LAPORAN KASUS
Preseptor
PADANG
2020
i
DAFTAR ISI
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Peritonitis adalah peradan%an ,an% disebabkan oleh infeksi pada selaput or%an perut
Peritonieum Peritoneum adalah selaput tipis dan 'ernih ,an% membun%kus or%an perut
dandindin% perut sebelah dalam. )okasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse+ ri(a,at akut
akibat pen,ebaran infeksi dari or%an*or%an abdomen misaln,a apendisitis+ salpin
%itis+ perforasiu l k u s % a s t r o d u o d e n a l + r u p t u r a s a l u r a n e r n a + k o m p l i k a s i
seara inokulasi keil*keilan kontaminasi ,an% terus
2
menerus+
bakteri ,an
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
S : Nyeri ulu hati sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri terus menerus .
O :- Tampak sakit berat, GCS E4M5V6, TD 70/40, nadi : 104x/menit, nafas :28x/menit,
saturasi 95% , T : 36,5'C
- Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik, pupil isokor.
4
A : - Syok sepsis + Perikarditis + AKI
Hari 1 Hari 2
5
-Hb : 13,5 g/dL -Eritrosit : 4.82 106/mm3
-Eritrosit : 4.82 106/mm3 -Trombosit 253 103/mm3
-Trombosit 253 103/mm3 -Leukosit H 11.0 103/mm3
-Leukosit 11.0 103/mm3 - hematocrit 38,2 %
-PT : 11.10 detik - albumin L 2,87 g/dl
-APTT : 25.90 detik -kalsium L 7,79 mg/dl
- ALC L 605 - ureum H 89 mg/dl
- NLR H 7,55 - kreatinin H 1,66 mg/dl
6
-inj ondansentron 3x4 mg - E1 levofloxacin
7
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
8
khususnya jika disertai suhu yang tinggi atau hipotensi, adanya tanda yang meragukan
seperti tanda perdarahan dan sepsis serta beberapa tanda iskemia.
2. Pada pemeriksaan radiologik menunjukkan tanda ekstravasasi bahan kontras, tumor
4. Hasil pemeriksaan laparoskopi ditemukan darah segar, empedu, nanah, isis usus, atau
urin
2. Peritonitis
9
ini adalah bentuk insisi anatomis dan fisiologi, tidak memotong ligamen dan saraf,
dan insisi mudah diperluas kearah atas maupun bawah.
3. Transverse Upper Abdomen Incision
Ini merupakan metode insisi laparotomi dengan insisi pada bagian atas. Misalnya,
pembedahan kolesistotomi dan splenoktomi
4. Transverse Lower Abdomen Incision
Metode ini merupakan insisi laparotomi dengan insisi melintang pada bagian bawah
sekitar lebih kurang 4 cm diatas anterior spina iliaa. Misalnya, pada operasi
appendiktomi.
10
pembuluh darah saling melengket dan bersamajala fibrin yang terbentuk, membekukan
darah yang keluar dari pembuluh darah. Trombosit akan saling melekat dan membentuk
bekuan darah bersama benang fibrin. Perlekatan ini yang akan menarik sel radang dan
kemudian mengaktifkan fibroblast lokal dan sel endotel serta vasokonstriktor.9
2. Fase Proliferasi
Fase proliferatif terdiri dari proses destruktif (fase pembersihan), granulasi (pelepasan
sel-sel baru atau pertumbuhan) dan epitelisasi (migrasi sel atau penutupan). Sel polimorf
dan makrofag `membunuh bakteri dan terjadi proses debris (pembersihan) luka pada fase
destruktif. Makrofag juga berfungsi menstimulasi fibroblas untuk menghasilkan kolagen
dan elastin lalu terjadi proses angiogenesis (pembentukan pembuluh darah). Kolagen dan
elastin yang dihasilkan menutup luka dengan membentuk jaringan baru yang disebut
proses granulasi. Fase epitelisasi terjadi setelah tumbuh jaringan granulasi. Fase ini
dimulai dari bagian tepi luka akan mengalami migrasi membentuk lapisan tipis yang
berwarna merah muda dan menutupi tepi luka. Kemudian sel akan mengalami kontraksi,
dan tepi luka akan menyatu serta ukuran luka akan mengecil.9
3. Fase Remodelling
Pada fase remodelling terjadi proses pematangan yang terdiri atas penyerapan kembali
jaringan yang berlebih. Terjadi pengerutan sesuai gaya gravitasi dan akhirnya terjadi
penyempurnaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung lama
hingga berbulan-bulan bahkan tahunan dan dapat dinyatakan berakhir apabila tanda
radang sudah tidak ada.9
12
BAB 4
PEMBAHASAN
13
BAB 5
KESIMPULAN
Laparotomi merupakan salah satu tindakan bedah yang sering dilakukan di Indonesia.
Indikasi dilakukannya laparotomi biasanya karena adanya trauma abdomen, peritonitis,
internal bleeding, obstruksi, atau adanya masa pada abdomen. Anestesi yang digunakan
dalam laparotomi adalah anestesi umum. Sebelum dilakukan tindakan laparotomy pasien
harus dievaluasi dan diklasifikasikan kedalam ASA terlebih dahulu. Komplikasi yang terjadi
setelah dilakukannya tindakan laparotomi juga tidak jauh berbeda dengan tindakan bedah
lainnya yaitu bisa terjadi perdarahan, infeksi luka operasi, hernia insisional, pembentukan
abses, serta komplikasi lain yang berhubungan dengan anestesi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15