Anda di halaman 1dari 10

Vol.

3 No 2, Agustus 2019
ISSN: 2613-9553

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


BERORIENTASI STEM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN LITERASI SAINS SISWA KELAS V SD DI GUGUS I GUSTI
KETUT PUDJA
P. S. Adiwiguna, N. Dantes, I M. Gunamantha
Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail : {setyawan.adiwiguna, nyoman.dantes, made.gunamantha}@pasca.undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran berpendekatan saintifik
berbasis Problem Based Learning (PBL) berorientasi STEM terhadap kemampuan berpikir kritis dan
literasi sains pada siswa kelas V SD di Gugus I Gusti Ketut Pudja. Penelitian ini merupakan
eksperimen semu (quasi experiment). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V SD Gugus
I Gusti Ketut Pudja Denpasar Selatan. Sample penelitian didapatkan melalui proses random sampling.
Sample penelitian adalah siswa kelas V SD Hainan School dan siswa kelas V SD 5 Panjer. Hasil data
kemampuan berpikir kritis siswa didapat melalui tes uraian dan hasil data literasi siswa didapat melalui
tes pilihan ganda. Data dianalisis menggunakan analisis Manova berbantuan SPSS 16.00 for windows.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa : 1) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran saintifik berbasis Problem Based Learning (PBL)
berorientasi STEM dengan siswa yang mengikuti pembelajaran saintifik, 2) terdapat perbedaan
literasi sains siswa antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran saintifik berbasis
Problem Based Learning (PBL) berorientasi STEM dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
saintifik, 3) terdapat perbedaan simultan kemampuan berpikir kritis dan literasi sains antara siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran saintifik berbasis Problem Based Learning (PBL)
berorientasi STEM dengan siswa yang mengikuti pembelajaran saintifik. Dapat disimpulkan terdapat
pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berorientasi STEM.terhadap
kemampuan berpikir kritis dan literasi sains siswa.
Kata kunci : berpikir kritis, literasi sains, pembelajaran PBL, STEM.

Abstract
This research aims to determine the effect of scientific learning based with Problem Based Learning
(PBL) oriented with STEM on critical thinking skills and science literacy in fifth grade students in SD
Gugus I Gusti Ketut Pudja. This research was a quasi experiment. The population of this research
were all students of fifth grade students of Gugus I Gusti Ketut Pudja in South Denpasar. The sample
in this research determined by simple random sampling. The sample of this research was the fifth
grade students of SD Hainan School and fifth grade students of SD 5 Panjer. Critical thinking skills and
science literacy data were collected by critical thinking skills test and science literacy tests. Data were
analyzed by manova analysis assisted by SPSS 16.00 for Windows. The results of this research
showed: 1) There were significant differences in critical thinking skills between students in scientific
learning based with Problem Based Learning (PBL) oriented with STEM and students in scientific
learning, 2) There were significant difference in science literacy in scientific learning based with
Problem Based Learning (PBL) oriented with STEM with students who take scientific learning, 3)
simultaneous differences in critical thinking skills and science literacy between students in scientific
learning based with Problem Based Learning (PBL) oriented with STEM and students in scientific
learning. Conclusion for this research is Problem Based Learning (PBL) oriented with STEM was take
effect for critical thinking skills and science literacy.
Keyword : critical thinking, science literacy, PBL learning, STEM

