat secara
struktural, maka kinerja polisi perlu dipertanyakan. Pajak publik salah satunya untuk anggaran
kepolisian. Seharusnya polisi berpihak pada publik, bukan pada penguasa. Kekerasan dan
kesewenang-wenangan tidak dibenarkan.

Kalimat fakta:

 Paragraf fakta dalam teks editorial di atas terdapat pada data yang dirilis
YLBHI di paragraf kedua.

Kalimat opini:

 Sedangkan opini dapat ditengarai di paragraf akhir. Salah satu kalimat


yang mewakili opini dari keseluruhan teks editorial ada pada kalimat
"Seharusnya polisi berpihak pada publik, bukan pada penguasa".

(Sumber: https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/17/160000569/contoh-teks-editorial-uu-
cipta-kerja-beserta-fakta-dan-opininya?page=all.)

iv
TEKS 3

Huru-hara Vaksin Covid-19

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, pemerintah, dan peneliti seharusnya


berkoordinasi dengan baik dalam menyampaikan informasi ke publik. Petengahan tahun
lalu kita sempat mendengar bahwa pemerintah menjanjikan vaksin pada November 2020.
Sementara penelitian dan percobaan vaksin masih terus berjalan, dan belum dapat
dipastikan pengaplikasiannya ke manusia. Publik diombang-ambingkan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai saat ini belum menganjurkan


pemberian vaksin karena memang penelitian terhadap vaksin belum juga usai. Hal tersebut
dibenarkan oleh juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Iku Adisasmito. Ia
meminta masyarakat untuk sabar menanti vaksin Covid-19. Pemerintah mungkin
bermaksud baik, menyampaikan janji soal vaksin agar masyarakat tidak panik. Namun
penyampaian informasi atau janji ke publik tetap harus berdasarkan fakta di lapangan.
Ketidakselarasan antara ujaran pemerintah dengan satgas dan para peneliti,
mengindikasikan kurangnya koordinasi dan komunikasi.

Kalimat fakta:

 Fakta dalam teks editorial di atas ditunjukkan pada paragraf pertama


mengenai pemerintah menjanjikan vaksin pada November 2020,
pernyataan WHO, dan Jubir Satgas Covid-19.

Kalimat opini:

 Opini terdapat pada kalimat pertama paragraf pertama dan seluruh kalimat
di paragraf tiga.

( Sumber : https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/17/153000869/contoh-teks-
editorial-tentang-covid-19-beserta-fakta-dan-opininya?page=all.)

v
TEKS 4

UU Sapu Jagat Politik

Diskursus soal omnibus law yang awalnya hanya diarahkan untuk


memperbaiki iklim investasi dan lapangan kerja kini merambah ke bidang politik.
Kementerian Dalam Negeri mengintroduksi UU sapu jagat (omnibus law) guna
menyederhanakan sistem politik. Gagasan itu dilontarkan Pelaksana Tugas
Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Bahtiar, seperti dikutip
Kompas, 2 Januari 2020. Bahtiar mengatakan, pemerintah dan DPR akan
menyederhanakan sistem politik dan pemerintahan dengan menggabungkan
sejumlah undang-undang dalam UU sapu jagat.

Selain menghemat anggaran negara, pembentukan UU sapu jagat bidang


politik memastikan munculnya pemimpin terbaik berdasarkan proses elektoral
yang terukur. Omnibus law lebih banyak dikenal dalam sistem common law
seperti Amerika Serikat dan Australia. Adapun Indonesia menganut sistem civil
law. Diskursus soal omnibus law diperkenalkan pertama kali oleh Presiden Joko
Widodo, yang sebelumnya memperkenalkan retorika Nawacita, dalam Sidang
Umum MPR 2019. Setelah itu, diskursus soal omnibus law menjadi magnet
politik baru, mirip dengan retorika Revolusi Mental. Ada kecenderungan UU sapu
jagat yang awalnya difokuskan dalam bidang ekonomi, seperti UU Cipta
Lapangan Kerja, UU Usaha Kecil, Menengah, dan Mikro, serta UU Perpajakan,
mulai merambah ke sektor politik. Semangat dasar dari UU sapu jagat adalah
melakukan debirokratisasi untuk mengatasi overregulasi dalam sistem hukum
Indonesia.

