Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPA antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran MURDER dan
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada
siswa kelas V SD di gugus I Kecamatan Buleleng. Jenis penelitian ini adalah
eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent posttest only control group design.
Populasi penelitian ini adalah kelas V SD di gugus I Kecamatan Buleleng yang
berjumlah 11 kelas. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik simple random
sampling. Pengumpulan data pemahaman konsep IPA siswa menggunakan tes uraian
yang dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu
uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh nilai thitung sebesar 11,14 dan ttabel
sebesar 2,000, pada taraf signifikansi 5% dan db=57. Hal ini berarti t hitung lebih besar
daripada ttabel. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman
konsep IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran MURDER dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran MURDER berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas V
di SD gugus I Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015.
Abstract
The purpose of this research was to know the difference of the concept undertanding in
natural science between the group of student who was taught by using MURDER
teaching model and the group of student who was taught by using the conventional
teaching model in the fifth grade students of elementary school in cluster one of
Buleleng district. This was a quasi experimental research with nonequivalent posttest
only control group design. The population of this research was fifth grade of elementary
school in cluster one of Buleleng district which consisted of 11 classes. The sample was
choosen by the use of simple random sampling technique. The data of concept
undertanding in natural science were collected by using essay test which was analyzed
by using descriptive statistics analysis and inferential statistics that was t-test. Based on
the t-test calculation, the research result showed that tcount value was 11,14 and ttable was
2,000, on significance standard 5% and db=57. That meant that tcount is bigger than that
of ttable. The result showed that there was difference of concept undertanding in natural
science between group of students who were taught by using MURDER teaching model
and group of students who were taught by using conventional teaching model. Thus,
can concluded that MURDER teaching model influenced the concept undertanding in
natural science of fifth grade students of elementary school in cluster one of Buleleng
district, Buleleng regency in academic year 2014/2015.
PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
merupakan usaha sadar dan terencana berpikir dan bertindak. Namun, mutu dan
untuk mewujudkan suasana belajar dan kualitas pendidikan di Indonesia tergolong
proses pembelajaran agar peserta didik masih rendah jika dibandingkan dengan
secara aktif mengembangkan dirinya untuk negara – negara tetangga. Karena saat ini
memiliki kemampuan pengendalian diri, masih banyak guru yang menggunakan
kecerdasan, akhlak mulia serta metode konvensional dalam mengajar.
keterampilan yang diperlukan dirinya dalam Dalam pembelajaran konvensional,
bermasyarakat (Undang-Undang No.20 penyampaian materi lebih banyak dilakukan
Tahun 2003). Tujuan pendidikan akan melalui ceramah, tanya jawab, dan
terwujud apabila proses pembelajaran penugasan (Rasana, 2009:20).
berjalan dengan baik. Pembelajaran yang Pembelajaran dengan metode
baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, konvensional, menempatkan guru sebagai
seperti faktor guru, siswa, lingkungan, pusat informasi sehingga guru yang lebih
kurikulum, sarana pra sarana dan lain aktif dibandingkan siswa. Dengan lebih
sebagainya. Salah satu faktor yang aktifnya guru dibandingkan siswa, maka
memegang peranan penting dan vital dalam akan membuat siswa cepat bosan dalam
proses pembelajaran adalah faktor guru, belajar dan materi pembelajaran akan sulit
yaitu bagaimana cara guru mengajar. untuk dipahami.