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 94


Vol.3 No 2, Agustus 2019
ISSN: 2613-9553

PENDAHULUAN pertanyaan ilmiah untuk penyelidikan,


menggunakan pengetahuan untuk
Kemampuan berpikir kritis pada siswa menerangkan fenomena alam, serta menarik
sekolah dasar merupakan kemampuan yang kesimpulan dari fakta-fakta yang diamati.
dibutuhkan siswa dalam menyelesaikan Sejalan dengan pernyataan tersebut,
permasalahan. Kemampuan berpikir kritis Widowati dalam Pertiwi, dkk (2018)
menurut Ennis dalam Fischer (2001) mengemukakan mengemukakan bahwa
menyatakan critical thinking is reasonable, pendidikan formal yang berlangsung pada
reflective thinking that is focused on deciding masa kini cenderung terperangkap pada
what to believe or do. Menurut Facione (2013) lower order of thinking yakni mengasah
bahwa critical thinking is thinking that has a aspek mengingat (remembering) dan
purpose (proving a point, interpreting what memahami (understanding). Rendahnya
something means, solving a problem), but kemampuan berpikir kritis siswa berdampak
critical thinking can be a collaborative, pada rendahnya kemampuan IPA siswa di
noncompetitive endeavor. Berdasarkan Indonesia dibandingkan berbagai siswa di
beberapa pendapat diatas kemampuan negara lain. Hasil studi PISA tahun 2015
berpikir kritis merupakan kemampuan siswa (OECD, 2018) menunjukkan peringkat
berpikir dan aktif menyelesaikan berbagai Indonesia dalam bidang IPA menempati
masalah melalui pengetahuan dan peringkat 61 dari 70 negara. Indonesia
kemampuan intelektual yang dimiliki. memperoleh skor 401 sedangkan skor rata-
rata peserta PISA lainnya adalah 493.
Kemampuan berpikir kritis penting
dibelajarkan agar siswa memiliki modal untuk Selain kemampuan berpikir kritis,
menganalisis permasalahan sehinggga siswa literasi sains juga menjadi tujuan
dapat menerapkan ide yang dimiliki dalam pembelajaran IPA. Purwami (2018)
penerapan teknologi, perkembangan ilmiah, menyatakan pendidikan sains di sekolah
serta menemukan solusi dalam diharapkan membentuk siswa yang memiliki
menyelesaikan masalah- masalah yang literasi sains tinggi demi mempersiapkan
dihadapi sehari-hari. Critical thinking has two warga yang bertanggung jawab dan
fundamental roles in Science practice and kepekaan terhadap masalah di sekitar
education. One as a mean for fostering kehidupan mereka serta menjadi kunci
democracy, linked to the idea of fostering kompetensi dalam menyiapkan generasi
responsibility in the use and application of yang mampu menggunakan ilmu
science, technology or scientific pengetahuan dan informasi untuk
developments (Yacoubian dan Zemplén menghadapi tantangan hidup. Literasai sains
dalam Santos, 2017). Sejalan dengan hal bukan hanya sekedar mampu membaca,
tersebut, Rahayuni (2016) menyatakan menulis, dan mengkomunikasikan (Suastra,
bahwa pembelajaran IPA memiliki 2017). OECD (2013) mendefinisikan literasi
karakteristik yang sangat kompleks karena sains sebagai (1) pengetahuan ilmiah
memerlukan berpikir kritis dalam melakukan individu dan kemampuan untuk
analisis terhadap sebuah permasalahan. menggunakan pengetahuan tersebut untuk
mengidentifikasi masalah, memperoleh
Kemampuan berpikir kritis di Indonesia, pengetahuan baru, menjelaskan fenomena
masih belum maksimal dibelajarkan. Hal ini ilmiah, dan menarik kesimpulan berdasarkan
terlihat dari, 78% siswa Indonesia hanya bukti yang berhubungan dengan isu sains; (2)
dapat mengerjakan soal-soal IPA yang memahami karakteristik utama pengetahuan
berkategori rendah, yaitu hanya mengetahui yang dibangun dari pengetahuan manusia
atau hafalan (Rahayuni, 2016). Sebelumnya, dan inkuiri; (3) peka terhadap bagaimana
Sariati (2013) menyatakan praktik sains dan teknologi membentuk material,
pembelajaran IPA SD di Indonesia pada lingkungan intelektual dan budaya; (4)
umumnya hanya menekankan pada hafalan adanya kemauan untuk terlibat dalam isu dan
dan kurang menekankan pada proses yang ide yang berhubungan dengan sains.
dimana peserta didik memformulasikan

