Anda di halaman 1dari 10

SOAL UJIAN SEMESTER

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah


Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Dosen :Ayu Lestari Dewi, S.H.,M.H

Disusun oleh :
RAHMAN MONGKITO
201830063/B (non Reg)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA
2021

1
1. Jelaskan Kedudukan dan Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara Beserta
Dasar Hukum Pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara Di Indonesia.
Jawab:
- Kedudukan Pengadilan Tata Usaha Negara (biasa disingkat: PTUN)
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara yang mempunyai kedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai
Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Tata Usaha Negara (TUN) memiliki
fungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan yang termasuk dalam
ranah sengketa Tata Usaha Negara yang mana adalah administrasi negara
yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan pemerintahan baik di
pusat maupun di daerah
- Wewenang PENGADILAN TATA USAHA NEGARA  “memeriksa,
memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara, yaitu suatu
sengketa yang timbul dalam bidang hukum TUN antara orang atau badan
hukum perdata (anggota masyarakat) dengan Badan atau Pejabat TUN
(pemerintah) baik dipusat maupun didaerah sebagai akibat dikeluarkannya
suatu Keputusan TUN (beschikking), termasuk sengketa kepegawaian.
- Dasar Hukum Pembentukan PTUN diatur dalam tiga instrumen hukum, yaitu
Undang-undang No. 5 Tahun 1986, Undang-undang No. 9 Tahun 2004 dan
Undang-undang No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Sebelum disahkan Undang-undang No. 5 Tahun 1986, Peradilan Administrasi
Negara pertama kali dituangkan dalam Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960.
Kemudian ditegaskan dalam Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang
Kekuasaan Kehakiman. Akhirnya, pada 20 Desember 1986, DPR secara
aklamasi menerima Rancangan Undang-undang tentang PeradilanTUN
menjadi undang-undang. Undang-undang tersebut adalah UU No. 5 Tahun
1986.

2
2. Sebutkan dan Jelaskan Asas-Asas Hukum Dalam Hukum Acara Peradilan Tata
Usaha Negara.
Jawab :
a. Asas praduga rechtmatig. Asas ini menyatakan setiap tindakan
pemerintahan selalu dianggap rechtmatig atau tidak menunda pelaksanaan
keputusan tata usaha negara yang disengketakan dan harus dijalankan dalam
hal keputusan yang sudah dibuat sampai ada pembatalan oleh pengadilan
berwenang.Dengan asas ini, gugatan tidak menunda pelaksanaan keputusan
Tata Usaha Negara yang digugat (pasal 67 ayat (1) (4) UU PTUN).
b. Asas para pihak harus didengar. Maksudnya para pihak mempunyai
kedudukan yang sama dan harus diperlakukan dan di perhatikan secara adil.
Hakim tidak dibenarkan hanya memperhatikan alat bukti, keterangan atau
penjelasan salah satu pihak saja.
c. Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas
dari segala macam campur tangan kekuasaan yang lain baik secara langsung
maupun tidak langsung bermaksud untuk mempengaruhi keobjektifan putusan
pengadilan. (Pasal 24 UUD 1945 jo Pasal 4 UU 14/1970).
d. Asas peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan.
Maksudnya sederhana dalam hukum acara, waktu yang relatif cepat dalam
waktu dan murah dalam biaya ringan.
e. Asas hakim aktif (dominus litis) maksudnya ada rapat permusyawarahan
untuk menentukan gugatan dapat diterima atau tidak yg disertai
pertimbangan-pertimbangan, pemeriksaan persiapan untuk memeriksa
kejelasan gugatan, hakim dapat memeritahkan tergugat memberikan info-info
yang dibutuhkan penggugat.
Asas hakim aktif. Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap pokok sengketa
hakim mengadakan rapat permusyawaratan untuk menetapkan apakah gugatan
tidak diterima atau tidak berdasar yang dilengkapi dengan pertimbangan-
pertimbangan (Pasal 62 UU PTUN) dan pemeriksaan persiapan untuk

