Disusun Oleh :
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa Inggris adalah
corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption dan dalam bahasa Belanda
disebut dengan coruptie. Sepertinya, dari bahasa Belanda itulah lahir kata korupsi dalam bahasa
Indonesia.
Korup berarti busuk, buruk; suka menerima uang sogok (memakai kekuasaannya untuk
kepentingan sendiri dan sebagainya). Korupsi adalah perbuatan yang buruk (seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya).
Menurut World Bank, definisi paling sederhana dari korupsi adalah penyalahgunaan
kekuasaan untuk keuntungan pribadi atau kelompok. Berdasarkan pandangan hukum, dikatakan
korupsi apabila memenuhi unsur-unsur perbuatan yang melawan hukum, penyalahgunaan
kewenangan, kesempatan atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi, dan
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Korupsi berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik aspek kehidupan
sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi bagi kehidupan diibaratkan
bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah, yang membuat pemilik badan harus selalu
melakukan “cuci darah” terus menerus jika ia masih ingin hidup.
Korupsi di Masyarakat
Korupsi seolah telah menjadi warisan budaya yang sengaja dilestarikan oleh oknum-
oknum tak bertanggungjawab. Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi
makanan masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai
masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap individu
dalam masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri (self interest), bahkan selfishness.
Tidak akan ada kerja sama dan persaudaraan yang tulus.
Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa
malu, aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga
yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup.
Faktor eksternal bisa ditinjau dari aspek ekonomi seperti pendapatan atau gaji yang tidak
mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan, aspek managemen & organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan
transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundangundangan dan lemahnya
penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung
perilaku anti korupsi.
Faktor Penghambat :
2. Masih banyaknya tumpang tindih dan kurangnya kerjasama antar lembaga negara dalam
upaya pemberantasan korupsi.
4. Budaya antikorupsi yang belum tumbuh dengan baik dalam jiwa masyarakat Indonesia.
Faktor Pendorong :
Di samping itu, dengan peran serta tersebut masyarakat akan lebih bergairah untuk
melaksanakan kontrol sosial terhadap tindak pidana korupsi. Peran serta masyarakat dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi diwujudkan dalam bentuk antara
lain mencari, memperoleh, memberikan data atau informasi tentang tindak pidana korupsi dan
hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab terhadap pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang memberikan hak
kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tindakan diskriminatif
mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, maka dalam Peraturan
Pemerintah ini diatur mengenai hak dan tanggungjawab masyarakat dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Oleh karena itu, kebebasan menggunakan hak tersebut
haruslah disertai dengan tanggungjawab untuk mengemukakan fakta dan kejadian yang
sebenarnya dengan mentaati dan menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum serta
hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
Peraturan Pemerintah ini juga mengatur mengenai kewajiban pejabat yang berwenang
atau Komisi untuk memberikan jawaban atau menolak memberikan isi informasi, saran atau
pendapat dari setiap orang, Organisasi Masyarakat, atau Lembaga Swadaya Masyarakat.
Sebaliknya masyarakat berhak menyampaikan keluhan, saran atau kritik tentang upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang dianggap tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari
menunjukan bahwa keluhan, saran, atau kritik masyarakat tersebut sering tidak ditanggapi
dengan baik dan benar oleh pejabat yang berwenang.
Dengan demikian, dalam rangka mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, pejabat yang berwenang atau Komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diwajibkan untuk memberikan jawaban atau keterangan
sesuai dengan tugas fungsinya masing-masing. Kewajiban tersebut diimbangi pula dengan
kesempatan pejabat yang berwenang atau Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi
menggunakan hak jawab informasi yang tidak benar dari masyarakat. Disamping itu untuk
memberi informasi yang tinggi kepada masyarakat, maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur
pula pemberian penghargaan kepada masyarakat yang berjasa terhadap upaya pencegahan dan
penanggulangan tindak pidana korupsi berupa piagam dan atau premi.
Daftar Pustaka
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/11/185540869/korupsi-pengertian-penyebab-dan-
dampaknya?page=all
https://news.detik.com/berita/d-3147874/ini-korupsi-yang-biasa-terjadi-di-masyarakat-termasuk-
memberi-uang-ke-ketua-rt
https://www.merdeka.com/jatim/faktor-penyebab-korupsi-dan-hambatan-dalam-upaya-
pemberantasannya-kln.html?page=7