Anda di halaman 1dari 12

UJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE


TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR

Dosen Pembimbing :
Ibu Ety Nurhayati.,S.Kp.,M.Kep, Ns. Sp. Kep. Mat

Disusun Oleh :
Yeni Mursiani
2019-0305-030

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Air susu ibu (ASI) adalah nutrisi alami bagi bayi yang meruapakan suatu emulsi
lemak yang mudah dicerna dan disekresi oleh kedua kelenjar mamae dari ibu melalui
proses laktasi. ASI terdiri dari air, alfa-laktoalbumin, laktosa, kassein, asam amino,
antibodi terhadap kuman, virus dan jamur. Antibodi yang terkandung dalam ASI adalah
Immunoglobulin A (IgA), bersama dengan sistem komplemen yang terdiri dari limfosit,
lactobasillus, lactoferin, dan lisozim dan lainnya. Komponen-komponen tersebut berperan
penting dalam melawan penyakit pada bayi. Sedangkan nutrisi dalam ASI mencakup
hampir 200 unsur zat makanan termasuk hidrat arang, lemak, protein, vitamin dan
mineral dalam jumlah yang proporsional serta mengandung growth factor yang berguna
untuk perkembangan mukosa usus. Dengan demikian ASI adalah makanan terbaik bagi
bayi sehingga harus diberikan ASI utamanya ASI ekslusif (Proverawati&Rahmawati,
2010).
ASI ekslusif merupakan pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan pada
bayi hingga umur 6 bulan tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan maupun
minuman apapun. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI no. 33 tahun 2012 tentang
pemberian ASI ekslusif pasal 6 yang berbunyi “setiap ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI ekslusif kepada bayi yang dilahirkannya (Riskesdas, 2013).
Menyusui adalah proses yang alami dan bayi menghisap secara alamiah, akan
tetapi bisa timbul kesulitan pada awalnya . oleh karena iitu diperlukan cara menyusui
yang baik dan benar yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan dalam pemberian ASI
dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar. Menyusui adalah proses alamiah
yang merupakan suatu seni yang harus dipelajari kembali. Keberhasilan dalam menyusui
membutuhkan dukungan baik dari orang yang telah mengalaminya atau dari seorang
profesional. (Ramaiah, 2007).
Ketidakmampuan cara menyusui dengan baik dan benar terjadi bukan hanya
karena ibu masih mempunyai anak pertama atau yang lebih dikenal dengan ibu primipara.
Tetpai pada ibu dengan multi para atau yang telah meiliki anak lebih dari satu dan telah
memiliki pengalaman juga masih banyak yang belum mengetahui tentang cara menyusui
yang baik dan benar, serta mereka sering salah dalam memposisikan bayi. Teknik
menyusui merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi produksi ASI, bila teknik
menyusui tidak baik dan benar dapat menyebabkan puting menjadi lecet dan akhirnya ibu
tidak mau menyusi bayi nya, dan bayi akan jarang menyusu. Bila bayi jarang menyusu
karena bayi enggan menyusu, akan berakibat kurang bauk, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
Sebuah analisis menyebutkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan dapat
menyelamatkan 1,3 juta jiwa diseluruh dunia, termasuk 22% bayi meninggal setelah
kelahiran. Berdasarkan laporan survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan puting susu
lecet, kemungkinan hal tersebut dikarenakan teknik menyusui yang tidak baik dan benar.
Hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang cara menyusui yang baik dan benar.
Pada zaman dahulu, keterampilan dan teknik menyusui diwariskan secara turun
menurun dari satu generasi ke generasi wanita lainnya. Anak perempuan tumbuh
mengamati tetangga dan kerabat wanitanya yang menyusui. Sayang keterampilan
menyusui menjadi salah arah, samar dan menyimpang (Karing Cadwell, 2008). Ibu-ibu
menyusui mungkin akan mengalami berbagai masalah hanya karena tidak mengetahui
cara menyusui yang baik dan benar yang sebenarnya sangat sederhana. Misalnya seperti
cara meletakkan payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan putting
terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah lain, seperti sindrom ASI berkurang dan bayi
menolak menyusu terutama pada minggu pertama setelah persalinan (Vivian, 2011).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menyusui.
Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil
atau menghentikan menyusui dini dari semestinya (Depkes RI, 2008). Ibu menyusui
