Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan akan masalah gizi.
Masalah gizi terbagi dua, yaitu kelebihan (kegemukan dan obesitas) dan
kekurangan (gizi kurang dan gizi buruk) zat gizi. Kegemukan dapat terjadi
pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin, begitu pula gizi kurang dan
gizi buruk. Orang sering kali menyamakan pengertian kegemukan dengan
obesitas, namun kedua istilah tersebut merupakan hal yang berbeda walaupun
sama-sama menggambarkan kelebihan berat tubuh. Kegemukan adalah
kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh normal, sementara obesitas adalah
kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan
wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh (Rimbawan
2004).
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan
pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan
adalah sekitar 25 - 30 % pada wanita dan 18 - 23 % pada pria. Wanita dengan
lemak tubuh lebih dari 30 % dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25 %
dianggap mengalami obesitas. Dengan kata lain seseorang yang memiliki
berat badan 20 % lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang
normal, dianggap mengalami obesitas. Kelainan fraksi lipid karena lemak
berlebih akan menimbulkan penyakit yang menggangu kesehatan. Penyakit ini
sering di sebut dengan penyakit dislipidemia.

Dislipidemia adalah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan


metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil
lipid, meliputi peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan kadar
trigliserida, peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL), dan
penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Dimana hasil pengukuran
kadar kolesterol serum memenuhi salah satu atau keseluruhan kriteria berikut:
1. Kadar kolesterol total meningkat, > 200 mg/dl.
2. Kadar trigliserida meningkat, > 150 mg/dl.

3. Kadar kolesterol LDL meningkat, > 130 mg/dl

4. Kadar kolesterol HDL menurun, < 40 mg/dl

Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit


kardioserebrovaskular. Faktor tersebut disebabkan karena terbentuknya
atherosklerosis yang akan mengganggu peredaran darah dari sistem
kardioserebrovaskular. Dislipidemia sering juga dikaitkan dengan salah satu
penyebab hipetensi yang akan dapat mempengaruhi kerja jantung. Hipertensi
atau sering dinamakan penyakit tekanan darah tinggi menyerang pada usia
rata-rata diatas 30 tahun. Penyakit ini sering muncul ditandai dengan pusing,
kunang-kunang, dan bahkan jika sudah parah akan menyebabkan koma hingga
kematian.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari dislipidemia?
2. Apa saja penyakit yang diakibatkan dari dislipidemia?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dislipidemia?
4. Apa saja gejala dari penyakit dislipidemia?
5. Bagaimanakah epidemiologi dari penyakit dislipidemia?
6. Bagaimanakah etiologi dari penyakit dislipidemia?
7. Bagaimanakah patofisiologi dari penyakit dislipidemia?
8. Bagaimanakah pengobatan dari dislipidemia?
9. Apa saja makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi penderita
dislipidemia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai dislipidemia ini adalah:

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami mengenai materi dislipidemia pada
mata kuliah patologi manusia lanjut.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami pengertian dislipidemia
b. Mahasiswa memahami apa saja penyakit yang diakibatkan dari
dislipidemia.
c. Mahasiswa memahami apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
dislipidemia.
d. Mahasiswa memahami apa saja gejala dari penyakit dislipidemia.
e. Mahasiswa memahami epidemiologi dari penyakit dislipidemia.
f. Mahasiswa memahami etiologi dari penyakit dislipidemia.
g. Mahasiswa memahami patofisiologi dari penyakit dislipidemia.
h. Mahasiswa mengetahui pengobatan dari dislipidemia.
i. Mahasiswa mengetahui apa saja makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan bagi penderita dislipidemia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DISLIPIDEMIA

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan


peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low
DensityLipoprotein), dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL
(High Density Lipoprotein) (Sunita, 2004).
Dislipidemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol
dalam darah atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai penurunan kadar
HDL kolesterol (Andry Hartono, 2000). Dislipidemia adalah kelainan
metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan
fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah
kenaikan kadar kolesterol total (>240mg/dl), kolesterol LDL (>160mg/dl),
kenaikan kadar trigliserida (>200 mg/dl) serta penurunan kadar HDL
(<40mg/dl). Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai
peran yang penting dan sangat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak
mungkin dibicarakan sendiri-sendiri.
Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki
peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak
mungkin dibahas sendiri-sendiri. Ketiganya dikenal sebagai triad lipid, yaitu:

a. Kolesterol total
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol
total darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat,
konsisten, dan tidak bergantung pada faktor resiko lain. Penelitian genetik,
eksperimental, epidemiologis, dan klinis menunjukkan dengan jelas bahwa
peningkatan kadar kolesterol total mempunyai peran penting pada patogenesis
penyakit jantung koroner (PJK).

b. Kolesterol HDL dan kolesterol LDL


Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara kadar
kolesterol HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet
dapat menaikan kadar kolesterol HDL dan dapat mengurangi penyakit jantung
koroner.

c. Trigliserida
Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl dianggap berhubungan dengan
penyakit jantung koroner apabila disertai adanya penurunan kadar kolesterol
HDL. Peningkatan kadar trigliserida juga merupakan faktor resiko indefenden
untuk terjadinya Penyakit Jantung Koroner, faktor yang mempengaruhi
tingginya trigliserida:
 Obesitas ,berat badan lebih
 Inaktivitas fisik
 Merokok
 Asupan alcohol berlebihan
 Diet tinggi karbohidrat ( >60 % asupan energi)
 Penyakit DM tipe 2, gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
 Kelainan genetic(riwayat keluarga )

Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol


total bersifat sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat
dari makan lemak. Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang
memiliki kecepatan yang berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar
lemak hewani dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total lebih dari
200 mg/dL, sedangkan yang lainnya menjalani diet rendah lemak yang
ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dL.
Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas berhubungan
dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran
darah.

Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserid


menurut NCEP ATP III 2001 (mg/dl).

 Kolesterol Total  Kolesterol HDL


<200 = Optimal <40 = Rendah
200-239 = Diinginkan >60 = Tinggi
>240 = Tinggi  Trigliserid
 Kolesterol LDL <150 = Optimal
<100 = Optimal 150-199 = Diinginkan
100-129 = Mendekati 200-499 = Tinggi
optimal >500 = Sangat tinggi
130-159 = Diinginkan
160-189 = Tinggi
>190 = Sangat tinggi

KLASIFIKASI DISLIPIDEMIA
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit adalah sebagai
berikut:
a) Dislipidemia Primer
Yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat
menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.
b) Dislipidemia Sekunder
Yaitu disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolesterolemia
yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan,
anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida
disebabkan oleh DM, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, miokard
infark, dan kehamilan. Dan dislipidemia dapat disebabkan oleh gagal
ginjal akut, penyakit hati, dan akromegali.
B. MACAM-MACAM PENYAKIT AKIBAT DISLIPIDEMIA

Adapun macam macam penyakit yang timbul akibat dislipidemia adalah


sebagai berikut:

a. Arterosklerosis
Merupakan radang pada pembuluh darah manusia akibat akumulasi
kolesterol di dalam dinding pembuluh darah arteri, mengakibatkan
penebalan arteriol dan pengerasan pada pembuluh darah yang dapat
menghambat aliran darah ke berbagai organ. Aterosklerosis adalah proses
umum yang melibatkan banyak pembuluh darah di tubuh, termasuk di
jantung, otak, dan ginjal.

b. Hipertensi
Merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik > 140mmHg dan tekanan darah diastolik > 90mmHg. Sebuah
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg adalah definisi yang diterima
untuk hipertensi sistolik, sedangkan tekanan lebih dari 90 mmHg sering
didefinisikan sebagai hipertensi diastolik. Tingkat tekanan darah harus
konsisten, bukan sekadar rekaman sporadis. Untuk menentukan apakah
hipertensi hadir, yang terbaik adalah mengukur tekanan darah sendiri,
yang diperoleh di luar pemeriksaan rutin kedokter, yaitu dianjurkan 1
bulan sekali. Gejala : sakit kepala, migrain, rasa berat di tengkuk, mata
berkunang-kunang, lemah, muka pucat, suhu tubuh sedikit rendah.

c.       Klaudikasio intermitten


Merupakan nyeri pada otot ekstremitas bawah yang timbul ketika
berjalan disebabkan oleh penyumbatan kolestrol di pembuluh darah kaki.
Penyakit ini menyebabkan penderita berhenti untuk berjalan.
Mekanise penyakit klaudikasio intermiten :
Plak aterom/lemak di pembuluh darah  asupan darah (mengandung
oksigen dan glukosa) ke jaringan otot di kaki berkurang  otot
kekurangan oksigen untuk metabolisme  kompensasi otot melakukan
metabolisme anaerob (metabolisme tanpa menggunakan oksigen) 
metabolisme anaerob di otot menghasilkan asam laktat  timbunan asam
laktat pada jaringan otot  nyeri pada otot.
Beratnya hambatan aliran darah di arteri ektrimitas bawah
dibedakan dalam stadium menurut Fontaine (dikutip dari Viles-Gonzales
JF, Fuster V, Badimon JJ, Atherombosis. Awidespread disease with
unpredictable & life threatening consequence Europeheart journal 2004
25(14):1197-07.) :
  Stadium I        : aliran darah ke jaringan masih cukup, walaupun
terdapat penyempitan arteri.
  Stadium II       : aliran darah ke otot tidak memadai pada aktivitas
tertentu. Timbulnya klaudikasio intermiten. Gejala ini mengurangi
penggunaan otot sehingga jarak tempuh dalam berjalan tidak dapat
melebihi jarak tertentu.
  Stadium III     : aliran darah ke jaringan sudah tidak memadai saat
istirahat.
  Stadium IV     : menurunnya aliran darah mengakibatkan nekrosis
(kematian jaringan).

d.      Penyakit jantung koroner (PJK)


Merupakan kondisi yang dimulai ketika zat kolesterol keras (plak)
terakumulasi di dalam arteri koroner. Plak dalam arteri koroner itu bisa
pecah dan menyebabkan pembentukan gumpalan kecil, yang dapat
menghambat aliran darah ke otot jantung, penyakit ini juga dikenal
sebagai penyakit arteri koroner (PAK). Gejala: rasa nyeri di dada (seperti
tertekan, tertusuk), kelelahan, jantung berdebar-debar, sesak nafas, pusing
dan pingsan.
e.       Penyakit stroke
Merupakan penyakit serebro vaskuler (pembuluh darah otak) yang
ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi
karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya
aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan,
penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. Berdasarkan proses
patologi/perjalanan penyakit dan gejala klinisnya, stroke dibagi menjadi
stroke iskemik dan stroke hemorragik.
  Stroke Iskemik adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan
kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah
dan oksigen di jaringan otak.
  Stroke Hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
keluarnya darah ke jaringan otak sehingga menekan struktur otak
kemudian menyebabkan gangguan persarafan di otak seperti nyeri kepala,
hilang kesadaran dll.
Secara klinis perbedaan stroke iskemik dan hemoragik
GEJALA HEMORAGIK ISKEMIK
Onset / lama waktu Berlangsung mendadak Berlangsung pelan (jam-
terjadi (menit- jam) hari)
Nyeri kepala Hebat Ringan/tak ada
Muntah pada awal Sering Tak ada
Kaku kuduk Jarang/biasa ada Tak ada
Kejang Bisa ada Tak ada
Kesadaran Biasa hilang Dapat hilang
Gangguan bicara Sering Bisa ada/ tidak
Kelumpuhan Sering Bisa ada/tidak
Hipertensi Sering Bisa ada/tidak

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISLIPIDEMIA


Dalam batasan ilmiah, dislipidemia terjadi adanya akumulasi kolestrol dan
lipid pada dinding pembuluh darah. Dislipidemia merupakan masalah yang
cukup penting karena termasuk faktor resiko utama penyakit jantung koroner.
Penelitian mendukung bahawa dislipidemia memiliki lebih dari asatu
penyebab. Faktor genetic, pola makan, gaya hidup, obesitas dan faktor lain.
a.      Faktor genetik : Dislipidemia cenderung terjadi dalam keluarga,
mendukung bahwa hal itu mungkin memiliki suatu penyebab genetic.
Dalam dunia medis dislipidemia yang diturunkan familial dislipidemia
(FD). FD ini merupakan penyakit genetic yang diturunkan secara dominan
autosomal (kromosom yang bukan untuk produksi) dalam sel manusia.
Penyebab penyakit ini adalah adanya mutasi yang terjadi pada reseptor
kolestrol LDL. Reseptor LDL merupakan reseptor sel perukaan yang
berfungsi untuk mempertahankan homeostasis kolestrol. Cara sederhana
untuk menerangkan bahwa penyebab dislipidemia dari faktor genetik yiatu
sebesar 80% dari kolestrol di dalam darah di produksi oleh tubuh sendiri
ada sebagian orang yang memproduksi kolestrol lebih banyak
dibandingkan yang lain. Ini disebabkan karena factor keturunan. Pada
orang tersebut meskipun hanya mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolestrol atau lemak jenuh tetapi tubuh tetap saja
memproduksi kolestrerol lebih banyak.

b.      Faktor pola makan: Terjadi penyumbatan dan penyempitan


pembuluh arteri koroner tersebut disebabkan oleh penumpukan zat-zat
lemak ( kolesterol, trigliserida) di bawah lapiasan terdalam (endothelium)
dan dinding pembuluh nadi. Salah satu factor yang paling berpengaruh
terhadap kemungkinan terjadinya penimbunan zat lemak ini adalah gaya
hidup, khususnya pola makan. Penyakit jantung kerap diidentikan dengan
penyakit akibat “ hidup enak”, yaitu terlalu banyak mengkonsumsi
makanan mengandung lemak dan kolestrol. Hal ini semakin menjadi
dengan kian membudayanya konsumsi makanan siap saji junk food aktu
dalam kurun waktu satu decade ini. Junk food telah menjadi bagian dari
gaya hidup sebagai masyarakat di Indonesia , diberbagai tempat yang
selalu penuh oleh pengunjung dengan berbagai usia, dari kalangan annak-
anak hingga dewasa. Padahal jun food banyak mengandung sodium.
Lemak jenuh dan kolestrol. Lemak jenuh berbahaya bagictubuh karena
merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol yang juga
berperan akan muncul penyakit jantung. Karena kolestrol yang mengendap
lama-lama akan menghambat aliran darah dan oksigen sehingga
mengganggu metabolisme otot jantung. Cara terbaik untuk menjaga tubuh
dari serangan jantung adalah mengubah gaya hidup dengan menjalankan
diet seimbang. Untuk menghindari penimbunan lemak jenuh seperti lemak
sapi, kambing, makananan bersantan dan gorengan kerena dapat
meningkatkan kadar kolestrol darah. Lemak jenuh tunggal mempunyai
pengaruh sedikit terhadap peningkatan kadar kolestrol darah, terdapat pada
minyak jaitun, minyak biji kapas, minyak wijen.

c.       Faktor obesitas: Obesitas digunakan untuk memahami batasan


sederhana dari kelebihan berat badan yang dihasilkan dari makan terlalu
banyak dan aktifitas terlalu sedikit. Obesitas merupakan hasil interaksi
kompleks antara factor-faktor genetic, pertilaku dan lingkungan
menyebabkan ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energy.
Peningkatan berat badan 20% atau lebih diatas berat badan normal adalah
titik dimana kelebihan berat badan berkembang menjadi gangguan
kesehatan. Tingkat kelebihan berat badan yang rendah dapat berkaitan
dengan resiko kesehatan, terutama timbulnya gangguan kesehatan lain
seperti diabetes, hipertensi dan penyakit jantung.
Orang dengan obesitas maka didalam tubuhnya cenderung akan
banyak timbunan lemak yang berlebih, dan timbulnya lemak yang ada
dalam tubuh ini akan menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah.
Penyempitan pembuluh darah ini kemudian akan dapat meningkatkan
kadar kolestrol total dan LDL kolestrol. Obesitas telah berkembang
sebagai faktor resiko diabetes. Hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan
beberapa kanker pada pria dan wanita. Kondisi lain yang terjadi, termasuk
kesulitan bernafas waktu tidur, osteoarthritis,  kemandulan, hipertensi
intracranial idiopati, penyakit statis vena pada anggota gerak
bawah,getaran gastro-esofageal dan gangguan perkemihan.

d.      Faktor kebiasan merokok: Masyarakat awam sudah banyak


mengetahui bahwa merokok bisa merusak  paru-paru karena asap yang
dihisap langsung masuk ke paru-paru namun banyak orang tidak tahu
bahwa rokok ternyata juga bisa meningkatkan kolestrol dalam tubuh
manusia. Beberapa situs kesehatan disebutkan bahwa zat-zat kimia yang
terkandung dalam rokok, terutama nikotin dapat menurunkan kadar
kolestrol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolestrol buruk (LDL)
dalam darah. Pada kebanyakan orang yang merokok ditemukan bahwa
kadar HDLnya rendah. Berarti kadar pembentukan kolestrol baik yang
bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati menjadi terganggu,
sementara kebalikannya justru terjadi pada kadar LDL nya. Pada orang
merokok ditemukan kadar LDL nya tinggi , berarti lemak daru justru
dibawa kembali ke jaringan tubuh. Bahan dasar rokok mengandung zat-zat
kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam satu batang rokok terdapat
kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, 40% diantaranya beracun. Bahan
kimia yang berbahaya terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon
monoksida, dan logam berat dalam asap rokok. Nikotin dalam rokok dapat
mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah.
Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah
koroner, yang bertugas membawa oksigen ke jantung. Selain
mempurburuk profil lemak atau kolestrol darah, rokok juga dapat
meningkatkan tekanan darah dan nadi.

e.       Kurang keteraturan berolahraga: Aktifitas yang efektif dapat


menurunkan kadar kolestrol yaitu berupa olahraga teratur yang dilakukan
minimal tiga kali seminggu masing-masing dengan lama waktu antara
kurang lebih 45 menit. Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang
melibatkan otot-otot besar tubuh seperti paha, lengan atas serta
pinggul,seperti senam, aerobic, jalan kaki, berenang, jogging, atau
bersepeda. Olahraga merupakan bagian dari aktifitas fisik yang dilakukan
untuk tujuan memperoleh manfaat kesehatan. Aktifitas fisik adalah
gerakan yang dilakukan oleh tubuh dan sistem penunjangnya. Selama
aktifitas fisik, otot membutuhkan energi luar metabolisme untuk bergerak.
Banyaknya energy yang dibutuhkan tergantung seberapa banyak otot
bergerak, berapa lama dan berapa berat aktifitas yangdilakukan.

Manfaat olahraga yang teratur yaitu :


1) Meningkatkan kadar HDL kolestrol.
2) Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard.
3) Menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan
berkurang bersama-sama dengan menurunkan LDL kolestrol.
4) Membantu menurunkan tekanan darah.
5) Meningkatkan kesegaran jasmani.

f.       Stress: Secara sederhana stress dapat didefinisikan sebagai suatu


keadaan dimana individu terganggu keseimbangannya. Stress terjadi
akibat adanya situasi eksternal atau internal yang memunculkan gangguan
dan menurunkan individu untuk berespon adaptif. Stress merupakan
sesuatu yang terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan stress seperti
merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Dalam sebuah penelitian
menunjukkan orang yang stress 1,5 x lebih besar mendapatkan resiko PJK
daripada orang yang tidak stress karena dengan adanya stress terjadi
peningkatan kolestrol darah dan tekanan darah dalam tubuh.

g. Faktor Resiko: Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah


(plak kolesterol) membuat saluran pembuluh darah sempit dan aliran darah
menjadi kurang lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah
bersifat rapuh dan mudah pecah, meninggalkan “luka” pada dinding
pembuluh darah yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah.
Pembuluh darah dikarenakan sudah mengalami penyempitan dan
pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini mudah
menyumbat pembuluh darah secara total yang dikenal sebagai
aterosklerosis (proses pembekuan plak pada pembuluh darah).
Penyempitan dan pengerasan ini apabila cukup berat akan menyebabkan
suplai darah ke otot jantung tidak memadai, maka akan menimbulkan sakit
atau nyeri dada yang disebut sebagai angina, bila berlanjut akan
menyebabkan matinya jaringan otot jantung yang disebut infrak miokard,
dan apabila meluas akan menimbulkan gagal jantung atau PJK (penyakit
jantung koroner). Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menunju
ke otak (artericarotid) maka akan menyebabkan stroke. Gejala serangan
tergantung dari derajat serangan, mulai dari yang ringan sampai yang
berat. Gejala stroke ringan : bicara tiba-tiba pelo, gejala yang lebih berat
berupa kelumpuhan, anggota gerak  badan, wajah menjadi asimetris, jika
terjadi perdarahan hebat akan menyebabkan kematian. Dislipidemia juga
berkaitan dengan penyakit kencing manis atau diabetes mellitus (DM)
dimana pada penderita DM kadar gula dalam darah akan melebihi normal.
Kadar gula darah apabila naik dan berlangsung lama maka akan memicu
terjadinya aterosklerosis pada arterikoroner dan akan meningkatkan kadar
kolesterol dan trigliserida. Bentuk LDL pada penderita DM lebih padat
dengan ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense LDL,
sehingga akan lebih mudah masuk kedalam lapisan pembuluh darah yang
lebih dalam, ini akan lebih berbahaya karena lebih bersfat aterogenetik
(lebih mudah menempel pada pembuluh darah dan lebih mudah
membentuk plak). Dampak lain yang ditimbulkan oleh dislipidemia adalah
disfungsi ereksi kemampuan mencapai atau mempertahankan penis yang
memadai untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan. Proses
aterosklerosis dapat terjadi pada pembuluh darah penis (arteri dosal penis)
plak yang menyumbat pembuluh darah penis akan menyebabkan penis
tidak mendapat aliran darah sehingga mengganggu terjadinya ereksi.

D. GEJALA PENYAKIT DISLIPIDEMIA


Adapun beberapa gejala-gejala Penyakit Dislipidemia, diantaranya adalah
sebagai berikut:

 Nyeri perut
 Pusing

 Stroke

 Nyeri Dada

 Sakit Kepala

 Sesak Napas

 Penyakit Jantung

 Penurunan Berat Badan

 Nafsu Makan Berkurang

 Nyeri Betis Saat Berjalan

E. EPIDEMIOLOGI DISLIPIDEMIA

Asupan asam lemak jenuh yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan


dalam tubuh adalah 10% dari energi total perhari dan kolesterol >300mg/ hari.
Konsumsi asam lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL. LDL
bertugas membawa kolesterol dari hati ke jaringan perifer yang didalamnya
terdapat reseptor-reseptor yang akan menangkapnya (termasuk pembuluh
darah koroner) untuk keperluan metabolik jaringan. Kolesterol yang
berlebihan akan diangkut lagi kehati oleh HDL untuk menjadi deposit. Jika
kolesterol LDL meningkat serta HDL menurun, maka akan terjadi
penimbunan kolesterol di jaringan perifer termasuk pembuluh darah
(Ronald.H.sitorus, 2006).
Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Menurut
penelitian 1 di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol
total pada wanita adalah 206,6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl, tahun 1993
meningkat menjadi 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada pria.
Dibeberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985): 195
mg/dl, Ujung Pandang (1990): 219 mg/dl dan Malang (1994): 206 mg/dl.
Apabila dipakai batas kadar kolesterol > 250 mg/dl sebagai batasan
hiperkolesterolemia maka pada sampel I terdapatlah hiperkolesterolemia 13,4
% untuk wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada sampel II hiperkolesterolemia
terdapat pada 16,2 % untuk wanita dan 14 % pria.
Pada penelitian kedua yang dilakukan oleh pada tahun terhadap 656
responden di 4 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan
Padang) didapatkan keadaan dislipidemia berat (total kolesterol >240 mg/dL)
pada orang berusia diatas 55 tahun didapatkan paling banyak di Padang dan
Jakarta (>56%), diikuti oleh mereka yang tinggal di Bandung (52,2%) dan
Yogyakarta (27,7%). Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa prevalensi
dislipidemia lebih banyak didapatkan pada wanita (56,2%) dibandingkan pada
pria (47%). Dari keseluruhan wanita yang mengidap dislipidemia tersebut
ditemukan prevalensi dislipidemia terbesar pada rentang usia 55-59 tahun
(62,1%) dibandingkan yang berada pada rentang usia 60-69 tahun (52,3%) dan
berusia diatas 70 tahun (52,6%).

F. ETIOLOGI DISLIPIDEMIA
Etiologi dislipidemia diklasifikasikan menjadi dislipidemia primer dan
dyslipidemia sekunder. Dislipidemia primer merupakan dislipidemia yang
disebabkan oleh faktor keturunan. Sedangkan dislipidemia sekunder
merupakan dislipidemia yang disebabkan oleh usia, jenis kelamin, riwayat
keluarga, hormon, obesitas, menu makanan terlalu banyak lipid, kurang
aktivitas tubuh, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, diabetes, dan lain-lain.

G. Patofisiologi Hipertensi dan Dislipidemia


Secara Umum, sebagian besar pasien hiperkolesterolemia sebelumnya
mempunya iriwayat familial (riwayat penyakit kolesterol di keluarga), namun
penyebabnya masih belum diketahui, Namun biasanya faktor risiko
dislipidemia yang paling utama adalah disebabkan kelebihan berat badan dan
pola makan.
Orang dengan kelebihan berat badan (obesitas) dan pola makan tinggi lemak
(terutama lemak hewani)

Menyebabkan sintesis kolestrol di hati meningkat

konsentrasi LDL (yang kaya kolestrol) ikut meningkat

LDL akan berikatan dengan reseptor scavenger yaitu reseptor perantara
pengumpulan kolestrol di makrofag, kulit dan pembuluh darah

Menyebabkan menumpuknya kolesterol di sel makrofag, kulit dan pembuluh
darah

Memicu terjadinya penyakit aterosklerosis dan penyakit jantung koroner
Menurut Brown dan Goldstein 1987: Pada penderita dislipidemia terjadi
kelainan metabolisme lemak darah yang ditandai oleh kenaikan kadar
kolesterol (hiperkolesteramia), atau trigliserida (hipertrigliserida), atau
kombinasi dari keduanya. Kenaikan kadar lemak darah dapat terjadi karena
kenaikan sintesis atau sekunder akibat adanya penyakit lain yang
mendasarinya seperti ateriosklerosis Pada ateriosklerosis faktor yang
bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding pembuluh darah
adalah adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel, gangguan
transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik), gangguan degrasi oleh
lisosom lipoprotein, dan perubahan permeabilitas endotel.