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 95


Vol.3 No 2, Agustus 2019
ISSN: 2613-9553

Literasi sains siswa di Indonesia masih dibelajarkan melalui pembelajaran yang


tergolong rendah. Dalam penelitian PISA- berpusat pada siswa. Siswa dilatih melatih
OECD dalam Rahayu, dkk (2017) kemampuan menalarnya menghadapi
menjelaskan literasi sains yang menunjukkan berbagai masalah sehari-hari dalam situasi
tingkat rendah di Indonesia, 29% konten, berkelompok ataupun individu. Salah satu
34% untuk proses, 32% untuk konteks. pembelajaran yang dapat diajadikan solusi
Permanasari dalam Abidin dkk (2017) adalah Problem Based Learning (PBL).
menyatakan rendahnya literasi sains Menurut Margetson dalam Arends (2012)
diakibatkan oleh pelajaran sains selama ini mengemukakan bahwa PBL membantu
tidak lebih dari sekedar pembelajaran meningkatkan perkembangan ketrampilan
menghafal materi sains, pembelajaran sains belajar sepanjang hayat dalam pola pikir
yang terjadi pada tataran praktis yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.
dilaksanakan tidak secara menyeluruh dan Toharudin dalam Abidin dkk (2017)
terpadu, dan rendahnya kompetensi guru mengemukakan bahwa salah satu model
baik dalam hal pemahaman materi maupun atau pendekatan pembelajaran yang dapat
pembelajaran sains. membangun literasi sains adalah
pembelajaran berbasis masalah. Sesuai
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan Mundzir, dkk (2017) menyatakan
peniliti di SD Gugus I Gusti Ketut Pudja bahwa literasi sains meningkat dengan
Denpasar Selatan dengan guru pengampu penerapan Problem Based Learning.
IPA di sekolah, kemampuan siswa untuk
menerjemahkan ide yang dimiliki ke PBL merupakan pembelajaran yang
permasalahan yang diberikan saat berdasarkan pada permasalahan.
pembelajaran berlangsung masih rendah, Permasalahan yang ada berasal dari
siswa kesulitan dalam mengidentifikasi kenyataan disekitar serta menantang siswa
masalah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan sehingga siswa mampu mengidentifikasi.
menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang Dalam PBL, proses pembelajaran
berhubungan dengan pembelajaran IPA yang berlangsung dari pemberian masalah yang
berlangsung. Dalam proses pembelajaran selanjutnya diidentifikasi masalah tersebut
IPA yang berlangsung di I Gusti Ketut Pudja dengan tujuan siswa mengidentifikasi
Denpasar Selatan menggunakan masalah-masalah yang relevan dengan
pembelajaran saintifik. Walapun sudah bahan pelajaran, kemudian salah satunya
menerapkan pembelajaran saintifik, hasil dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
ulangan umum IPA semester 1 siswa di SD hipotesis. Setelah proses identifikasi
Gugus I Gusti Ketut Pudja Denpasar Selatan dilanjutkan dengan pengumpulan data yang
yaitu 63. Hasil tersebut dibawah KKM rata- selanjutnya akan diolah dan diperiksa benar
rata dengan 70. Saat pembelajaran atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
berlangsung terdapat beberapa kekurangan dengan temuan alternatif dan dihubungkan
yang disebutkan guru yaitu motivasi siswa dengan hasil pengolahan data. Berdasarkan
mengikuti proses pembelajaran yang masih proses tersebut, model pembelajaran PBL
rendah sehingga siswa tidak sepenuhnya dilaksanakan secara sistematis dengan
mengikuti pembelajaran yang berakibat membangun ketrampilan siswa melalui
kurangnya kemampuan berpikir siswa dan pemecahan masalah, pengidentifikasian, dan
literasi sains dibelajarkan. Selain itu untuk solusi yang diberikan dalam menyelesaikan
menghadapi arus globalisasi, diperlukan masalah.
pembelajaran yang kiranya dapat menjadi
salah satu pembelajran yang dapat Tidak semua capaian dari pembelajaran
digunakan guru dalam membelajarkan siswa. IPA dapat diaktualisasi oleh PBL. Dalam
pembelajaran IPA juga sangat terkait dengan
Berdasarkan permasalahan yang sudah teknologi. Teknologi adalah hal yang sangat
disebutkan, diperlukan pembelajaran yang membantu dalam berbagai hal dalam zaman
dapat menunjang peningkatan kemampuan sekarang. Teknologi menunjang
berpikir kritis dan literasi sains. Kemampuan perkembangan hidup masyarakat. Kondisi
berpikir kritis serta literasi sains siswa dapat seperti inilah menuntut pembelajaran IPA

