Anda di halaman 1dari 25

UJIAN KASUS HOME CARE

TEKNIK LATIHAN YOGA PADA PRENATAL UNTUK MENGURANGI KECEMASAN


DAN MEMPERCEPAT PROSES PERSALINAN PADA TRIMESTER KE 3

Dosen pembimbing:

Ety Nurhayati.,S.Kp.,M.Kep Ns. Sp. Kep. Mat

Disusun Oleh :

Fitriani Zainuddin

20190305025

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA BARAT

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut Federasi Obstetri Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi

atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke

27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40) (Prawirohardjo,

2010).

Permasalahan pada trimester tiga yang timbul antara lain nyeri punggung bawah,

penurunan jumlah tidur (insomnia), pegal-pegal, letih, sesak nafas, mudah emosi, rasa

khawatir, kecemasan, sering buang air kecil, gelisah, tidak mampu memusatkan

perhatian dan ragu-ragu (Shindu, 2014).

Di Indonesia terdapat 373.000 ibu hamil, yang mengalami kecemasan dalam

menghadapi persalinan sebanyak 107.000 orang (28.7%). Seluruh populasi di pulau

Jawa terdapat 67.976 ibu hamil. Sedangkan yang mengalami kecemasan dalam

menghadapi persalinan 35.587 orang (52,3 %) (Depkes, 2008).

Menurut Shindu (2014), periode trimester ketiga (27-40 minggu) ini, kecemasan

menjelang persalinan ibu hamil akan muncul. Pertanyaan dan bayangan apakah dapat

melahirkan normal, cara mengejan, apakah akan terjadi sesuatu saat melahirkan, atau

apakah bayi lahir selamat, akan semakin sering muncul dalam benak ibu hamil. Pada

usia kandungan tujuh bulan ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan
intensif seiring dengan mendekatnya kelahiran bayi. Ibu hamil tidak jarang memiliki

pikiran yang mengganggu. Sebagai pengembangan reaksi kecemasan terhadap cerita

yang diperolehnya.

Semua orang selalu mengatakan bahwa melahirkan itu sakit sekali. Oleh karena itu,

muncul ketakutan-ketakutan pada ibu hamil pertama yang belum memiliki

pengalaman bersalin. Adanya pikiran-pikiran seperti melahirkan yang akan selalu

diikuti dengan nyeri kemudian akan menyebabkan peningkatan kerja sistem syaraf

simpatik. Dalam situasi ini, sistem endokrin, terdiri dari kelenjar- kelenjar, seperti

adrenal, tiroid, dan pituitari (pusat pengendalian kelenjar), melepaskan pengeluaran

hormon masing-masing ke aliran darah dalam rangka mempersiapkan badan pada

situasi darurat. Akibatnya, sistem syaraf otonom mengaktifkan kelenjar adrenal yang

mempengaruhi sistem pada hormon epinefrin (Wulandari, 2006).

Hormon yang juga dikenal sebagai hormon adrenalin ini memberi tenaga pada

individu serta mempersiapkan secara fisik dan psikis. Adanya peningkatan hormon

adrenalin dan noradrenalin atau epinefrin dan norepinefrin menimbulkan disregulasi

biokimia tubuh, sehingga muncul ketegangan fisik pada diri ibu hamil (Wulandari,

2006).

Pada ibu hamil trimester III ada beberapa tanda atau respon cemas yang ditimbulkan

berupa : Respon fisiologis individu terhadap kecemasan (Kardiovaskuler, Pernafasan,

Neuromuskuler, Gastrointestinal, Traktus urinarius, Kulit), respon perilaku, kognitif

dan respon afektif (Robin, 2015).

Faktor penyebab dari kecemasan tersebut meliputi faktor predisposisi (Teori

Psikoanalitis, Teori interpersonal, Teori Perilaku, Teori Keluarga, Teori Biologis),


Faktor Presipitasi (Ancaman terhadap integritas fisik, Ancaman terhadap sistem diri)

(Robin, 2015).

Dampak dari proses fisiologis ini dapat timbul pada perilaku sehari-hari. Ibu hamil

menjadi mudah marah atau tersinggung, gelisah, tidak mampu memusatkan perhatian,

ragu-ragu, bahkan kemungkinan ingin lari dari kenyataan hidup. Pada gilirannya,

kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan dan ketegangan lebih lanjut sehingga

membentuk suatu siklus umpan balik yang dapat meningkatkan intensitas emosional

secara keseluruhan. Untuk memutuskan siklus kecemasan tersebut ada beberapa cara

yang dapat dilakukan yaitu latihan fisik seperti: senam hamil, senam yoga, senam

pilates, metode hypnobirthing, teknik olah nafas, dan meditasi (Aprilia and

Ritchmond, 2011).

Latihan fisik yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan prenatal trimester

tiga salah satunya adalah senam yoga. Senam yoga memiliki beberapa metode latihan,

salah satunya adalah pendekatan metode latihan yoga yang sangat baik untuk ibu

hamil sebab dapat meringankan pegal–pegal dan meredam emosi yang tidak stabil

(Krisnadi, 2010).

