Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP


PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS V SD
DI GUGUS I KECAMATAN BULELENG
1
Kadek Herdianto, 2I Wayan Romi Sudhita, 3Gede Sedanayasa
1
Jurusan PGSD, 2TP, 3BK, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: 1herdi54@yahoo.co.id, 2romisudhita@yahoo.com,


3
gede_sedanayasa@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPA antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran MURDER dan
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada
siswa kelas V SD di gugus I Kecamatan Buleleng. Jenis penelitian ini adalah
eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent posttest only control group design.
Populasi penelitian ini adalah kelas V SD di gugus I Kecamatan Buleleng yang
berjumlah 11 kelas. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik simple random
sampling. Pengumpulan data pemahaman konsep IPA siswa menggunakan tes uraian
yang dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu
uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh nilai thitung sebesar 11,14 dan ttabel
sebesar 2,000, pada taraf signifikansi 5% dan db=57. Hal ini berarti t hitung lebih besar
daripada ttabel. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman
konsep IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran MURDER dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran MURDER berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas V
di SD gugus I Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015.

Kata-kata kunci: Model MURDER, Pemahaman Konsep IPA

Abstract
The purpose of this research was to know the difference of the concept undertanding in
natural science between the group of student who was taught by using MURDER
teaching model and the group of student who was taught by using the conventional
teaching model in the fifth grade students of elementary school in cluster one of
Buleleng district. This was a quasi experimental research with nonequivalent posttest
only control group design. The population of this research was fifth grade of elementary
school in cluster one of Buleleng district which consisted of 11 classes. The sample was
choosen by the use of simple random sampling technique. The data of concept
undertanding in natural science were collected by using essay test which was analyzed
by using descriptive statistics analysis and inferential statistics that was t-test. Based on
the t-test calculation, the research result showed that tcount value was 11,14 and ttable was
2,000, on significance standard 5% and db=57. That meant that tcount is bigger than that
of ttable. The result showed that there was difference of concept undertanding in natural
science between group of students who were taught by using MURDER teaching model
and group of students who were taught by using conventional teaching model. Thus,
can concluded that MURDER teaching model influenced the concept undertanding in
natural science of fifth grade students of elementary school in cluster one of Buleleng
district, Buleleng regency in academic year 2014/2015.