Ada gejala atau mungkin juga malah ada alam pikir, sistem hukum yang
dibangun sebagai konsensus negara demokrasi dianggap sebagai hambatan untuk
mewujudkan tujuan politik elite. Kita mendorong pemerintah dan elite politik
kembali ke semangat konstitusi. Kontrak sosial bangsa ini adalah membangun
Indonesia sebagai negara hukum demokratis dengan Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum. Hukum dibuat untuk mencegah kehadiran
otoritarianisme baru dan kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan.

vi
Belum lahirnya pemimpin baik tidaklah semata-mata karena kekeliruan desain
pemilihan pemimpin. Pemimpin yang baik akan lahir dalam sistem perekrutan
politik yang merupakan tanggung jawab partai politik dan sistem politik yang
bersih dari korupsi dan nepotisme. Reformasi partai politik menjadi jawaban.
Sejarah pemilihan kepala daerah telah melahirkan pemimpin lokal yang
menggunakan kekuasaan untuk kepentingan rakyat, bukan kepentingan oligarki.
Menjadi urusan pemerintah dan DPR menyederhanakan sistem politik. Namun,
proses ke sana tidak boleh mengingkari partisipasi rakyat. Rakyat tetap pemilik
kedaulatan negeri ini dan jangan pernah berpikir merampas kedaulatan rakyat dan
merampas kebebasan sipil. Kita kutip kembali nasihat Thrasymacus dalam buku
Etika Politik dan Kekuasaan karya Haryatmoko, ”Hukum tidak lain kecuali
kepentingan mereka yang berkuasa. Sedang bagi mereka yang lemah, hukum
tidak berdaya membela.”

Kalimat fakta: Fakta teks editoral di atas terdapat dalam poin berikut:

 Paragraf kedua yang memuat gagasan itu dilontarkan Pelaksana Tugas


Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Bahtiar Paragraf ketiga
soal omnibus law yang diperkenalkan pertama kali oleh Presiden Joko
Widodo, yang sebelumnya memperkenalkan retorika Nawacita, dalam
Sidang Umum MPR 2019

Kalimat opini:

 Paragraf empat yang menyebut "Ada gejala atau mungkin juga malah ada
alam pikir, sistem hukum yang dibangun sebagai konsensus negara
demokrasi dianggap sebagai hambatan untuk mewujudkan tujuan politik
elite".

(Sumber: https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/17/160000569/con
toh-teks-editorial-uu-cipta-kerja-beserta-fakta-dan-opininya?page=all.)

vii
TEKS 5

Berpulangnya Pahlawan Kemanusiaan

Jumlah tenaga medis yang meninggal selama menangani Covid-19 terus


bertambah. Mereka bekerja keras melawan pandemi, mengesampingkan
kepentingan pribadi demi kemanusiaan. Kematian tenaga medis tersebut berkaitan
dengan kebijakan pemerintah dan kepatuhan masyarakat terhadap protokol
kesehatan.

Terhitung per Kamis 15 Oktober 2020, Ikatan Dokter Indonesia (IDI)


mencatat ada total 136 dokter meninggal akibat Covid-19. Terdiri dari 71 dokter
umum, 63 dokter spesialis, dan dua dokter residen. Tersebar dari 18 wilayah
provinsi dan 66 wilayah kota/kabupaten. Padahal tenaga medis yang menangani
tidak hanya dokter saja. Ada perawat dan bagian-bagian lain yang menjadi satu
kesatuan tim medis. Hingga 10 November 2020, tercatat 323 tenaga medis
meninggal. Tenaga medis merupakan aset negara. Bila nyawa tenaga medis terus
berkurang, maka penanganan pandemi akan semakin sulit.

Terlepas dari angka-angka, setiap nyawa yang hilang tidak dapat


tergantikan oleh keluarga yang ditinggalkan. Jumlah kematian tenaga medis yang
terus meningkat, indikasi bahwa pemerintah dan masyarakat kurang berempati
pada perjuangan mereka. Bila kebijakan tidak dibenahi, serta kepatuhan
masyarakat terus menurun, berapa banyak lagi tenaga medis yang harus gugur.
Kalimat fakta:

 Fakta dalam contoh di atas terdapat dalam data-data yang diambil dari IDI,
yang terdapat dalam paragraf kedua.

Kalimat opini:

 Paragraf akhir, yaitu, "Jumlah kematian tenaga medis yang terus


meningkat, indikasi bahwa pemerintah dan masyarakat kurang berempati
pada perjuangan mereka".

viii
(Sumber: https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/17/153000869/con
toh-teks-editorial-tentang-covid-19-beserta-fakta-dan-opininya?page=all)

ix

Anda mungkin juga menyukai