Oleh:
183110188
3A
Dosen Pembimbing:
2020/2021
SOAL
Seorang pasien laki-laki Tn X masuk ke IGD RS A dengan keadaan Wajah pucat bibir
membiru, tangan dan kaki dingin, nadi 20 x permenit perlahan, lemah, TD 80 per pulse.
Tidak sadar. Sbelumnya pasien mengaalami serangan nyeri dada hebat. hasil labor : enim
CKMB meningkat. Troponin T meningkat. Hasil EKG : STEMI
Jelaskan apa shock yang dialami pasien, apa patofisiologinya dan jelaskan penanganannya
JAWAB
• Terapi aritmia
Semua pasien dengan syok kardiogenik perlu resusitasi cairan untuk memastikan
adanya beban awal yang cukup, bantuan ventilasi dan pemantauan ketat
hemodinamik. Resusitasi cairan untuk koreksi hipovolemia dan hipotensi, kecuali jika
ada edema paru.[1,4] Berikan infus cairan normal saline (NS) 20 – 30 mL/kg selama
30 menit dengan target tekanan vena sentral 8 – 12 mmg atau perfusi membaik.
Pertimbangkan pemasangan jalur vena sentral dan jalur di arteri jika diperlukan.
Oksigenasi dan proteksi jalur nafas. Apabila perlu, lakukan intubasi dan ventilasi
mekanik. Ventilasi tekanan positif dapat memperbaik oksigenasi, namun dapat
mengganggu beban awal dan aliran balik vena. Berikan oksigen aliran tinggi.
Pasien dengan sindrom koroner akut atau infark miokard diberikan aspirin dan
heparin. Berikan klopidogrel hanya setelah melakukan angiografi. Inhibitor
glikoprotein IIb/IIIa diberikan pada syok kardiogenik jika terdapat NSTEMI.
Obat-obatan Vasopresor
Dopamin
Dopamin adalah prekursor dari norepinefrin dan epinefrin. Efek yang ditimbulkan
tergantung dari dosis:
Dosis > 10 mcg/kg/min menyebabkan efek alfa adrenergik: vasokonstriksi arteri dan
peningkatan tekanan darah
Dopamin dianjurkan jika tekanan darah sistolik >80 mmHg, umumnya diberikan pada
dosis 5-10 mcg/kg/min kemudian dititrasi sesuai tekanan darah dan parameter
hemodinamik lainnya. Sering kali pasien membutuhkan dosis tinggi mencapai 20
mcg/kg/min. Hati-hati dengan risiko efek samping berupa takikardia, peningkatan
shunting di paru, penurunan perfusi splanchnic dan peningkatan tekanan PCWP. Jika
hipotensi menetap, berikan vasokonstriktor direk seperti norepinefrin.
Norepinefrin
Norepinefrin adalah agonis alfa-adrenergik yang poten, dengan efek agonis beta-
adrenergik yang sedikit. Norepinefrin adalah drug of choice untuk memperbaiki
kontraktilitas jantung pada pasien dengan hipotensi. Norepinefrin dapat meningkatkan
tekanan darah pada pasien dengan hipotensi menetap walaupun sudah diberikan
dopamin. Berikan norepinefrin dengan dosis awal 0,5 mcg/kg/min dan titrasi untuk
mempertahankan tekanan darah rerata 60 mmHg. Dosis norepinefrin: 0,2 – 1,5
mcg/kg/min.
Epinefrin
Epinefrin adalah agonis dari reseptor alfa-1, beta-1 dan beta-2 yang bekerja
meningkatkan MAP dengan meningkatkan indeks kardiak, isi sekuncup, laju nadi dan
tahanan vaskular sistemik. Walau demikian, obat ini berpotensi menyebabkan efek
samping berupa penurunan aliran darah splanchnic, peningkatan kebutuhan oksigen,
peningkatan kadar laktat, serta aritmia dan iskemia miokard. Penggunaan epinefrin
hanya direkomendasikan untuk pasien yang tidak responsif terhadap agen lainnya.
Revaskularisasi
Pada pasien dengan syok kardiogenik dan infark miokard, revaskularisasi harus
dilakukan sedini mungkin. Pasien dengan infark miokard akut dan usia < 75 tahun
harus ditransfer ke pusat kesehatan yang dapat melakukan angiografi dan
revaskularisasi. American Heart Association (AHA) dan European Society of
Cardiology (ESC) merekomendasikan revaskularisasi sedini mungkin dengan
intervensi korner perkutan (PCI) atau bypass arteri koroner (CABG), tergantung dari
anatomi pembuluh koroner dan respon terhadap PCI.[2,3] Belum ada cukup penelitian
mengenai PCI vs CABG, sampai saat ini hasil penelitian menemukan angka
mortalitas yang hampir sama. Namun praktik standar adalah dengan PCI.[2,3]
Terapi Fibrinolitik
Menurut AHA, pasien syok kardiogenik dengan STEMI dapat diberikan terapi
fibrinolitik jika tidak bisa dilakukan revaskularisasi invasif. Pertimbangkan
keuntungan dari reperfusi, risiko perdarahan dan antisipasi waktu menunda
angiografi.
Revaskularisasi Invasif
AHA dan ESC merekomendasikan revaskularisasi invasif pada pasien dengan syok
kardiogenik akibat sindrom koroner akut, termasuk pasien dengan perubahan status
mental atau dengan riwayat fibrinolisis sebelumnya dan tidak mempertimbangkan
waktu dari onset infark miokard. Pada syok kardiogenik dan infark miokard dengan
gangguan pada pembuluh darah multipel atau gangguan pada arteri koroner kiri,
revaskularisasi dengan PCI atau CABG. AHA merekomendasikan PCI jika
memungkinkan.
Sirkulasi Mekanik
Pompa Impella
Perbedaan dari alat-alat ini adalah rute insersi (perkutan atau pembedahan), efek pada
bilik jantung (menyokong ventrikel kanan, kiri atau keduanya) dan kemampuan untuk
dikombinasikan dengan ECMO.
Pasien dengan syok kardiogenik hanya bisa ditransfer jika kondisi telah stabil, dan
jika perawatan saat transfer tidak akan menurun secara signifikan. Konsultasi dengan
kardiologis sedini mungkin, untuk mendapatkan bantuan dalam hal melakukan hal
seperti ekokardiogarfi dan transfer pasien ke perawatan definitif (misalnya ICU, ruang
kateterisasi jantung).