Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................1
BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah............................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
LANDASAN TEORI........................................................................................................4
A. Pengertian Infeksi Postpartum..........................................................................................4
B. Etiologi.............................................................................................................................5
C. Patofisiologi.....................................................................................................................6
D. Pathway............................................................................................................................7
.................................................................................................................................................7
.................................................................................................................................................7
E. Manifestasi Klinis.............................................................................................................8
F. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................................10
G. Penatalaksanaan Infeksi Postpartum...............................................................................10
BAB III............................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................12
PADA INFEKSI POSTPARTUM..................................................................................12
A. Pengkajian......................................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................................15
C. Intervensi Keperawataan................................................................................................16
BAB VI............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
A. Kesimpulan.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat
melahirkan (Suherni, 2009).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari
indikator Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu di Indonesia masih
didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi
dalam kehamilan (HDK), dan infeksi (Kemenkes, 2015).
Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks yang
sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan
pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan
obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Berdasarkan Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, angka kematian ibu di Indonesia
menurut pulau (gabungan) masih tinggi sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup
(BPS, 2018)
Kematian ibu di Indonesia salah satunya yaitu karena infeksi. Beberapa
infeksi pada masa nifas adalah infeksi yang terjadi karena perlukaan jalan lahir,
baik berupa laserasi karena kesalahan pada saat proses memimpin persalinan
maupun episiotomi. Perlukaan tersebut yang menyebabkan bakteri pathogen
masuk dan dapat menimbulkan infeksi (Siti, 2017).
Dengan demikian perlu adanya perhatian lebih kepada sang ibu selama
masa postpartum untuk mencegah terjadinya infeksi postpartum.

2
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalahnya


adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan postpartum dengan infeksi?
2. Bagaimana etiologi dari postpartum dengan infeksi?
3. Bagaimana patofisiologi dari postpartum dengan infeksi?
4. Bagaimana tanda dan gejala postpartum dengan infeksi?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik postpartum dengan infeksi?
6. Bagaimana penatalaksanaan postpartum dengan infeksi?
7. Bagaimana asuhan keperawatan postpartum dengan infeksi?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Makalah yang kami buat bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan kepada pembaca tentang infeksi post partum dan asuhan
keperawatan pada ibu dengan infeksi postpartum secara lengkap.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan berikut tujuannya
untuk mengetahui :
a. Apa yang dimaksud dengan postpartum dengan infeksi
b. Etiologi dari postpartum dengan infeksi
c. Patofisiologi dari postpartum dengan infeksi
d. Tanda dan gejala postpartum dengan infeksi
e. Pemeriksaan diagnostik postpartum dengan infeksi
f. Penatalaksanaan postpartum dengan infeksi
g. Asuhan keperawatan postpartum dengan infeksi

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Infeksi Postpartum

Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat
melahirkan (Suherni, 2009).

Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi bakteri pada
traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu
hingga mencapai 38ºC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca
persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama. Istilah infeksi puerperium
mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman
atau bakteri ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas
(Mitayani, 2011).

Infeksi post partum atau puerperalis adalah semua peradangan yang


disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada
waktu persalinan dan perawatan masa post partum. Infeksi puerperalis adalah
keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa post
partum (Prawirohardjo, 2009).

Infeksi Postpartum yaitu suatu peradangan pada alat-alat genitalia yang


disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada saat
masa nifas atau postpartum dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan
mengecualian 24 jam pertama.

4
B. Etiologi

Melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang


kebanyakan merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga
dari luar. Bentuknya bisa berupa kuman anaerob, biasanya berupa kokus gram
positif, seperti : streptokokus, bakteriode, dan klostridium. Bisa juga berbentuk
kuman aerob bakteri gram positif dan E. Coli. Selain itu, dapat juga diakibatkan
oleh : streptokokus hemolitikus aerobikus dan stafilokokus aureus (Mitayani,
2011).