H. PENGOBATAN PENDERITA DISLIPIDEMIA

Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga


dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga
yang menderita hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti
merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi
diet. Sedangkan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga,
dan istirahat (Mayo 2005).
Penatalaksanaan dislipidemia mencakup non-medikamentosa (tanpa obat)
dan medikamentosa (dengan obat-obatan). Penatalaksanaan yang paling
penting adalah tanpa obat. Pasien melakukan perubahan gaya hidup dengan
cara diet yang baik dengan komposisi makanan seimbang, latihan jasmani
(aerobik), penurunan berat badan bagi yang gemuk (obesitas), menghentikan
kebiasaan merokok dan minuman alkohol. Apabila dengan tatalaksana diatas
gagal maka dapat diberikan tatalakasana dengan obat yang dapat menurunkan
lipid seperti obat-obatan golongan statin, resin (kolestiramin), asam nikotinat,
asam fibrat dan penghambat absorbsi kolesterol. Sebagai contoh bila setelah
memeriksakan kadar lipid mendapat hiperkolesterolemia dapat diberikan statin
atau resin maupun dikombinasi. Bila terdapat banyak peningkatan pada profil
lipid dapat diberikan statin atau kombinasi statin dengan asam nikotinat.
Apabila hanya triglisrida yang meningkat dapat diberikan golongan asam
fibrat (Doengoes dan Marilynn 2000).

1. Terapi diet
Pada pasien dislipidemia harus diterapkan diet seimbang yang
mengandung semua nutrient dalam jumlah yang memadai.
a. Tujuan diet yang diberikan untuk pasien dengan kondisi dislipidemia:
 Menurunkan berat badan bila terjadi kegemukan.
 Mengubah jenis dan asupan lemak makanan.
 Menurunkan asupan kolesterol makanan.
 Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan
asupan karbohidrat sederhana.
b. Syarat diet yang diberikan:
 Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan
aktivitas fisik, bila kegemukan, penurunan berat badan dapat
dicapai dengan asupan energi rendah dan meningkatkan aktivitas
fisik.
 Lemak sedang, <30% dari kebutuhan energy total. Lemak jenuh
untuk tahap I, <30% dari kebutuhan energi total dan tahap II, <7%
dari kebutuhan energi total. Lemak tak jenuh ganda dan tunggal
untuk dyslipidemia tahap I maupun II adalah 10–15 % dari
kebutuhan energi total. Kolesterol < 300 mg untuk dyslipidemia
tahap I dan < 200 mg untuk tahap II.
 Protein cukup, yaitu 10–20 % dari kebutuhan energi total.
 Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras
tumbuk atau beras merah, havermout, dan kacang-kacangan.
 Vitamin dan mineral cukup. Suplemen multivitamin dianjurkan
untuk pasien yang mengkonsumsi < 1200 kkal energi sehari.
 Garam rendah 2 - 3 g/hari, 600 - 800 mg Na.
 Makanan mudah dicerna dan tidak  menimbulkan gas

2. Intervensi gizi
Intervensi gizi biasa dilakukan dengan memberikan edukasi gizi yang
melibatkan alih pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi pada
pasien. Pengetahuan gizi merupakan pencapaian pada Status gizi yang baik
dan sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan bagi setiap orang.
Untuk memenuhi kebutuhan gizinya, setiap individu memiliki pola makanan
yang mengandung zat gizi yang dapat digunakan oleh tubuh. Pengetahuan
gizi dapat memegang peranan penting terhadap tata cara penggunaan pangan
dengan baik sehingga akan mencapai kebutuhan gizi yang seimbang. Tingkat
pengetahuan gizi akan dapat menentukan perilaku seseorang untuk
memperbaiki pola konsumsi makanan yang umumnya dipandang lebih baik
dan dapat diberikan sedini mungkin (Suharjo, 1989).
Rendahnya tingkat pengetahuan gizi akan dapat mengakibatkan sikap
acuh tak acuh terhadap penggunaan bahan makanan tertentu, walaupun
bahan makanan tersebut cukup tersedia dan mengandung zat gizi.
Pengetahuan gizi setiap induvidu biasanya didapatkan dan setiap pengalaman
yang berasal dari berbagai sumber, contoh media massa atau media cetak,
media elektronik, buku, petunjuk dari kerabat dekat. Pengetahuan ini dapat
ditingkatkan dengan cara membentuk keyakinan pada diri sendiri sehingga
seseorang dapat berperilaku sesuai dengan kehidupan sehari-hari (Yuwono,
1999).
3. Latihan jasmani
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat
meningkatkan kadar HDL, menurunkan trigliserida, menurunkan LDL dan
menurunkan berat badan.