Kondisi psikis ibu hamil primigravida akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu yang mengalami kecemasan akan

berdampak negatif pula terhadap kesehatan dan keselamatan janin dan ibu yang

mengandungnya. Oleh karena itu, ketika ibu menjalani masa kehamilan sampai

menjelang persalinan, membutuhkan ketenangan agar tidak mengalami

kecemasan berlebih, sehingga proses persalinan menjadi lancar (Aprilia and

Ritchmond, 2011).
Berlatih senam yoga pada masa ini merupakan solusi self help yang menunjang

proses kehamilan, kelahiran dan bahkan pengasuhan anak yang dapat dilakukan

dengan kelas antenatal, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kehamilan,

persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir (Depkes, 2010).

Yoga bukanlah sekedar menggerakkan atau bahkan melipat–lipat tubuh, tetapi

yoga adalah sebuah filosofi saat pola pikiran sehari–hari kita, beserta seluruh

keinginan, rasa khawatir, rasa takut, dan kebingungan yang kita miliki akhirnya

dapat beristirahat. Yoga merupakan cara untuk mengatakan bahwa pada saat kita

menyatu dengan diri sejati kita, kita akan mulai mengerti siapa diri kita dan

tujuan keberadaan kita. Relaksasi yang dihasilkan dari latihan yoga dapat

membuat ibu hamil menjalani hari–harinya dengan tenang, juga mampu

mengurangi rasa takut akan proses persalinan. Senam yoga ini sangat diperlukan

karena saat menghadapi persalinan ibu biasanya dilanda kecemasan dan panik

(Aprilia and Rithmond, 2011).

Alternatif terapi yang di butuhkan dalam kehamilan menurut Perry, dkk,

(2010) adalah pemijatan dan terapi energi seperti massage, acupressure,

therapeutic touch, dan healing touch, dan mind body healing seperti imagery,

meditasi/yoga, berdo’a, refleksi, biofeedback. Bila dicermati lebih lanjut,

sebenarnya dalam gerakan senam yoga terkandung efek relaksasi yang dapat

menstabilkan emosi ibu hamil. Dari tiga komponen inti (latihan pernafasan,

latihan penguatan dan peregangan otot, serta latihan relaksasi), ada beberapa

jenis relaksasi yang diterapkan dalam senam yoga, yaitu relaksasi pernafasan dan

otot atau progresif. Bila ibu hamil melakukan latihan tersebut dengan benar,
akan terasa efek relaksasi pada diri ibu hamil yang akan berguna untuk

mengatasi tekanan atau ketegangan yang ia rasakan selama masa kehamilan

berlangsung.
BAB 11

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP HOME CARE

 PENGERTIAN

Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care


adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif
yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
akibat dari penyakit.

Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang


direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf yang
diatur berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan Mc
Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan
kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang
yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi
kesehatannya.

Home care pada maternitas adalah fasilitas utama kesehatan yang bukan


merupakan bagian dari sebuah rumah sakit, yang yang menyediakan layanan
antenatal komprehensif, intrapartum, dan layanan pascakelahiran untuk
wanita dengan kehamilan tanpa komplikasi. Fasilitas ini harus ditempatkan
berdekatan dan berhubungan dengan rumah sakit yang dapat mengelola
kedaan darurat obstetrik dan neonatal.

 Tujuan home care


Tujuan umum dari pelayanan home care adalah untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan
meminimalkan akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan individu
secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara komprehensif dan
berkesinambungan sedangkan tujuan khusus dari pelayanan home care
adalah: meningkatkan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,
mengurangi frekuensi hospitalisasi, meningkatkan efisiensi waktu, biaya,
tenaga, dan pikiran.

 Manfaat pelayanan home care


Berbagai keuntungan dari pelayanan home care bagi klien menurut
Setyawati (2004) antara lain:
1)      Pelayanan akan lebih sempurna, holistik dan komprehensif
2)      Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan di bawah
naungan legal dan etik keperawatan
3)      Kebutuhan klien akan dapat terpenuhi sehingga klien akan lebih
nyaman dan puas dengan asuhan keperawatan yang professional

 Ruang lingkup pelayanan home care


Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home
care adalah: pelayanan medik; pelayanan dan asuhan keperawatan;
pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik; pelayanan
rehabilitasi medik dan keterapian fisik; pelayanan informasi dan rujukan;
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kesehatan; higiene dan sanitasi
perorangan serta lingkungan; pelayanan perbantuan untuk kegiatan sosial.