Karena peran guru sangat penting dan vital Selain hasil penelitian beberapa
dalam proses pembelajaran siswa, maka pakar, hasil observasi awal dan wawancara
sangat diperlukan guru yang kompeten pada guru bidang studi IPA yang telah
agar pembelajaran berjalan dengan baik. dilakukan di 8 sekolah dasar di gugus I
Tugas guru sekarang ini bukan hanya Kecamatan Buleleng juga menunjukkan hal
menyampaikan informasi atau yang sama. Pembelajaran di sekolah masih
pengetahuan, tapi guru juga harus bisa berorientasi pada pemberian pengetahuan
memupuk pengetahuan serta membimbing langsung oleh guru kepada peserta didik
siswa untuk belajar sendiri, karena yang masih bersifat konvensional. Prestasi
keberhasilan siswa sebagian besar belajar siswa juga tergolong masih rendah.
bergantung pada kemampuannya untuk Begitu pula dengan hasil tes pemahaman
belajar secara mandiri (Karli & konsep IPA yang diberikan pada siswa,
Yuliariatiningsih, 2002). hasilnya cukup mengecewakan. Hal ini Hal
Berbagai upaya telah dilakukan ini terlihat dari total 11 kelas yang ada,
pemerintah untuk meningkatkan kualitas hanya 5 kelas yang memenuhi KKM,
tenaga pendidik di antaranya melalui diantaranya: SD No. 2 Banyuning (VA)
sertifikasi guru, program Musyawarah Guru (rata-rata 73,69; KKM 71), SD No. 4
Mata Pelajaran (MGMP) dan peningkatan Banyuning (rata-rata 68,05; KKM 64), SD
kualitas pendidikan guru. Selain itu No. 7 Banyuning (rata-rata 67,85; KKM 63),
pemerintah juga melakukan upaya SD No. 8 Banyuning (VA dan VB) (rata-rata
penyediaan sarana dan prasarana 70,17 dan 74,68; KKM 70). Selain kelima
pendidikan serta penyempurnaan kelas tersebut, terdapat 6 kelas lainnya
kurikulum. Kurikulum terbaru yang saat ini yang memiliki rata-rata di bawah KKM,
masih diberlakukan pada semua jenjang diantaranya: SD No. 1 Banyuning (VA dan
sekolah di Indonesia adalah kurikulum 2006 VB) (rata-rata 61,77 dan 62,66; KKM 63),
atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum SD No. 2 Banyuning (VB) (rata-rata 66,8;
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP KKM 71), SD No. 3 Banyuning (rata-rata
dibuat dan diterapkan untuk 62,82; KKM 63), SD No. 5 Banyuning (rata-
menyempurnakan Kurikulum Berbasis rata 67,94; KKM 69), dan SD No. 6
Kompetensi (KBK). Seperti halnya KBK, Banyuning (rata-rata 63,75; KKM 65). Hal
KTSP tetap menekankan pada tersebut menandakan bahwa pemahaman
pengembangan kompetensi siswa. Dalam konsep IPA siswa masih rendah. Padahal
hal ini kompetensi yang dimaksud adalah tujuan pendidikan IPA pada hakikatnya
pengetahuan, keterampilan dan nilai – nilai adalah untuk mengantarkan siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang lebih mengutamakan peran peserta populasi sehingga semua subjek dianggap
didik sebagai pusat pembelajaran. Dalam sama dan mendapat hak yang sama untuk
pembelajaran dengan menggunakan model memperoleh kesempatan dipilih menjadi
pembelajaraan MURDER siswa tidak hanya anggota sampel (Agung, 2010). Paket kelas
berpatokan pada pengetahuan yang ada, yang terpilih yaitu kelas VA dan kelas VB
melainkan lebih mengutamakan proses yang termasuk ke dalam SD No. 8
pemerolehan pengetahuan tersebut. Banyuning, kemudian diundi kembali
Dengan mengutamakan proses, siswa sehingga diperoleh kelas VA sebagai kelas
diharapkan tidak hanya sekedar menghafal eksoerimen yang dibelajarkan dengan
ilmu, tetapi memahami lebih mendalam model pembelajaran MURDER dan kelas
sehingga ilmu yang diperoleh terus melekat VB sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan
dan diingat siswa. Dengan demikian, dengan model pembelajaran konvensional.