Menurut Suherni, (2009) berdasarkan masuknya kuman kedalam alat kandungan


di bagi menjadi dua yaitu :
1. Bakteri endogen
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa
menimbulkan bahaya, bahkan jika tehnik steril sudah digunakan untuk
persalinan, infeksi masih dapat terjadi akibat bakteri endogen. Bakteri
endogen dapat membahayakan dan menyebabkan infeksi jika :
a. Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui
instrument pemeriksaan pelvik.
b. Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/ lacerasi atau
jaringan yang mati (missal setelah persalinan macet atau persalinan
traumatik).
c. Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang
lama.
2. Bakteri eksogen
Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (streptookus, klostridium
tetani dll). Bakteri eksogen masuk kedalam vagina :
a. Melalui tangan yang tidak bersih dan instrument yang tidak steril
b. Melalui substansi/ benda asing yang masuk ke dalam vagina (missal
ramuan/ jamu, minyak, kain).
c. Melalui aktivitas seksual.

5
C. Patofisiologi
Setelah persalinan, tempat bekas perlekatan plasenta pada dinding uterus
merupakan luka yang cukup besar untuk masuknya mikroorganisme.
Patologi infeksi puerperalis sama dengan infeksi luka. Infeksi itu dapat:
1. Terbatas pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks, atau
endometrium).
2. Infeksi itu menjalar dari luka jaringan sekitarnya (tromboflebitis,
parametritis, salpingitis, dan peritonitis).
Setelah kala III, daerah bekas insersi plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter kira–kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol–benjol
karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat
yang baik untuk tumbuhnya kuman–kuman dan masuknya jenis–jenis yang
patogen dalam tubuh ibu. Serviks sering mengalami perlukaan pada
persalinan, demikian juga vulva, vagina, dan perineum, yang semuanya
merupakan tempat masuknya kuman–kuman patogen. Proses radang dapat
terbatas pada luka–luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya
(Mitayani, 2011).

6
D. Pathway

Kuman Patogen

Endogen, Eksogen

Infeksi terbatas Risiko tinggi Infeksi menyebar Anoreksia


penyebaran infeksi
Par
Par
Limfe Intake nutrisi
Par
am
Vulvitis Vaginitis Servisitis Endometritis dan cairan am
am

Infeksi Bengkak Luka meluas Penahanan Lokia Peritonitis Parametrit


pada bekas permukaan ke dasar oleh darah sisa
is
sayatan mukosa ligamentum plasenta dan
episiotomi selaput ketuban Terkumpulnya nanah Nyeri sebelah Nutrisi
pada cavum douglas
Penekanan uterus kurang
jaringan Penyebaran
Jaringan Uterus dari
sekitar infeksi ke
sekitar endometritis abses
parametrium kebutuha
membengkak membesar
dan merah n tubuh
Nyeri akut Pembengkakan
Demam 39˚C-40˚C
Nyeri
tekan pada
abdomen Nyeri akut
Hipertermi

Nyeri
Nyeri Jaringan akut
akut mudah lepas

Luka terbuka

Ulkus dan pus

Risiko kerusakan
integritas jaringan

Intoleran
aktivitas

(Cindy, 2017, www.scribe.com)

7
E. Manifestasi Klinis

Berdasarkan jenis infeksi post partum, manifestasi klinisnya sebagai berikut:


1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.
a. Infeksi perineum, vulva, dan serviks.
Tanda dan gejala :
1) Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, dysuria dengan atau tanpa
distensi urine.
2) Jahitan luka muda lepas, merah, dan bengkak.
3) Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu
sekitar 38ºC, dan nadi kurang dari 100 kali/menit.
4) Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
demam bisa meningkat hingga 39-40º C, kadang-kadang disertai
menggigil (Mitayani, 2011).
b. Endometritis
Tanda dan gejala :
1) Kadang-kadang lokia (darah nifas) tertahan dalam uterus oleh darah
sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiametra.
2) Pengeluaran lokia bisa banyak/ sedikit, kadang-kadang berbau/ tidak,
lokia berwarna merah/ coklat.
3) Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, sering kali dengan
pola gigi gergaji (38,5-40 ºC), menggigil, nadi biasanya sesuai dengan
kurva suhu tubuh.
4) Sakit kepala, sulit tidur , dan anoreksia.
5) Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, his
(kontraksi) susulan biasanya sangat menganggu
6) Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm3 (Mitayani,
2011).