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 96


Vol.3 No 2, Agustus 2019
ISSN: 2613-9553

berorientasi pada dengan Science, sehingga dapat dijadikan bekal untuk hidup
Technology, Engineering, dan Mathematics bermasyarakat dan memecahkan
(STEM). STEM merupakan kumpulan dari permasalahan yang dihadapi dalam
berbagai displin ilmu yang berkaitan erat satu kehidupan sehari-hari yang terkait dengan
sama lain. Sains memerlukan matematika bidang ilmu STEM (Mayasari, 2014).
sebagai alat dalam mengolah data, Permanasari (2016) menyatakan bahwa
sedangkan teknologi dan teknik merupakan STEM yang bersifat integratif memungkinkan
aplikasi dari sains. Melalui pembelajaran berbagai metode pembelajaran dapat
STEM, siswa memiliki literasi sains dan digunakan untuk mendukung penerapannya.
teknologi yang nampak dari membaca, Dalam STEM education terdapat unsur E dari
menulis, mengamati, serta melakukan sains STEM, yaitu berupa langkah-langkah
sehingga dapat dijadikan bekal untuk hidup engineering dalam proses pembelajaran.
bermasyarakat dan memecahkan engineering is required to address the entire
permasalahan yang dihadapi dalam process of solving ill-defined problems from
kehidupan sehari-hari yang terkait dengan understanding an ill-defined problem to
bidang ilmu STEM (Mayasari, 2014). evaluating multiple solutions (Jang, 2015).
Pendekatan STEM dalam pembelajaran Langkah-langkah dari engineering tidak jauh
diharapkan dapat menghasilkan berbeda dengan langkah-langkah
pembelajaran yang bermakna bagi siswa pemecahan masalah dalam pembelajaran
melalui integrasi pengetahuan, konsep, dan berbasis masalah. Langkah-langkah dari
keterampilan secara sistematis. STEM pembelajaran tersebut yaitu mengemukan
education can link scientific inquiry, by dan menentukan masalah, menentukan
formulating questions answered through pengerjaan proyek secara individu atau tim,
investigation to inform the student before mengembangkan desain pemecahan
they engage in the engineering design masalah, membangun, menguji coba, dan
process to solve problems (Kennedy, 2014). mengevaluasi produk, serta
National Research Council (2011) mengomunikasikan produk tersebut
menyatakan bahwa dalam pembelajaran (Chandrasekaran dalam Farmawati, 2017).
STEM siswa memiliki kesempatan untuk Problem solving that addresses ill-defined
belajar sains, matematika, dan teknik dengan problems and demands the evaluation of
mengatasi masalah yang memiliki aplikasi di multiple solution paths should be more
dunia nyata. encouraged in STEM education programs
(Jang, 2015). Berdasarkan hal tersebut,
PBL berorientasi STEM menjadi sangat memungkinkan STEM di orientasikan
salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam pendekatan pembelajaran Problem
menghadapi permasalahan - permasalahan Based Learning. Melalui penerapan PBL
yang sudah dijelaskan sebelumnya. PBL berorientasi STEM diharapkan mampu
merupakan pembelajaran yang berdasarkan mengakomodasi kemampuan berpikir kritis
pada permasalahan. Nugraha (2017) dan literasi sains siswa.
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
kemampuan berpikir kritis melalui model PBL Berdasarkan uraian yang telah
dengan outdoor learning. Toharudin dalam peneliti sampaikan maka peniliti tertarik untuk
Abidin dkk (2017) mengemukakan bahwa melakukan penelitian yang berjudul
salah satu model atau pendekatan “Pengaruh Problem Based Learning (PBL)
pembelajaran yang dapat membangun Berorientasi STEM terhadap Kemampuan
literasi sains adalah pembelajaran berbasis Berpikir Kritis dan Literasi Sains Siswa pada
masalah. STEM merupakan kumpulan dari Kelas V SD di Gugus I Gusti I Gusti Ketut
berbagai displin ilmu yang berkaitan erat satu Pudja”. Adapun hipotesis dalam penlitian ini
sama lain. Keempat disiplin ilmu tersebut yaitu: (1) terdapat perbedaan kemampuan
yaitu Science, Technology, Engineering, dan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti
Mathematics (STEM). Melalui pembelajaran pembelajaran dengan pembelajaran saintifik
STEM, siswa memiliki literasi sains dan berbasis Problem Based Learning (PBL)
teknologi yang nampak dari membaca, berorientasi STEM dengan siswa yang
menulis, mengamati, serta melakukan sains mengikuti pembelajaran saintifik, (2) terdapat

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 97


Vol.3 No 2, Agustus 2019
ISSN: 2613-9553

perbedaan literasi sains antara siswa yang Pudja. Sample penelitian ini adalah siswa
mengikuti pembelajaran dengan kelas V SD Hainan School dan siswa kelas V
pembelajaran saintifik berbasis Problem SD 5 Panjer.
Based Learning (PBL) berorientasi STEM
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran Hasil data kemampuan berpikir kritis
saintifik (3) terdapat perbedaan simultan siswa didapat melalui tes uraian dan hasil
kemampuan berpikir kritis dan literasi sains data literasi siswa didapat melalui tes pilihan
antara siswa yang mengikuti pembelajaran ganda. Tes uraian untuk kemampuan berpikir
dengan pembelajaran saintifik berbasis kritis terdiri dari 5 pertanyaan, apabila siswa
Problem Based Learning (PBL) berorientasi menjawab benar dan sesuai kriteria
STEM dengan siswa yang mengikuti kemampuan berpikir kritis maka memperoleh
pembelajaran saintifik. skor 5 dan apabila tidak menjawab
berdasarkan kriteria kemampuan berpikir
kritis memperoleh skor 0. Tes pilihan ganda
untuk literasi sains siswa terdiri dari 20
METODE pertanyaan, apabila siswa menjawab benar
maka memperoleh skor 1 dan apabila salah
Penelitian ini merupakan eksperimen memperoleh skor 0. Hasil kemampuan
semu (quasi experiment). Rancangan berpikir kritis kemudian dianalisis
analisis penelitian adalah rancangan single menggunakan analisis Manova berbantuan
factor independent group design. Populasi SPSS 16.00 for windows.
penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V
SD Gugus I Gusti Ketut Pudja Denpasar
Selatan. Pengambilan sample penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
didapatkan melalui proses random sampling.
Sebelum dilakukan pengambilan sampling,
terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan Hasil penelitian tentang kemampuan
terhadap nilai ulangan umum semester ganjil
berpikir kritis dan literasi sains siswa
siswa pada mata pelajaran IPA tahun ajaran
2018/2019 kelas V SD di Gugus I Gusti Ketut disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Data


A1Y1 A2Y1 A1Y2 A2Y2
Subjek (N) 34 36 34 36

Mean (Me) 70,53 60,33 71,47 62,78

Modus (Mo) 76 44 75 65

Median (Md) 73 60 75 65

Standar Deviasi (SD) 13,13 12,49 12,82 12,56

Varians (s2) 172,32 156 164.44 157,78

Maks 92 85 95 85

Min 40 40 50 40

Keterangan :
A1Y1 = Data kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti model pembelajaran PBL
berorientasi STEM

