Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skabies (Kudis) merupakan penyakit kulit menular yang


disebabkan infestasi dan sensitisasioleh parasite Sarcoptesscabiei var.
Hominis. Keluhan atau hasrat untuk menggaruk akan terasa karena
penderita mengalami gatal hebat dimalam hari. Pada penderita anak-anak,
rasa gatal yang hebat ini sampai menimbulkan gangguuan tidur. Rasa gatal
terutama dirasakan pada daerah celah atau lipatan tubuh misalnya ketiak,
sela-sela jari, selakangan dan lipatan tubuh lainnya.

Tahun 2014, World Health Organization (WHO) dilaporkan


sebanyak 130 juta orang didunia terinfeksi Skabies. Sedangkan menurut
Internasional Alliance for the Control Of Scabies (IACS) kasus skabies
bervariasi mulai dari 0,3% menjadi 46%. Beberapa negara yang sedang
berkembang kasus skabies sekitar 6% - 27% populasi umum, menyerang
semua ras dan kelompok umur serta cenderung tinggi pada anak-anak serta
remaja.

Penyakit Skabies paling mudah dijumpai di daerah beriklim tropis


salah satunya Indonesia. Berdasar data Depertemen kesehatan RI prevalansi
skabies di Indonesia menduduki peringkat tiga dari dua belas kasus
penyakit kulit. Pada tahun 2008 prevensi skabies mulai mengalami
penurunan sebesar 5,60% - 12,96%, tahun 2009 sebesar 4,9 %- 12,95%
dan pada tahun 2013 tercatat data skabies menjadi 3,9%- 6%. Berdasarkan
data tersebut, Indonesia belum terbebas dari penyakit skabies dan menjadi
salah satu penyakit menular walaupun ada penurunan prevalensi tiap
tahunnya. Hal ini, sesuai dengan penelitiaan yang dilakukan oleh Yunita et
al (2015), bahwa semakin panjang usia tungau maka akan menyebabkan
tungau makin mudah menular terhadap orang lain.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan


berbagai cara, preventif, kuratif dan rehabilitative, salah satunya dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran
yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Menurut Dinkes Provinsi Jatim ( 2007, dalam Efendi & Makhfudli 2009:
322) ), PHBS selain mempunyai tatanan sehat yang terdiri lima tatanan
diantaranya tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan sekolah,
tatanan tempat umum dan tatanan sarana kesehatan. Terdapat pula tatanan
PHBS yang lain yaitu tatanan Pondok Pesantren.
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas jumlah penduduk
muslim terbanyak di dunia, memiliki 14.798 pondok pesantren dengan
prevalensi skabies cukup tinggi. Prevalensi skabies sangat tinggi pada
hunian padat, kebersihan ( hygiene) buruk, dan sanitasi kurang seperti di
panti asuhan, pesantren, barak tentara, penjara . Penularan dapat secara
langsung melalui kontak fisik seperti berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan seksual. Sedangkan penularan tidak langsung bisa melalui
handuk, pakaian, sprei, selimut dan sarung bantal.
Menurut penelitian Kuspriyanto tahun 2002 di Pasuruan prevalensi
skabies di podok pesantren sebesar 70%. Hal tersebut bisa disebabkan
beberapa faktor diantaranya jumlah santri yang banyak dan kurangnya
pengetahuan tentang informasi kesehatan tentang upaya menjaga
kebersihan lingkungan pondok pesantren mengakibatkan prevalensi skabies
sangat tinggi. Selain itu sanitasi yang buruk dan kontak fisik dengan
penderita juga merupakan sumber penularan skabies. Kebiasaan sehari
santri melakukan hal-hal apapun tanpa sadar seperti berpakaian, handuk,
dan tempat tidur, yang dipakai bersama. Bahkan satu kamar mandi 2-3
santri, ada yang menceburkan diri dalam bak mandi kemudian airnya juga
untuk bersama.
Pencegahan prevalensi skabies di pesantren bisa dilakukan dengan
membiasakan hidup bersih dan berperilaku sehat. Perilaku sehat merupakan
aktivitas seseorang baik diamati maupun yang tidak diamati berkaitan
dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan ini
mencakup pencegahan dan perlindungan diri dari penyakit maupun
masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari
penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan, untuk
menciptakan pencegahan tersebut dibutuhkan pengetahuan tentang
kesehatan (Health Education ) pada santri agar santri mengetahui
berperilaku sehat yang baik (Notoatmodjo, 2010).
Selain memperhatikan perilaku sehat, setiap santri/individu
memperhatikan kebersihan (Hygiene) ialah suatu upaya atau tindakan untuk
menjaga/meningkatkan kebersihan dan kesehatan dengan melakukan
pemeliharaan dini terhadap semua individu dan faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Dengan tujuan agar setiap individu tidak terkena kuman
penyebab penyakit sehingga dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan
baik. Hygiene perorangan yang baik akan meminimalkan masuknya
mikroorganisme dan mencegah seseorang terkena penyakit. Salah satu
upaya mencegah skabies adalah merawat kebersihan kulit karena berfungsi
untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan
mengeluarkan kotoran, mengingat kulit penting sebagai pelindung organ
tubuh, maka kulit perlu dijaga kesehatannya.
Penanganan Skabies dapat dilakukan dengan memberikan terapi
tropikal pada kulit. Pengobatan tropikal yang direkomendasikan untuk
pengobatan skabies antara lain lindane 0,3-1%, lotiobenzil benzoate 10-
25%, sulfur 2-10%, sulfarium 25% dankrotamiton 10%. Persediaan
tropikal yang paling banyak beredar adalah gameksan dan permetrin.
Permetrin dapat digunakan sebagai obat yang efektif akan tetapi lebih
mahal dibandingkan persediaan tropikal yang lainnya. Dari 20 sampel
yang mendapat terapi gameksan dan permetrin, 17 pasien sembuh dan 3
orang tidak sembuh, Tunjungsari (2018). Hal tersebut menunjukkan bahwa
permetrin dan gameksan dapat digunakan sebagai pengobatan pasien
skabies yang memiliki pengaruh baik.
Berkaitan dengan latar belakang diatas mengingat pentingnya
pemeliharaan kesehatan dan kebersihan khususnya di kalangan pondok
pesantren, maka peneliti tertarik untuk melakukan analisis pengaruh terapi
obat anti skabies dan pendidikan hygiene terhadap kesembuhan pasien di
Pondok Pesantren Sidogiri.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka dapat


dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagaiberikut :
1. Apakah terdapat efektifitas antara terapi obat anti skabies terhadap
kesembuhan pasien di Pondok Pesantren Sidogiri?
2. Apakah terdapat hubungan antara pemberian pendidikan hygiene
perorangan terhadap kesembuhan pasien di Pondok Pesantren
Sidogiri?

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat perbedaan efektifitas obat anti skabies terhadap


kesembuhan.
2. Terdapat perbedaan efektifitas pendidikan hygiene perorangan
terhadap kesembuhan.
1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui efektifitas terapiobat anti skabies terhadap kesembuhan


pasien di Pondok Pesantren Sidogiri
2. Mengetahui pemberian pendidikan hygiene perorangan terhadap
kesembuhan pasien di Pondok Pesantren Sidogiri.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan untuk guru di pondok pesantren
agar dapat mencegah penyakit skabies pada santri.

2. Bagi peniliti selanjutnya

Sebagai dasar bagi peniliti untuk mengembangkan penelitian ini

3. Bagi peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh terapi obat anti


skabies dan Pendidikan hygiene terhadap kesembuhan pasien di
Pondok Pesantren Sidogiri

4. Bagi santri

Dapat memahami terapi obat anti skabies dan pentingnya menjaga


kesehatan untuk mencegah skabies.
.

Anda mungkin juga menyukai