8
2. Penyebab dari tempat-tempat infeksi melalui vena-vena jalan limfe dan
permukaan endometrium
a. Septicemia dan piemia.
1) Pada septicemia, dari permulaan ibu sudah sakit dan lemah sampai 3
hari postpartum suhu meningkat dengan cepat. Biasanya disertai
menggigil suhu 39-40º C. keadaan umum cepat memburuk, nadi sekitar
140-160kali/menit atau lebih, juga ibu dapat meninggal dalam 6-7
haripostpartum.
2) Pada ibu dengan piema, ciri khasnya adalah suhu tinggi disertai
menggigil yang terjadi berulang-ulang. Suhu meningat dengan cepat
disertai menggigil, kemudian suhu turun dan lambat laun timbul gejala
abses paru, pneumonia, dan pleuritis (Mitayani, 2011)
b. Peritonitis
1) Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, serta ada defensive muskuler. Muka ibu mula-mula
kemerahan, kemudian menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin,
serta terdapat facishipocratica.
2) Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat
peritonitis umum ibu demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum
tetap baik. Bisa terdapat pembentukan abses (Mitayani, 2011).
c. Selulitis pelvis
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri
atau kanan. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri
di sebelah uterus. Dalam keadaan ini, suhu yang mula-mula tinggi menetap
menjadi naik turun disertai menggigil. Ibu tampak sakit, nadi cepat dan
perut nyeri. (Mitayani, 2011)

9
F. Pemeriksaan Diagnostik
Berikut beberapa pemeriksaan diagnostik pada pasien yang mengalami infeksi
postpartum.

1. Jumlah sel darah putih (SDP) : normal atau tinggi dengan pergeseran
diferesial ke kiri.
2. Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah (SDM) sangat
meningkat dengan adanya infeksi.
3. Hemoglobin/ hemtokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada keadaan
anemia.
4. Kultur (aerob/anaerob) dari bahan intrauterus atau intraservik atau drainase
luka atau perwarnaan gram di uterus mengidentifikasi organisme penyebab.
5. Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.
6. Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan
melokalisasi abses perineum.
7. Pemeriksaan bimanual : menentukan sifat dan local nyeri pelvis, massa atau
pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan trombosis
(Mitayani, 2011).

G. Penatalaksanaan Infeksi Postpartum


Menurut Mitayani (2011), berikut penatalaksanaan pada pasien yang
mengalami infeksi postpartum:

1. Pencegahan
a. Selama kehamilan, bila ibu mengalami anemia perbaiki dengan pola
makan yang bergizi
b. Coitus pada kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.
c. Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga persalinan
agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin. Cegah perdarahan banyak, penularan penyakit dan petugas
dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan
pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi tepat.

10
d. Selama masa post partum, rawat hygiene perlukaan jalan lahir. Jangan
satukan ibu dengan tanda-tanda infeksi post partum bersama dengan
ibu yang sehat dalam satu ruangan.
2. Penanganan medis
a. Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
b. Berikan terapi antibiotik prokain penisilin 1,2-2,4 juta unit 1 M penisilin
G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1 M
ditambah dengan ampisilin kapsul 4x250 mg per oral.
c. Perhatikan diet ibu : diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
d. Lakukan transfuse darah bila perlu
e. Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
peritoneum (Mitayani, 2011)