pemahaman konsep siswa khususnya pada Desain yang digunakan dalam
mata pelajaran IPA dapat ditingkatkan. penelitian ini adalah nonequivalent posttest
Berdasarkan uraian tersebut, maka only control group design. Variabel yang
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk diteliti yaitu variabel bebas berupa model
mengetahui perbedaan yang signifikan pembelajaran MURDER dan variabel terikat
pemahaman konsep IPA antara kelompok berupa pemahaman konsep IPA. Metode
siswa yang dibelajarkan dengan model pengumpulan data yang digunakan dalam
pembelajaran MURDER dan kelompok penelitian ini adalah metode tes. Tes yang
siswa yang dibelajarkan dengan model digunakan adalh tes pemahaman konsep
pembelajaran konvensional pada siswa IPA berupa soal uraian yang diberikan pada
kelas V SD di Gugus I Kecamatan Buleleng saat post-test.
Kabupaten Buleleng tahun ajaran Teknik analisis data yang digunakan
2014/2015. adalah teknik analisis statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Hasil perhitungan
METODE statistik deskriptif berupa mean, median,
Penelitian ini berjenis penelitian modus, standar deviasi, dan varians
eksperimen semu (quasi eksperimen) kemudian disajikan dalam bentuk grafik
karena bertujuan untuk memperoleh poligon. Sebelum dilakukan analisis statistik
informasi dalam keadaan yang tidak inferensial, terlebih dahulu dilakukan uji
memungkinkan untuk mengontrol dan prasyarat berupa uji normalitas dan uji
memanipulasi semua variabel yang relevan. homogenitas. Analisis statistik inferensial
Tempat penelitian dilaksanakan di SD dilakukan setelah data yang yang diperoleh
Gugus I Kecamatan Buleleng, Kabupaten berdistribusi normal dan bersifat homogen.
Buleleng pada rentangan waktu semester Pada analisis statistik inferensial, metode
genap pada tahun ajaran 2014/2015. analisis data yang digunakan untuk menguji
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh hipotesis dalam penelitian ini adalah
siswa kelas V SD di gugus I kecamatan independent sample t-test (uji-t) berupa
Buleleng yang terdiri dari 11 kelas dengan polled varians.
jumlah siswa sebanyak 286 orang. Setelah
dilakukan uji kesetaraan, kemudian dipilih HASIL DAN PEMBAHASAN
dua kelas yang akan dijadikan sampel. Hasil perhitungan analisis statistik
Penentuan sampel menggunakan teknik deskriptif yang diperoleh dalam penelitian
simple random sampling. Teknik ini ini direkapitulasi seperti pada tabel berikut.
mencangkup subjek – subjek dalam
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Pemahaman Konsep IPA Siswa
Skor minimum 21 7
Skor maksimum 37 28
Rentangan 16 21
Frekuensi
kurva polygon dengan tujuan untuk
menafsirkan sebaran data pemahaman
konsep IPA pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Adapun kurva
polygon kedua kelompok seperti pada
gambar 1 dan 2.
Interval M = 16,9
Me = 16,5
Mo = 15,83
Kemudian tahap berikutnya adalah pikirannya kepada guru dan siswa lain.
elaborate, pada tahap ini siswa kelompok Ilmu yang diperoleh siswa juga akan lebih
penyaji diberikan kesempatan untuk lama diingat karena diperoleh tidak
menanggai dan memberikan sanggahan sekedar hapalan, sehingga pemahaman
terkait dengan pertanyaan dari anggota siswa terhadap konsep juga akan
kelompok lain pada tahan detect. meningkat. Dengan demikian,
Perdebatan sering kali muncul antara pemahaman konsep IPA pada kelompok
kelompok penyaji dan kelompok yang siswa yang dibelajarkan dengan model
bertanya pada tahap ini. Disinilah guru pembelajaran koperatif tipe MURDER
berperan sebagai fasilitator yang lebih baik dibandingkan kelompok siswa
menembatani berbagai pendapat yang yang dibelajarkan dengan model
muncul sehingga tercapai suatu pembelajaran konvensional.
kesepakatan. Guru juga memberikan Hasil penelitian ini sesuai dengan
penguatan baik secara verbal maupun hasil penelitian mengenai penggunaan
non verbal kepada kelompok yang model pembelajaran MURDER yang
jawabannya keliru tidak patah semangat dilakukan oleh Ni Ketut Sri Dewi (2011)
dan bagi kelompok yang jawabannya dengan judul “Implementasi Model
tepat menjadi semakin termotivasi untuk Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER
belajar. Pada tahap ini, sebagian besar Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
siswa sudah berani mengajukan Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas
pertanyaan, bersikap kritis, serta mampu IV SD No. 1 Pulukan Tahun Pelajaran
beragumen untuk mempertahankan 2010/2011”. Hasil penelitian yang
pendapatnya dengan tetap menghargai dilakukan menunjukkan bahwa model
pendapat orang lain. pembeljaaran kooperatif tipe MURDER
Tahap terakhir dalam kegiatan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
pembelajaran ini adalah tahan review. belajar siswa. pada siklus I rata-rata skor
pada tahap ini siswa dibawah bimbingan aktivitas belajar siswa 8,37. Pada siklus II,
guru merangkum hasil pembelajaran yang rata-rata skor aktivitas belajar siswa
telah dipelajari. Sebagian besar siswa meningkat sebesar 1,67 menjadi 10,04
sudah mampu mengemukakan dengan kategori aktif. Rata-rata hasil
kesimpulan dari pelajaran yang didapat belajar siswa pada siklus I sebesar 63,33
dengan benar. Hal ini membuktikan dengan ketuntasan belajar secara klasikal
bahwa sebagian besar siswa mengerti 52,38%. Pada akhir siklus II, rata-rata
dan memahami materi yang telah kelas meningkat sebesar 12,86% menjadi
dipelajarinya. Temuan tersebut juga 76,19% dengan ketuntasan belajar secara
diperkuat oleh hasil evaluasi yang klasikal meningkat sebesar 47,62%
dilakukan pada akhir pembelajaran yang menjadi 100%.
sebagian besar siswa memperoleh skor Penelitian lain juga dilakukan oleh
tinggi. Langkah-langkah pembelajaran Ni Wayan Nita (2011) dengan judul
dan cara penyampaian materi inilah yang ”Implementasi Model Pembelajaran
menyebabkan tingginya sebagian besar MURDER Berbantuan Pertanyaan
skor pemahaman konsep IPA pada Metakognitif untuk Meningkatkan Motivasi
kelompok eksperimen. dan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Perbedaan proses pembelajaran Kelas VIII G SMP Negeri 2 Sukawati”.
yang terjadi pada kelompok eksperimen Penelitian yang dilakukan menunjukkan
dan kelompok kontrol memberikan peningkatan yang signifikan terhadap
dampak yang berbeda pula pada motivasi dan prestasi belajar matematika
pemahaman konsep yang dimiliki siswa. siswa. Rata-rata prestasi belajar siswa
Pembelajaran dengan model MURDER mengalami peningkatan sebesar 12,9
menyebabkan siswa aktif dalam proses poin, yaitu dari 58,3 pada siklus I menjadi
pembelajaran. Siswa terlatih untuk 71,2 pada siklus III. Rata-rata skor
mampu memecahkan permasalahan yang prestasi belajar matematika siswa pada
ditemui, bekerja sama dengan siswa siklus III sebesar 71,2 sudah memenuhi
lainnya, menyampaikan pendapat, dan KKM yang ditetapkan dengan daya serap
mengkomunikasikan sesuatu yang ada di 71,2% dengan ketuntasan belajar
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
mencapai 78,57%. Rata-rata skor motivasi hendaknya lebih aktif dalam proses
belajar matematika siswa meningkat pembelajaran dan terus mengembangkan
sebesar 8,94 poin dari 82,14 pada refleksi daya nalar, kemampuan berpikir kritis,
awal menjadi 91,07 pada akhir siklus III kreatifitas, serta keterampilan
tergolong dalam kategori tinggi. Oleh berkomunikasi yang telah dimiliki melalui
karena itu, hasil penelitian ini berhasil kegiatan pemecahan masalah sehingga
memperkuat penelitian-penelitian tentang dapat meningkatkan pemahaman konsep
penerapan model pembelajaran kooperatif IPA siswa. 2) Guru-guru di Gugus 1
tipe MURDER sebelumnya. Kecamatan Buleleng sebaiknya
Hasil penelitian ini memberikan meminimalisir pembelajaran yang
implikasi bahwa model pembelajaran mengutamakan ketercapaian materi dan
kooperatif tipe MURDER telah mampu cenderung mengabaikan proses yang
memberikan kontribusi yang positif berdampak pada pembelajaran yang
terhadap pemahaman konsep IPA siswa terkesan hapalan bagi siswa. Para guru
dibandingkan dengan model disarankan untuk menggunakan model-
pembelajaran konvensional. Maka dari itu, model pembelajaran inovatif dengan
pemebelajaran kooperatif tipe MURDER beberapa modifikasi agar sesuai dengan
dapat dijadikan alternatif pembelajaran karakteristik peserta didik dan kondisi
yang kreatif dan inovatif dalam upaya sekolah. Salah satunya yaitu penggunaan
peningkatan mutu pendidikan khususnya model pembelajaran MURDER, yang
dalam mata pelajaran IPA di Gugus I dapat meningkatkan pemahaman konsep
Kecamatan Singaraja. siswa melalui tahapan-tahapan
pembelajarannya. Model pembelajaran
MURDER terdiri dari 6 langkah yaitu,
PENUTUP Mood, Understand, Recall, Detect,
Berdasarkan paparan hasil Elaborate dan Review. 3) Peneliti yang
penelitian dan pembahasan, dapat ingin melakukan penelitian lebih lanjut
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dalam skala luas dan variabel yang
yang signifikan pada pemahaman konsep beragam mengenai model pembelajaran
IPA antara kelompok siswa yang MURDER agar dapat memperhatikan
dibelajarkan dengan model pembelajaran kendala-kendala yang dihadapi seperti
kooperatif tipe MURDER dan kelompok keterbatasan waktu dan biaya yang
siswa yang dibelajarkan dengan menyebabkan penelitian hanya dilakukan
pembelajaran konvensional pada siswa pada mata pelajaran IPA saja. Dengan
kelas V Sekolah Dasar di Gugus I demikian, penelitian ini dapat digunakan
Kecamatan Buleleng tahun ajaran sebagai bahan pertimbangan untuk
2014/2015. Hasil tersebut dibuktikan dari menyempurnakan penelitian selanjutnya.
hasil uji-t yang menunjukkan bahwa thitung
= 11,14 lebih besar dari ttabel = 2,000, pada
taraf signifikansi 5% dan db = 57. Selain DAFTAR RUJUKAN
itu, perbandingan perhitungan rata-rata Agung, A. A. Gede. 2010. Pengantar
pemahaman konsep IPA siswa kelompok Evaluasi Pendidikan. Singaraja :
eksperimen lebih besar dari rata-rata Jurusan Teknologi Pendidikan
pemahaman konsep IPA siswa kelompok Fakultas Ilmu Pendidikan
kontrol (30,38 > 16,9). Adanya perbedaan Universitas Pendidikan Ganesha.
yang signifikan menunjukkan bahwa Dewi, Ni Ketut Sri. 2011. Implementasi
pembelajaran menggunakan model Model Pembelajaran Kooperatif
pembelajaran kooperatif tipe MURDER Tipe MURDER Untuk
berpengaruh terhadap pemahaman Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
konsep IPA siswa dibandingkan dengan Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA
model konvensional. Kelas IV SD No. 1 Pulukan Tahun
Saran yang dapat disampaikan Pelajaran 2010/2011.Singaraja.
berdasarkan hasil penelitian ini adalah Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan
sebagai berikut. 1) Siswa-siswa di sekolah Pendidikan Guru Sekolah Dasar
dasar di Gugus 1 Kecamatan Buleleng Universitas Pendidikan Ganesha.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)