Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN KEGIATAN STASE KEDOKTERAN ISLAM

(SECARA DARING) BAGI MAHASISWA

JOURNAL READING

Sarah Beauty Nabila

201910401011006

Kelompok H-32

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
Judul :

Mindfulness in Salah Prayer and its Association with Mental Health

Peneliti :

Shahid Ijaz, Muhammad Tahir Khalily, Irshad Ahmad

Media Publikasi :

Journal of Religion and Health

Tahun :

2017

Reviewer :

Sarah Beauty Nabila

Pokok Penelitian/Pokok Bahasan :

Hubungan antara kekhusyu’an shalat dan kesehatan mental populasi muslim

Metode Penelitian :

 Penelitian ini menggunakan data cross sectional yang terdiri dari populasi

muslim yang melakukan shalat secara khusyu’ dan tidak khusyu’ (usia 16-30

tahun). Diambil dari kota Islamabad dan Abbottabad mulai 1 April 2015

hingga 4 Mei 2015.

 Sampel diambil dengan teknik purpose sampling dari International Islamic

University Islamabad dan Ayub Medical College Abbottabad. Sampel

dipastikan memiliki pendidikan formal dan memiliki perbedaan dalam

pendidikan agama, kemudian dengan menggunakan RAND Mental Health

Inventory untuk mengukur kesehatan mental. Sedangkan untuk skala

pendidikan agama Islam, skala pendidikan tentang shalat, dan skala

kekhusyu’an dalam shalat dinilai dengan menggunakan kuisioner.


 Pengolahan statistik dengan SPSS. Analisis statistik dengan menggunakan

pearson correlation, t sample, dan regresi.

Hasil :

 Total peserta yang diteliti sebanyak 174, dengan rata-rata usia adalah 21,57

(SD = 2,05). Diantara mereka, laki-laki sebanyak 62% dan 88% memiliki

kelas sosial ekonomi menengah.

 Skala psikometri : pendidikan agama, pendidikan shalat, kekhusyu’an shalat,

dan kesehatan mental dengan nilai 0,83-0,93 memiliki skala yang baik dan

dapat diterima.

 Uji t sampel independen: kekhusyu’an orang shalat >> tidak shalat (p<0,01).

Kesehatan mental orang shalat >> tidak shalat (p<0,05). Sehingga

menunjukkan bahwa rata-rata kekhusyu’an shalat dan kesehatan mental

secara signifikan lebih tinggi bagi mereka yang melakukan shalat secara

teratur (p<0,01) dibandingkan mereka yang tidak shalat secara teratur.

 Regresi multipel: pendidikan agama, pendidikan shalat, dan kekhusyu’an

shalat mampu menyumbang 13% terhadap kesehatan mental (p<0,01).

Pendidikan shalat dan kekhusyu’an shalat signifikan berpengaruh terhadap

kesehatan mental. Pendidikan agama tidak signifikan berpengaruh terhadap

kesehatan mental.

 Distres psikologis, depresi/perilaku/kontrol emosional dan kecemasan

dikorelasikan dengan skor terbalik, yaitu semakin tinggi (atau positif) nilai

korelasinya, semakin rendah (atau negatif) hubungan distres psikologis

(depresi/perilaku/kontrol emosional dan kecemasan).


Jurnal Pendukung Lainnya :

 Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saleem dkk

(2020) berjudul “Belief Salience, Religious Activities, Frequency of Prayer

Offering, Religious Offering Preference and Mental Health: A Study of

Religiosity Among Muslim Students” bahwa kegiatan keagamaan (p<0,01),

frekuensi shalat (p<0,01), pilihan agama (p<0,001), dan keyakinan pada

agama (p<0,001) berdampak positif terhadap kesehatan mental pada

mahasiswa dan mahasiswi usia 16-26 tahun dari program sarjana dan

magister di International Islamic University Islamabad.

 Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pajevic dkk

(2017) berjudul “Association of Islamic Prayer with Psychological Stability

in Bosnian War Veterans” bahwa veteran perang yang melaksanakan shalat

secara rutin memiliki tingkat depresi, histrionik, psikopat, dan paranoia yang

jauh lebih rendah (p<0,01) dibandingkan dengan veteran perang yang tidak

shalat. Veteran yang digunakan dalam penelitian tersebut berusia 25-45

tahun.

 Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reza (2015)

berjudul “Efektivitas Pelaksanaan Ibadah dalam Upaya Mencapai Kesehatan

Mental” bahwa jamaah (usia 23-60 tahun) yang rutin melaksanakan ibadah

memiliki tingkat kesehatan mental yang baik. Hal ini dikarenakan, ibadah

dalam konteks agama Islam (shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan ibadah

lainnya) yang dilakukan sebagai proteksi diri dalam menghadapi berbagai

macam tekanan hidup.


 Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winurini (2019)

berjudul “The Relationship between Religiosity and Mental Health of

Adolescents in Islamic Boarding Schools in Tabanan” bahwa terdapat

hubungan positif dan signifikan antara skor religiositas dan skor kesehatan

mental pada remaja pesantren (usia 12-17 tahun) dengan p<0,01. Hal ini

berarti semakin tinggi tingkat religiositas yang dirasakan oleh remaja

pesantren, maka akan diiringi dengan semakin tingginya kesehatan mental

yang dimiliki oleh remaja tersebut, begitu juga sebaliknya. Religiositas

meliputi: dimensi ideologik (keyakinan terhadap rukun iman dan ajaran

agama dengan pandangan hidup muslim), dimensi ritualistik (shalat wajib

tepat waktu), dimensi eksperensial (perasaan dekat dengan Allah SWT,

perasaan mencintai dan dicintai Allah SWT, kesadaran akan kehadiran Allah

SWT, perasaan syukur karena doa atau permintaannya terkabul, perasaan

bertawakal atau menyerahkan diri, perasaan khusyu’, dekat dan akrab ketika

bersembahyang, bergetar hatinya ketika mendengar adzan atau pembacaan

kitab suci Al-Qurán dan sebagainya), dimensi intelektual (rukun iman dan

rukun Islam), dan dimensi konsekuensial (amal sholeh).

Fisiologi Sholat terhadap Kesehatan Mental :

Shalat wajib yang dilakukan umat Muslim sebanyak 5x dalam sehari dengan

membacakan ayat-ayat suci Allah SWT dapat meningkatkan aktivitas di gyrus

cingulate anterior. Peningkatan aktivitas di gyrus cingulate anterior terjadi

bersamaan dengan peningkatan aktivitas di korteks prefrontal. Tidak dijelaskan

apakah hal tersebut mencerminkan keadaan otak yang berbeda terkait dengan

shalat yang teratur. Cingulate anterior berhubungan dengan regulasi emosional,


pembelajaran, memori, memainkan peran penting dalam menurunkan kecemasan

serta iritabilitas, dan meningkatkan kesadaran emosional dan sosial (Newberg

dkk, 2015).

Kelebihan :

 Isi dari jurnal singkat, padat, dan jelas sehingga mudah dimengerti.

 Data dan tabel cukup lengkap, serta membahas sesuai dengan tujuan

penelitian.

 Penelitian ini sangat bermanfaat untuk memberikan informasi yang baik

bahwa melaksanakan shalat secara khusyu’ dapat mempengaruhi perbaikan

kesehatan mental.

Kekurangan :

 Penelitian ini memiliki sampel dan waktu yang relatif terbatas. Diperlukan

penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek jangka panjang dari

kekhusyu’an shalat dan variabel lainnya terhadap kesehatan mental.

 Tidak diketahui bagaimana mekanisme shalat dapat berpengaruh terhadap

kesehatan mental.

Kesimpulan :

Orang-orang yang melakukan shalat secara teratur dan penuh perhatian (khusyu’)

memiliki kesehatan mental yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang

tidak shalat dan shalat dengan tidak khusyu’. Pendidikan shalat dan kekhusyu’an

shalat memiliki peran penting dalam kesehatan mental.

Daftar Pustaka :
 Ijaz, S. Khalily, MT. Ahmad, I. 2017. Mindfulness in Salah Prayer and its

Association with Mental Health. Journal of Religion and Health. DOI:

10.1007/s10943-017-0413-1.

 Newberg, AB dkk. 2015. A case series study of the neurophysiological effect

of altered states of mind during intense Islamic prayer. Journal of Physiology

– Paris. Pp. 1-7. DOI: 10.1016/j.jphysparis.2015.08.001.

 Pajevic, I. Sinanovic, O. Hasanovic, M. 2017. Association of Islamic Prayer

with Psychological Stability in Bosnian War Veterans. Journal of Religion

and Health. DOI: 10.1007/s10943-017-0431-z.

 Reza, IF. 2015. Efektivitas Pelaksanaan Ibadah dalam Upaya Mencapai

Kesehatan Mental. PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami. Vol. 1 No. 1. Pp. 105-

115. Available from:

http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/article/view/561/499.

 Saleem, T. Saleem, S. Mushtaq, R. Gul, S. 2020. Belief Salience, Religious

Activities, Frequency of Prayer Offering, Religious Offering Preference and

Mental Health: A Study of Religiosity Among Muslim Students. Journal of

Religion and Health. DOI: 10.1007/s10943-020-01046-z.

 Winurini, S. 2019. Hubungan Religiositas dan Kesehatan Mental pada

Remaja Pesantren di Tabanan. The Relationship between Religiosity and

Mental Health of Adolescents in Islamic Boarding Schools in Tabanan.

Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial. Vol. 10 No. 2. Pp. 139-153. DOI:

https://doi.org/10.22212/aspirasi.v10i2.1428. Available from:

http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index.

Anda mungkin juga menyukai