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA INFEKSI POSTPARTUM

A. Pengkajian
Menurut Ana Ratnawati (2017:203) menjelaskan kemungkinan data yang
dihasilkan saat pengkajian:
1. Data demografi/ identitas klien
Data diri klien meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku
bangsa, alamat.
2. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak,
badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi. Pengeluaran
darah dari jalan lahir yang tetap berwarna merah dalam beberapa hari
post partum atau lebih dari 2 minggu post partum, leukorea dan lochea
berbau menyengat.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, mioma uteri, riwayat preeklamsia, trauma jalan lahir,
kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta
retensi sisa plasenta.
2) Riwayat penyakit keluarga, riwayat keluarga yang pernah/sedang
menderita hipertensi, penyakit jantung, preeklamsia, penyakit
keturunan, hemofilia, dan penyakit menular.
c. Riwayat obstetrik
1) Riwayat menstruasi meliputi menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya, dan keluhan saat haid.
2) Riwayat perkawinan meliputi usia perkawinan, kawin yang
keberapa, dan usia hamil.

12
d. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi waktu hamil muda, hamil tua, dan pernah
adanya abortus.
2) Riwayat persalinan meliputi tuanya kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, kesulitan saat bersalin, anak lahir
hidup atau tidak, dan panjang anak saat lahir.
3) Riwayat nifas meliputi keadaan lochea, perdarahan, ASI cukup
atau tidak, kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri, dan
kontraksi.
e. Riwayat kehamilan sekarang
1) Hamil muda : keluhan selama hamil muda.
2) Hamil tua : keluhan selama hamil, peningkatan berat badan, suhu,
nadi, pernapasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat
mual, dan keluhan lain.
3) Riwayat ANC (AnteNatal Care) meliputi : tempat pelayanan,
jumlah kunjungan, perawatan serta pengobatan yang didapat.
f. Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tempat pelayanan, jumlah kunjungan, perawatan serta
pengobatan yang di dapat.
g. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan
seksual pada saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
h. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang
menggunakan obat intravena, merokok, alkohol, gizi buruk, tingkat stres
yang tinggi.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum/penampilan umum meliputi tingkat energi, ekspresi
wajah, tingkat kesadaran, dan keadaan emosi klien.
b. Tanda – tanda vital : nadi lebih dari 100 kali per menit, suhu 38˚C atau
lebih.

13
c. Pemeriksaan fisik
1) Sistem persyarafan
Sakit kepala.
2) Sistem pernapasan
Respirasi cepat/dangkal (berat/proses sistemik).
3) Sistem pencernaan
Observasi terhadap nafsu makan, anoreksia, mual/muntah,
konstipasi/obstipasi, diare, haus dan membran mukosa kering.
Menghitung bising usus empat kuadran (bising usus mungkin tidak
ada bila terjadi paralisis usus).
4) Sistem kardiovaskuler
Conjunctiva pada mata (anemis), takikardi.
5) Sistem integumen
Kaji tekstur kulit, edema, nyeri bila dipalpasi, varises.
6) Sistem muskuloskeletal
Kaji kekuatan otot, reflek patella , nyeri tekan dan panas pada betis
(jika ada maka menandakan tanda homan positif).
7) Sistem Reproduksi
a) Breast (payudara)
Bentuk payudara, pembesaran, kesimetrisan, pigmentasi, warna,
keadaan areola dan bentuk puting susu, stimulation nipple erexi,
kepenuhan atau pembengkakan, benjolan atau massa di payudara,
nyeri tekan, produksi laktasi/kolostrum dan perabaan pembesaran
kelenjar getah bening di axila.
b) Uterus
Abdomen meliputi : teraba lembut, tekstur kenyal, musculus
rectus abdominis utuh atau terdapat diastasis, distensi, striae.
Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, kenyal), lokasi,
kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.