Keywords: MURDER Model , the concept undertanding in natural science


Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
merupakan usaha sadar dan terencana berpikir dan bertindak. Namun, mutu dan
untuk mewujudkan suasana belajar dan kualitas pendidikan di Indonesia tergolong
proses pembelajaran agar peserta didik masih rendah jika dibandingkan dengan
secara aktif mengembangkan dirinya untuk negara – negara tetangga. Karena saat ini
memiliki kemampuan pengendalian diri, masih banyak guru yang menggunakan
kecerdasan, akhlak mulia serta metode konvensional dalam mengajar.
keterampilan yang diperlukan dirinya dalam Dalam pembelajaran konvensional,
bermasyarakat (Undang-Undang No.20 penyampaian materi lebih banyak dilakukan
Tahun 2003). Tujuan pendidikan akan melalui ceramah, tanya jawab, dan
terwujud apabila proses pembelajaran penugasan (Rasana, 2009:20).
berjalan dengan baik. Pembelajaran yang Pembelajaran dengan metode
baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, konvensional, menempatkan guru sebagai
seperti faktor guru, siswa, lingkungan, pusat informasi sehingga guru yang lebih
kurikulum, sarana pra sarana dan lain aktif dibandingkan siswa. Dengan lebih
sebagainya. Salah satu faktor yang aktifnya guru dibandingkan siswa, maka
memegang peranan penting dan vital dalam akan membuat siswa cepat bosan dalam
proses pembelajaran adalah faktor guru, belajar dan materi pembelajaran akan sulit
yaitu bagaimana cara guru mengajar. untuk dipahami.
Karena peran guru sangat penting dan vital Selain hasil penelitian beberapa
dalam proses pembelajaran siswa, maka pakar, hasil observasi awal dan wawancara
sangat diperlukan guru yang kompeten pada guru bidang studi IPA yang telah
agar pembelajaran berjalan dengan baik. dilakukan di 8 sekolah dasar di gugus I
Tugas guru sekarang ini bukan hanya Kecamatan Buleleng juga menunjukkan hal
menyampaikan informasi atau yang sama. Pembelajaran di sekolah masih
pengetahuan, tapi guru juga harus bisa berorientasi pada pemberian pengetahuan
memupuk pengetahuan serta membimbing langsung oleh guru kepada peserta didik
siswa untuk belajar sendiri, karena yang masih bersifat konvensional. Prestasi
keberhasilan siswa sebagian besar belajar siswa juga tergolong masih rendah.
bergantung pada kemampuannya untuk Begitu pula dengan hasil tes pemahaman
belajar secara mandiri (Karli & konsep IPA yang diberikan pada siswa,
Yuliariatiningsih, 2002). hasilnya cukup mengecewakan. Hal ini Hal
Berbagai upaya telah dilakukan ini terlihat dari total 11 kelas yang ada,
pemerintah untuk meningkatkan kualitas hanya 5 kelas yang memenuhi KKM,
tenaga pendidik di antaranya melalui diantaranya: SD No. 2 Banyuning (VA)
sertifikasi guru, program Musyawarah Guru (rata-rata 73,69; KKM 71), SD No. 4
Mata Pelajaran (MGMP) dan peningkatan Banyuning (rata-rata 68,05; KKM 64), SD
kualitas pendidikan guru. Selain itu No. 7 Banyuning (rata-rata 67,85; KKM 63),
pemerintah juga melakukan upaya SD No. 8 Banyuning (VA dan VB) (rata-rata
penyediaan sarana dan prasarana 70,17 dan 74,68; KKM 70). Selain kelima
pendidikan serta penyempurnaan kelas tersebut, terdapat 6 kelas lainnya
kurikulum. Kurikulum terbaru yang saat ini yang memiliki rata-rata di bawah KKM,
masih diberlakukan pada semua jenjang diantaranya: SD No. 1 Banyuning (VA dan
sekolah di Indonesia adalah kurikulum 2006 VB) (rata-rata 61,77 dan 62,66; KKM 63),
atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum SD No. 2 Banyuning (VB) (rata-rata 66,8;
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP KKM 71), SD No. 3 Banyuning (rata-rata
dibuat dan diterapkan untuk 62,82; KKM 63), SD No. 5 Banyuning (rata-
menyempurnakan Kurikulum Berbasis rata 67,94; KKM 69), dan SD No. 6
Kompetensi (KBK). Seperti halnya KBK, Banyuning (rata-rata 63,75; KKM 65). Hal
KTSP tetap menekankan pada tersebut menandakan bahwa pemahaman
pengembangan kompetensi siswa. Dalam konsep IPA siswa masih rendah. Padahal
hal ini kompetensi yang dimaksud adalah tujuan pendidikan IPA pada hakikatnya
pengetahuan, keterampilan dan nilai – nilai adalah untuk mengantarkan siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