A2Y1 = Data kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran saintifik

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 98


Vol.3 No 2, Agustus 2019
ISSN: 2613-9553

A2Y1 = Data literasi sains siswa yang mengikuti model pembelajaran PBL berorientasi
STEM

A2Y2 = Data literasi sains siswa yang mengikuti pembelajaran saintifik

Dari hasil kemampuan berpikir kritis STEM pada kelas eksperimen secara rata-
siswa yang mengikuti model pembelajaran rata mengalami peningkatan daripada
PBL berorientasi STEM, nilai rata-rata siswa pembelajaran saintifik. Kelompok siswa yang
adalah 70,53. sebanyak 6 siswa (17,60 %) mengikuti pembelajaran Problem Based
berada pada kelompok rata-rata, 12 siswa Learning (PBL) berorientasi STEM
(35,30 %) berada di bawah kelompok rata- menampilkan kemampuan berpikir kritis lebih
rata, dan 16 siswa (47,10 %) berada di atas tinggi dibandingkan kelompok siswa yang
kelompok rata-rata. Hal ini menunjukkan, mengikuti pembelajaran saintifik. Hasil
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang kemampuan berpikir kritis siswa pada
mengikuti model pembelajaran PBL kelompok eksperimen adalah 70,53
berorientasi STEM memperoleh nilai rata- sedangkan pada kelompok kontrol adalah
rata ideal ke atas sebanyak 22 siswa (64,70 60,33. Berdasarkan hasil analisis hipotesis
%). Hasil kemampuan berpikir kritis siswa pertama dengan bantuan SPSS 16 for
yang mengikuti model pembelajaran saintifik windows di atas tampak bahwa nilai Fhitung
didapatkan rata-rata 60,33. Sebanyak 7 adalah 11,09 dan memiliki nilai signifikansi
siswa (19,44 %) berada pada kelompok rata- sebesar 0,001 kurang dari 0,05. Hipotesis
rata, 12 siswa (34,33 %) berada di bawah pertama yaitu terdapat perbedaan
kelompok rata-rata, dan 17 siswa (47,22 %) kemampuan berpikir kritis yang mengikuti
berada di atas kelompok rata-rata. Hal ini pembelajaran dengan Problem Based
menunjukkan, bahwa kemampuan berpikir Learning (PBL) berorientasi STEM dengan
kritis siswa yang mengikuti model siswa yang mengikuti pembelajaran saintifik.
pembelajaran saintifik memperoleh nilai rata- Dengan demikian, hipotesis H0 di tolak. Hal
rata ideal ke atas sebanyak 24 siswa ini berarti bahwa ada perbedaan kemampuan
(76,66%). berpikir kritis antara siswa yang mengikuti
Hasil literasi sains siswa yang pembelajaran dengan Problem Based
mengikuti model pembelajaran PBL Learning (PBL) berorientasi STEM dengan
berorientasi STEM, rata-rata siswa adalah siswa yang mengikuti pembelajaran saintifik.
71,54. sebanyak 4 siswa (11,76 %) berada Hasil diatas sesuai dengan penelitian
pada kelompok rata-rata, 12 siswa (35,30 %) yang dilakukan Maqbullah,dkk (2018)
berada di bawah kelompok rata-rata, dan 18 menunjukan bahwa model PBL dapat
siswa (52,94 %) berada di atas kelompok meningkatkan keterampilan berpikir kritis
rata-rata. Hal ini menunjukkan, bahwa literasi peserta didik. Berdasarkan penelitian
sains siswa yang mengikuti model tersebut, pada awalnya hasil tes kemampuan
pembelajaran PBL berorientasi STEM berpikir kritis siswa setelah dibelajarkan
memperoleh nilai rata-rata ideal ke atas dengan model PBL adalah 67.88 kemudian
sebanyak 21 siswa (74,70 %). Hasil literasi terus meningkat menjadi 88,85 setelah
sains siswa yang mengikuti pembelajaran dibelajarkan model tersebut. Selain itu,
saintifik, rata-rata siswa adalah 62,78. penelitian Santriani (2017) menyatakan
Sebanyak 6 siswa (16,67 %) berada pada model pembelajaran berbasis masalah untuk
kelompok rata-rata, 11 siswa (30,55 %) meningkatkan berpikir kritis dan berpikir kritis
berada di bawah kelompok rata-rata, dan 19 dalam pembelajaran STEM dapat
siswa (52,78 %) berada di atas kelompok memberikan (1) penjelasan secara
rata-rata. Hal ini menunjukkan, bahwa literasi sederhana, (2) Membangun keterampilan
sains siswa yang mengikuti model dasar, (3) Menyimpulkan, (4) Memberikan
pembelajaran saintifik memperoleh nilai rata- penjelasan lanjut, (5) Mengatur strategi dan
rata ideal ke atas sebanyak 25 siswa (79,33 taktik.
%). Dalam pembelajaran Problem Based
Setelah pelaksaaan pembelajaran Learning (PBL) berorientasi STEM terdapat
Problem Based Learning (PBL) berorientasi proses mengidentifikasi, dimana siswa

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 99


Vol.3 No 2, Agustus 2019
ISSN: 2613-9553

membangun ketrampilan dasar dalam jaringan dalam kelompok, serta memiliki


berpikir kritis. Melalui sumber yang siswa kreativitas yang tinggi. Dalam penelitian
mililiki, siswa mempertimbangkan apakah Nava & Prasetyo (2018) menyatakan
sumber tersebut sesuai dengan masalah pembelajaran berbasis STEM dalam
yang diberikan. Kemudian dalam kegiatan penelitian tersebut menjelaskan bahwa dapat
inti pembelajaran, keempat bidang yang melatih siswa dalam menerapkan
dalam STEM yang menjadi orientasi dari PBL pengetahuannya untuk membuat desain
menyebabkan siswa terlihat lebih termotivasi sebagai bentuk pemecahan masalah terkait
karena penerapan teknologi yang ada lingkungan dengan memanfaatkan teknologi.
mampu meningkatkan motivasi siswa Dalam pembelajaran Problem Based
sehingga siswa lebih aktif dan mendukung Learning (PBL) berorientasi STEM, langkah
tercapainya indikator kemampuan berpikir pembelajran yang mengakomodasi
kritis siswa. kemampuan literasi pembelajaran pada saat
penyelidikan, guru mengarahkan siswa untuk
Hasil tes setelah siswa dibelajarkan mengumpulkan informasi yang sesuai untuk
dengan pembelajaran Problem Based mendapatkan pemecahan masalah yang
Learning (PBL) berorientasi STEM beorientasi dengan proses saling tanya
didapatkan, perbedaan rata-rata skor literasi jawab (scince) antar anggota kelompok
sains siswa dengan rata-rata skor literasi selama eksperimen kemudian. Selain proses
sains pada siswa yang dibelajarkan dengan tanya jawab, siswa juga mencari berbagai
pembelajaran saintifik. Rata-rata skor literasi sumber yang sesuai dengan masalah yang
sains, siswa pada kelompok eksperimen diberikan. Proses sains terlihat dari proses
memperoleh rata-rata 71,47 dan pada tanya jawab dan pencarian sumber-sumber
kelompok kontrol adalah 62,78. Berdasarkan yang tepat. Dari proses tanya jawab akan
hasil analisis hipotesis kedua dengan muncul saling bertukar pendapat, dalam
bantuan SPSS 16 for windows di atas proses tersebut siswa akan membedakan
tampak bahwa nilai F adalah 8,2 dan nilai apakah pendapat yang teman mereka
signifikansi sebesar 0,006 kurang dari 0,05. berupa sebuah fakta atau tidak. Dengan
Dengan hipotesis kedua yaitu terdapat mencari berbagai sumber pula, siswa
perbedaan literasi sains siswa yang mengenal berbagai sumber yang dapat
mengikuti pembelajaran dengan Problem dipercaya dan digunakan untuk mengambil
Based Learning (PBL) berorientasi STEM keputusan.
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran Hipotesis ketiga dalam penelitian ini
saintifik. n demikian, hipotesis H0 ditolak. Hal adalah terdapat perbedaan simultan
ini berarti bahwa ada perbedaan literasi sains kemampuan berpikir kritis dan literasi sains
siswa antara siswa yang mengikuti siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
pembelajaran dengan Problem Based Problem Based Learning (PBL) berorientasi
Learning (PBL) berorientasi STEM dengan STEM dengan siswa yang mengikuti
siswa yang mengikuti pembelajaran saintifik. pembelajaran saintifik. Hasil analisis
Hasil diatas sesuai dengan penelitian menunjukkan bahwa harga F untuk Pillai’s
Wulandari & Sholihin (2015) menyatakan Trace, Wilk’s Lambda, Hotteling’s Trace,
bahwa implementasi model pembelajaran Ray’s Largest Root memiliki Fhitung adalah
Problem Based Learning (PBL) dapat 6,335 dan memiliki signifikansi sebesar 0,003
meningkatkan kemampuan literasi sains kurang dari 0,05. Hal ini berarti harga F untuk
pada aspek sikap secara signifikan. Dalam Pillai’s Trace, Wilk’s Lambda, Hotteling’s
penelitian tersebut dijelaskan bahwa sintaks Trace, Ray’s Largest Root semuanya
PBL dapat memfasilitasi siswa untuk signifikan. Jadi terdapat perbedaan simultan
meningkatkan ketertarikan mereka terhadap kemampuan berpikir kritis dan literasi sains
issu ilmiah yang memungkinkan untuk antara siswa yang mengikuti pembelajaran
diselidiki melalui langkah-langkah metode dengan Problem Based Learning (PBL)
ilmiah, mencari informasi sendiri, berorientasi STEM dengan siswa yang
meningkatkan rasa ingin tahu mengikuti pembelajaran saintifik. Hal ini
mengidentifikasi dan merumuskan masalah, terjadi karena dalam menerapkan model
mampu bekerja efektif dan membangun pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 100