 Bentuk pelayanan home care


Berbagai bentuk pelayanan home care yang dapat dilakukan di rumah.
Tindakan tersebut antara lain: pengukuran tanda-tanda vital; pemasangan
atau penggantian selang lambung (NGT); pemasangan atau penggantian
kateter; pemasangan atau penggantian tube pernafasan; perawatan luka
dekubitus atau ulcer dan jenis luka lainnya; penghisapan lendir dengan atau
tanpa mesin; pemasangan peralatan oksigen; penyuntikan (IM, IV, Sub
kutan); pemasangan atau penggantian infus; pengambilan preparat
laboratorium (urin, darah, tinja, dll); pemberian huknah; perawatan
kebersihan diri (mandi, keramas, dll); latihan atau exercise, fisioterapi,
terapi wicara, dan pelayanan terapi lainnya; transportasi klien; pendidikan,
pelatihan, dan penyuluhan perawatan kesehatan; konseling pada kasus-kasus
khusus; konsultasi melalui telepon; memfasilitasi untuk konsultasi ke
dokter; menyiapkan menu makanan; menyiapkan dan membersihkan tempat
tidur; memfasilitasi terhadap kegiatan sosial atau mendampingi;
memfasilitasi perbaikan sarana atau kondisi kamar atau rumah.

 Pemberi pelayanan home care


Pelayanan kesehatan ini diberikan oleh para professional yang tergabung
dalam tim home care. Menurut Setyawati (2004) tim home care tersebut
antara lain:
1)      Kelompok profesional kesehatan, termasuk di dalamya adalah ners
atau perawat profesional, dokter, fisioterapis, ahli terapi kerja, ahli terapi
wicara, ahli gizi, ahli radiologi, laboratorium, dan psikolog.
2)      Kelompok profesional non kesehatan, yaitu pegawai sosial dan
rohaniawan atau ahli agama.
3)      Kelompok non profesional, yaitu nurse assistant yang bertugas
sebagai pembantu yang menunggu untuk melayani kebutuhan atau aktivitas
sehari-hari dari klien. Kelompok ini bekerja di bawah pengawasan dan
petunjuk dari perawat.

Sedangkan menurut Allender (1997) pemberi pelayanan dalam home health


care meliputi: 1) pelayanan keperawatan dapat diberikan oleh registered
nurse, perawat vokasional, pembantu dalam home health yang disupervisi
oleh perawat; 2) suplemental therapiest meliputi terapi fisik, terapi wicara,
terapi okupasional, dan terapi rekreasi; 3) pelayanan pekerja sosial.
 Keuntungan Homecare Maternitas
 Biaya lebih murah
 Resiko infeksi nosokomial rendah
 Peningkatan keterlibatan keluarga
  Memberikan pelayanan reproduksi yang komprehensif, berkualitas,
dan berkesinambungan.

 Kondisi Perawatan yang Memerlukan Tindakan Homecare


Beberapa perawatan yang memerlukan tindakan homecare adalah :
 Prenatal
Childbirth and parenting education, antenatal care, senam hamil, dan
antenatal education (deteksi kesejahteraan janin), dan lain-lain.
 Intranatal: homebirth
 Postnatal: early discharge follow up, maternal assessment, senam
nifas, postnatal education
 Neonatus: perawatan bayi baru lahir (memandikan, memberi makan,
massage), follow-up-post-operative or post-hospitalization follow-
up, resusitasi neonatus.
  Gangguan reproduktif: kanker serviks, mamae, dan lain-lain
 Kontrasepsi, dan lain-lain.

 Contoh Homecare yang Bisa Diberikan Pada Perawatan Maternitas


Dalam hal ini perawat hanya berwenang memberikan perawatan homecare
setelah pasien tersebut memasuki masa post partum atau setelah
melahirkan. Masa nifas (puerperium) menurut Sarwono Prawirohardjo
adalah dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan semula atau sebelum hamil, yang berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. Masa nifas menurut Rustam Mochtar adalah
masa pulih kembali yang dimulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil yang lamanya 6-8 minggu. Definisi
lain masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Menurut
Hanifah Wiknjosastro, masa nifas adalah dimulai setelah persalian selesai
dan berakhir setelah 6 minggu. Bahaya terbesar yang biasanya terjadi pada
masa nifas adalah hemoragie atau perdarahan. Oleh karena itu, pengkajian
tanda vital, syok hipovolemik, tinggi fundus uteri (untuk
mengetahui intensitas kontraksi), distensi uteri, sifat dan jumlah lokhea,
hemostasis perineum, ketidaknyamanan, bonding attachment dan status
emosional sangat penting dilakukan untuk mengurangi bahaya masa
nifas. Selain perdarahan, ada juga bahaya lain yang mengancam ibu, yaitu
infeksi pada masa nifas. Intervensi terhadap gangguan ini difokuskan untuk
mencegah infeksi dan meningkatkan proses penyembuhan dengan
perawatan asepsis, kebersihan diri, perawatan perineum,
perawatan hemorargie, peningkatan eliminasi, pengkajian terhadap involusi
uteri, lokhea, episiotomy dan after pain. Perawat juga mengajarkan tentang
perawatan payudara dan teknik menyusui. Perawat juga member informasi
tentang aktivitas, istirahat, latihan, makanan, cairan, perawatan kulit,
hubungan seksual, fisiologi pasca partum, pelayanan kesehatan ibu, tanda-
tanda bahaya dan kunjungan ulang 6 minggu pasca partum.