menguasai konsep – konsep IPA untuk pembelajaran kooperatif tipe MURDER


dapat memecahkan masalah terkait dengan merupakan singkatan dari : 1. Mood
kehidupan sehari – hari (KTSP,2006:2). (Suasana Hati), 2. Understand
Karena begitu pentingnya pemahaman (Pemahaman), 3. Recall (Pengulangan), 4.
konsep IPA sehingga harus ditingkatkan Detect (telaah), 5) Elaborate
demi terciptanya SDM yang kompetitif. (Pengembangan), 6) Review (Meninjau
Setelah dilakukan observasi dan Kembali). Dengan diterapkannya model
wawancara dengan guru mata pelajaran pembelajaran kooperatif tipe MURDER ini,
IPA didapat faktor utama yang menjadi maka diharapkan akan memberikan
pemicu rendahnya pemahaman konsep IPA pengaruh positif terhadap pembelajaran
siswa, yaitu guru cenderung masih IPA. Berdasarkan langkah model
berpatokan pada model pembelajaran pembelajaran MURDER, Mood akan
konvensional. Pada model pembelajaran menuntun anggota kelompok dalam
konvensional, siswa cenderung hanya mempersiapkan diri sebaik mungkin dan
menghafalkan materi yang akan mudah guru berusaha mengkondisikan siswa pada
terlupakan daripada memahami materi kondisi belajar yang nyaman. Understand
yang dapat terekam lebih lama di dalam akan mengarahkan anggota kelompok
ingatan siswa. untuk mecermati poin – poin dalam suatu
Salah satu solusi yang dapat dipilih masalah. Recall akan menuntun anggota
untuk mengatasi permasalahan- kelompok untuk memberikan sajian lisan
permasalahan yang dihadapi dalam terhadap materi yang diberikan oleh
pembelajaran berkaitan dengan anggota kelompok lain. Detect akan
pemahaman konsep siswa adalah dengan menuntun anggota kelompok untuk
menggunakan model pembelajaran inovatif mendeteksi apa yang dilakukan oleh
yang sesuai dengan karakteristik anggota kelompok lain terhadap munculnya
pembelajaran IPA. Salah satu model kesalahan atau kealfaan catatan. Elaborate,
pembelajaran yang dapat digunakan yaitu anggota kelompok memberikan contoh atau
model pembelajaran kooperatif tipe aplikasi materi yang telah dibaca. Review
MURDER. Model ini dipilih karena sangat menuntun anggota kelompok untuk
cocok dengan kondisi siswa yang melakukan peninjauan kembali terhadap
heterogen atau berbeda – beda, baik dari langkah Mood, Uderstand, Recall, Detect,
segi jenis kelamin maupun kemampuan Elaborate, Review. Langkah Review akan
siswa. memberikan kesempatan kepada masing –
Dalam model pembelajaran masing anggota kelompok untuk
kooperatif tipe MURDER, guru membentuk memperoleh struktur pengetahuan baru
kelompok dengan kemampuan dan jenis yang merupakan hasil refleksi pengetahuan
kelamin yang heterogen. Dengan model ini sebelumnya.
siswa diharapkan aktif dalam menemukan Berdasarkan deskripsi masing-
konsep – konsep yang didiskusikan dan masing tahap dalam model pembelajaran
guru berperan sebagai mediator, fasilitator MURDER, terlihat bahwa model
dan motivator yang mengorganisasikan pembelajaran MURDER memiliki banyak
siswa untuk dapat membangun keunggulan. Salah satunya adalah dalam
pengetahuannya. Selain itu, model proses pembelajarannya yang membuat
pembelajaran ini juga bisa menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran,
pembelajaran IPA lebih bermakna, siswa terlatih untuk memecahkan permasalahan
akan dapat mengajukan ide – ide, yang ditemui, bekerja sama dengan siswa
pertanyaan – pertanyaan serta keberanian lainnya, menyampaikan pendapat, dan
mempersoalkan sesuatu yang belum jelas. mengkomunikasikan sesuatu yang ada di
Menurut Jacob (dalam Tim pikirannya kepada guru dan siswa lain. Ilmu
Pengembang Lembaga Penelitian yang diperoleh siswa juga akan lebih lama
UNDIKSHA, 2009) model pembelajaran diingat karena diperoleh tidak sekedar
MURDER adalah salah satu model hapalan. Model pembelajaran MURDER
pembelajaran kolaboratif yang dihasilkan efektif karena bersifat student centered
dari perspektif psikologi kognitif. Model
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

yang lebih mengutamakan peran peserta populasi sehingga semua subjek dianggap
didik sebagai pusat pembelajaran. Dalam sama dan mendapat hak yang sama untuk
pembelajaran dengan menggunakan model memperoleh kesempatan dipilih menjadi
pembelajaraan MURDER siswa tidak hanya anggota sampel (Agung, 2010). Paket kelas
berpatokan pada pengetahuan yang ada, yang terpilih yaitu kelas VA dan kelas VB
melainkan lebih mengutamakan proses yang termasuk ke dalam SD No. 8
pemerolehan pengetahuan tersebut. Banyuning, kemudian diundi kembali
Dengan mengutamakan proses, siswa sehingga diperoleh kelas VA sebagai kelas
diharapkan tidak hanya sekedar menghafal eksoerimen yang dibelajarkan dengan
ilmu, tetapi memahami lebih mendalam model pembelajaran MURDER dan kelas
sehingga ilmu yang diperoleh terus melekat VB sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan
dan diingat siswa. Dengan demikian, dengan model pembelajaran konvensional.
pemahaman konsep siswa khususnya pada Desain yang digunakan dalam
mata pelajaran IPA dapat ditingkatkan. penelitian ini adalah nonequivalent posttest
Berdasarkan uraian tersebut, maka only control group design. Variabel yang
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk diteliti yaitu variabel bebas berupa model
mengetahui perbedaan yang signifikan pembelajaran MURDER dan variabel terikat
pemahaman konsep IPA antara kelompok berupa pemahaman konsep IPA. Metode
siswa yang dibelajarkan dengan model pengumpulan data yang digunakan dalam
pembelajaran MURDER dan kelompok penelitian ini adalah metode tes. Tes yang
siswa yang dibelajarkan dengan model digunakan adalh tes pemahaman konsep
pembelajaran konvensional pada siswa IPA berupa soal uraian yang diberikan pada
kelas V SD di Gugus I Kecamatan Buleleng saat post-test.
Kabupaten Buleleng tahun ajaran Teknik analisis data yang digunakan
2014/2015. adalah teknik analisis statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Hasil perhitungan
METODE statistik deskriptif berupa mean, median,
Penelitian ini berjenis penelitian modus, standar deviasi, dan varians
eksperimen semu (quasi eksperimen) kemudian disajikan dalam bentuk grafik
karena bertujuan untuk memperoleh poligon. Sebelum dilakukan analisis statistik
informasi dalam keadaan yang tidak inferensial, terlebih dahulu dilakukan uji
memungkinkan untuk mengontrol dan prasyarat berupa uji normalitas dan uji
memanipulasi semua variabel yang relevan. homogenitas. Analisis statistik inferensial
Tempat penelitian dilaksanakan di SD dilakukan setelah data yang yang diperoleh
Gugus I Kecamatan Buleleng, Kabupaten berdistribusi normal dan bersifat homogen.
Buleleng pada rentangan waktu semester Pada analisis statistik inferensial, metode
genap pada tahun ajaran 2014/2015. analisis data yang digunakan untuk menguji
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh hipotesis dalam penelitian ini adalah
siswa kelas V SD di gugus I kecamatan independent sample t-test (uji-t) berupa
Buleleng yang terdiri dari 11 kelas dengan polled varians.
jumlah siswa sebanyak 286 orang. Setelah
dilakukan uji kesetaraan, kemudian dipilih HASIL DAN PEMBAHASAN
dua kelas yang akan dijadikan sampel. Hasil perhitungan analisis statistik
Penentuan sampel menggunakan teknik deskriptif yang diperoleh dalam penelitian
simple random sampling. Teknik ini ini direkapitulasi seperti pada tabel berikut.
mencangkup subjek – subjek dalam
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Pemahaman Konsep IPA Siswa