14
c) Vulva
Lihat struktur, regangan, edema vagina, keadaan lubang vagina
(licin,lemah), adanya hematom, nyeri, dan tegang.
d) Perineum
Keadaan luka dan tanda infeksi. Keadaan luka episiotomy,
echimosis, edema, kemerahan, eritema, dan drainage.
e) Lochea
Warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi (1-3 hari
rubra, 4-10hari serosa, >10 hari alba).
f) Anus
Hemoroid dan trombosis pada anus.
8) Sistem genitourinaria
Meliputi miksi lancar/tidak, spontan/tidak.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul antara lain:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
2 . Risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan pemajanan
terhadap patogen (trauma persalinan, jalan lahir,dan infeksi nosokomial).
3 . Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
4 . Risiko kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan pengaruh
proses infeksi, garukan pada daerah pruritis, lesi, dan abses.
5. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (infeksi).
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, infeksi, adanya
edema dan nyeri, terpasangnya infus, efek anestesi.

15
C. Intervensi Keperawataan
Dx Tujuan NOC Intervensi NIC Rasional
1. Nyeri akut berhubungan 1. Tentukan skala 1. Membantu dalam
dengan agen injuri nyeri dan intensitas diagnosis banding
biologis. nyeri, pantau keterlibatan jaringan
Tujuan : Dalam waktu tekanan darah, nadi pada proses infeksi
…x 24 jam, nyeri dapat dan pernafasan 2. Teknik relaksasi
berkurang atau teratasi. setiap 4 jam. mengurangi
Kriteria hasil : 2. Anjurkan klien ketegangan dan
1. Tanda-tanda vital untuk menggunakan membuat perasaan
normal, teknik relaksasi dan lebih nyaman.
2. Tidak meringis, nafas dalam serta 3. Analgetik berguna
3. Aktivitas tidak teknik distraksi mengurangi nyeri
terganggu dengan rasa (untuk nyeri ringan sehingga pasien
nyeri, dan sedang). menjadi lebih
4. Skala nyeri berkurang. 3. Kolaborasi berikan nyaman.
obat analgetik
sesuai Anjuran
Dokter

2. Risiko tinggi penyebaran 1. Lakukan perawatan 1. teknik aseptic dan


infeksi berhubungan luka dengan teknik antiseptic
meminimalkan
dengan pemajanann aseptic dan antiseptic,
dan mencegah
terhadap patogen (trauma pembersihan kontaminasi atau
persalinan, jalan lahir,dan perineum yang benar masuknya
mikroorganisme.
infeksi nosokomial). setelah berkemih,
2. Observasi adanya
Tujuan : defekasi dan sering
tanda-tanda
Dalam ... x24 jam setelah ganti balutan.
infeksi
proses persalinan, 2. Observasi adanya
memudahkan
penyebaran infeksi tidak tanda-tanda infeksi
intervensi lebih
terjadi, mencapai pada daerah luka:
dini dan intervensi

16
pemulihan tepat waktu, dolor, kalor, rubor selanjutnya.
bebas dari komplikasi dan function laesa 3. Antibiotik
tambahan. 3. Berikan antibiotic berspektrum luas
Kriteria hasil : sesuai order dan dapat digunakan
1. Tanda-tanda vital kolaborasi untuk secara profilaktik
dalam batas normal (nadi pemeriksaan leukosit atau dapat
60-80 x/menit,suhu tidak 4. Anjurkan untuk ditujukan pada
lebih dari 38˚C), makan-makanan mikroorganisme
2. Insisi kering tinggi protein, vitamin khusus.
3. Lochea tidak berbau C dan zat besi. 4. Protein dan
busuk 5. Pertahankan aturan vitamin C
4. Uterus tidak lembek mencuci tangan dibutuhkan untuk
5. Dolor : 1 – 2, Kalor : dengan ketat bagi staf, pertumbuhan
36’5 – 37’2 C, rubbor : klien, dan jaringan dan zat
normal dan function laesa pengunjung. besi untuk
: normal 6. Anjurkan posisi semi pembentukan
6. Leukosit dalam batas fowler hemoglobin.
normal. 5. Mencuci tangan
membantu
mencegah
kontaminasi silang
6. Memungkinkan
identifikasi awal
dan tindakan,
meningkatkan
aliran lochea dan
drainase uterus.