 Hal – hal yang harus diketahui ibu selama menjalani masa nifas di rumah :
 Aktivitas
Aktivitas yang cukup beralasan sangat dianjurkan untuk dilakukan.
Tidur siang harus dilakukan untuk memulihkan tenaga ibu.
 Higiene personal
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi. Mandi
setiap hari sangat dianjurkan , setelah ibu cukup kuat beraktifitas
untuk melaukan hygiene personal. Hygine personal dilakukan untuk
mengurangi ketidaknyamanan pada ibu, misalnya mengganti
pembalut.
 Hubungan seksual.
Hubungan seksual tidak boleh dilakuakn segera karena involusi uteri
belum kembali normal dan kemungkinan luka episiotomy belum
pulih. 70% wanita melakukan hubungan seksual pada minggu ke -8
pasca partum. Banyak ibu yang masih takut untuk melakukan
hubungan seksual karena trauma persalian atau ibu takut terjadi
perdarahan. Lebih dari 90% primipara mengungkapkan bahwa
mereka mulai aktif melakukan hubungan seksual pada minggu ke-8
pascapartum. Wanita dianjurkan untuk menyusui bayinya karena
dengan menyusui akan menekan produksi estertogen yang tentu akan
berpengaruh pada pemulihan alat- alat kandungan. Beri ibu
konseling tengtang hubungan seksual setelah persalian, yakni ibu
tidak perlu takut untuk melakukan hubungan seksual setalah 6
minggu pascapartum.
 Istirahat
Setelah bayi lahir, kebanyakan wanita sangat emosional dan merasa
letih. Umumnya mereka tertidur sejenak. Ketika bangun, ia sangat
ingin melihat dan menggendong bayinya. Ibu dapatn bangkit dari
tempat tidur, tetapi banyak wanita lebih suka di tempat tidurselama
24 jam pertama dan menikmati istirahatnya. Setelah itu, sebaiknya ia
bangkit dan berjalan untuk meningkatkan otot-ototnya,
meningkatkan aliran darah, dan mempercepat pengeringan lochea.
 Lochea
Lochea adalah darah yang dibuang dari rahim yang telah mengerut
kembali ke ukuran semula. Pada saat hamil rahim melindungi janin
dari lingkungan luar, menyediakan gizi melalui plasenta, dan
akhirnya dengan kontraksi ototnya mengeluarkan bayi ke dunia.
Lochea terdiri dari darah tempat plasenta menempel dan luruhan
dinding rahim yang berkembang sangat besar selama kehamilan.
Dalam 5 hari pertama setelah kelahiran, lochea sebagian besar terdiri
dari darah sehingga berwarna merah. Lima sampai 10 hari
berikutnya warnanya menjadi coklat kemerahan karena jumlah darah
yang hilanglebih sedikit dan lebih banyak luruhan dinding rahim
yang dikeluarkan. Pada hari ke-12, warnanya pucat kekuningan atau
putih, luruhan ini mungkin berlanjut dengan jumlah bervariasi
selama 6 minggu. Biasanya, luruhan ini akan berhenti pada akhir
minggu ke-3. Lama lochea merah bervariasi, kadang-kadang masih
berlanjut 10 hari atau lebih, atau lochea merah mungkin muncul
pada minggu berikutnya.
 After pain
Jika perineum robek atau dilakukan episiotomi saat melahirkan, Ibu
akan merasakan sakit diperineum yang mungkin berlanjut sampai
beberapa minggu atau beberapa bulan. jika pasien mengalami
sembelit dan merasa kurang nyaman, sebaiknya meminta pegobatan.
Biasanya obat pencahar ringan atau obat pencahar supositoria
(seperti Bisacodyl) diberikan. Ambeien sering terjadi selama
kehamilan, kadang juga terjadi selama persalinan. Pada beberapa
wanita, menyebabkan rasa tidak nyaman. Pengobatannya
menggunakan salep penahan rasa sakit dan berusaha mendorongnya
ke dalam lubang anus setelah membuang kotoran.
 Sakit punggung
Sakit punggung tampaknya sangat lazim pada wanita yang memakai
obat bius epidural atau menjalani tahap kedua persalinan yang
panjang. Beberapa wanita juga melaporkan sakit di leher atau di
bahu. Sakit punggung ini terjadi selama beberapa minggu atau
beberapa bulan setelah melahirkan.
 Eliminasi
Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, kadang-kadang Ibu
merasa susah berkemih karena robekan selama melahirkan pada
jaringan vagina dan jaringan di sekeliling kandung kemih. Periksa
dini di rumah sakit akan membantu masalah ini. beberapa wanita
mengalami kesulitan menahan keluarnya urine sehingga selalu basah
dalam beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan.
 Depresi pascapartum
Antara 8-12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang
tua dan menjadi sangat tertekan dan mencari bantuan dokter. Wanita
yang lain berusaha melanjutkan hidupnya. Depresi yang terdeteksi
secara klinis biasanya muncul pada 6-12 minggu pertama setelah
kelahira, tetapi mungkin tidak akan diketahui sampai jauh setelah
itu. Karena alasan ini, dokter meminta Ibu untuk mengisi sebuah
kuosionerpendek (Skala depresi Postpartum Edinburg) dalam
kunjungan dokter setelah melahirkan. selain itu, dokter akan
mengajukan pertanyaan untuk mengetahui apakah Ibu ada
kecenderungan mengalami depresi.
 Kontrasepsi
Pemberian ASI berarti memberi susu dari payudara Ibu secara
teratur. Dengan demikian ibu akan terlindung terhadapa kehamilan
dan tidek perlu menggunakan kontrsepsi. jika Ibu memilih
menggunakan mengganti ASI, resiko kehamilan terjadi 6 minggu
setelah melahirkan. Karena itu, sebaiknya bicarakan dengan dokter
tentang kontrasepsi paga kunjungan minggu ke-6.