3
mengetahui apakah gugatan penggugat kurang jelas, sehingga penggugat perlu
untuk melengkapinya (Pasal 63 UU PTUN).
Dengan demikian asas ini memberikan peran kepada hakim dalam proses
persidangan guna memperoleh suatu kebenaran materiil dan untuk itu UU
PTUN mengarah pada pembuktian bebas. Bahkan, jika dianggap perlu untuk
mengatasi kesulitan penggugat memperoleh informasi atau data yang
diperlukan, maka hakim dapat memerintahkan badan atau pejabat TUN
sebagai pihak tergugat itu untuk memberikan informasi atau data yang
diperlukan itu (Pasal 85 UU PTUN).
f. Asas sidang terbuka untuk umum. Maksudnya asas ini membawa
konsekuensi bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai
kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbukan untuk umum.
(pasal 70 UU PTUN).
g. Asas peradilan berjenjang. Maksudnya Jenjang peradilan dimulai dari
tingkat yang terbawah yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN),
kemudian Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN), dan puncaknya
adalah Mahkamah Agung (MA). Dengan dianutnya Asas ini, maka kesalahan
dalam putusan yang lebih rendah dapat dikoreksi oleh pengadilan yang lebih
tinggi. Terhadap putusan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap dapat
diajukan upaya hukum banding kepada PTTUN dan kasasi ke MA.
Sedangkan keputusan yang mempunyai kekuatan Hukum tetap dapat diajukan
upaya permohonan peninjauan kembali kepada MA.
h. Asas Obyektifitas. Untuk tercapainya putusan yang adil, maka hakim atau
panitera wajib mengundurkan diri, apabila terikat hubungan keluarga sedarah
atau semenda sampai derajat ketiga atau hubungan suami atau istri meskipun
telah bercerai dengan tergugat, penggugat atau penasihat hukum atau antara
hakim dengan salah seorang hakim atau panitera juga terdapat hubungan
sebagaimana yang disebutkan di atas, atau hakim atau panitera tersebut

4
mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan sengketanya
(Pasal 78 dan pasal 79 UU PTUN).
i. Asas Pembuktian Bebas Hakim yang menetapkan beban pembuktian.
Hal ini berbeda dengan ketentuan Pasal 1865 BW. Asas ini dianut Pasal 107
UU 5/1986, kemudian dibatasi dengan ketentuan pada pasal 100 uu no
5/1986.
j. Asas putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan mengikat ( erga
omnes ) , Sengkata TUN adalah sengketa diranah hukum public, yang tentu
akibat hukum yang timbul dari putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, akan mengikat tidak hanya para pihak yang
bersengketa namun berdasarkan asas putusan tersebut akan mengikat siapa
saja.
k. Asas Pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan.
Asas ini menempatkan pengadilan sebagi ultimum remedium. Sengketa Tata
Usaha Negara sedapat mungkin terlebih dahulu diupayakan penyelesaiannya
melalui musyawarah untuk mencapai mufakat bukan secara konfrontatif.
Penyelesaian melalui upaya administratif yang diatur dalam pasal 48
UUPTUN lebih menunjukkan penyelesaian ke arah itu. Apabila musyawarah
tidak mencapai mufakat, maka barulah penyelesaian melalui PTUN dilakukan

3. Jelaskan Skema Alur Tahapan Proses Perkara Peradilan Tata Usaha Negara.
Jawab:
Tahapan -Tahapan Penanganan Perkara Di Persidangan : 
a. Pembacaan  GUGATAN  (Pasal 74 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5
Tahun 1986)
Pemeriksaan Sengketa Dimulai Dengan Membacakan isi Gugatan dan
Surat yang Memuat Jawabannya Oleh Hakim Ketua Sidang, dan Jika
Tidak Ada Surat Jawaban, Pihak Tergugat Diberi Kesempatan Untuk
Mengajukan Jawabannya.

5
b. Pembacaan  JAWABAN  (Pasal 74 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5
Tahun 1986)
Pemeriksaan Sengketa Dimulai Dengan Membacakan isi Gugatan dan
Surat yang Memuat Jawabannya Oleh Hakim Ketua Sidang, dan Jika
Tidak Ada Surat Jawaban, Pihak Tergugat Diberi Kesempatan Untuk
Mengajukan Jawabannya.
c. REPLIK (Pasal 75 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Penggugat Dapat Mengubah Alasan yang Mendasari Gugatan Hanya
Sampai Dengan Replik, Asal Disertai Alasan yang Cukup Serta Tidak
Merugikan Kepentingan Tergugat, dan Hal Tersebut Harus Disaksikan
Oeh Hakim.
d. DUPLIK (Pasal 75 Ayat 2 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Tergugat Dapat Mengubah Alasan yang Mendasari Jawabannya Hanya
Sampai Dengan Duplik, Asal Disertai Alasan yang Cukup Serta Tidak
Merugikan Kepentingan Penggugat dan Hal Tersebut Harus
Dipertimbangkan Dengan Seksama Oleh Hakim.
e. PEMBUKTIAN  (Pasal 100 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Yang Dapat Dijadikan Alat Bukti Dalam Persidangan Adalah Sebagai
Berikut :
1) Surat atau Tulisan;
2) Keterangan Ahli;
3) Keterangan Saksi;
4) Pengakuan Para Pihak;
5) Pengetahuan Hakim.
f. KESIMPULAN  (Pasal 97 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun
1986)
Dalam Hal Pemeriksaan Sengketa Sudah Diselesaikan, Kedua Belah Pihak
Diberi Kesempatan Untuk Mengemukakan Pendapat yang Terakhir
Berupa Kesimpulan Masing – Masing.

6
g. PUTUSAN (Pasal 108 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)

Pembacaan  PUTUSAN  (Pasal 108 Undang – Undang Nomor 5 Tahun


1986)

1) Putusan Pengadilan Harus Diucapkan Dalam Sidang Terbuka


Untuk Umum;
2) Apabila Salah Satu Pihak atau Kedua Belah Pihak Tidak Hadir
Pada Waktu Putusan Pengadilan Diucapkan, Atas Perintah Hakim
Ketua Sidang Salinan Putusan itu Disampaikan Dengan Surat
Tercatat Kepada yang Bersangkutan;
3) Tidak Dipenuhinya Ketentuan Sebagaimana Dimaksud Dalam
Ayat (1) Berakibat Putusan Pengadilan Tidak Sah dan Tidak
Mempunyai Kekuatan Hukum.

Materi  Muatan  Putusan  (Pasal 109 Undang – Undang Nomor 5 Tahun


1986)

1) Kepala Putusan Yang Berbunyi : ” DEMI KEADILAN


BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” ;
2) Nama, Jabatan, Kewarganegaraan, Tempat Kediaman, atau Tempat
Kedudukan Para Pihak Yang Bersengketa ;
3) Ringkasan Gugatan dan Jawaban Tergugat Yang Jelas ;
4) Pertimbangan dan Penilaian Setiap Bukti Yang Diajukan dan Hal
Yang Terjadi Dalam Persidangan Selama Sengketa Itu Diperiksa ;
5) Alasan Hukum Yang Menjadi Dasar Putusan ;
6) Amar Putusan Tentang Sengketa Dan Biaya Perkara ;
7) Hari, Tanggal Putusan, Nama Hakim Yang Memutus, Nama Panitera,
Serta Keterangan Tentang Hadir atau Tidak Hadirnya Para Pihak.

7
Amar  Putusan  (Pasal 97 ayat 7 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)

1) Gugatan Ditolak;
2) Gugatan Dikabulkan;
3) Gugatan Tidak Diterima;
4) Gugatan Gugur.

4. Sebutkan dan Jelaskan Jenis-Jenis Sengketa Tata Usaha Negara dan Objek
Peradilan Tata Usaha Negara.
Jawab:
- Jenis-jenis Sengketa Tata Usaha Negara
a. Gugatan
1. Pertanahan
2. Kepegawaian
3. Perizinan
4. Lingkungan Hidup
5. Tender/Pengadaan Barang Jasa
6. Badan Hukum / Partai Politik

7. Kepala Desa Dan Perangkat Desa

8. Kepala Daerah

9. Proses Pemilihan Umum

10. Pergantian Antar Waktu

11. Ketenagakerjaan

12. Sengketa Informasi Publik / KIP

8
13. Pengadaan Tanah

14. Fiktif Positif

15. Penyalahgunaan Wewenang

16. Tindakan Administrasi Pemerintahan

17. Merk

b. Permohonan

1. Fiktif Positif.

2. Permohonan Pengujian Unsur Penyalahgunaan Wewenang.

c. Penyelesaian Perkara TUN Khusus :

1. Keterbukaan Informasi Publik ( Undang-Undang No.14 Tahun 2008)

2. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum ( Undang-Undang No.02


Tahun 2012)

3. Permohonan Penyalahgunaan Wewenang (Undang-Undang No.30


Tahun 2014 Pasal 21)

4. Permohonan Fiktif Positif (Undang-Undang No.30 Tahun 2014 Pasal


53).

- Objek sengketa Tata Usaha Negara adalah keputusan yang dikeluarkan oleh
badan atau Pejabat tata usaha negara. Penetapan Tertulis adalah Dalam hal ini
tidak menunjuk kepada bentuk keputusan itu akan tetapi merujuk kepada isi

9
keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara
tersebut.

5. Terhadap Perkara “In Absentia” Bagaimanakah Kedudukan Tergugat bilamana


tidak Menghadiri Persidangan dalam Tenggang Waktu yang Telah di Tetapkan,
Sebutkan dan Jelaskan Dasar Hukumnya.

Jawab:

  Dalam perkara tata usaha Negara Persidangan secara in absentia juga dikenal
dalam Peradilan Tata Usaha Negara. Berdasarkan Pasal 72 ayat (2) UU No. 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (“UU PTUN”) sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 2004 dan UU No. 51 Tahun 2009,
menyatakan “dalam hal setelah lewat dua bulan sesudah dikirimkan dengan Surat
tercatat penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak diterima berita,
baik dari atasan tergugat maupun dari tergugat, maka Hakim Ketua Sidang
menetapkan hari sidang berikutnya dan pemeriksaan sengketa dilanjutkan
menurut acara biasa, tanpa hadirnya tergugat.”

10

Anda mungkin juga menyukai