Statistik Kelompok Kelompok


Eksperimen Kontrol
Mean 33,38 16,9
Median 30,75 16,5
Modus 33,4 15,83
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Skor minimum 21 7
Skor maksimum 37 28
Rentangan 16 21

Mean (M), Median (Me), Modus


(Mo) pemahaman konsep IPA siswa
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol selanjutnya disajikan ke dalam

Frekuensi
kurva polygon dengan tujuan untuk
menafsirkan sebaran data pemahaman
konsep IPA pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Adapun kurva
polygon kedua kelompok seperti pada
gambar 1 dan 2.

Interval M = 16,9

Me = 16,5
Mo = 15,83

Gambar 2 Kurva Poligon Data Hasil


Frekuensi

Pemahaman Konsep IPA


Siswa Kelompok Kontrol

Berdasarkan Tabel 1 diketahui


Mo>Me>M (15,83<16,5<16,9)
menyebabkan kurva pada gambar 2
M = 30,38 membentuk kurva juling positif yang
Me = 30,75 berarti sebagian besar skor cenderung
Interval
Mo = 33,4 rendah.
Sebelum dilanjutkan ke uji
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat meliputi uji normalitas dan uji
Gambar 1 Kurva Poligon Data Hasil homogenitas. Hasil uji normalitas dengan
Pemahaman Konsep IPA
Siswa Kelompok Eksperimen menggunakan rumus Chi-Square (  2 ),
menunjukkan bahwa data pemahaman
konsep IPA siswa kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen berdistribusi
Berdasarkan Tabel 1 diketahui normal. Demikian halnya pada uji
Mo>Me>M (33,4>30,75>30,38) homogenitas dengan menggunakan
menyebabkan kurva pada gambar 1 rumus uji F, diperoleh hasil bahwa data
membentuk kurva juling negatif yang pemahaman konsep IPA kedua kelompok
berarti sebagian besar skor cenderung adalah homogen.
tinggi. Setelah uji prasyarat terpenuhi,
dilanjutkan dengan uji hipotesis
menggunakan independent sample t-test
(tidak berkorelasi) dengan rumus polled
varians. Hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini adalah terdapat perbedaan
yang signifikan pada pemahaman konsep
IPA antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
MURDER dan kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

konvensional. Kriteria pengujian hipotesis siswa yang dibelajarkan dengan model


yaitu H0 ditolak jika thitung > ttabel. pembelajaran konvensional pada siswa
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t kelas V SD di Gugus I Kecamatan
diperoleh bahwa terdapat perbedaan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun
pemahaman konsep IPA antara kelompok ajaran 2014/2015. Ringkasan hasil uji
siswa yang dibelajarkan dengan model hipotesis disajikan pada tabel 2.
pembelajaran MURDER dan kelompok

Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis

Data Pemahaman Standar


No. n Db thitung ttabel Kesimpulan
Konsep Deviasi
1 Kelompok Eksperimen 16,81 29 thitung > ttabel
57 11,14 2,000
2 Kelompok Kontrol 26,55 30 H0 ditolak

