Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No.

2, Oktober 2016 p-ISSN: 2407-2311


e-ISSN: 2527-7634

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY


LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-D SMPN 2 KAMAL
MATERI CAHAYA
Hadiono1 dan Nuor Ainiy Hidayati2
1
SMP Negeri 2 Kamal
Bangkalan, 69162, Indonesia
hadiono56@gmail.com
2
Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Trunojoyo Madura
Bangkalan, 69162, Indonesia
nuor.ainiy@gmail.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan cahaya siswa kelas VIII-D SMPN 2 Kamal
dengan penerapan model discovery learning. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil analisis data,
terdapat peningkatan hasil belajar sebesar 9,79% ditinjau dari hasil pretest dan posttest
yang diberikan untuk siklus I dan 11,79 %untuk siklus II. Sedangkan persentase motivasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA sebesar 70% siklus I dan 77% siklus kedua yang
mengindikasikan bahwa model Discovery Learning ini cocok atau layak untuk digunakan
terhadap subyek penelitian tersebut. Dengan hasil yang dicapai tersebut dapat disimpulkan
bahwa dalam pembelajaran terjadi peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar pada
siswa kelas VIII D SMPN 2 Kamal dengan menggunakan penerapan discovery learning.

Kata Kunci: Discovery Learning, Motivasi, Hasil Belajar

Abstrak

This research aim is to improve learning motivation and learning outcomes of Natural
Sciences (IPA) on subject matter light in class VIII D, SMPN 2 Kamal with the
application of discovery learning. This research is a classroom action research. This study
was conducted in two cycles. Based on the results of data analysis, there is increasing
learning outcomes by 9.79 for the first cycle and 11.79% for the second cycle. While the
percentage of students' motivation in science teaching followed by 70% in the first cycle
and 77% in the second cycle. That is indicated discovery learning are model which
suitable or appropriate to use the subject of the study. With the results it can be concluded
that an increase in learning motivation and learning outcomes in grade VIII D SMPN 2
Kamal using discovery learning application.

Keywords: Discovery Learning, Motivation, Learning Outcomes

77
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634

bertugas untuk belajar mencari,


Pendahuluan menemukan, menyimpulkan dan
mengomunikasikan sendiri sebagai
Kualitas pendidikan meliputi pengetahuan, nilai-nilai pengamalan yang
berbagai sektor dan jenjang pendidikan, dibutuhkan harus menggunakan otak,
termasuk jenjang pendidikan menengah mengkaji gagasan, memecahkan masalah,
pertama. Keberhasilan pendidikan banyak dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk Pembelajaran suatu mata pelajaran dapat
guru. Guru yang profesional akan selalu bermakna bagi siswa apabila guru harus
berupaya untuk meningkatkan pemahaman mengetahui tentang objek yang akan
siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal diajarnya sehingga dapat mengajarkan
ini sejalan dengan tujuan pendidikan materi tersebut dengan penuh dinamika
nasional dalam Undang-undang Nomor 20 dan inovasi.
Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 3, Discovery learning merupakan
untuk mengembangkan kemampuan dan model yang digunakan untuk memecahkan
membentuk watak serta peradaban bangsa masalah secara intensif di bawah
yang bermartabat dalam rangka pengawasan guru. Pada discovery learning,
mencerdaskan kehidupan bangsa, guru membimbing peserta didik untuk
bertujuan untuk berkembangnya potensi menjawab atau memecahkan suatu
peserta didik agar menjadi manusia yang masalah. Discovery learning merupakan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang metode pembelajaran kognitif yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, menuntut guru lebih kreatif menciptakan
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga situasi yang dapat membuat peserta didik
negara yang demokratis serta bertanggung belajar aktif menemukan pengetahuan
jawab. sendiri. Bruner (1996) dalam (Dahar,
Guru harus berupaya menciptakan 2010) menyarankan agar peserta didik
strategi yang cocok dalam upaya belajar melalui keterlibatannya secara aktif
meningkatkan proses belajar, sebab dalam dengan konsep-konsep dan prinsip yang
proses belajar mengajar yang bermakna, dapat menambah pengalaman dan
keterlibatan siswa sangatlah penting, hal mengarah pada kegiatan eksperimen.
ini sesuai dengan pendapat Bruner dalam Kegiatan belajar mengajar dengan
Dahar (2010) menyatakan bahwa anak menggunakan metode discovery mirip
harus berperan aktif dalam belajar di kelas. dengan inquiry. Perbedaan terletak pada
Guru harus mampu menciptakan peran guru. Dalam metode discovery guru
pengajaran yang menarik agar siswa tidak dan peserta didik sama-sama aktif.
cepat bosan terhadap suatu pelajaran dan Discovery sering diterapkan percobaan
mampu menumbuhkan motivasi belajar sains di laboratorium yang masih
dan meningkatkan konsentrasi belajar membutuhkan bantuan guru.
siswa. Motivasi mempunyai peranan
Merealisasikan hal tersebut guru penting dalam kegiatan pembelajaran.
dituntut harus mampu mengelola, Motivas merupakan faktor dari dalam diri
mendesain ataupun menguasai kelas siswa yang mempengaruhi keinginannya
dengan baik termasuk di dalamnya harus untuk melakukan proses pembelajaran.
memiliki strategi pembelajaran yang sesuai Motivasi sangat penting dalam proses
dengan materi dan tujuan pembelajaran pembelajaran, untuk mencapai suatu
sehingga siswa lebih aktif dalam suatu keberhasilan proses belajar siswa. karena
pembelajaran. Dalam konteks ini siswa