adalah ibu yang emmberikan air susu kepada bayi dari buah dada (Kamus Besar Bahasa
Indonesia). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui
proses menyusui. ASI diproduksi di kelenjar-kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk
ke dalam saluran penampungan ASI dekat puting melalui saluran-saluran air susu
(duktus), dan akan disimpan sementara dalam penampungan sampai tiba saatnya bayi
menghisapnya melalui putting payudara (Nur Khasanah, 2011).
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus
lactiferous. Hisapan bayi merangsang oksitosin oleh kelenjar hipofisis poaterior.
Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel myoepitel)
yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini
mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferuos menuju ke sinus lactiferus,
tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI didalam sinus tertekan keluar
ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan letdown reflect atau pelepasan.
Pada akhirnya letdown dapat keluar tanpa rangsangan hisapan.
B. Teknik Menyusui.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI
tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutknya atau bayi enggan
menysusu (Wulandari, 2011). Teknik menyusu yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
1. Persiapan Menyusui.
Persispan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan,
payudara semakin padat karenaretensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-
kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya
kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk emmberikan ASI semakin terlihat.
Payudara semakin membesar, puting susu menonjol, pembuluh darah makin tampak
dan aerola mamae menghitam (Sulistyawati, 2009)
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilakukan dengan cara :
a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas
tidak menumpuk
b. Putting susu ditarik tarik setiao mandi, agar menonjol yang nantinya akan
memudahkan bayi menghisap
c. Bila puting belum menonjol dapat menggunakan pompa susu atau dengan cara
operasi (Sulistyawaty, 2009).
2. Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Banowati (1029) yaitu :
a. Sebelum memulai menyusui putting dan areola mammae dibersihkan terlebih
dahuli dengan kapas basah atau ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
putting dan sekitar areola payudara.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
- Ibu duduk/ berbaring dengan santai, jika duduk akan lebih baik menggunakan
kursi yang rendah (hal ini bertujuan agar kaki ibu tidak menggantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
- Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan menggunakan satu lengan,
kepala bayi terletak pada siku (kepala tidak boleh menengadah dan bokng bayi
ditahan dengan telapak tangan)
- Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan satu nya lagi didepan
- Perut bayi menempel pada badan ibu, posisi kepala bayi menghadap payudara
(tidak menoleh atau membelokkan kepala bayi)
- Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
- Ibu menetap bayi dengan kasih sayang.
c. Payudara dipegang dengan ibu jari dan jari yang lain menopang dibawah, jang
terlalu menekan putting susu
d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roting refleks) dengan cara
menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dan putting susu serta kalangan payudra masuk kemulut bayi.
- Usahakan sebagian besar areola payudara dapat masuk kedalam mulut bayi,
sehingga putting susu berada dibawah langit-langit lidah bayi yang akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah
kalang payudara.
- Setelah bayi mulai menghisap payudra tidak perlu dipegang atau disangga
- Melepas isapan bayi. Setelah menyusui pada satu payudara hingga kosong,
sebaiknya ganti dengan payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi dengan
cara jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau
dagu bayi ditekan kebawah.
- Menyendawakan bayi.
Tujuannya untuk mengeluarkan udara darilambung agar bayi tidak muntah
setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi adalah bayi digendong tegak
dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk secara
perlahan atau dengan cara bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian
punggungnta ditepuk perlahan-lahan.
3. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang benar.