Model pembelajaran MURDER pembelajaran MURDER dan kelompok


yang digunakan pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
eksperimen dan model pembelajaran pembelajaran konvensional pada siswa
konvensional yang digunakan pada kelas V SD di gugus I Kecamatan
kelompok kontrol dalam penelitian ini Buleleng tahun ajaran 2014/2015. Adanya
menunjukkan pengaruh yang berbeda perbedaan yang signifikan menunjukkan
pada pemahaman konsep IPA siswa. bahwa pembelajaran dengan model
Secara deskriptif, pemahaman konsep pembelajaran MURDER berpengaruh
IPA siswa kelompok eksperimen lebih terhadap pemahaman konsep IPA siswa.
tinggi dibandingkan dengan siswa Perbedaan pemahaman konsep
kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan IPA yang ditunjukkan oleh siswa
pada rata-rata skor pemahaman konsep kelompok eksperimen dan siswa
IPA. Rata-rata skor pemahaman konsep kelompok kontrol disebabkan karena
IPA siswa kelompok eksperimen adalah adanya perbedaan perlakuan antara
30,38 berada pada katagori tinggi, kedua kelompok pada saat proses
sedangkan rata-rata skor pemahaman pembelajaran. Pembelajaran di kelas
konsep IPA siswa kelompok kontrol kontrol yang menggunakan model
adalah 16,9 berada pada katagori sedang. pembelajaran konvensional cenderung
Jika skor pemahaman konsep IPA siswa bersifat pasif. Hal ini disebabkan oleh
kelompok eksperimen digambarkan dalam proses pembelajaran yang didominasi
grafik poligon tampak bahwa kurva dengan kegiatan ceramah, tanya jawab,
sebaran data merupakan juling negatif dan penugasan. Penyampaian materi oleh
yang artinya sebagian besar skor siswa guru dilaksanakan dengan metode
cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, ceramah yang memusatkan guru sebagai
jika skor pemahaman konsep IPA siswa sumber informasi (teacher-centered).
digambarkan dalam grafik poligon tampak Dalam penyajian materi, guru juga jarang
bahwa kurva sebaran data merupakan mengaitkan kehidupan nyata dan
juling positif yang artinya sebagian besar masalah-masalah siswa dalam
skor siswa cenderung rendah. kehidupannya sehari-hari dengan materi
Berdasarkan analisis data yang dibahas, melainkan lebih cenderung
menggunakan uji-t, diperoleh nilai thitung berpatokan pada buku sumber. Disela-
sebesar 11,14 dan ttabel sebesar 2,000 sela kegiatan penyampaian materi, terjadi
(pada db = 57 dan taraf signifikansi 5%). tanya jawab antara guru dan siswa.
Dengan demikian, thitung lebih besar dari Namun, kegiatan tanya jawab hanya
ttabel yang menunjukkan bahwa hasil didominasi oleh siswa tertentu saja.
penelitian adalah signifikan. Artinya, Setelah kegiatan tanya jawab, guru
terdapat perbedaan pemahaman konsep memberikan tugas yang dikerjakan siswa
IPA yang signifikan antara kelompok secara individu maupun berpasangan.
siswa yang dibelajarkan dengan model Kegiatan pembelajaran yang demikian
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dilakukan secara berulang-ulang dalam yang berkomunikasi secara lisan atau


jangka waktu yang lama. Dalam kegiatan tertulis (Sujana,2005)
pembelajaran dengan menggunakan Selanjutnya pada tahap
model pembelajaran konvensional, terlihat understand, guru menyuruh masing-
jelas bahwa siswa kurang dilibatkan masing dyad membaca bagian materi
secara aktif dalam proses pembelajaran yang di dapat tanpa menghapalkan. Siswa
dan antusiasme siswa dalam belajar juga tidak diharapkan untuk menghapalkan
rendah, sehingga semakin menambah materi yang diberikan tetapi mehamani,
kecenderungan siswa untuk menghapal dengan memahami siswa dapat
materi. Temuan tersebut didukung oleh memberikan penjelasan atau memberi
Suleman (dalam Rasana, 2009:18) yang uraian yang lebih rinci tentang hal itu
mengungkapkan bahwa “pembelajaran dengan menggunakan kata-katanya
konvensional merupakan metode yang sendiri (Sudijono, 2007). Setelah siswa
paling efisien dalam mengajar yang memahami isi materi yang diberikan, guru
bersifat hafalan (ingatan)”. Pembelajaran kemudian memberikan siswa LKS yang
yang demikian berdampak pada nantinya akan didiskusikan oleh masing-
kurangnya pemerolehan pemahaman masing pasangan dyad.
siswa terhadap konsep-konsep dan materi Tahap ketiga adalah recall, pada
yang diberikan. tahap ini masing-masing pasangan dyad
Berbeda halnya dengan mendiksusikan dan menjawab soal yang
pembelajaran pada kelas eksperimen terdapat pada LKS. Masing-masing
yang menggunakan model pembelajaran pasangan dyad bekerja sama dalam
MURDER. Apabila dilihat dari segi menjawab soal pada LKS. Salah satu
antusiasme dan keaktifan siswa dalam anggota dyad bertugas untuk
belajar, siswa di kelas eksperimen mengemukakan pendapat, sedangkan
memiliki antusiasme dan keaktifan yang pasangannya bertugas menulis jawaban
tinggi dalam proses pembelajaran. Hal ini yang ditemukan sambil ikut mengoreksi
tidak terlepas dari peranan guru dan jika terjadi kekeliruan. Selanjutnya,
aktivitas siswa yang terjadi pada setiap masing-masing pasangan dyad dalam
langkah-langkah model pembelajaran kelompok empat orang, saling bertukar
MURDER yang meliputi mood (mengatur jawaban sehingga terbentuklah laporan
suasana hati), understand (membaca yang lengkap untuk tugas hari itu.
dalam hati), recall (mengulang materi), Langkah pembelajaran tersebut sesuai
detect (menemukan kesalahan), elaborate dengan pendapat Santyasa (2006) yang
(menanggapi pendapat), dan yang menyatakan bahwa, setelah pasangan
terakhir review (merangkum) (Lembaga dyad-1 dan dyad-2 selesai mengerjakan
Penelitian UNDIKSHA, 2009:9). tugas masing-masing, selanjutnya antar
Dalam pelaksanaannya pada pasangan dyad saling bertukar jawaban
tahap mood, guru berusaha mengatur agar tercipta laporan yang utuh.
suasana hati yang tepat dengan cara Kesiapan siswa pun diuji ketika
mengaitkan pembelajaran dengan guru menunjuk salah satu anggota dyad
fenomena-fenomena dalam kehidupan secara acak untuk menyampaikan laporan
sehari-hari sambil menggali sejauh mana yang telah dibuat di depan kelas. Pada
pengetahuan awal siswa mengenai materi tahap ini guru berperan sebagai fasilitator,
yang akan diberikan. Kegiatan tersebut mengamati aktivitas siswa dan membantu
dilakukan pada awal pembelajaran siswa jika mengalami kesulitas.
tepatnya pada apersepsi. Setelah mood Langkah selanjutnya adalah
siswa terbentuk, guru kemudian detect, pada tahap ini siswa dituntut untuk
mengarahkan siswa untuk membentuk tanggap mencermati penyampaian materi
kelompok yang terdiri dari empat orang. dari kelompok penyaji. Siswa boleh
Para siswa dalam kelompok empat orang mengajukan pendapat atau pertanyaan
tersebut kemudian dibagi lagi menjadi dua apabila ada ketidakcocokan atau
pasang dyad, yaitu dyad 1 dan dyad 2. ketidaksesuaian terhadap penyampaian
Dyad adalah pertemuan antara du orang dari kelompok penyaji.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Kemudian tahap berikutnya adalah pikirannya kepada guru dan siswa lain.
elaborate, pada tahap ini siswa kelompok Ilmu yang diperoleh siswa juga akan lebih
penyaji diberikan kesempatan untuk lama diingat karena diperoleh tidak
menanggai dan memberikan sanggahan sekedar hapalan, sehingga pemahaman
terkait dengan pertanyaan dari anggota siswa terhadap konsep juga akan
kelompok lain pada tahan detect. meningkat. Dengan demikian,
Perdebatan sering kali muncul antara pemahaman konsep IPA pada kelompok
kelompok penyaji dan kelompok yang siswa yang dibelajarkan dengan model
bertanya pada tahap ini. Disinilah guru pembelajaran koperatif tipe MURDER
berperan sebagai fasilitator yang lebih baik dibandingkan kelompok siswa
menembatani berbagai pendapat yang yang dibelajarkan dengan model
muncul sehingga tercapai suatu pembelajaran konvensional.
kesepakatan. Guru juga memberikan Hasil penelitian ini sesuai dengan
penguatan baik secara verbal maupun hasil penelitian mengenai penggunaan
non verbal kepada kelompok yang model pembelajaran MURDER yang
jawabannya keliru tidak patah semangat dilakukan oleh Ni Ketut Sri Dewi (2011)
dan bagi kelompok yang jawabannya dengan judul “Implementasi Model
tepat menjadi semakin termotivasi untuk Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER
belajar. Pada tahap ini, sebagian besar Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
siswa sudah berani mengajukan Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas
pertanyaan, bersikap kritis, serta mampu IV SD No. 1 Pulukan Tahun Pelajaran
beragumen untuk mempertahankan 2010/2011”. Hasil penelitian yang
pendapatnya dengan tetap menghargai dilakukan menunjukkan bahwa model
pendapat orang lain. pembeljaaran kooperatif tipe MURDER
Tahap terakhir dalam kegiatan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
pembelajaran ini adalah tahan review. belajar siswa. pada siklus I rata-rata skor
pada tahap ini siswa dibawah bimbingan aktivitas belajar siswa 8,37. Pada siklus II,
guru merangkum hasil pembelajaran yang rata-rata skor aktivitas belajar siswa
telah dipelajari. Sebagian besar siswa meningkat sebesar 1,67 menjadi 10,04
sudah mampu mengemukakan dengan kategori aktif. Rata-rata hasil
kesimpulan dari pelajaran yang didapat belajar siswa pada siklus I sebesar 63,33
dengan benar. Hal ini membuktikan dengan ketuntasan belajar secara klasikal
bahwa sebagian besar siswa mengerti 52,38%. Pada akhir siklus II, rata-rata
dan memahami materi yang telah kelas meningkat sebesar 12,86% menjadi
dipelajarinya. Temuan tersebut juga 76,19% dengan ketuntasan belajar secara
diperkuat oleh hasil evaluasi yang klasikal meningkat sebesar 47,62%
dilakukan pada akhir pembelajaran yang menjadi 100%.
sebagian besar siswa memperoleh skor Penelitian lain juga dilakukan oleh
tinggi. Langkah-langkah pembelajaran Ni Wayan Nita (2011) dengan judul
dan cara penyampaian materi inilah yang ”Implementasi Model Pembelajaran
menyebabkan tingginya sebagian besar MURDER Berbantuan Pertanyaan
skor pemahaman konsep IPA pada Metakognitif untuk Meningkatkan Motivasi
kelompok eksperimen. dan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Perbedaan proses pembelajaran Kelas VIII G SMP Negeri 2 Sukawati”.
yang terjadi pada kelompok eksperimen Penelitian yang dilakukan menunjukkan
dan kelompok kontrol memberikan peningkatan yang signifikan terhadap
dampak yang berbeda pula pada motivasi dan prestasi belajar matematika
pemahaman konsep yang dimiliki siswa. siswa. Rata-rata prestasi belajar siswa
Pembelajaran dengan model MURDER mengalami peningkatan sebesar 12,9
menyebabkan siswa aktif dalam proses poin, yaitu dari 58,3 pada siklus I menjadi
pembelajaran. Siswa terlatih untuk 71,2 pada siklus III. Rata-rata skor
mampu memecahkan permasalahan yang prestasi belajar matematika siswa pada
ditemui, bekerja sama dengan siswa siklus III sebesar 71,2 sudah memenuhi
lainnya, menyampaikan pendapat, dan KKM yang ditetapkan dengan daya serap
mengkomunikasikan sesuatu yang ada di 71,2% dengan ketuntasan belajar
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