3. Ketidakseimbangan 3. Anjurkan makanan 1. Protein membantu

17
nutrisi kurang dari yang tinggi protein, meningkatkan
kebutuhan tubuh zat besi, dan pemulihan dan
berhubungan dengan vitamin C bila regenerasi jaringan
intake yang tidak masukan oral baru, zat besi untuk
adekuat. dibatasi sintesis Hb,
Kriteria hasil : 4. Tingkatkan vitamin C
1. kebutuhan nutrisi masukan cairan memudahkan
tubuh dapat sedikitnya 2000ml absorbsi dinding
terpenuhi, per hari, jus, sup sel.
dan cairan nutrisi. 2. Memberikan kalori
dan nutrient untuk
2. Hb/Ht dalam batas 5. Anjurkan klien tidur memenuhi
normal, berat badan dan istirahat yang kebutuhan
normal cukup (adekuat). metabolik,
mengganti
6. Tindakan kehilangan cairan.
kolaborasi : berikan 3. Menurunkan laju
cairan/nutrisi metabolisme,
parenteral. proses pemulihan.
4. Cairan/nutrisi
parenteral
mengatasi
dehidrasi dan
mengganti
kehilangan
cairan/nutrisi.
4 Risiko kerusakan 1. Anjurkan klien untuk 1. Memperkecil
integritas jaringan yang menggunakan kemungkinan
berhubungan dengan pakaian yang longgar terjadinya luka
pengaruh proses infeksi, pada kulit
garukan pada daerah 2. Hindari kerutan pada 2. Menghindari

18
pruritis, lesi, dan abses. daerah yang lesi perlukaan pada
Tujuan: Integritas kulit 3. Jaga kebersihan kulit kulit
yang baik bisa agar tetap bersih dan 3. Kulit bersih dan
dipertahankan kering kering mencegah
Kriteria hasil : 4. Monitor kulit akan adanya kuman
1. Integritas kulit yang adanya kemerahan yang
baik bisa 5.Membersihkan, menyebabkan
dipertahankan memantau dan luka pada kulit
(sensasi, elastisitas, meningkatkan proses 4. Mengetahui
temperature, hidrasi, penyembuhan pada adanya tanda
pigmentasi) luka yang ditutup iritasi yang
2. Tidak ada luka/lesi dengan jahitan melebar
pada kulit 5. Mencegah adanya
3. Perfusi jaringan infeksi pada luka
baik jahitan
4. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami.
5 Hipertermi berhubungan 1. Kaji 1. Mengetahui
dengan penyakit TTV( Suhu,TD,RR, perkembangan
dan nadi) terutama
(infeksi). kesehatan
suhu.
Setelah dilakukan 2. Lakukan kompres pasien dan
tindakan selama .... x 24 hangat memudahkan
jam diharapkan suhu 3. Kolaborasi : dalam
tubuh klien dalam batas pemberian antipiretik pemberian
normal. jika perlu (aspirin, terapi
Kriteria hasil : asetaminofen). 2. Menurunkan
1. Tidak mengalami 4. Anjurkan pasien suhu panas,

19
komplikasi menggunakan pakaian mempercepat
2. Suhu tubuh normal tipis, selimuti pasien. proses
36˚C-37˚C penguapan
panas.
3. Mempercepat
proses
penyembuhan
dan cepat
menurunkan
demam.
Pemberian
antibiotik
menghambat
pertumbuhan
dan proses
infeksi.
4. mempercepat
proses
penguapan
panas, dan
mempertahanka
n suhu
mendekati
normal.
6 Intoleransi aktivitas 1. Kolaborasi 1. Mengkaji setiap
berhubungan dengan dengan tim aspek klien terhadap
kesehatan lain
kelemahan, infeksi, terapi latihan yang
untuk
adanya edema dan nyeri, merencanakan, direncanakan
terpasangnya infus, efek monitoring 2. Aktifitas yang
program aktivitas
anestesi. terlalu berat dan
klien.
Setelah dilakukan 2. Bantu klien tidak sesuai dengan