B. KONSEP PRENATAL
 Masa prenatal dimulai pada saat terjadinya proses konsepsi, yakni:
pertemuan antara sperma dan ovum hingga berakhir pada saat bayi
dilahirkan. Masa ini pada umumnya berlangsung selama 9 bulan kalender
atau sekitar 280 hari sebelum lahir. Dilihat dari segi waktunya, periode
prenatal ini merupakan periode perkembangan manusia yang paling singkat,
tetapi justru pada periode inilah dipandang terjadi perkembangan yang
sangat cepat dalam diri individu (Ani Endriani, 2011).
 Ciri-ciri / Karakteristik Masa Prenatal
Menurut Hurlock, meskipun relatif singkat, periode prenatal mempunyai 6
ciri-ciri penting yang berpengaruh selama rentang kehidupan, yaitu :
 Terjadi pembauran sifat-sifat yang diturunkan oleh kedua orang tua
janin.
 Adanya pengaruh kondisi-kondisi dalam tubuh ibu yang akan
menunjang perkembangan sifat bawaan dan perkembangannya.
 Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada
saat pembuahan dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak akan
mempengaruhinya, sama halnya dengan pembuahan.
 Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi
selama periode prenatal dibandingkan dengan periode lainnya dalam
seluruh kehidupan individu.
 Masa prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya
baik fisik maupun psikis.
 Periode prenatal merupakan saat dimana orang-orang banyak
membentuk sikap-sikap yang baru diciptakan.

 Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan


prenatal:
 Kesehatan ibu
 Gizi ibu
 Pemakaian bahan-bahan kimia yang digunakan ibu
 Keadaan dan keteganag emosi ibu
 Usia ibu

 beberapa ciri-ciri penting masa kehamilan :


 Payudara bengkak dan lembut
 Perubahan bentuk tubuh
 Intensitas buang air kecil semakin bertambah
 Mudah lelah
 Mual dan muntah (Morning sickness)
 Terlambat haid
 Perubahan mood
 Munculnya bercak darah atau flek
 Kram perut
 Pusing
 Sembelit
 Sering meludah
 Naiknya temperatur suhu tubuh
 Sakit punggung
 Ngidam atau menolak makanan tertentu
 Sensitif pada bau
 Gejalah PMS (perut kembung,sakit pinggang, nyeri pada payudara)
 Positif tes kehamilan
 Ada janin yang berkembang di dalam rahi
C. YOGA PRE NATAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Yoga Prenatal

PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN: NO. REVISI: HALAMAN:

TANGGAL TERBIT: DITETAPKAN OLEH :

1. ` Pengertian Prenatal yoga (yoga selama kehamilan) merupakan salah satu jenis
modifikasi dari hatha yoga yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil
yang memadukan antara gerakan yang menghubungkan pernafasan,
relaksasi, dan struktur gerakan yang pelan dan lembut , orang akan
merasakan kenyamanan dan rasa nyeri akan berkurang