78
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634

setiap siswa pasti memiliki kebutuhan dan belajar siswa kelas VIII-D SMPN 2 Kamal
keinginan untuk mencapai tujuan tersebut. pada materi cahaya.
Motivasi sebagai penggerak untuk Metode Penelitian
mencapai tujuannya, sehingga apabila
motivasi tersebut tidak ada secara tidak Jenis penelitian ini adalah
langsung proses pembelajaran tidak akan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
maksimal dan menjadi lemah. Penelitian diadakan di dalam kelas dan
Berdasarkan hasil belajar siswa lebih difokuskan pada masalah-masalah
diperoleh bahwa nilai pelajaran IPA masih yang terjadi di dalam kelas atau pada
banyak yang dibawah nilai ketuntasan proses belajar mengajar.
minimal khususnya di kelas VIII-D SMPN Subjek penelitian tindakan ini
2 Kamal, sehingga siswa kurang tertarik adalah siswa kelas VIII-D SMP Negeri 2
dengan pelajaran IPA. Hampir seluruh Kamal dengan jumlah siswa 23 orang.
siswa kehilangan konsentrasi belajar Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu
karena beberapa siswa membuat bulan Maret 2016 s.d Mei 2016.
kegaduhan di dalam kelas. Selain itu, Sumber data dalam penelitian ini
rendahnya motivasi belajar siswa dapat di diperoleh dari data kuantitatif dan data
tunjukkan ketika guru mengulang materi kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes
sebelumnya dan memberikan pertanyaan yang diperoleh melalui nilai ulangan siswa.
tentang sifat bayangan, akan tetapi siswa Data kualitatif bentuknya non test yang
tidak bisa menjawab semua. Hal tersebut diperoleh melalui pengamatan aktivitas
menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam siswa, hasil observasi, kuisioner siswa dan
belajar yang rendah sehingga kebutuhan- wawancara siswa.
kebutuhan belajar lainnya tidak dapat Instrumen dalam penelitian ini
dipenuhi. meliputi: perangkat pembelajaran berupa
Siswa juga tampak kesulitan untuk silabus, Rencana Pelaksanaan
tetap ingat dan tanpa menghafal konsep- Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa
konsep IPA khusunya sifat-sifat bayangan. (LKS) sebagai lembar hasil diskusi, dan
Maka perlu digunakannya suatu Tes Hasil Belajar (THB). Selain itu,
pembelajaran yang memang memerlukan instrument lainnya yang diperlukan dalam
suatu proses penemuan konsep, sehingga penelitian ini adalah angket respon siswa
siswa dapat menemukan sendiri dan proses terhadap pembelajran ipa model discovery
tersebut yang akan memicu kekuatan daya learning.
ingatnya. Hal tersebut perlu dilakukan agar Teknik pengumpulan data
mampu meningkatkan motivasi belajar dilaksanakan dengan tes dilakukan
siswa. sebelum dan setelah dilakukan tindakan.
Berdasarkan masalah di atas, Angket respon siswa yang diberikan
pembelajaran model discovery learning setelah tindakan. Wawancara kepada
diharapkan akan dapat membuat siswa.
pembelajaran lebih bermakna, sehingga Data tanggapan siswa terhadap
dapat mengubah kepasifan siswa menjadi model pembelajaran discovery learning
aktif di dalam kelas. Penelitian ini akan yang digunakan, diukur dengan angket
menerapkan model pembelajaran discovery respon siswa. Hasil angket dianalisa
learning metode eksperimen untuk dengan rumus sebagai berikut:
meningkatkan motivasi belajar dan hasil