mencapai 78,57%. Rata-rata skor motivasi hendaknya lebih aktif dalam proses
belajar matematika siswa meningkat pembelajaran dan terus mengembangkan
sebesar 8,94 poin dari 82,14 pada refleksi daya nalar, kemampuan berpikir kritis,
awal menjadi 91,07 pada akhir siklus III kreatifitas, serta keterampilan
tergolong dalam kategori tinggi. Oleh berkomunikasi yang telah dimiliki melalui
karena itu, hasil penelitian ini berhasil kegiatan pemecahan masalah sehingga
memperkuat penelitian-penelitian tentang dapat meningkatkan pemahaman konsep
penerapan model pembelajaran kooperatif IPA siswa. 2) Guru-guru di Gugus 1
tipe MURDER sebelumnya. Kecamatan Buleleng sebaiknya
Hasil penelitian ini memberikan meminimalisir pembelajaran yang
implikasi bahwa model pembelajaran mengutamakan ketercapaian materi dan
kooperatif tipe MURDER telah mampu cenderung mengabaikan proses yang
memberikan kontribusi yang positif berdampak pada pembelajaran yang
terhadap pemahaman konsep IPA siswa terkesan hapalan bagi siswa. Para guru
dibandingkan dengan model disarankan untuk menggunakan model-
pembelajaran konvensional. Maka dari itu, model pembelajaran inovatif dengan
pemebelajaran kooperatif tipe MURDER beberapa modifikasi agar sesuai dengan
dapat dijadikan alternatif pembelajaran karakteristik peserta didik dan kondisi
yang kreatif dan inovatif dalam upaya sekolah. Salah satunya yaitu penggunaan
peningkatan mutu pendidikan khususnya model pembelajaran MURDER, yang
dalam mata pelajaran IPA di Gugus I dapat meningkatkan pemahaman konsep
Kecamatan Singaraja. siswa melalui tahapan-tahapan
pembelajarannya. Model pembelajaran
MURDER terdiri dari 6 langkah yaitu,
PENUTUP Mood, Understand, Recall, Detect,
Berdasarkan paparan hasil Elaborate dan Review. 3) Peneliti yang
penelitian dan pembahasan, dapat ingin melakukan penelitian lebih lanjut
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dalam skala luas dan variabel yang
yang signifikan pada pemahaman konsep beragam mengenai model pembelajaran
IPA antara kelompok siswa yang MURDER agar dapat memperhatikan
dibelajarkan dengan model pembelajaran kendala-kendala yang dihadapi seperti
kooperatif tipe MURDER dan kelompok keterbatasan waktu dan biaya yang
siswa yang dibelajarkan dengan menyebabkan penelitian hanya dilakukan
pembelajaran konvensional pada siswa pada mata pelajaran IPA saja. Dengan
kelas V Sekolah Dasar di Gugus I demikian, penelitian ini dapat digunakan
Kecamatan Buleleng tahun ajaran sebagai bahan pertimbangan untuk
2014/2015. Hasil tersebut dibuktikan dari menyempurnakan penelitian selanjutnya.
hasil uji-t yang menunjukkan bahwa thitung
= 11,14 lebih besar dari ttabel = 2,000, pada
taraf signifikansi 5% dan db = 57. Selain DAFTAR RUJUKAN
itu, perbandingan perhitungan rata-rata Agung, A. A. Gede. 2010. Pengantar
pemahaman konsep IPA siswa kelompok Evaluasi Pendidikan. Singaraja :
eksperimen lebih besar dari rata-rata Jurusan Teknologi Pendidikan
pemahaman konsep IPA siswa kelompok Fakultas Ilmu Pendidikan
kontrol (30,38 > 16,9). Adanya perbedaan Universitas Pendidikan Ganesha.
yang signifikan menunjukkan bahwa Dewi, Ni Ketut Sri. 2011. Implementasi
pembelajaran menggunakan model Model Pembelajaran Kooperatif
pembelajaran kooperatif tipe MURDER Tipe MURDER Untuk
berpengaruh terhadap pemahaman Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
konsep IPA siswa dibandingkan dengan Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA
model konvensional. Kelas IV SD No. 1 Pulukan Tahun
Saran yang dapat disampaikan Pelajaran 2010/2011.Singaraja.
berdasarkan hasil penelitian ini adalah Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan
sebagai berikut. 1) Siswa-siswa di sekolah Pendidikan Guru Sekolah Dasar
dasar di Gugus 1 Kecamatan Buleleng Universitas Pendidikan Ganesha.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Karli, H dan Yuliariatiningsih. 2002.


Implementasi Kurikulum
Kompetensi Jilid 2. Jakarta : Bina
Media Informasi.

Kurikulum 2006 Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) Standar
Kompetensi Mata Pelajaran
SAINS. 2006. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Nita, Ni Wayan. 2011. Implementasi


Model Pembelajaran MURDER
Berbantuan Pertanyaan
Metakognitif untuk Meningkatkan
Motivasi dan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII G
SMP Negeri 2 Sukawati.Singaraja.
Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan
Pendidikan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Pendidikan
Ganesha.

Rasana, I D. P. R. 2009. Model-model


Pembelajaran. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.

Santyasa, I Wayan. 2009. Pengembangan


Pemahaman Konsep dan
Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika Bagi Siswa SMA Dengan
Pemberdayaan Model Perubahan
Konseptual Berseting Investigasi
Kelompok, (Online) tersedia pada
http://www.freewebs.com/santyasa
/pdf2/PENGEMBANGAN_PEMAH
AMAN_KONSEP.pdf (diakses
tanggal 12 November 2013).

Sudjana. 2005. Metode dan Teknik


Pembelajaran Partisipatif.
Bandung: Falah Production.

Tim Pengembang Lembaga Penelitian


UNDIKSHSA. 2009. Model –
Model Komunitas Belajar.
Kementrian Pendidikan Nasional
Universitas Pendidikan Ganesha.

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. 2003.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai