Skabies (Kudis) merupakan penyakit kulit menular yang
disebabkan infestasi dan sensitisasioleh parasite Sarcoptesscabiei var. Hominis. Keluhan atau hasrat untuk menggaruk akan terasa karena penderita mengalami gatal hebat dimalam hari. Pada penderita anak-anak, rasa gatal yang hebat ini sampai menimbulkan gangguuan tidur. Rasa gatal terutama dirasakan pada daerah celah atau lipatan tubuh misalnya ketiak, sela-sela jari, selakangan dan lipatan tubuh lainnya.
Tahun 2014, World Health Organization (WHO) dilaporkan
sebanyak 130 juta orang didunia terinfeksi Skabies. Sedangkan menurut Internasional Alliance for the Control Of Scabies (IACS) kasus skabies bervariasi mulai dari 0,3% menjadi 46%. Beberapa negara yang sedang berkembang kasus skabies sekitar 6% - 27% populasi umum, menyerang semua ras dan kelompok umur serta cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja.
Penyakit Skabies paling mudah dijumpai di daerah beriklim tropis
salah satunya Indonesia. Berdasar data Depertemen kesehatan RI prevalansi skabies di Indonesia menduduki peringkat tiga dari dua belas kasus penyakit kulit. Pada tahun 2008 prevensi skabies mulai mengalami penurunan sebesar 5,60% - 12,96%, tahun 2009 sebesar 4,9 %- 12,95% dan pada tahun 2013 tercatat data skabies menjadi 3,9%- 6%. Berdasarkan data tersebut, Indonesia belum terbebas dari penyakit skabies dan menjadi salah satu penyakit menular walaupun ada penurunan prevalensi tiap tahunnya. Hal ini, sesuai dengan penelitiaan yang dilakukan oleh Yunita et al (2015), bahwa semakin panjang usia tungau maka akan menyebabkan tungau makin mudah menular terhadap orang lain.
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan
berbagai cara, preventif, kuratif dan rehabilitative, salah satunya dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Menurut Dinkes Provinsi Jatim ( 2007, dalam Efendi & Makhfudli 2009: 322) ), PHBS selain mempunyai tatanan sehat yang terdiri lima tatanan diantaranya tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan sekolah, tatanan tempat umum dan tatanan sarana kesehatan. Terdapat pula tatanan PHBS yang lain yaitu tatanan Pondok Pesantren. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, memiliki 14.798 pondok pesantren dengan prevalensi skabies cukup tinggi. Prevalensi skabies sangat tinggi pada hunian padat, kebersihan ( hygiene) buruk, dan sanitasi kurang seperti di panti asuhan, pesantren, barak tentara, penjara . Penularan dapat secara langsung melalui kontak fisik seperti berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Sedangkan penularan tidak langsung bisa melalui handuk, pakaian, sprei, selimut dan sarung bantal. Menurut penelitian Kuspriyanto tahun 2002 di Pasuruan prevalensi skabies di podok pesantren sebesar 70%. Hal tersebut bisa disebabkan beberapa faktor diantaranya jumlah santri yang banyak dan kurangnya pengetahuan tentang informasi kesehatan tentang upaya menjaga kebersihan lingkungan pondok pesantren mengakibatkan prevalensi skabies sangat tinggi. Selain itu sanitasi yang buruk dan kontak fisik dengan penderita juga merupakan sumber penularan skabies. Kebiasaan sehari santri melakukan hal-hal apapun tanpa sadar seperti berpakaian, handuk, dan tempat tidur, yang dipakai bersama. Bahkan satu kamar mandi 2-3 santri, ada yang menceburkan diri dalam bak mandi kemudian airnya juga untuk bersama. Pencegahan prevalensi skabies di pesantren bisa dilakukan dengan membiasakan hidup bersih dan berperilaku sehat. Perilaku sehat merupakan aktivitas seseorang baik diamati maupun yang tidak diamati berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan ini mencakup pencegahan dan perlindungan diri dari penyakit maupun masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan, untuk menciptakan pencegahan tersebut dibutuhkan pengetahuan tentang kesehatan (Health Education ) pada santri agar santri mengetahui berperilaku sehat yang baik (Notoatmodjo, 2010). Selain memperhatikan perilaku sehat, setiap santri/individu memperhatikan kebersihan (Hygiene) ialah suatu upaya atau tindakan untuk menjaga/meningkatkan kebersihan dan kesehatan dengan melakukan pemeliharaan dini terhadap semua individu dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Dengan tujuan agar setiap individu tidak terkena kuman penyebab penyakit sehingga dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik. Hygiene perorangan yang baik akan meminimalkan masuknya mikroorganisme dan mencegah seseorang terkena penyakit. Salah satu upaya mencegah skabies adalah merawat kebersihan kulit karena berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran, mengingat kulit penting sebagai pelindung organ tubuh, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penanganan Skabies dapat dilakukan dengan memberikan terapi tropikal pada kulit. Pengobatan tropikal yang direkomendasikan untuk pengobatan skabies antara lain lindane 0,3-1%, lotiobenzil benzoate 10- 25%, sulfur 2-10%, sulfarium 25% dankrotamiton 10%. Persediaan tropikal yang paling banyak beredar adalah gameksan dan permetrin. Permetrin dapat digunakan sebagai obat yang efektif akan tetapi lebih mahal dibandingkan persediaan tropikal yang lainnya. Dari 20 sampel yang mendapat terapi gameksan dan permetrin, 17 pasien sembuh dan 3 orang tidak sembuh, Tunjungsari (2018). Hal tersebut menunjukkan bahwa permetrin dan gameksan dapat digunakan sebagai pengobatan pasien skabies yang memiliki pengaruh baik. Berkaitan dengan latar belakang diatas mengingat pentingnya pemeliharaan kesehatan dan kebersihan khususnya di kalangan pondok pesantren, maka peneliti tertarik untuk melakukan analisis pengaruh terapi obat anti skabies dan pendidikan hygiene terhadap kesembuhan pasien di Pondok Pesantren Sidogiri.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagaiberikut : 1. Apakah terdapat efektifitas antara terapi obat anti skabies terhadap kesembuhan pasien di Pondok Pesantren Sidogiri? 2. Apakah terdapat hubungan antara pemberian pendidikan hygiene perorangan terhadap kesembuhan pasien di Pondok Pesantren Sidogiri?
1.3 Hipotesis Penelitian
1. Terdapat perbedaan efektifitas obat anti skabies terhadap
kesembuhan. 2. Terdapat perbedaan efektifitas pendidikan hygiene perorangan terhadap kesembuhan. 1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui efektifitas terapiobat anti skabies terhadap kesembuhan
pasien di Pondok Pesantren Sidogiri 2. Mengetahui pemberian pendidikan hygiene perorangan terhadap kesembuhan pasien di Pondok Pesantren Sidogiri.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai masukan untuk guru di pondok pesantren agar dapat mencegah penyakit skabies pada santri.
2. Bagi peniliti selanjutnya
Sebagai dasar bagi peniliti untuk mengembangkan penelitian ini
3. Bagi peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh terapi obat anti
skabies dan Pendidikan hygiene terhadap kesembuhan pasien di Pondok Pesantren Sidogiri
4. Bagi santri
Dapat memahami terapi obat anti skabies dan pentingnya menjaga