79
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634

Keterangan: dengan RPP yang telah dibuat. Tahap


P: presentase ketiga adalah pengamatan (observing)
f: banyaknya responden yang memiliki dilakukan dengan melakukan observasi
jawaban ya/tidak dan penilaian dalam pelaksanaan
N:banyaknya respon yang memilih percobaan.Tahap keempat adalah refleksi
jawaban angket (reflecting) yang dilakukan dengan
menganalisis data kuantitatif dan kualitatif
Hasil presentase angket siswa yang digunakan untuk menentukan tindak
kemudian dikualitatifkan ke dalam kriteria lanjut siklus berikutnya. Langkah-langkah
penilaian (Arikunto dan Cepi, 2009) pada siklus II prinsipnya sama dengan
siklus I.
Tabel 1. Kriteria Penilaian Respons Siswa
Terhadap Pembelajaran Model Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pembelajaran Discovery Learning Pelaksanaan tindakan kelas siklus I
Presentase Kriteria penilaian diawali dengan guru menyiapkan lembar
81% - 100% Sangat layak
61% - 80% Layak pengamatan. Guru mulai memberikan
41% - 60% Kurang layak pertanyaan seputar sifat-sifat cahaya yang
21% - 40% Tidak layak mereka ketahui dan menghubungkannya
dengan contoh yang ada di kehidupan
Penelitian ini dilakukan dengan sehari-hari, namun siswa masih
menggunakan metode penelitian tindakan kebingungan untuk menjawab dan
kelas yang terdiri dari dua siklus. Tiap menentukan contoh peristiwa sehari-hari
siklus terdiri empat tahap yaitau yang termasuk aplikasi dari sifat cahaya
perencanaan (planning), pelaksanaan yang mana. Setelah itu guru
(acting), observasi (observing), dan mengorganisasikan siswa dengan
refleksi (reflecting). Tahap pertama adalah membentuk kelompok sebanyak tiga
perencanaan (planning) yaitu membuat sampai empat siswa setiap kelompok. Ada
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 5 kelompok yang terbentuk, akan tetapi
dengan Kompetensi Dasar (KD) karena jumlah kelompoknya ganjil,
mendeskripsikan sifat-sifat cahaya (untuk sehingga 3 sifat cahaya yang seharusnya di
siklus I) dan pembentukan banyangan pada amati dalam percobaan untuk setiap 2
cermin (untuk siklus II) dengan kelompok menjadi tidak seimbang, yakni
menggunakan model pembelajaran ada satu sifat cahaya yang di amati oleh 1
discovery learning dengan metode kelompok saja, sedangkan lainnya adalah 2
praktikum, diskusi, dan tanya jawa; kelompok.
menyusun dan menyiapkan alat pengumpul Setiap kelompok selalu ada
data, yaitu pedoman observasi sebagai beberapa siswa yang membuat kegaduhan
instrumen pengumpul data dalam proses dalam kelas, terutama ketika alat dan
pembelajaran, mendesain alat evaluasi bahan diberikan untuk melakukan
untuk mengukur tingkat ketercapaian percobaan sesuai dengan LKS yang
indikator, dengan menggunakan lembar disediakan, bahkan sebelum memulai
kerja siswa yang harus dikerjakan dalam percobaan beberapa alat dan bahan yang
proses pembelajaran yang terdapat pretest akan digunakan sudah di rusak oleh siswa,
dan psottest. sehingga harus mengganti dengan yang
Tahap kedua yaitu pelaksanaan lain untuk melanjutkan percobaan pada
(acting) yaitu pelaksanaan kegiatan sesuai LKS. Siswa masih kebingungan dengan

80
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634

sifat cahaya yang diperoleh terutama sifat Siswa Prestest Postest


pembiasan cahaya, yang menggunakan Q 60 50
pensil di dalam gelas being berisi air jernih R 60 60
sebagai alat dan bahannya. Meskipun S 50 60
berdiskusi bersama, sebagian besar siswa T 65 65
mengerjakan LKS hanya sebatas U 60 65
V 60 70
pengetahuan dasar yang mereka miliki,
W 70 70
atau dapat dikatakan siswa tidak Jumlah 1215 1140
menemukan hal baru dari percobaan yang Persentase 52,82% 62,61%
dilakukan. Dengan begitu, peneliti harus Tahap observasi (observing)
membantu proses penemuan yang mereka dilakukan dengan menganalisis hasil tabel
lakukan bersama dengan kelompok. data penelitian yang diperoleh, tabel 2 di
Langkah selanjutnya setelah siswa bawah ini menunjukkan perubahan hasil
melakukan percobaan adalah belajar siswa melalui tes yang diberikan,
mempresentasikan dan mendemonstrasikan yakni pretest dan posttest. Tabel di bawah
kepada siswa lainnya yang tidak ini menunjukkan adanya peningkatan rata-
mendapatkan percobaan tersebut, agar rata hasil belajar, akan tetapi ketuntasan
pengetahuan yang mereka dapatkan klasikal masih belum dapat dikatakan
merata. Namun ketika diberikan tuntas.
kesempatan untuk bertanya dan Motivasi belajar dilakukan dengan
memberikan pendapat, siswa masih pasif. siswa diberi angket respon siswa, tabel
Setelah itu, peneliti dan siswa bersama- berikut menunjukkan jumlah responden
sama menyimpulkan hasil percobaan yang dengan jawaban yang dipilihnya, dimana
merupakan identifikasi sifat-sifat cahaya. jumlah responden adalah 23 responden.
Langkah terakhir adalah peneliti Data yang diperoleh, merujuk bahwa
melakukan prostest berupa tes tertulis. penggunaan model ini layak diterapkan di
Setelah posttest selesai diakhiri dengan kelas tersebut, jika ditinjau dari hasil rata-
doa. Berdasarkan hasil pretest dan postest
rata yang dipadukan dengan adanya
diperoleh hasi sebagai berikut:
kriteria yang telah dibuat.
Tabel 2. Hasil Prestest dan Postest Siswa Tabel 3. Persentase motivasi belajar siswa
Jumlah responden
Siswa Prestest Postest Pernyataan dengan jawaban Persentase
A 50 80 ke- (%)
B 50 70 Ya Tidak
C 40 70 1 18 5 78
D 70 70 2 16 7 70
E 50 50
F 40 60 3 15 8 65
G 40 70 4 18 5 78
H 40 80 5 15 8 65
I 40 40
J 60 40 6 16 7 70
K 50 50 7 18 5 78
L 60 70 8 15 8 65
M 50 50
9 13 10 57
N 50 70
O 50 70 10 17 6 74
P 50 60 Rata-rata 70

81
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634

Tahap refleksi (reflection) dan setelah itu melakukan presentasi.


dilakukan evaluasi dari pelaksanaan Setelah presentasi dilakukan postes untuk
pembelajaran pada siklus ini yaitu mengetahui hasil belajar siswa. Hasil
bertujuan untuk meningkatkan motivasi pretest dan posttest disajikan di tabel 4.
dan hasil belajar siswa terhadap mata
pelajaran IPA. Pada siklus ini masih Tabel 4. Hasil prestest dan postest siswa
diperoleh hasil siswa masih bingun dengan Siswa Prestest Postest
model pembelajaran yang diterapkan. A 55 80
apalagi ketika mengerjakan tugas awal B 55 75
yaitu mengerjakan tugas pada LKS. Para C 50 75
siswa masih ada yang tidak mengerjakan
D 70 75
secara kelompok tugas kelompok yang
diberikan. Apalagi pada waktu guru E 50 55
memberikan tugas untuk mengaitkan F 40 60
ilustrasi gambar dengan kehidupan sehari- G 45 70
hari mereka kelihatan bingung dan H 60 80
berusaha tidak menerimanya, dan akhirnya
I 40 40
dengan pengarahan guru mereka dapat
menerimanya. J 60 60
Dari data siklus I didapatkan K 50 60
bahwa terjadi peningkatan hasil belajar L 60 70
sebesar 9,79% ditinjau dari hasil pretest M 50 60
dan posttest dan persentase motivasi siswa N 50 70
dalam mengikuti pembelajaran IPA
sebesar 70% yang dikategorikan layak. O 50 70
Berdasarkan data tersebut tampak bahwa P 50 60
untuk hasil belajar masih tergolong rendah Q 60 65
peningkatan hasil belajar antara pretes dan R 60 65
postes sehingga perlu dilakukan siklus II S 50 65
Pelaksanaan tindakan kelas siklus
T 65 70
II diawali dengan guru menyiapakan
lembar pengamatan. Guru mulai U 65 70
memberikan pertanyaan seputar V 65 70
pembentukan bayangan pada cermin dan W 70 75
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah 1270 1540
Siswa sudah mulai terbiasa dengan model
Persentase 55,21% 67%
pembelajaran discovery learning sehingga
sebagian besar sudah menjawab
pertanyaan guru. Setelah itu guru Motivasi belajar juga dinilai
mengorganisasikan siswa dengan dengan menggunakan angket motivasi
membentuk kelompok sebanyak tiga yang dibagikan kepada siswa dan
sampai empat siswa setiap kelompok. Ada diperoleh data sebagai berikut:
5 kelompok yang terbentuk, yang
mempelajari tentang pembentukan
bayangan pada cermin datar. Selanjutnya
siswa dibimbing guru mengerjalan LKS

82
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634

Sedangkan berdasarkan hasil tes


Tabel 5. Persentase motivasi belajar siswa yang telah di analisis, terdapat kenaikan
Jumlah responden rerata selama pretest dan posttest. Sesuai
dengan jawaban dengan teori yang ada, bahwa hasil belajar
Pernyataan Persentase
ke- Ya Tidak (%) menghasilkan perubahan-perubahan
1 20 3 87 sebagai proses dari hasil belajarnya.
Kenaikan rerata antara pretest dan posttest
2 17 6 74
setelah siklus II terjadi peningkatan yang
3 16 7 70 signifikan.
4 18 5 78 Selama proses pembelajaran, siswa
5 17 6 74 terlihat antusias karena barunya
6 18 5 78 penggunaan alat dan bahan yang
digunakan dalam percobaan adalah alat
7 18 5 78
sehari-hari, namun siswa belum bisa
8 19 4 83 sepenuhnya mengembangkan ide-ide baru
9 16 7 70 untuk memecahkan permasalahan yang
10 18 5 78 diberikan. Pada siklus II siswa tampak
Rata-rata 77
sudah mulai terbiasa. Model discovery
Dari data siklus II didapatkan learning merupakan pembelajaran yang
menekankan pada pengalaman langsung
bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
dan pentingnya pemahaman struktur atau
sebesar 11,79% ditinjau dari hasil pretest
ide-ide penting terhadap suatu disiplin
dan posttest dan persentase motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran IPA ilmu, melalui keterlibatan siswa secara
sebesar 77% yang dikategorikan layak. aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar
yang disajikan dalam bentuk pertanyaan
Berdasarkan data tersebut tampak bahwa
sudah terjadi peningkatan hasil belajar dan atau permasalahan yang harus
diselesaikan. Jadi siswa memperoleh
motivasi belajar siswa dari siklus I ke
pengetahuan yang belum diketahuinya
siklus II.
tidak melalui pemberitahuan, melainkan
Pada siklus yang dilaksanakan
melalui penemuan sendiri.oleh karena itu,
selama penelitian berlangsung, peneliti
ketika pembelajaran berlangsung, siswa
menggunakan model Discovery Learning
masih sangat membutuhkan bimbingan
untuk meningkatkan motivasi belajar dan
guru untuk menemukan konsepnya
hasil belajar siswa. Berdasarkan angket
respon siswa terhadap penggunaan model
discovery learning dalam pembelajaran Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
IPA, lebih dari separuh responden dalam
beberapa kesimpulan sebagai berikut yaitu
kelas tersebut memiliki jawaban ya pada
prosentase motivasi belajar siswa terhadap
angket di setiap pernyataan yang diberikan.
model pembelajaran discovery learning
Harga persentase yang ada jika
dengan materi sifat-sifat cahaya pada siswa
dimasukkan pada kriteria, bahwa model
kelas VIII D sebesar 58,95 % yakni
pembelajaran ini layak untuk dilaksanakan.
berkriteria kurang layak untuk terus
Motivasi siswa secara keseluruhan untuk
menyatakan bahwa model ini cocok dan diterapkan karena beberapa kendala dan
persentase hasil belajar siswa kelas VIII-D
layak digunakan, kurang menjadi
pendorong dalam diri siswa selama proses SMPN 2 Kamal mengalami peningkatan
pembelajaran IPA. sebesar 11,32 %

83
Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634

Saran untuk penelitian berikutnya adalah kurikulum 2013. Yogyakarta:


perlu dilakukan pembelajaran dengan Kata Pena
model discovery learning sehingga siswa
akan menjadi lebih terlatih dan Mulyatiningsih, E. 2010. Diklat
mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Peningkatan Kompetensi
Pengawas Dalam Rangka
Daftar Pustaka Penjaminan Mutu Pendidikan:
Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Arikunto, S &Safruddin C. 2009. Kreatif, Efektif dan
EvaluasiProgram Pendidikan. Menyenangkan (PAIKEM).
Jakarta : Bumi Aksara. Depok: Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Tenaga Kependidikan.
Departemen Pendidikan
Nasional. 2006. Kebijakan Sardiman, A.M. (2012). Interaksi &
Pusat Kurikulum Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rajawali Press.
Dimyati, & Mudjiono.2009. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Rineka Cipta. Terpadu Dalam Teori Dan
Praktek. Jakarta: Prestasi
Dahar, R.W. 2010. Teori-Teori Belajar Pustaka Publisher
dan Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga Rusman. 2013. Model-Model
Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Hanifah, N. 2009. Konsep Strategi Grafindo Persada.
Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama. Sumarno, Alim, dan Ngalimun. 2011.
Strategi Pembelajaran
Hariyanto, S. 2011. Belajar dan Berorientasi Standar Proses.
Pembelajaran. Surabaya: PT Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Remaja Rosdakarya.
Syah, M. 2001. Psikologi Pendidikan.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Surabaya: PT. Remaja Rosda
dan Kontekstual Dalam Karya
Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia

Kurniasih, I & Sani Be. 2014. Sukses


Mengimplementasikan
Kurikulum 2013: Memahami
berbagai aspek dalam

84

Anda mungkin juga menyukai