Disusun Oleh:
2017-2018
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu peristiwa yang cukup menyita perhatian masyarakat adalah kasus yang
membelit Prita Mulyasari, peristiwa ini terjadi pada 3 Juni 2009 hingga akhir Desember 2009
lalu. Kasus ini mengenai keluhan Prita sebagai pasien di RS. Omni Internasional melalui surat
elektronik (surel) kepada sahabatnya pada bulan Agustus 2008 ini ternyata mendapat tuntutan
baik perdata maupun pidana dari pihak RS. Omni Internasional ke PN Tangerang. Kepolisian
mengenakan Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP tentang pencemaran nama baik kepada Prita namun
saat kasusnya dilimpahkan ke Kejati Banten, dakwaannya ditambahkan dengan Pasal 27 UU No.
11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Dengan dasar itulah, Prita kemudian ditahan di Lapas Wanita Tangerang. Namun status
penahanan Prita Mulyasari diubah menjadi tahanan kota. Kasus penahanan yang menimpa Prita
Mulyasari memunculkan gelombang protes serta dukungan dari para blogger, praktisi hukum,
hingga para pejabat negara. Sampai tanggal 5 Juni 2009 dukungan terhadap Prita di Facebook
hampir mencapai 150.000 anggota, begitu pula dukungan melalui blog yang disampaikan para
blogger terus bertambah setiap harinya.
ISI
UU ITE sudah diterapkan, dan memakan korban. Kali ini terjadi pada seorang ibu rumah
tangga bernama Prita Mulyasari, mantan pasien RS. Omni Internasional. Saat dirawat, Prita
Mulyasari tidak mendapatkan kesembuhan malah penyakitnya bertambah parah. Pihak Rumah
Sakit tidak memberikan keterangan yang pasti mengenai penyakit serta rekam medis yang
diperlukan pasien. Kemudian Prita Mulyasari mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit tersebut
lewat surel yang kemudian menyebar ke berbagai mailing list di dunia maya. Akibatnya, pihak
RS. Omni Internasional berang dan marah, dan merasa dicemarkan.
Lalu RS. Omni International mengadukan Prita Mulyasari secara pidana. Sebelumnya
Prita Mulyasari sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata. Saat ini Kejari Tangerang
telah menahan Prita Mulyasari di Lapas Wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009 karena dijerat
pasal pencemaran nama baik dengan menggunakan UU ITE.
Banyak pihak yang menyayangkan penahanan Prita Mulyasari yang dijerat pasal UU
ITE, karena akan mengancam kebebasan berekspresi.
Kasus ini juga akan membawa dampak buruk dan membuat masyarakat takut
menyampaikan pendapat atau komentarnya di ranah dunia maya. Pasal 27 ayat 3 ini yang juga
sering disebut pasal karet, memiliki sanksi denda hingga Rp. 1 miliar dan penjara hingga enam
tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dunia maya mengubah wajah dunia, surel hingga Facebook menjadi sarana untuk
menciptakan masyarakat madani. Namun, di Indonesia, ibu muda bernama Prita Mulyasari justru
dipenjara karena curhat melalui surel. Prita adalah satu dari sekian juta orang Indonesia yang
memiliki kesadaran berinteraksi di dunia maya, namun justru menjerumuskan Prita ke Lapas
Wanita Tangerang. Dari kejadian ini kita patut untuk lebih berhati – hati dalam mengeluarkan
pendapat di media sosial maupun di internet. Sebaiknya jika terjadi masalah demikian, hal yang
kita lakukan terlebih dahulu adalah bertanya pada pihak yang bersangkutan, jangan sampai
mengeluarkan pendapat di internet, surel, maupun media sosial.
3.2. Saran
3.2.1. Kita perlu berhati-hati saat menulis keluhan di internet atau media lainnya karena celah
pada UU ITE bisa dimanfaatkan para pihak yang merasa meradang dengan apa yang kita tulis,
gunakan bahasa yang baik dan tidak terkesan menuduh pihak yang sedang kita bahas
3.2.2. UU ITE harus direvisi, setidaknya tidak boleh dipakai sebagai rujukan hingga nanti terbit
PP dan Permen/Kepmen Kominfo yang menjadi turunan hukumnya
DAFTAR PUSTAKA
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt586343ded838b/pro-dan-kontra-arah-kebijakan-uu-
ite-baru, diakses tanggal 23 September 2017
http://www.kompasiana.com/iskandarjet/kronologi-kasus-prita-
mulyasari_54fd5ee9a33311021750fb34, diakses tanggal 23 September 2017