2. Tujuan 1. Meningkatkan stamina tubuh saat hamil


2. Melancarkan sirkulasi darah dan oksigen ke janin
3. mengatasi sakit punggung dan pinggang, sembelit, saluran urin
yang lemah, pegal-pegal, dan bengkak pada sendi.
4. melatih otot dasar panggul agar lebih kuat dan elastis, sehingga
mempermudah proses kelahiran.
5. mengurangi kecemasan dan mempersiapkan mental ibu
menghadapi persalinan
6. mempermudah proses persalinan. yoga mengajarkan teknik
penguasaan tubuh yang baik. mampu mengenali ketegangan yang
datang dengan menjaga tubuh tetap rileks, menjaga nafas tetap
dalam, membuat otot lebih lemas sehingga mempermudah proses
persalinan.
7. menjalin komunikasi antara ibu dan janin
8. mempercepat pemulihan fisik dan mengatasi depresi pra persalinan
3. Indikasi Ibu hamil trimester 2 dan 3
4. Kontraindikasi a. Klien preeklamsia
b. Placenta previa
c. Cervix incompetent
d. Hipertensi
e. Riwayat perdarahan/keguguran berulang pada kehamilan
sebelumnya
5. Persiapan pasien a. Gunakan pakaian termasuk bra yang pas (tidak sempit maupun
longgar) serta berbahan katun agar menyerap keringat
b. Tanpa alas kaki
c. Klien tidak sedang kekenyangan, setidaknya berlatih 2 jam setelah
makan berat atau 1 jam setelah makan ringan
d. Perbanyak minum air putih, sebelum, selama dan setelah latihan
6. Persiapan alat a. Pakaian olahraga (sopan dan rapi)
b. Siapkan matras anti-slip agar tidak terpleset
c. Gunakan alat bantu yang mudah ditemui, seperti bantal, selimut
d. Video atau musik yang membuat klien lebih merasa rileks
7. Cara kerja Orientasi
1. Berikan salam, perkenalkan nama perawat
2. Panggil klien dengan nama kesukaan
3. Jelaskan prosedur, tujuan dan lamanya kegiatan
4. Berikan kesempatan klien untuk bertanya.
Tahap kerja
1. Latihan dimulai dengan teknik pemanasan untuk menghangatkan
tubuh, meningkatkan kelenturan otot dan sendi, serta menghindari
risiko cedera otot dan ligamen, gerakan posisi tangan
Gomukhasana-Garudasana, putaran sufi dan postur beristirahat
miring.
2. Latihan dapat dilakukan kurang lebih 3 kali dalam seminggu
Teknik pemanasan
1. Duduk dengan kedua lutut ditekuk kedalam dan tangan berada
diatas paha.
2. Merentangkan leher kebelakang-depan, menoleh ke kiri-kanan
dan memutar leher masing-masing 8 kali hitungan.
3. Memutar sendi bahu, siku dan pergelangan tangan masing-masing
8 kali hitungan.
4. Merentangkan tubuh ke samping dan memutar ringan tulang
punggung masing-masing 5 kali hitungan
5. Meluruskan kaki, merenggangkan panggul selebar 15⁰-20⁰,
merentangkan lutut, memutar pergelangan kaki selama 8 kali
hitungan dan merentangkan jari-jari kaki selama 15-30 detik.
Gerakan posisi tangan Gomukhasana-Garudasana
1. Setelah melakukan pemanasan, duduk tegak dengan kaki bersila.
Tarik nafas, rentangkan tangan kiri keatas. Buang nafas. Tekuk
siku kiri dan letakkan telapak tangan kiri pada punggung diantara
kedua belikat.
2. Letakkan telapak tangan pada siku kiri. Tarik nafas, panjangkan
tulang punggung. Buang nafas, tarik siku kiri ke arah kanan
selama 15 detik.
Gerakan Putaran Sufi
1. Duduk dengan kedua lutut ditekuk dan telapak kaki ditempelkan.
Letakkan kedua tangan pada lutut.
2. Condongkan tubuh kedepan namun jaga agar tidak
membungkuk.
3. Perlahan, gerakkan tubuh berputar membuat lingkaran besar.
Lakukan sebanyak 5-10 putaran lalu ganti arah.
4. Lakukan sambil bernafas dalam dan perlahan. Luruskan kaki dan
gerak-gerakkan otot kaki.
Postur Beristirahat Miring
1. Posisi tidur miring ke samping kiri.
2. Tekuk lutut kanan dan sangga lutut dengan bantal serta biarkan
kaki kiri lurus.
3. Istirahatkan kepala posisi miring ke kiri dan sangga dengan
bantal.
4. Letakkan tangan kanan diatas perut, lengan kiri di alas. Lakukan
sambil bernafas dalam.
Terminasi
1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
8. Hasil a. Merilekskan tubuh dan pikiran
b. Menurunkan kecemasan, ketegangan kelelahan
c. Meningkatkan kecepatan dan kelenturan tubuh
BAB III
PEMBAHASAN