20
intervensi keperawatan memilih aktifitas kondisi klien dapat
selama ...x24 jam yang sesuai memperburuk
dengan kondisi
diharapkan kondisi klien 3. Melatih kekuatan
3. Bantu klien untuk
stabil saat aktivitas, melakukan dan irama jantung
Kriteria hasil : aktifitas/latihan selama aktivitas
fisik secara
1. Tanda-tanda vital 4. Mencegah
teratur
dalam batas normal, 4. Tentukan penggunaan energi
2. klien tidak nampak pembatasan yang berlebihan
aktivitas fisik
kelelahan dan lesu, karena dapat
pada klien
3. tidak ada penurunan 5. Tentukan menimbulkan
nafsu makan, penyebab kelelahan
4. tidak ada sakit kelelahan 5. Mengetahui sumber
(perawatan, nyeri,
kepala, pengobatan) asupan energi klien
5. kualitas tidur dan 6. Monitor respon 6. Mengetahui
istirahat dalam batas terapi oksigen efektifitas terapi O2
klien
normal. terhadap keluhan
7. Batasi stimuli
lingkungan untuk sesak selama
relaksasi klien aktivitas
7. Menciptakan
lingkungan yang
kondusif untuk klien
beristirahat

21
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi post partum adalah peradangan yang terjadi pada traktus
genitalia yang disebabkan oleh bakteri pada waktu persalinan dan
perawatan masa post partum, di tandai dengan kenaikan suhu 38ºC.

Infeksi post partum diakibatkan oleh mikroorganisme anaerob


dan aerob patogen yang kebanyakan merupakan flora normal serviks dan
jalan lahir atau mungkin juga dari luar.
Manifestasi klinisnya dari infeksi postpartum yaitu : Infeksi yang
terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium dan
penyebab dari tempat-tempat infeksi melalui vena-vena jalan limfe dan
permukaan endometrium
Dari manifestasi klinis infeksi postpartum kemungkinan diagnosa
keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut : 1. nyeri akut
berhubungan dengan agen injuri biologis, 2. risiko tinggi penyebaran
infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap patogen (trauma
persalinan, jalan lahir,dan infeksi nosokomial), 3. ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat. 4. risiko kerusakan integritas jaringan yang berhubungan
dengan pengaruh proses infeksi, garukan pada daerah pruritis, lesi, dan
abses. 5. hipertermi berhubungan dengan penyakit (infeksi). 6. intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan, infeksi, adanya edema dan
nyeri, terpasangnya infus, efek anestesi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2018. Survei Penduduk Antar Sensus. 2015. Jakarta :
www.bps.go.id. Diakses tanggal 23 Maret 2019

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pusat Data Dan Informasi


Kementrian Kesehatan RI. Jakarta : www.depkes.go.id. Diakses
tanggal 08 Maret 2019

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Nurjanah, Siti, dkk. 2017. Hubungan Karakteristik dengan Perilaku Ibu Nifas
dalam Pencegahan Infeksi Luka Peruneum di Rs Roemani
Muhammadiyah Semarang : Jurnal Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Prawiroharjdo, S. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Ratnawati, Ana. 2017. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Pustaka Baru


Press

Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya

Sukma, Cindy. 2017. WOC Infeksi Masa Nifas. www.scribe.com. Diakses


tanggal 10 Maret 2019

Wilkinson, Judith M. 2014. Diagnosis keperawatan. Jakarta : EGC

23

Anda mungkin juga menyukai