Anda di halaman 1dari 6

PERBEDAAN BRONKITIS, BRONKIOLITIS, BRONKOPNEUMONI DAN ASMA

PERBEDAAN BRONKITIS BRONKIOLITIS BRONKOPNEUMIA ASMA


Infeksi yang menyerang saluran Penyakit IRA Bawah (Infeksi Peradangan pada parenkim paru yang Asma adalah mengi berulang
pernapasan utama dari paru-paru respiratorik akut ) yang ditandai melibatkan bronkus / bronkiolus yang dan/atau batuk persisten dengan
atau yang disebut dengan bronkus. dengan adanya inflamasi pada berupa distribusi berbentuk bercak- karakteristik sebagai berikut; timbul
Akibat penyakit ini, maka akan bronkiolus. bercak (patchy distribution) secara episodik, cenderung pada
DEFINISI terjadi peradangan atau inflamasi malam / dini hari (nokturnal),
yang kemudian akan menimbulkan musiman, setelahaktifitas fisik serta
gejala yang mengganggu terdapat riwayat asma atau atopi lain
pernapasan. pada pasien dan/ataukeluarganya

• Virus (terbanyak) : • Virus (terbanyak): • RSV Disebabkan oleh berbagai faktor


- RSV - RSV • Campak pencetus (alergen dalam ruangan
- Rhinovirus - Parainfluenza, • Varisela seperti tungau, debu rumah, binatang
- Virus influenza - Virus influenza, • Zooster berbulu,dll) dan faktor pemacu
- virus parainfluenza - Adenovirus • Parainfluenza, (rhinovirus, ozon, pemakaian β2
• Bakteri (jarang) - Rhinovirus • Influenza agonist).
ETIOLOGI
- S.aureus • Adenovirus,
- S.pneumonia • Bakteri • Streptococcus
- H.influenza • Mikoplasma • Pneumoniae
- M pneumonia
• S.aureus,
• Bordetella Pertusis
• M.tuberculosis
• C.diphteria
• Bronkitis akut → > Anak2, pulih • Paling sering terjadi pada usia • Negara maju → penyebab utama Asma dapat terjadi pada semua usia,
sendiri, < 10 hari 2 – 24 bulan, puncaknya pada virus namun lebih sering terjadi pada anak-
EPIDEMIOLOGI usia 2 – 8 bulan • Negara berkembang → penyebab anak, terutama sekali pada anak mulai
utama bakteri usia 5 tahun

1
• Bronkitis kronis → > Dewasa, >
10 hari - 2 bulan. Berhubungan
dengan PPOK

Faktor Resiko ▪Alergi • Laki-laki • Bayi dan anak kecil (imunitas • Hiperreaktivitas
▪Cuaca • Status sosial ekonomi rendah masih belum berkembang baik) • Atopi/alergi bronkus
▪Polusi udara • Jumlah anggota keluarga yang • Orang tua dan penderita penyakit • Faktor yang memodifikasi
▪Debu besar kronik penyakit genetik
▪Riwayat asma • Bayi yang tidak mendapat ASI • Pasca bedah • Jenis kelamin
▪Asap rokok (baik perokok • Perokok pasif • Ras/Etnik
aktif or pasif ) • Tempat penitipan anak
▪ Daya tahan tubuh rendah
▪ Zat kimia (cat tembok atau
cairan kimia)
▪ Kontak dengan pasien
bronchitis
MASA INKUBASI 4 – 6 hari 2-5 hari 9-21 hari (rata-rata 12 hari) -

Bronkus itu sendiri merupakan Bronkiolitis biasanya didahului Pneumokokus umumnya mencapai • Fase cepat
pipa tabung pernapasan yang oleh infeksi saluran napas bagian alveoli lewat percikan mukus atau Sel-sel mast mengeluarkan
merupakan cabang dari trakea atas yang disebabkan virus, saliva. Lobus bagian bawah paru-paru mediator-mediator (histamine,
(batang tenggorok) yang parainfluenza, dan bakteri. paling sering terkena karena efek leukotrien,prostaglandin dan
membawa oksigen ke paru-paru gravitasi. trombiksan) yang menimbulkan
PATOGENESIS
baik kanan maupun kiri. Dalam hal Bronkiolitis akut ditandai bronkokonstriksi
ini, dinding bronkus memproduksi obstruksi bronkiolus yang • Fase lambat
lendir sebagai mekanisme disebabkan oleh edema, Sitokin-sitokin dikeluarkan
pertahanan tubuh untuk penimbunan lendir, serta debris- sehingga memperlama inflamasi
debris seluler.

2
menangkap debu atau partikel lain Setelah mencapai alveoli, Maka dan mengaktivasi eosinofil,
yang dapat menyebabkan iritasi. pneumokokus menimbulkan respon basofil, limfosit dan sel-sel mast.
Proses patologis yang terjadi akan yang khas terdiri dari empat tahap yang Hiperplasia otot polos dan
Ketika terjadi bronkitis, iritasi dan mengganggu pertukaran gas berurutan: hiperresponsif bronkial akibat
peradangan membuat dinding normal di dalam paru. Ventilasi • Kongesti (24 jam pertama) proses inflamasi kronis
bronkus memproduksi lebih yang makin menurun pada Merupakan stadium pertama, menyebabkan menyempitnya
banyak lendir. Tubuh kemudian alveolus akan mengakibatkan eksudat yang kaya protein keluar saluran udara, hal ini
akan berusaha mengeluarkan terjadinya hipoksemia dini. masuk ke dalam alveolar melalui menimbulkan mengi, batuk, sesak
kelebihan lendir ini melalui pembuluh darah yang berdilatasi dada dan napas pendek.
mekanisme batuk. dan bocor, disertai kongesti vena.
Paru menjadi berat, edematosa dan
berwarna merah.

• Hepatisasi merah (48 jam


berikutnya) :
Konsolidasi jaringan paru →
serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit,
cairan edema, kuman di di alveoli

• Hepatisasi kelabu (3- 8 hari)


Terjadi fagositosis cepat oleh
leukosit PMN

• Resolusi (8-11 hari) :


Degenarasi → fibris menipis →
kuman dan debris menghilang

3
• Anamnesis • Anamnesis • Anamnesis • Anamnesis
- Batuk pilek - Gejala awal ISPA akibat - Didahului ISPA selama beberapa - Adanya batuk dan atau mengi
- Dahak produktif virus hari. yang progresif
- Nyeri retrosternal - Kemudian timbul batuk - Demam 39-40oc sering kejang - Sesak napas ringan – sedang
- Ada lendir yang disertai dengan sesak - Dispnu, pernafasan cepat - Nocturnal
- Terkadag ada demam di nafas. (>60x/menit) dan dangkal - Episodik
awal selama < 3 hari - wheezing, merintih, nafas - Pernafasan cuping hidung (+) - Riwayat atopi dalam keluarga
- Sesak napas (jarang) berbunyi, muntah setelah - Sianosis di sekitar hidung dan
- Nyeri menelan (jarang) batuk, rewel dan mulut. • Pemeriksan fisik
- Nyeri dada (jarang) penurunan nafsu makan. - Batuk awalnya kering kemudian Serangan ringan
- Adanya riwayat kontak menjadi produktif. - Anak masih aktif
• Pemeriksaan Fisik dengan penderita ISPA - Dapat berbicara lancar
- Status generalis umunya • Pemeriksaan Fisik - Takipnue
normal • Pemeriksaan Fisik - Inspeksi : pernafasan cuping - Retraksi (-)
DIAGNOSIS - Auskultasi paru : - Takipneu, takikardia, hidung (+), sianosis sekitar - Wheezing (+) sedang
Dapat terdengar mengi dispneu hidung dan mulut, retraksi dada. - Sianosis (-)
(wheezing), RBK, - Paru : - Palpasi : Stem fremitus yang
eksipirasi memanjang ✓ Inspeksi : Retraksi meningkat pada sisi yang sakit. Serangan sedang
(jarang) intercostal, napas cuping - Perkusi : Sonor memendek - Anak terlihat kurang aktif
hidung (+) sampai beda - Berbica tidak lancar (hanya
✓ Palasi : Stem fremitus - Auskultasi : Suara pernafasan penggalan kalimat)
menurun mengeras ( vesikuler mengeras ) - Takipnue
✓ Perkusi : Sonor- disertai ronki basah gelembung - Retraksi (+)
hipersonor halus sampai sedang. - Wheezing (+) nyaring
✓ Auskultasi : wheezing, sepanjang ekspirasi
ronchi basah halus - Sianosis (-)
minimal Serangan berat
- Sulit berbicara (hanya kata-
kata)