4. Farmakologis
Bila terapi Non Farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan
bermacam-macam obat normolipidemia tergantung dari jenis dislipidemia
yang kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah
kemampuan dari pada obat obat tersebut dalam mempengaruhi KHDL,
Trigliserida, Fibrinogen, KLDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek
samping dari pada obat-obat tersebut. Obat-obatan tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:

 Golongan resin ( sequestrants )


 Asam nikotinat dan Acipimox
 Golongan Statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor)
 Derivat Asam Fibrat
 Probutol

I. BAHAN MAKANAN YANG DIANJURKAN MAUPUN TIDAK DIANJURKAN BAGI


PENDERITA DISLIPIDEMIA

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Beras terutama beras
tumbuk/beras merah, pasta,
Pie, cake, croissant, kue
macaroni, roti tinggi serat
yang diolah menggunakan
(whole wheat bread),
Sumber karbohidrat garam berlebih, pastries,
cereal, ubi, kentang, kue
biskuit, krekers berlemak,
buatan sendiri dengan
dan kue-kue berlemak lain.
menggunakan sedikit
minyak/lemak tak jenuh.
Sumber protein hewani Ikan, unggas tanpa kulit,Daging gemuk, daging
daging kurus, putih telur,kambing, daging babi,
susu skim, yoghurt rendahjeroan, otak, sosis, sardine,
lemak, dan keju rendahkuning telur (batasi hingga
3 butir/minggu), telur yang
diawet dengan garam, susu
lemak. kental manis, krim, yoghurt
dari susu penuh, keju, dan
es krim.
Kacang-kacangan yang
Tempe, tahu, dan kacang-diolah dengan santan dan
Sumber protein nabati
kacangan. dan garam serta digoreng
dengan minyak jenuh
Semua sayur dalam bentuk
segar, direbus, dikukus,
disetup, ditumisSayuran yang dimasak
menggunakan minyakdengan mentega, minyak
Sayuran jagung, minyak kedelai ataukelapa atau minyak kelapa
margarine tanpa garam yangsawit dan santan kental
dibuat dari minyak tidakserta diolah dengan garam.
jenuh ganda: dimasak
dengan santan encer.
Buah yang diawet dengan
Semua buah dalam keadaan
Buah gula, seperti buah kaleng
segar atau bentuk jus.
dan buah kering
Minyak jagung, kedelai,
kacang tanah, bungaMinyak kelapa dan minyak
matahari dan wijen;kelapa sawit; mentega,
Sumber lemak
margarine tanpa garam yangmargarine, kelapa, santan,
dibuat dari minyak tidakdan krim.
jenuh ganda.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bahan pangan yang dapat
dikonsumsi pada penderita hipertensi dan dislipidemia adalah sebagian
besar adalah bahan pangan yang berserat tinggi. Karena bahan makanan
yang berserat tinggi dapat mengurangi rasa lapar kita setelah makan
sehingga dapat mencegah makan makanan yang berlemak banyak.
Makanan yang tidak boleh dikonsumsi adalah makanan yang mengandung
minyak yang banyak dan santan kental.
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan


peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (>240mg/dl), kolesterol
LDL (>160mg/dl), kenaikan kadar trigliserida (>200 mg/dl) serta penurunan
kadar HDL (<40mg/dl). Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya
mempunyai peran yang penting dan sangat kaitannya satu dengan yang lain,
sehingga tidak mungkin dibicarakan sendiri-sendiri.
Dislipidemia diklasifikasikan menjadi 2, yaitu Dislipidemia primer dan
Dislipidemia sekunder. Dislipidemia primer yaitu kelainan penyakit genetik dan
bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah, dan
Dispilidemia sekunder disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolesterolemia
yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan, anoreksia
nervosa, dan penyakit hati obstruktif.  . Faktor yang mempengaruhi tingginya
kadar lipid adalah faktor genetik, pola makan, obesitas, kebiasaan merokok,
kurang berolahraga dan merokok. Penyakit Akibat Dislipidemia antara lain
aterosklerosis, hipertensi, Klaudikasio intermitten, Penyakit jantung koroner
(PJK) dan stroke.

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Tersedia pada: http://www.academia.edu/4497910/Makalah_Dislipidemia_2?


login=&email_was_taken=true&login=&email_was_taken=true rabu, 24
september 2014 (08:20)
Tersedia pada:
http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf minggu, 21 september 2014
(20:05)
tersedia pada: http://astria-gizi08.blogspot.com/2011/11/1024x768-normal-0-
false-false-false-en.html selasa, 22 september 2014 20:22
Peters, T.K. Fluvastarin in severe Hypercholesterolemia: Analysis of a Clinical
Trial Database. AJ.Cardiol.l995

Mancini GBJ . Clinical evidence for atherosclerotic lesion regression J. Drug Dev,
1992: 2, 21-27.

Deslypere, J.P. The Role of HMG-CoA Reductase inhibitors in the treatment of


Hyperlipidemia: A Review of Flu vast at in. Current Th.Res. 1995,111-
128.

Pedoman Deteksi, Prevensi dan Tatalaksana Dislipidemia dalam penanggulangan


Penyakit Jantung Koroner, PERKI edisi 1995.

Anda mungkin juga menyukai