Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya dunia komunikasi telah membawa

masyarakat pada suatu peradaban baru dimana setiap individu

dipelosok penjuru dunia manapun dapat saling berkomunikasi

melalui interaksi dunia maya atau yang lebih dikenal dengan

sebutan internet (Salim, 2009 dalam Octaviana 2010). Salah satu

yang dapat mengganggu pola tidur yaitu internet. Intensitas

penggunaan media internet yang tinggi menyebabkan frekuensi

maupun pola istirahat dan tidur berubah. Sejalan dengan

perkembangan zaman, kebutuhan akan internet tidak dapat

dipungkiri lagi. Internet semakin dibutuhkan dan digunakan

sebagian besar masyarakat. Tidak sadar, sebagian orang

menganggap internet sebagai kebutuhan primer bagi hidupnya.

Bahkan tidak sedikit dari mereka yang termasuk ke dalam golongan

addict atau kecanduan. Para pecandu internet mengalami

gangguan tidur karena terlalu banyak menghabiskan waktu online,

kurang istirahat dan kesehatan fisik yang menurun (Dyach, 2012).

Di Amerika setidaknya 80% remaja memiliki satu gadget

ataupun komputer yang paling sering mareka gunakan untuk

mengirim pesan, email, dan mengakses media sosial. Menurut


Uppsala University di Sweden kebiasaan menggunakan gadget

secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama serta

kebiasaan menggunakan gadget ditempat tidur disaat sebelum

tidur dapat menyebabkan terganggu pengaturan dari hormon

melatonin yang dapat menyebabkan penggunanya menjadi

insomnia atau kesulitan untuk tidur.

Di Indonesia, prevalensi insomnia sekitar 10%, yang berarti

28 juta orang dari total 237 juta penduduk di Indonesia menderita

insomnia (Amir, 2010). Apabila jumlah penderita insomnia ini

semakin tahun semakin bertambah, maka akan menyebabkan

kerugian bagi penderitanya. Kerugian tersebut diantaranya dapat

menyebabkan kantuk di siang hari dan merasakan kelelahan bagi

pengguna gadget (Moul dkk, 2002 dan Fortier-Brochu dkk, 2010),

berkurangnya gerak psikomotor (Edinger dkk, 2008), dan gangguan

kognitif lainnya (Altena dkk, 2008). Selain itu, meskipun belum ada

penelitian yang mengungkapkan hubungan secara langsung antara

insomnia dengan peningkatan risiko kecelakan lalu lintas, tetapi

efek residu hipnotik keesokan harinya akibat insomnia dapat

menyebabkan kerusakan substansial dalam fungsi psikomotor

sehingga memungkinkan terjadinya kecelakan saat berkendara

(Menzin dkk, 2001).

Berdasarkan hasil riset Cleveland (2008) dalam Ariani

(2012) dari Case western Reserve Scholl Of Medicine yang


dilakukan pada 238 orang mengenai penurunan kualitas tidur

menunjukkan menurun nya jam tidur lebih dari 1 jam dalam 20-30

tahun terakhir yang diakibatkan oleh salah faktor yaitu penggunaan

internet. peneliti dari University of Gothenburg’s Sahlgrenska

Academy, Swedia berkesimpulan penggunaan ponsel dan

komputer secara intensif dan berlebihan rentan mengakibatkan

gangguan bagi kesehatan, antara lain seperti sakit kepala,

kelelahan, gangguan konsentrasi, sulit tidur, masalah pendengaran,

stres, gangguan tidur atau insomnia, dan gejala depresi bagi

pengguna gadget.

Kemkominfo (2017) menyatakan, pengguna internet di

Indonesia hingga saat ini telah mencapai 82 juta orang. Dengan

capaian tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke-8 di dunia.

Dari jumlah pengguna internet tersebut, 80 persen di antaranya

adalah remaja berusia 15-19 tahun.

Penggunaan internet terbesar di Indonesia dapat ditemukan

di kota pelajar Yogyakarta, yaitu sebanyak 36,2%. Disusul oleh

Jakarta Selatan, Kabupaten Sleman, dan kota industri Tangerang

Selatan, masing-masing sebanyak 33,2%, 29,52%, dan 29,29%.