4
• Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan Penunjang - Takipnue
- Hematologi → kurang - leukositosis, biasanya 15.000 – - Retraksi (+)
bermakna → biasanya 40.000/ mm3 . Predominan PMN - Wheezing (+) sangat nyaring,
normal atau Leukosit - Nilai Hb biasanya tetap normal dapat terdengar meski tanpa
/sedikit meningkat atau sedikit menurun. stetoskop
(limfositik) - Peningkatan LED. - Sianosis (+)
- AGA : Hiperkapnia - Kultur dahak (+)
- Rontgen: Hiperinflasi dan - AGD: hipoksemia dan
infiltrate air trapping, hiperkarbia.
dapat ditemukan gambaran
atelektasis
- Kultur darah: (-)
- Isolasi viral: mungkin (+)

• Pneumonia Gagal nafas, serangan apneu, Abses, kavitas, pneumokel, efusi • Masalah psikologis (cemas, stres,
• Bronchitis kronik pneumonia bacterial sekunder pleura, empiema, bakteremia, atau depresi).
meningitis • Gangguan pertumbuhan dan
pubertas pada anak-anak.
• Status asmatikus, yaitu kondisi
asma yang parah dan tidak dapat
KOMPLIKASI merespon dengan terapi normal.
• Pneumonia
• Gagal pernapasan.
• Kerusakan pada sebagian atau
seluruh paru-paru.
• Kematian.

5
• O2 (terapi suportif) • Oksigen, kecukupn cairan, • O2 1 -2 lpm • Serangan ringan
• Terapi simtomatik (terapi suportif) • Antibiotik : - β2 agonist inhalasi
Antitusif dan Bronkodialator • Bronkodilator (nebulizer) : Tidak Dirawat: • Serangan sedang
• AB tidak digunakan nebulisasi ribavirin pada Amoxsilin, kotrimoksasol, - Oksigen
• Antipiretik pasien yang mungkin Pemberian Oral - Β2 agonist / antikolinergik
• Jika batuk bertahan >2 mgg→ mengalami penyakit berat Dirawat : (ipratropium bromida) tiap 2
kemungkinan sekunder infeksi (bayi < 2 bulan, prematur) Golongan beta lactam (Ampisilin, jam respon baik kurangi tiap
→ pertimbangkan AB → tidak • Kortikosteroid cefotaxime, ceftriaxone,dll) dan 4 jam
PENGOBATAN
membaik → Rontgen gentamisin, Pemberian IV • Serangan berat
• Jika sesak hebat: pasang OGT - Oksigenasi sejak awal n pada
• Jika sekresi lendir >> : inhalasi saat nebulisasi
dengan saline normal dan B2 - Pasang jalur parenteral
agonis lakukan foto thoraks
• Koreksi gangguan keseimbangan - Nebulisasi cukup 1x dengan
asam basa dan elektrolit β2 agonist atau antikolinergik
(ipratropium bromida)

Anda mungkin juga menyukai