Ada beberapa tanda untuk mengetahui apakah bayi telah menyusu dengan teknik yang
benar, menurut Mulyani (2013), yaitu :
a. Badan bayi menempel dengan perut ibu
b. Mulut bayi terbuka lebar
c. Dagu bayi menempel dengan payudara ibu
d. Sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih
banyak yang masuk
e. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
f. Putting ibu tidak terasa nyeri
g. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
h. Kepala bayi agak menengadah.
C. Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Menyusui.
Roslina dan Sindi (2018) menyatakan keberhasilan pemberian ASI ekslusif dipengaruhi
beberapa faktor, baik faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pengatahuan,
pendidikan, sikap ibu dan keadaan payudara. Sedangkan faktor eksternal meliputi sosial
budaya, ekonomi, pelayanan kesehatan, industri susu formula serta pengaruh dan peran
keluarga serta masyarakat. Selain itu, menurut Mulawati dan Susilowati (2016)
mengatakan ada beberpa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan menyusui antara
lain faktor ibu (39,7%), faktor bayi ( 36,7%), teknik menyusui (22,1%0 dan faktor
anatomis payudara (1,5%).
D. Faktor yang mempengaruhi Produksi ASI.
a. Makanan.
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI.
Apabila makanan yang ibu konsumsi cukup gizi dan pola makan yang teratur, maka
produksi ASI akan berjalan lancar.
b. Ketenangan jiwa dan fikiran.
Untuk memproduksi ASI yang baik, kondisi kejiwaan dan fikiran ibu harus tenang.
Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang, maka akan menurunkan
volume ASI.
c. Penggunaan alat kontrasepsi.
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menysuui harus diperhatikan agar tidak
mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan untuk ibu
menyusui adalah kondom, IUD, pil hormonal 3 bulanan.
d. Perawatan Payudara.
Perawatan payudara bermanfaat untuk mernagsang payudra mempengaruhi hipofisis
untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin
e. Anatomis payudara.
Jumlah lobus dalam pyudara juga mempengaruhi produksi ASI, selainitu perhatikan
pula bentuk anatomis papilla atau putting susu.
f. Faktor Fisiologis
ASI terbentuk karena penagruh hormon prolaktin yang menetukan produksi ASI dan
emmpertahankan sekresi air susu
g. Pola Istirahat.
Faktor istirahat akan mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Jika kondisi ibu
terlalu capek atau kurang istirahat makan ASI juga akan berkurang
h. Faktor isapan anak atau faktor penyusuan.
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran
ASI akan semakin banyak.
i. Berat lahir bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih
rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat normal (BBL>2500gr).
Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama
penyusuan yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
j. Umur Kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir juga mempengaruhi produksi ASI, karena bayi yang
lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak
mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi
yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur
disebabkan karena berat badan lahir yang rendah dan belum sempurnanya fungsi
organ.
k. Konsumsi Rokok dan Alkohol.
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan menggangu hormon prolaktin
dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin
dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Meskipun minuman alkohol
dosis rendah, disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu
proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat pelepasan
oksitosin.
E. Dampak yang timbul jika ibu tidak menyusui dengan benar.
Wahyuningsih (2019) menyebutkan dampak yang sering terjadi pada ibu dan bayi jika ibu
tidak menyusui dengan benar yaitu putting susu ibu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara
optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI, bayi enggan menyusu, bayi menjadi
kembung. Meihartati dan Sari (2018) menyebutkan teknik menyusui 14 yang tidak benar
dapat menyebabkan putting susu ibu lecet dan ASI tidak keluar secara optimal. Hal ini
dapat menimbulkan gangguan dalam proses menyusui sehingga pemberian ASI tidak
adekuat, pemberian asi yang tidak adekuat dapat mengakibatkan payudara bengkak
karena sisa-sisa ASI pada duktus.
PEMBAHASAN

