Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)

A. Defenisi

Menurut Nurbaiti (2009), Otitis Media Supuratif Kronik ialah infeksi

kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang

keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin

encer atau kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai gangguan

pendengaran. 

Jadi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut

dengan istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat

berasal dari Otitis Media Akut stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap

keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer, bening ataupun mukopurulen.

Proses hilang timbul atau terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut.

Tetap terjadi perforasi pada membran timpani. Perforasi yaitu membran

timpani tidak intake / terdapat lubang pada membran timpani itu sendiri.

B. Klasifikasi

OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)

Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak

mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe

benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK

tipe benigna tidak terdapat kolesteatom.

2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)


OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.

Perforasi terletakpada marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga

kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang

berbahaya atau total timbul pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe

maligna.

C. Etiologi

Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah

dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari tengah terus-

menerus atau hilang timbul dan sekretnya mungkin encer, kental, bening atau

berupa nanah.

Terdapat beberapa etiologi dari otitis media diantaranya adalah:

1. Gangguan fungsi tuba

Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh

edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder

masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah

digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya


menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif

menjadi normal.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran

timpani yang menetap pada OMSK adalah:

a. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang

mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.

b. Obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada

perforasi. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan

spontan melalui mekanisme migrasi epitel.


c. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami

pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani.

Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.

2. Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah

hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini

menunjukkan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat.

Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora tipe

usus, dan beberapa organisme lainnya.

a. Riwayat infeksi telinga tengah

b. Sumbatan (secret,tumor,tampon)

c. Perubahan tekanan udara yang tiba-tiba

d. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih

tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya

sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri

atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

3. Autoimun

4. Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosioekonomi belum jelas,

tetapi kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden OMSK yang lebih

tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan

kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.


Hal-hal tersebut menyebabkan gangguan pada tuba eustachius.

Terjadi perubahan tekanan udara di telinga dari tekanan positif menjadi

negative sehingga terbentuklah efusi. Efusi di liang telinga tengah dapat

sembuh dengan sendiri. Dapat juga terjadi otitis media efusi (OME) bila

efusi tetap ada karena tuba eustachius tetap terganggu tetapi tidak terdapat

infeksi. Bila tuba eusthacius tetap terganggu dan terdapat infeksi maka

terjadi otitis media akut (OMA). Otitis media akut dapat sembuh sendiri

tetapi dapat juga terus berlanjut menjadi otitis media supuratif kronis

(OMSK). Faktor predisposisi yang menyebabkan OMA dapat berlanjut

menjadi OMSK adalah sebagai berikut:

a. Terapi yang terlambat

b. Terapi yang tidak adekuat

c. Virulensi kuman tinggi

d. Daya tahan tubuh rendah

e. Hygiene yang kurang terjaga.

Pada anak, semakin sering terkena infeksi saluran napas, makin

tinggi resiko terkena OMA yang bila penanganannya dan terapinya

terlambat dan tidak adekuat dapat berlanjut menjadi OMSK. Pada bayi

terjadinya otitis media dipermudah karena tuba eustachiusnya yang

pendek, lebar dan horizontal.

D. Patofisiologi

OMSK dimulakan dengan suatu infeksi akut. Patofisiologi OMSK

bermula dengan proses irritasi dan inflamasi pada mukosa telinga tengah.

Respon inflamasi menimbulkan edema pada mukosa. Inflamasi yang


berkelanjutan akan menyebabkan ulserasi pada mukosa dan kerusakan pada

sel epitel. Penjamu akan menghasilkan suatu jaringan granulasi (respon

terhadap inflamasi) yang bisa membentuk polip pada permukaan rongga

telinga tengah. Siklus infalamasi, ulserasi, infeksi dan pembentukan jaringan

granulasi akan menghancurkan tulang sehingga menimbulkan komplikasi

(Parry, 2011).

E. Manifestasi Klinik

Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau

gangguan pendengaran. Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan

seperti merasakan adanya tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat

terjadi secara terus menerus atau intermiten dan dapat terjadi pada salah satu

atau pada kedua telinga (Dhingra, 2007).

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan

encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh

aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe
jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering

kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran

timpani dan infeksi. Keluarnya sekretbiasanya hilang timbul.

Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi  saluran nafas atas

atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada

OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya sekret telinga. Sekret yang

sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma

dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna

putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga

tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan

granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang

mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah

kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat

hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat

bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom,

tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang

pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang

pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db.

Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran

timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga

tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat

karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga

kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang

pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.

Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan

berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen

rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila

terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang

dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.

3. Otalgia ( nyeri telinga)


Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada

merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat

karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman

komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau

dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri

telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder.

Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,

subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius

lainnya. Keluhanvertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel

labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul

biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada

panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena

perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih

mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam

labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi

akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius,

karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke

telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut

menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan

riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif

pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga

telinga tengah.

Adapun tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna, antara lain:

a. Adanya Abses atau fistel retroaurikular


b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum

timpani.

c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)

d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif.

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati

tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural,

beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani

serta keutuhan dan mobilitas.

2. Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid

3. Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani

4. Pemeriksaan Radiologi

a. Proyeksi Schuller: memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari

arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena

memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.


b. Proyeksi Mayer atau Owen: Diambil dari arah dan anterior telinga

tengah. Akan tampak gambaran tulang- tulang pendengaran dan atik

sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai

struktur-struktur.

c. Proyeksi Stenver: memperlihatkan gambaran sepanjang piramid

petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius

interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini

menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat

menunjukan adanya pembesaran.


d. Proyeksi Chause III: memberi gambaran atik secara longitudinal

sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik.

Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan

tulang oleh karena kolesteatom.

5. Bakteriologi

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas

aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada

OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis.

Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan

bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.

G. Penatalaksanaan

1. OMSK Benigna :

a. Konservatif

1) Pembersihan secret di liang telinga (toilet local, “drainage”)

merupakan hal yang penting untuk pengobatan ottitis media

kronik.
Ada beberapa cara untuk membersihkan secret :

a) Dengan menggunakan kapas lidi. Tindakan ini dianjurkan

sesering-seringnya dila ada otore. Dapat diajarkan kepada

penderita atau orang tua penderita.

b) Displacement methode” dapat dengan menggunakan larutan

hydrogen peroksida (H2O2) 3%, karena adanya gas O2 yang

ditimbulkan

c) Bila mungkin secret dihisap secara hati-hati dengan

menggunakan jarum kecil plastik, misalnya jarum BWG no. 16


dan 18 yang ujungnya diberi kateter nelaton yang kecil atau

karet pentil.

2) Pengobatan Lokal

Diberikan antibiotik tetes telinga. Pemberian antibiotik

tetes telinga tidak ada gunanya bila masih ada otore yang

produktif. Oleh karena itu pemberian antibiotik local dianjurkan

setelah dilakukan toilet local. Harus diterangkan terlebih dahulu

cara pemakaian H2O2 3% ke dalam telinga yang sakit kemudian

bersihkan dengan kapas lidi baru, setelah itu masukkan antibiotik

tetes telinga dengan cara kepala dimiringkan dan tragus ditekan

tekan supaya obat tetes masuk ke dalam

3) Antibiotika yang adekuat oral atau parenteral. Ini diberikan apabila

ada eksaserbasi akut yang didahului oleh infeksi hidung atau faring

b. Operatif :

Tindakan operatif dilakukan bila terdapat fokal infeksi yang

mungkin dijumpai seperti tonsillitis kronik, sinusitis dan lain-lain.

Jenis-jenis Tindakan Operatif :

1) Miringoplasty atau Timpanopalsty

Operasi ini dianjurkan apabila

a) Infeksi sudah tenang

b) Tidak ada komplikasi

c) Sekret tidak produktif lagi dalam waktu lama (1-3 bulan)

d) Tidak terdapat tuli saraf yang berat

2) Mastoidektomi

1. OMSK Maligna
Umumnya dilakukan pembedahan yaitu mastoidektomi radikal.

Bila ada komplikasi abses retroaurikuler dan penderita jauh dari rumah

sakit, maka harus dilakukan insisi sementara untuk drainage.

H. Komplikasi

Menurut Fung (2004), komplikasi pada OMSK antara lain:

1. Kerusakan yang permanen dari telinga dengan berkurangnya pandangan

atau ketulian.

2. Mastuiditis

3. Cholesteatoma

4.  Abses apidural (peradangan disekitar otak)

5.  Paralisis wajah

6.  Labirin titis

I. Prognosis
Biasanya OMC berespon terhadap terapi dapat terjadi dalam beberapa

bulan. Biasanya kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi kehidupan

penderita tetapi dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan dapat berakhir

dengan komplikasi yang serius (Fung, 2004).


BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata : Nama, umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan

2. Riwayat Penyakit sekarang

3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus,

tenggorokan.

4. Riwayat penyakit dahulu :

a. Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau

trauma

b. Pernah mempunyai riwayat penyakit THT

c. Pernah menderita sakit gigi geraham

5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga

yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien

sekarang.

6. Riwayat spikososial

a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas atau sedih)

b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

7. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa

memperhatikan efek samping

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada

hidung
c. Pola istirahat dan tidur

Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering

pilek

d. Pola Persepsi dan konsep diri

Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri

menurun

e. Pola sensorik

- Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu

akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous,

mukopurulen).

8. Pemeriksaan Fisik

a. Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital, kesadaran.

b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi

(mukosa merah dan bengkak).

Data subyektif :

1) Observasi nafas :

a) Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya

b) Riwayat pembedahan hidung atau trauma

c) Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah,

frekwensinya, lamanya.

2) Sekret hidung :

a) Warna, jumlah, konsistensi secret

b) Epistaksis

c) Ada tidaknya krusta atau nyeri hidung.

3) Riwayat Sinusitis :

a) Nyeri kepala, lokasi dan beratnya


b) Hubungan sinusitis dengan musim atau cuaca.

4) Gangguan umum lainnya :

a) Kelemahan

Data Obyektif

- Demam, drainage ada : Serous, Mukppurulen, Purulen

- Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada

hidung dan  Pucat, Odema keluar dari hidung atausinus

yang mengalami radang  mukosa

- Kemerahan dan Odema membran mukosa

- Pemeriksaan penunjung :

 Kultur organisme hidung dan tenggorokan.

 Pemeriksaan rongent sinus

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Kronik berhubungan dengan agen cedera (biologis)

2. Gangguan persepsi panca indera: auditorius b.d. Gangguan penghantaran

bunyi pada organ pendengaran

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber,

kurang mengingat, serta salah interpretasi.


C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi


No
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri Kronik Tingkat Kenyamanan Manajemen Nyeri
1
berhubungan dengan Tujuan : Nyeri hilang atau a. Lakukan pengkajian nyeri
agen cedera (biologis) berkurang secara komprehensif
Defenisi: Kriteria hasil : termasuk lokasi,
Pengalaman emosional a. Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
dan berhubungan dengan (tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
perasaan tak enak timbul mampu menggunakan faktor presipitasi
dari kerusakan jaringan teknik nonfarmakologi b. Observasi reaksi  nonverbal
nyata atau potensial atau untuk mengurangi nyeri, dari ketidaknyamanan
uraikan dalam kaitan mencari bantuan). c. Gunakan teknik komunikasi
dengan seperti b. Melaporkan bahwa nyeri terapeutik untuk mengetahui
kerusakan berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
menggunakan manajemen d. Kaji kultur yang
nyeri mempengaruhi respon nyeri
c. Mampu mengenali nyeri e. Evaluasi pengalaman nyeri
(skala, intensitas, frekuensi masa lampau
dan tanda nyeri) f. Evaluasi bersama pasien dan
d. Menyatakan rasa nyaman tim kesehatan lain tentang
setelah nyeri berkurang ketidakefektifan kontrol
e. Tanda vital dalam rentang nyeri masa lampau
normal g. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
h. Kontrol lingkungan  yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
l. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
m.Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
q. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Gangguan persepsi Perubahan Sensori-Persepsi ; Peningkatan Komunikasi:


2
panca indera: auditorius Pendengaran Defisit Pendengaran
berhubungan dengan Kriteria Hasil: Aktivitas:
Gangguan penghantaran a. Pasien akan berpartisipasi a. Janjikan untuk
bunyi pada organ dalam program mempermudah pemeriksaan
pendengaran pengobatan pendengaran sebagaimana
b. Pasien akan mestinya
Defenisi: perubahan mempertahankan b. Memfasilitasi penggunaan
dalam jumlah maupun  kemampuan pendengaran alat bantu sewajarnya
pola rangsangan yang c. Tidak adanya sakit kepala c. Beritahu pasien bahwa suara
diterima yang disertai akan terdengar berbeda
dengan penyusutan, dengan memakai alat bantu
pelebihan, d. Jaga kebersihan alat bantu
penyimpangan, atau e. Periksa secara rutin baterai
gangguan tanggapan alat bantu
terhadap rangsangan f. Mendengar dengan penuh
tersebut. perhatian
g. Menahan diri dari berteriak
pada pasien yang
mengalami gangguan
komunikasi
h. Memfasilitasi lokasi
penggunaan alat bantu
i. Memfasilitasi letak telepon
bagi gangguan pendengaran
sebagaimana mestinya
Pembentukan kognisi
Aktivitas:
a. Bantu pasien untuk
menerima kenyataan bahwa
statemen diri berada di
tengah-tengah timbulnya
emosi
b. Bantu pasien memahami
akan ketidakmapuannya
untuk menggapai perilaku
yang diinginkan sering
disebabkan oleh statemen
diri yang tidak masuk akal
c. Tunjukkan bentuk-bentuk
kelainan fungsi berpikir
(misal, pikiran yang
bertentangan, terlalu banyak
menggeneralisasi,
penguatan, dan
personalisasi)
d. Bantu pasien mengenali
emosi yang menyakitkan 
yang ia rasakan
e. Bantu pasien mengenal
pemicu yang diterima
(misal, situasi, kejadian, dan
interaksi dengan orang lain)
yang membuat stress
f. Bantu pasien untuk
mengenal interpretasi
pribadi yang salah mengeni
faktor pemicu yang diterima
g. Bantu pasien untuk
mengganti interpretasi yang
salah dengan yang lebih
realistis berdasarkan situasi
yang membuat stres,
kejadian, dan interaksi

Kurang pengetahuan Knowledge: Health Behavior Teaching : Health Behavior


3
(kebutuhan belajar) Tujuan : Klien mengetahui a. Berikan penilaian tentang
tentang kondisi, tentang kondisi, prognosis tingkat pengetahuan pasien
prognosis, dan dan pengobatannya. tentang proses penyakit
pengobatan berhubungan Kriteria Hasil: yang spesifik
dengan kurang a. Pasien dan keluarga b. Jelaskan patofisiologi dari
terpajan/tak mengenal menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana hal
sumber, kurang tentang penyakit, kondisi, ini berhubungan dengan
mengingat, serta salah prognosis dan program anatomi dan fisiologi,
interpretasi. pengobatan dengan cara yang tepat.
Defenisi: b. Pasien dan keluarga c. Gambarkan tanda dan gejala
Tidak adanya atau mampu melaksanakan yang biasa muncul pada
kurangnya informasi prosedur yang dijelaskan penyakit, dengan cara yang
kognitif sehubungan secara benar tepat
dengan topik spesifik c. Pasien dan keluarga d. Gambarkan proses penyakit,
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang e. Identifikasi kemungkinan
dijelaskan perawat/tim penyebab, dengna cara yang
kesehatan lainnya. tepat
f. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
g. Hindari jaminan yang
kosong
h. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
i. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
j. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
k. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
l. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
m.Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
n. -  Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Cicilia Bangeud. 2011. http://bangeud.blogspot.co.id/2011/11/asuhan-

keperawatan-pada-klien-otitis_4271.html (diakses 18 desember 2015).

Firman. 2013. http://firwanintianur93.blogspot.co.id/2013/04/laporan-


pendahuluan-otitis-media_21.html (diakses 18 desember 2015).
Fung, K., 2004, Otitis Media Chronic, http://www.medline.com

Mansjoer, Arif. dkk. (2010). Kapita Selwkta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.

Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

Parry, D.; Roland, P.S. 2005. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical

Treatment. www.emedicine.com: situs internet.

Nurbaiti. 2009. Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI. Jakarta.


PENYIMPANGAN KDM

Infeksi sekunder
Trauma ,benda Asing
(ISPA)Bakteri
Streptococcus,Hemophylus

Ruptur Gendang Telinga


Infeksi Bakteri

Otitis media

Proses Peningkatan Tekanan Pengobatan


peradangan produksi cairan udarapada telinga tidak tuntas
serosa tengah (-)

Nyeri Akumulasi Infeksi


Rektrasi
cairan mucus berlanjut
membran
dan serosa sampai ke
Kesulitan/Sakit timpani
telinga dalam
menelan

Hantaran kolesteatotom
suara/udara Erosi pada
Resiko yang diterima kanalis
pemenuhan menurun semiserkularis
kebutuhan mastoidektomi
nutrisi kurang
dari kebutuhan Gangguan Vertigo
tubuh persepsi
Nyeri akut
sensori
Resiko
injuri

Cemas

Anda mungkin juga menyukai