Vol.3 No 2, Agustus 2019
ISSN: 2613-9553

berorientasi STEM dalam pembelajaran IPA merencanakan, merancang (engineering),


dapat membuat siswa aktif untuk berinteraksi dan melakukan investigasi. Melalui proses
dengan guru dan siswa lainnya, dapat tersebut mengatur strategi dan teknik dalam
meningkatkan literasi sains siswa, serta tahapan nominal scientific literacy.
dapat melatih daya pikir kritis siswa terhadap
masalah yang diberikan. Pada tahap keempat, siswa
mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Hasil penelitian diatas sejalan dengan siswa dalam bentuk laporan kegiatan. Proses
penelitian Afriana (2016) yang menjelaskan perancangan tersebut berorientasi dengan
bahwa pembelajaran inovatif baik Project prinsip mathematics yaitu menganalisis dan
Based Learning ataupun Problem Based menafsirkan data. Kemudian dengan proses
Learning mampu meningkatkan literasi sains membangun eksplanasi (science) serta
siswa. Dalam penelitian Haryadi, dkk (2015) proses merancang solusi (engineering).
juga menjelaskan bahwa pembelajaran IPA Dalam proses tersebut kemampuan
yang didasarkan pada literasi dan menafsirkan data dan informasi sangat
pembelajaran berbasis masalah dapat dibutuhkan. Menerangkan hasil kerja siswa
digunakan mendorong keterampilan berpikir ini mengakomodaasi peningkatan literasi
kritis siswa. Senada dengan peneliti tersebut, siswa pada tingkatan konsesptual. Tahap
Anazifa (2016) menyatakan dengan kegiatan akhir pembelajaran ini adalah menganalisis
belajar menggunakan PBL, ada banyak dan mengevaluasi proses pemecahan
kegiatan yang memfasilitasi siswa untuk masalah. Siswa melakukan refleksi serta
mengembangkan kemampuan berpikir menarik kesimpulan melalui proses diskusi
mereka termasuk keterampilan berpikir antar teman. Tahap tersebut beorientasi
tingkat rendah atau tingkat tinggi. pada argumen berdasarkan bukti serta
Permanasari (2016) menyatakan bahwa mengkomunikasikan informasi sehingga
STEM merupakan salah satu pembelajaran memperoleh kesimpulan dan mengevaluasi
alternative yang potensial digunakan untuk kekurangan selama penelitan yang
membangun keterampilan abad 21 yang berlangsung. Kemampuan itu sesuai
membangun penguasaan konten harus tingkatan multi dimensional dalam
dilakukan melalui proses memberikan kemampuan literasi sains siswa.
keterampilan (Skills), yang dilandasi dengan
sikap, karakter, dan kebiasaan yang baik.

Problem Based Learning (PBL) PENUTUP


berorientasi STEM dilaksanakan melalui 5
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
tahapan. Awal langkah pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) berorientasi
yang menggunakan uji Manova pada
STEM adalah tahap orientasi masalah, yang taraf signifikansi 0,05 diperoleh bahwa:
menjadi melatih kemampuan berpikir serta a) nilai F = 11,09 dengan signifikansi
minat anak dalam mengikuti proses belajar. = 0,001 kurang dari 0,05. Hal ini
Setelah siswa mengorientasi masalah, berarti bahwa terdapat perbedaan
selanjutnya siswa mengorganisasi masalah. kemampuan berpikir kritis antara
Pada proses awal itu pula siswa siswa yang mengikuti
mengembangkan kemampuan literasinya pembelajaran dengan Problem
pada tahap fungsional. Based Learning (PBL) berorientasi
Pada tahap ketiga dari pembelajaran ini STEM dengan siswa yang
adalah penyelidikan, guru meminta siswa mengikuti pembelajaran saintifik.
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai b) nilai F = 8,2 dengan signifikansi =
serta melaksanakan eksperimen untuk 0,006 kurang dari 0,05. Hal ini
mendapatkan dan memecahkan masalah. berarti bahwa terdapat perbedaan
Proses tersebut beorientasi dengan proses literasi sains siswa antara siswa
saling tanya jawab (scince) antar anggota yang mengikuti pembelajaran
kelompok selama eksperimen kemudian dengan Problem Based Learning