Rata-rata penggunaan internet per kabupaten/kota di Pulau Jawa

sebesar 12,02% meliputi wilayah Mojokerto, Bandung, Madiun, dan

Kota Pasuruan (Ismaini, dkk 2011).


Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (APJII) (2017), hampir separuh dari total pengguna

internet (dengan mengakses gadget) di Indonesia merupakan

masyarakat dalam kelompok usia 19-34 tahun (49,52%). Sehingga,

berdasarkan data tersebut, penelitian ini dilakukan pada responden

dalam kelompok usia 19-34 tahun yang berstatus mahasiswa.

Dampak insomnia bagi mahasiswa sangat merugikan, seperti dapat

mengakibatkan mahasiswa berpikir lebih lambat, membuat banyak

kesalahan, dan sulit untuk mengingat sesuatu. Jika hal tersebut

terus terjadi pada keseharian-harian mahasiswa, maka akan

menurunkan konsentrasi belajar sehingga dapat menurunkan

prestasi mahasiswa dalam hal akademik. Olii, dkk (2018)

menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian

insomnia dengan konsentrasi belejar pada mahasiswa. Selain itu,

National Sleep Foundation (n.d) menyatakan bahwa insomnia

dapat menyebabkan seseorang menjadi cepat marah, tidak sabar,

gelisah dan depresi.

Fungsi gadget sangat diperlukan untuk berkomunikasi

dengan teman maupun hanya untuk melihat berita atau informasi di

media sosial. Bahkan saat malam hari merupakan waktu yang

nyaman di gunakan untuk bersantai dan bermain smartphone

dikarenakan kurangnya kegiatan maupun aktivitas saat malam hari

sehingga penggunaan gadget pada malam hari lebih panjang


namun mengurangi waktu tidur. Sehingga, menimbulkan beberapa

dampak yaitu sulit berkonsentrasi, mengantuk pada saat jam

belajar, berkurangnya interaksi dengan teman atau pun lingkungan

sekitar dikarenakan terlalu asik dengan gadgetnya dan mengatakan

mereka mengalami gangguan tidur.

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi

dan reakasi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur

dikarakteristikan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat

kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan

penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga

dari waktu digunakan untuk tidur (Hidayat, 2007 dalam Ariani dkk

2013). Dewasa ini banyak bermunculan warnet (warung internet)

yang menyediakan layanan internet hingga fasilitas wifi ataupun

hotspot gratis. Sebagian besar pengunjungnya adalah anak

sekolah mulai dari SD sampai SMA, mahasiswa, bahkan pegawai.

Dengan memperhatikan hal tersebut, waktu yang digunakan para

pengujung warnet tersebut untuk online lebih dari 2 jam dan hal itu

juga mengurangi waktu mereka untuk istirahat dan tidur. Bahkan

adapula pengunjung yang datang di malam hari dan bisa online

sampai pagi tanpa tidur malam. Karena itulah pengelola warnetpun

menyediakan layanan mereka hingga 24 jam nonstop (Dyach,

2012). Keragaman dan kemudahan yang ditawarkan internet

menjadikan curahan waktu untuk menggunakannya menjadi


semakin meningkat. Peningkatan curahan waktu dan penggunaan

internet yang sangat intensif ini menimbulkan berbagai

permasalahan yang di kalangan para ahli psikologi dikenal antara

lain sebagai kecanduan internet (internet addiction). Sedangkan

pada jurnal kedua menerangkan tentang terganggunya intensitas

tidur yang di akibatkan oleh faktor kecanduan pada internet

khususnya pada remaja. Menurut Karpinski, para pelajar yang

menghabiskan waktu setiap hari untuk mencari teman dan chatting

akan kehilangan waktu efektif untuk urusan akademik, minimal satu

jam seminggu. Remaja merupakan masa transisi, suatu masa

dimana periode anak-anak sudah terlewati dan disatu sisi belum

dikatakan dewasa (Stuart & Sundeen, 2006). Sehingga dapat

diambil kesimpulan bahwa kecanduan internet dapat menggangu

intensitas tidur. Otak manusia ada kalanya perlu istirahat, jika kita

kurang tidur maka kondisi tubuh kita menjadi tidak fit dan tidak

stabil.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada

mahasiswa ilmu keperawatan di kampus STIKES Wira Husada

Yogyakarta pada tanggal 06 November 2019. Didapatkan bahwa

sebanyak 20 orang mahasiswa ilmu keperawatan mempunyai

gadget, sedangkan sebanyak 15 orang mahasiswa ilmu

keperawatan mengalami insomnia dan 5 orang mahasiswa ilmu

keperawatan tidak mengalami insomnia.


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik

melakukan penelitian untuk melihat hubungan penggunaan gadget

dengan kejadian insomnia pada mahasiswa ilmu keperawatan

STIKES Wira Husada Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan tersebut, penulis

merumuskan masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat

hubungan penggunaan gadget dengan kejadian insomnia pada

mahasiswa ilmu keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan penggunaan gadget dengan

kejadian insomnia pada mahasiswa ilmu keperawatan STIKES

Wira Husada Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Untuk Mengetahui gambaran penggunaan gagget pada

mahasiswa ilmu keperawatan STIKES Wira Husada

Yogyakarta.

b. Untuk Mengetahui gambaran kejadian insomnia pada

mahasiswa ilmu keperawatan STIKES Wira Husada

Yogyakarta.

D. Ruang Lingkup

1. Materi
Materi yang akan diteliti yaitu mata kuliah keperawatan

medikal bedah tentang hubungan penggunaan gadget dengan

kejadian insomnia pada mahasiswa ilmu keperawatan STIKES

Wira Husada Yogyakarta.

2. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa ilmu

keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta.

3. Waktu

Penelitian ini direncanakan pada bulan Oktober 2019 – Juni

2020. Sedangkan pengambilan data diambil pada bulan

November.

4. Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di kampus STIKES Wira Husada

Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan tentang

hubungan penggunaan gadget dengan kejadian insomnia

pada Mahasiswa ilmu keperawatan STIKES Wira Husada

Yogyakarta.

b. Sebagai sumber informasi dalam memahami penggunaan

gadget terhadap gejala insomnia.

2. Manfaat Praktis
a. Kampus STIKES Wira Husada Yogyakarta

Hasil penelitian ini di harapkan dapat sebagai sumber

informasi tentang hubungan penggunaan gadget dengan

kejadian insomnia pada mahasiswa STIKES Wira Husada

Yogyakarta, dan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dan

dosen di perpustakaan STIKES Wira Husada Yogyakarta.

b. Mahasiswa

Memberikan pengetahuan serta suatu informasi bagi

mahasiswa keperawatan di kampus STIKES Wira Husada

Yogyakarta. Dan diharapkan juga bagi Mahasiswa STIKES

Wira Husada Yogyakarta yang menggunakan gadget dapat

mengurangi penggunaan gadget nya agar tidak mengalami

gangguan tidur atau Insomnia.

c. Peneliti

Sebagai saran peneliti Untuk menambah wawasan dan

pengetahuan serta menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya.

F. Keaslian Penelitian

1. Sofia Qurrotu A’yun (2018), yang meneliti dengan judul “

hubungan lama penggunaan gadget sebelum tidur dengan gejala

insomnia pada mahasiswa program studi kesehatan masyarakat

”. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei analitik yang

bersifat observasional dengan rancangan penelitian cross

sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total


sampling dengan jumlah sampel sebanyak 236 mahasiswa. Hasil

penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara lama penggunaan gadget sebelum tidur dengan gejala

insomnia pada mahasiswa Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

2. Armaya Jarmi (2017), yang meneliti dengan judul “Hubungan

Penggunaan Gadget Dengan Kualitas Tidur Pada Remaja”.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif correlatif

dengan desain cross sectional study. Teknik pengambilan

sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel

sebanyak 92 remaja. hasil penelitian maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara penggunaan gadget dengan

kualitas tidur pada remaja di SMP Negeri 1 Banda Aceh.

3. Omega T. Mawitjere (2017), yang meneliti dengan judul

“Hubungan Lama Penggunaan Gadget Dengan Kejadian

Insomnia Pada Siswa Siswi Di Sma Negeri 1 Kawangkoan”.

Desain Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan

pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel

menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak

39 siswa. terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan

lama penggunaan gadget dengan kejadian insomnia pada siswa-

siswi di SMA Negeri 1 Kawangkoan.

Anda mungkin juga menyukai