10 JURNAL TERKAI DENGAN YOGA PADA ANTENATAL CARE

1. Judul : Pengaruh yoga antennal terhadap pengurangan keluhan ibu hamil trimester 3
https://media.neliti.com/media/publications/181691-ID-pengaruh-yoga-antenatal-
terhadap-pengura.pdf
penelitian ini dilakukan dengan mengkaji keluhan ibu hamil trimester III sebelum dan
sesudah dilakukan yoga antenatal.
Dalam jurnal dibahas tentang yoga yang dilakukan oleh ibu hamil secara teratur
ternyata banyak manfaatnya bagi ibu dan janin diantaranya meningkatkan berat badan
janin saat dilahirkan, mengurangi terjadinya kelahiran premature dan berbagai
komplikasi kehamilan.
Secara psikologis yoga dapat mengurangi rasa panic dan akhirnya kecemasan
berkuran, ketenangan psikologis ini menyebabkan pikiran ibu menjadi fresh dan rasa
cemas terhadap kehamilan, menjelang persalinan dan cemas akibat masalah
pribadidapat berkurang
Rata-rata keluhan ibu hamil pada pengukuran sebelum dilakukan yoga antenatal
adalah 12,78 dengan standar deviasi2,210. Pada pengukuran setelah dilakukan yoga
antenatal didapatkan rata-rata keluahna pada ibu hamil12,19 denagn standar deviasi
2,912 terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran antara sbelum dan sesudah
adalah0,59 denag standar deviasi1.103 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara keluhan ibu hamil sebelum dilakukan yoga dan antenatal dan
sesudah dilakukan yoga antenatal
Berdasarkan hasil penelitian keluhan ibu hamil mengurangi pengurangan adalah
punggung pegel, posisi tidur tidak nyaman dan insomnia, kontraksi keram kaki dan
cemas.

2. Pengaruh prenatal yoga terhadap tingkat stress pada ibu primigravida trimester III
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkk/article/download/3785/2791
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh prenatal yoga terhadap tingkat
stress pada ibu primigravida trimester III.
Stres yang dialami oleh ibu hamil pada trimester I adalah stres yang normal terjadi,
dan akan bertambah dua kali lipat pada trimester II dan III. Ibu hamil yang menderita
stres saat kehamilan memasuki usia trimester III akan mengalami peningkatan resiko
kelainan bawaan berupa kegagalan penutupan celah palatum, resiko operasi sectio
caesaria, persalinan dengan alat, kelahiran prematur, melahirkan bayi dengan berat
badan lahirrendah (BBLR) dan dalam jangka panjang berkaitan dengan gangguan
perilaku emosi anak
Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah latihan fisik, sebab
berpengaruh positif terhadap janin, kehamilan, berat lahir dan kesehatan maternal
serta mengurangi komplikasi persalinan seperti persalinan yang lama dan
menurunkan tingkat nyeri. Alternatif terapi yang dibutuhkan dalam kehamilan
menurut Perry, et al. (2010) adalah pemijatan dan terapi energi seperti massage,
acupressure, therapeutic touch dan healing touch dan mind body healing seperti
imagery, meditasi/yoga, berdo’a, refleksi, biofeedback
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu primigravida trimester III yang datang ke
Puskesmas Cimahi Utarayang terhitung dari bulan Januari sampai dengan Maret
tahun 2015 berjumlah 18 ibu hamil
Hasil penelitian yang didapatkan menjelaskan bahwa prenatal yoga dapat
menurunkan tingkat stres ibu hamil primigravida setelah dibandingkan antara tingkat
stres sebelum dilakukan prenatal yoga yaitu sebesar 22,47, dengan setelah prenatal
yoga yaitu sebesar 12,18. Terdapat penurunan yang bermakna tingkat stres sebesar
10,29 pada ibu hamil primigravida setelah diberikan prenatal yoga 2x seminggu
selama 2 minggu

3. Pengaruh kombinasi prenatal yoga dan senam hamil terhadap tingkat kecemasan dan
lama persalianan kala 1 pada ibu hamil trimester III
http://jurnal.unw.ac.id:1254/index.php/ijm/article/download/271/247
Populasi dalam penelitian berjumlah 30 ibu hamil TM III yang terbagi menjadi 2
kelompok, 15 ibu hamil TM III dengan perlakuan dan 15 ibu hamil TM III sebagai
kontrol. Hasil penelitian pada analisa univariat didapatkan lama persalinan kala I pada
kelompok experimen dan kontrol didapatkan hasil bahwa rata-rata lama persalinan
kala I pada kelompok eksperimen (yang melakukan prenatal yoga dan senam hamil)
yaitu 3,7 jam dan pada kelompok kontrol yaitu rata-rata yaitu 5,9 jam. Hasil
penelitian gambaran tingkat kecemasan pada kelompok eksperimen dan kontrol
didapatkan hasil rata-rata skor kecemasan 21,7, sedangkan kontrol 32,2. Analisa
bivariat kombinasi prenatal yoga dan senam hamil terhadap lama persalinan kala I
menggunakan uji T-Test Independent karena berdistribusi normal. Artinya terdapat
pengaruh kombinasi prenatal yoga dan senam hamil terhadap kecemasan pada ibu
hamil Trimester yang menghadapi persalinan. Analisis pengaruh prenatal yoga dan
senam hamil terhadap kecemasan pada ibu hamil TM III dalam menghadapi proses
persalinan menggunakan menggunakan uji T-Test Independent karena data
berdistribusi normal. Artinya terdapat pengaruh kombinasi prenatal yoga dan senam
hamil terhadap kecemasan pada ibu hamil Trimester yang menghadapi persalinan

4. Hubungan antara senam yoga dengan tingkat kecemasan dalam neghadapi persalinan
pada primigravida
https://core.ac.uk/download/pdf/235014806.pdf
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara senam yoga dengan
tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan pada primigravida.
Subjek penelitian yaitu primigravida Trimester III yang melakukan senam yoga dan
tidak melakukan senam yoga di Puskesmas Rami Kota Pematangsiantar
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik ibu (usia dan pekerjaan)
dengan senam yoga pda primigravida. Sedangkan pendidikan tidak memiliki
hubungan yang bermakna dengan senam hamil pada primigravida.
2. Terdapat hubungan yang kuat antara tingkat kecemasan dalam menghadapi
persalinan antara yang melakukan dan tidak melakukan senam yoga pada
primigravida

5. Pengaruh senam prenatal yoga terhadap penurunan kecemasan ibu hamil trimester III
https://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/download/5554/pdf/17101
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh senam prenatal yoga
terhadap penurunan kecemasan ibu hamil trimester III di Puskesmas Pattingalloang
dan Puskesmas Tamalate Kota Makassar.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 120 ibu hamil yang dibagi atas 2 grup, yaitu
grup I (kelompok intervensi) sebanyak 60 ibu hamil dan grup II (kelompok kontrol)
sebanyak 60 ibu hamil
Senam prenatal yoga sangat berperan penting dalam menurunkan tingkat kecemasan
ibu hamil yang memasuki masa kehamilan trimester ketiga. Penelitian ini
membuktikan bahwa pada awal penelitian banyak ibu hamil mengalami kecemasan
sedang yaitu 50,0% pada kelompok intervensi dan 40,0% pada kelompok kontrol.
Setelah dilakukan intervensi sebanyak dua kali untuk setiap ibu hamil terjadi
perubahan besar pada tingkat kecemasan untuk kelompok intervensi terjadi perbedaan
penurunan skor rerata yang signifikan (p=0,000) sedangkan untuk kelompok kontrol
perbedaan skor rerata tidak signifikan (p=0,162). Hasil analisis dengan Mann
Whitney U Test menunjukkan hasil yang signifikan (p=0,000) antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol pada akhir penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa
senam yoga pada fase prenatal berpengaruh terhadap turunnya rasa cemas ibu hamil
trimester ketiga di Puskesmas Pattingalloang dan Puskesmas Tamalate. Huberty
menyatakan bahwa aktivitas fisik berupa senam prenatal yoga dapat mengurangi
depresi ibu hamil yang berkaitan dengan kejadian kecemasan

6. Prenatal Yoga for Back Pain, Balance,and Maternal Wellness: A


Randomized,Controlled Pilot Study
https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/2164956119870984
melakukan uji coba terkontrol secara acak (RCT) percontohan untuk menilai kelayakan, keamanan,
dan kemampuan menerima intervensi yoga pranatal 12 minggu pada pasien dari pusat medis akademik
perkotaan di Amerika Serikat
Penelitian ini adalah uji klinis percontohan prospektif terkontrol secara acak dari wanita berusia 18
sampai 39 tahun dengan kehamilan tidak terselesaikan yang didanai oleh Osher Pilot Research Award
yang ditinjau secara eksternal. Subjek direkrut dari klinik Kebidanan dan Kandungan di
Beth Israel Deaconess Medical Center (BIDMC) selama April 2015 hingga Desember 2015

kelas yoga, yang mungkin telah berkontribusi pada persalinan yang lebih efisien. Peningkatan perasaan
akan kapasitas seseorang dan rasa aman yang dirasakan dalam kelompok yoga juga mencerminkan
kepercayaan diri dan kesejahteraan ibu secara keseluruhan. Salah satu mekanisme yang sering dikutip
dan mungkin dari praktik mindfulness yang melekat dalam yoga adalah peningkatan efikasi diri dan
penurunan reaktivitas emosi.
Kami tidak menemukan masalah keamanan dengan pendekatan yoga kami, karena peserta didorong
untuk mendengarkan tubuh mereka, mengubah pose sesuai kebutuhan, dan bersikap lembut dengan diri
sendiri. Saat uji coba kami awalnya dimulai, yoga belum menjadi aktivitas olahraga yang
direkomendasikan selama kehamilan menurut pedoman ACOG

Berdasarkan rekrutmen, kepatuhan, dan penerimaan yang diamati, intervensi yoga prenatal untuk
meningkatkan LBP kehamilan dan kesejahteraan ibu tampak layak dan aman. Dalam analisis
pendahuluan, kemampuan kami untuk mendeteksi perbedaan yang signifikan secara klinis dan statistik
antara kelompok dalam beberapa ukuran menginformasikan desain dan hasil pemilihan uji coba yoga
di masa mendatang dalam populasi ini. Analisis ini mendukung kemungkinan manfaat yoga prenatal
dalam mengurangi beban gejala kehamilan secara keseluruhan dan meningkatkan stabilitas langkah
wanita hamil. Diperlukan studi lebih lanjut tentang yoga prenatal yang menggunakan RCT yang lebih
besar dan bertenaga memadai

Anda mungkin juga menyukai