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 101


Vol.3 No 2, Agustus 2019
ISSN: 2613-9553

(PBL) berorientasi STEM dengan Mayasari, T., Kadorahman, A., & Rusdiana,
siswa yang mengikuti D. 2014. Pengaruh Pembelajaran
pembelajaran saintifik. Terintegrasi Science, Technology,
c) nilai F = 6,335 dengan signifikansi Engineering, And Mathemathics
= 0,003 kurang dari 0,05. Hal ini (STEM) pada Hasil Belajar Peserta
Didik: Studi Meta Analisis. Prosiding
berarti bahwa terdapat perbedaan Semnas Pensa VI “Peran Literasi
simultan kemampuan berpikir kritis Sains” (p.371-377).
dan literasi sains antara siswa Mundzir, M.F., dkk. 2017. Problem-Based
yang mengikuti pembelajaran Learning Untuk Meningkatkan
dengan Problem Based Learning Kemampuan Literasi Sains Siswa
(PBL) berorientasi STEM dengan SD. Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1.
siswa yang mengikuti Nava, T.H.N & Prasetyo, Z.K. 2018.
pembelajaran saintifik. Pengaruh Pendekatan Socio-
Dengan demikian, dapat disimpulkan Scientific Issues Berbasis Stem
bahwa pembelajaran dengan Problem Terhadap Literasi Sains Siswa. E-
Based Learning (PBL) berorientasi STEM Journal Pendidikan IPA: Volume 7
No 5.
berpengaruh terhadap kemampuan NRC. 2011. A Framework for K-12 Science
berpikir kritis dan literasi sains Education: Practices, Crosscutting
Concepts, and Core Ideas.
DAFTAR RUJUKAN Washington DC: The National
Academies Press
Afriana, J. 2016. Penerapan Project Based
Nugraha, A. J., dkk. 2017. Analisis
Learning Terintegrasi STEM untuk
Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau
Meningkatkan Literasi Sains Siswa
dari Keterampilan Proses Sains dan
Ditinjau dari Gender. Jurnal Inovasi
Motivasi Belajar melalui Model PBL.
Pendidikan IPA, 2(2), 202-212.
Journal of Primary Education, 6(1).
Arends R.I. 2012. Learning To Teach, Nine
OECD. 2013. PISA 2012 Assessment and
Edition. New York: McGraw-Hill.
Analytical Framework: Mathematics,
Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian
Reading, Science, Problem Solving
Kebijakan Kurikulum Mata
and Financial Literacy. OECD
Pelajaran IPA. Jakarta: Pusat
Publishing.
Kurikulum Badan Penelitian dan
_____. 2018. PISA 2015 Result in focus.
Pengembangan Depdiknas.
Permanasari, A. 2016. STEM Education:
Farmawati, dkk. 2017. Integrasi Problem
Inovasi dalam Pembelajaran Sains.
Based Learning dalam STEM
Seminar Nasional Pendidikan Sains.
Education Berorientasi pada
Purwani, L.D. 2018. Analysis of Student’s
Aktualisasi Literasi Lingkungan dan
Scientific Literacy Skills Through
Kreativitas. Prosiding Seminar
Socioscientific Issue’s Test on
Nasional Pendidikan IPA 2017.
Biodiversity Topics. Journal of
Fischer, A. 2001. Chritical Thinking An
Physics: Conf. Series 1013.
Introduction. Cambridge :
Rahayu, E.S., dkk. 2017. Student’s Science
Cambridge University Press.
Literacy In The Aspect Of Content
Jang, H. 2015. Identifying 21st Century
Science ?. Jurnal Pendidikan IPA
STEM Competencies Using
Indonesia, 6(1), 81-87.
Workplace Data. Journal of Science
Rahayuni, G. 2016. Hubungan Keterampilan
Education and Technology.
Berpikir Kritis Dan Literasi Sains
Maqbullah, S., dkk. 2018. Penerapan Model
Pada Pembelajaran Ipa Terpadu
Problem Based Learning untuk
Dengan Model PBM Dan STM.
Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran
Kritis pada Pembelajaran IPA di
IPA, Vol. 2, No. 2, 131-146.
Sekolah Dasar. Metodik Didaktik:
Santos, L. F. 2017. The Role of Critical
Vol. 13 No. 2.
Thinking in Science Education.

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 102


Vol.3 No 2, Agustus 2019
ISSN: 2613-9553

Journal of Education and Practice,


Vol.8, No.20.
Santriani, A. 2017. Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Dalam Pembelajaran Kimia Dengan
Mengintegrasikan Pendekatan
Stem Dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan IPA.
Sariati, D. 2013 . Analisis Ketrampilan Proses
pada Penggunaan Hierarki Inkuiri
dan Dampaknya terhadap Literasi
Sains Siswa SMP.
Suastra. 2017. Pembelajaran Sains Terkini
Mendekatakan Siswa dengan
Lingkungan Alamiah dan Sosial
Budayanya. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha
Wulandari, N. & Sholihin, H. 2017.
Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) Pada Pembelajaran
IPA Terpadu Untuk Meningkatkan
Aspek Sikap Literasi Sains Siswa
SMP. Prosiding Simposium
Nasional Inovasi dan Pembelajaran
Sains 2015.

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 103

Anda mungkin juga menyukai