Cara menyusui yang benar adalah cara emmebrikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan
posisi ibu dan bayi dengan benar. Menyususi dengancara yang tidak benar dapat
mengakibatkan putting susu lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi
ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Sujiyatini,dkk, 2010).
Salah satu penyebab kegagalan menyusui disebabkan karena kesalahan ibu dalam
memposisikan dan meletakan bayi saat menyusui. Teknik menyusui yang benar sering kali
terabaikan, ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya pentingnya ASI,
bagaimana ASI keluar (fisiologis menyusui), bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang
baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif.
No Author Penelitian Metode Hasil Penelitian
.
1. Tita Restu Y& Tingkat Observasional Tingkat pengetahuan
Evi Pengetahuan analitik dengan ibu tentang menyusui
setyaningrum Tentang Menyusui rancangan merupakan hal yang
(2014) dengan Pelaksanaan penelitian cross sangat mempengaruhi
Teknik menyusui. sectional. dalam teknik
menyusui secara
benar.
2. Yohana Hubungan Tingkat Deskriptif Terdapat hubungan
Hepilita& Pengetahuan Ibu kuantitatif yang yang erat antara
Elisabet Ogur menyusui dan menggunakan tingkat pengetahuan
(2016) Teknik Menyusi pendekatan cross ibu menyusui dengan
yang baik dan sectional teknik menyusui yang
benar. benar.
3. handatan@ Puji Gambaran tingkat Deskriptif analitik Terdapat gambaran
Astuti (2017) pengetahuan ibu dengan pendekatan kaitan antara tingkat
terkait teknik cross sectional pengetahuan ibu
menyusui yang dengan teknik posisi
benar pada ibu. menyusui yang benar.
4. Keni, Rompas Tingkat Kuantitatif dengan Ada hubungan
&Gannika pengetahuan dan desain cross bermakna antara
(2020) sikap dengan sectional. tingkat pengetahuan
tekinik menyusui dan sikap dengan
pada ibu pasca teknik menyusui pada
melahirkan. ibu pasca melahirkan.
5. Elva Meita, Hubungan Tingkat Observasi analitik Ada hubungan tingkat
Asri Hidayat, Pengetahuan ibu dengan pendekatan pengetahuan dengan
Ismarwati Primipara tentang cross sectional. teknik menyusui.
(2009) menyusui dengan
teknik menyusui
6. Romiyati, Hubungan Survey analitik Terdapat hubungan
Utami FS Pengetahuan ibu dengan pendekatan pengetahuan ibu
(2015) tentang Teknik cross sectional. tentang teknik
Menyusui dengan menyusui dengan
perilaku pemberian perilaku pemberian
ASI pada Ibu ASI pada ibu
menyusui menyusui.
7. Dhames Vidya Hubungan Survey analitik Ada hubungan antara
A (2009) Pengetahuan ibu dengan pendekatan pengetahuan dengan
tentang cara cross sectional perilaku menyusui.
menyusui dengan
Perilaku menyusui
8. Ina Kuswanti, Hubungan Survey analisis Ada korelasi antara
Intan Pengetahuan dengan pendekatan pengetahuan tentang
Puspitasari tentang teknik cross sectional. teknik menyusui yang
(2017) menyusui yang benar dan perilaku
benar dengan menyusui.
perilaku menyusui
pada ibu nifas.
9. Siti faridah Perbedaan Studi deskriptif Terdapat perbedaan
(2017) Pengetahuan teknik dengan accidental yang signifikan
menyusui sebelum sampling perbedaan
dan sesudah pengetahuan tentang
penyuluhan teknik menyusui
dengan benar.
10. Maskanah, siti Hubungan Korelasi Ada hubungan anatar
(2016) pengetahuan ibu pengetahuan ibu
tentang cara tentang cara menyusui
menyusui yang yang benar dengan
benar dengan perilaku menyusui
perilaku menyusui
KESIMPULAN

Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempenagruhi produksi ASI, bila teknik
menyusui tidak benar dapat menyebabkan puting lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui
bayinya. Bila bayi jrang menyusu maka akan berkabiat yang kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpenagruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya (Maskanah, 2012). Dari hasil
penelitian dalam pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka ada hubungan pengetahuan
dengan teknik meyusui dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai