Anda di halaman 1dari 4

Apakah Middle East respiratory syndrome (MERS)?

Middle East respiratory syndrome (MERS) adalah penyakit pernafasan yang


disebabkan sebuah virus korona jenis baru (novel coronavirus) sehingga
dinamai MERS‐CoV (Mei 2013). Penyakit ini pertama ditemukan di Arab
Saudi tahun 2012. Virus Korona atau coronavirus adalah keluarga jenis virus
yang bisa menyebabkan penyakit dari yang ringan seperti flu biasa hingga
parah seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Daerah mana yang terjangkit MERS?


Negara-negara berikut telah melaporkan adanya kasus MERS di wilayahnya: Jordan,
Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, the United Arab Emirates, dan Yemen (Timur
Tengah); Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Inggris (Eropa); Tunisia dan Mesir (Afrika);
Malaysia dan Philippines (Asia); serta Amerika Serikat.

Virus tampaknya berjangkit luas di semenanjung Arab. Seluruh kasus yang dilaporkan
dari luar Timur Tengah pertama terkena infeksi di Timur Tengah sebelum kemudian
bepergian keluar dari wilayah tersebut. Kasus-kasus di luar Timur Tengah tampaknya
tidak menulari orang di negara tujuan/asal. Tahun 2013, kasus di Perancis dan Inggris
menampakan adanya penularan terbatas dari manusia ke manusia.

Informasi terakhir WHO tentang wabah bisa didapatkan dari


http://www.who.int/csr/don/en/.

Apakah gejala MERS?


Gejala umum MERS adalah demam, batuk dan sesak. Pneumuonia (radang paru)
dialami sebagian besar pasien. Gejala sakit perut (gastrointestinal) termasuk diare juga
dilaporkan. Parahnya penyakit dapat menyebabkan pasien tak dapat bernafas sendiri
(kegagalan pernafasan) sehingga memerlukan ventilator dan perawatan intensif.
Beberapa pasien mengalami kegagalan organ seperti gagal ginjal, atau septic shock
(menurunnya tekanan darah secara drastis). Sekitar 27% pasien MERS meninggal
dunia. Virus ini dampaknya parah pada mereka dengan masalah kekebalan tubuh
(kekebalan tubuh lemah/immunodeficiency), seperti kelompok lansia dan penderita
penyakit kronis seperti diabetes, kanker dan penyakin paru-paru kronis.

Dapatkan seseorang terjangkit virus MERS tapi tidak sakit?


Ya. Pada sebagian orang, infeksi tak menimbulkan gejala. Mereka diketahui memiliki
virus MERS dalam tubuh mereka saat menjalani tes MERS-CoV pada investigasi kontak
(berada disekitar, bersentuhan langsung atau tak langsung; atau orang yang berada di
sekitar atau secara langsung atau tak langsung bersentuhan dengan) pasien MERS.

Bagaimana seseorang terjangkit MERS?


Belum diketahui bagaimana seseorang bisa terjangkit MERS-CoV. Pada sebagian
kasus, virus tampaknya menular dari orang yang terjangkit ke orang-orang terdekat di
sekitarnya, seperti anggota keluarga, pasien dan petugas kesehatan. Baru-baru ini,
terdapat peningkatan jumlah kasus terkait perawatan di fasilitas kesehatan. Pada
beberapa pasien, sumber penularan tak dapat ditentukan. Mereka dapat saja tertular
oleh hewan, manusia, atau sumber lain.
Apakah MERS menular?
Ya, tetapi tampaknya lingkup penularan sangat terbatas. Virus MERS diperkirakan tak
dengan mudah berpindah dari satu orang ke orang lain, kecuali terjadi kontak sangat
dekat, seperti pada petugas kesehatan yang merawat pasien tanpa perlengkapan
perlindungan cukup. Telah ditemukan beberapa kluster (kelompok terjangkit) di fasilitas
kesehatan, dimana tampaknya penularan antar manusia berlangsung efisien, terutama
jika upaya pencegahan dan pengendalian infeksi tidak memadai. Sejauh ini, tak
ditemukan penularan yang berkelanjutan/meluas (sustained community transmission).

Darimana sumber virus MERS – kelelawar, unta, atau hewan peliharaan di rumah?
Belum ada informasi lengkap untuk menyimpulkan sumber penularan. Strain (jenis)
MERS-CoV yang sama dengan strain yang terdapat pada manusia didapatkan dari unta
di Mesir, Qatar dan Arab Saudi. Beberapa studi menemukan antibodi MERS-CoV pada
unta di Afrika dan Timur Tengah. Sekuens genetik (penelusuran gen) menunjukkan
keterkaitan kuat antara virus yang ditemukan pada unta dan manusia. Terdapat juga
kemungkinan hewan lain menjadi tempat berkembangnya virus. Dari penelitian pada
kambing, sapi, domba, babi dan burung liar, tidak ditemukan antibodi MERS-CoV pada
binatang-binatang tersebut. Dari penelitian yang ada disimpulkan bahwa unta
kemungkinan besar merupakan sumber penularan kepada manusia.

Perlukan menghindari unta dan produk unta? Apakah aman mengunjungi peternakan,
pasar dan pelelangan unta?
Sebagai tindakan umum pencegahan penyakit, siapapun yang mengunjungi peternakan,
pasar, kandang dan berbagai tempat hewan harus melakukan tindakan menjaga
kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh hewan, dan
menghindari sentuhan dengan hewan sakit.

Konsumsi produk daging mentah ataupun kurang matang dan susu berisiko tinggi
terkena berbagai kuman yang menyebabkan penyakit. Produk dari hewan harus
dimasak agar aman dikonsumsi, serta harus diolah dengan cara yang benar supaya
tidak menyebarkan kuman ke makanan mentah. Daging dan susu unta adalah produk
bergizi yang aman dikonsumsi jika telah melalui proses pasteurisasi, dimasak, atau
pemanasan lain.

Hingga MERS dapat dipahami lebih jauh, penderita diabetes, gagal ginjal, penyakit paru
kronis dan berkekebalan tubuh lemah berisiko tinggi terjangkit MERS-CoV. Karenanya
mereka harus menghindari kontak dengan unta, meminum susu atau urin mentah unta,
dan memakan daging yang tak dimasak hingga matang betul.

Petugas jagal harus melakukan prosedur kebersihan (personal hygiene) mencakup


sering mencuci tangan setelah menyentuh hewan, menggunakan penutup muka, dan
mengenakan pakaian yang menutup seluruh bagian tubuh yang langsung diganti
setelah pekerjaan selesai, dan dicuci setiap hari. Petugas jagal perlu melindungi
keluarga mereka dari kotoran yang terbawa pada baju, sepatu atau perkakas lain yang
kontak dengan unta atau kotoran unta. Hewan sakit tidak boleh disembelih untuk
dimakan. Kita harus mencegah sentuhan langsung dengan hewan yang positif terjangkit
MERS‐CoV.
Apakah ada vaksin MERS-CoV? Bagaimana pengobatannya?
Tidak ada vaksin atau pengobatan khusus yang telah ada. Perawatan bersifat
pendukung kelangsungan hidup tergantung dari keadaan pasien.

Apakah petugas kesehatan berisiko tertular MERS‐CoV?


Ya. Penularan telah terjadi pada fasilitas kesehatan di beberapa negara, termasuk dari
pasien ke petugas kesehatan. Seseorang tidak selalu dapat dengan mudah dan segera
diketahui tertular MERS atau tanpa melalui pemeriksaan laboratorium karena gejala
klinisnya sangat tidak khusus. Karenanya, petugas kesehatan perlu menerapkan
standar kewaspadaan terhadap semua pasien. Waspada terhadap droplet (percikan
ludah atau cairan tubuh lain) harus menjadi bagian standar kewaspadaan saat merawat
pasien dengan gejala infeksi pernafasan akut. Pencegahan sentuhan dan pelindung
mata harus dikenakan saat merawat kasus suspek ataupun yang telah pasti terjangkit
MERS-CoV. Pencegahan penularan melalui udara (airborne precautions) harus
diterapkan saat memberikan tindakan menggunakan aerosol (aerosol‐generating
procedures).

Amankah bepergian ke Timur Tengah? Apakah WO menyarankan pembatasan


perjalanan atau perdagangan dalam menghadapi virus ini?
WHO tidak menyarankan penerapan pembatasan perjalanan ataupun perdagangan
ataupun pemindaian pada pintu masuk negara bagi MERS-CoV.

Apakah tindakan WHO menghadapi wabah MERS?


WHO bekerjasama dengan para dokter dan peneliti mengumpulkan dan berbagi bukti-
bukti ilmiah untuk lebih memahami virus dan penyakit yang disebabkannya, serta untuk
menentukan prioritas upaya tanggap wabah, strategi pengobatan, dan penata-
laksanaan klinis. WHO bekerjasama dengan negara dimana terdapat kasus MERS-CoV
beserta mitra teknis dan jejaring untuk mengkoordinasikan upaya tanggap global,
termasuk dengan cara menyediakan informasi termuktahir, melakukan penilaian risiko
dan penyelidikan bersama dengan pemerintah, menyelenggarakan pertemuan ilmiah
dan menyusun panduan dan pelatihan bagi jajaran kesehatan di bidang surveilans, tes
laboratorium, pencegahan dan pengendalian infeksi serta tindakan klinis.

Sesuai Peraturan Kesehatan Internasional (International Health Regulations) 2005,


Direktur Jenderal WHO telah membentuk sebuah komite darurat untuk memberi
masukan pada Direktur Jenderal tentang apakah wabah ini merupakan sebuah
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Internasional (Public Health Emergency of
International Concern, disingkat PHEIC) dan tindakan kesehatan masyarakat apa yang
perlu diambil. Komite ini berkumpul setiap diperlukan terutama jika terdapat
perkembangan baru (http://who.int/ihr/ihr_ec_2013/en/).

Apa saran WHO?


Bagi negara:
WHO mendorong negara anggotanya untuk meningkatkan surveilans untuk infeksi
saluran pernafasan akut parah (severe acute respiratory infections – SARI) dan
menelaah dengan teliti pola yang tidak biasa dari kasus SARI atau pneumonia. WHO
meminta negara-negara anggotanya untuk membagi informasi atau memverivikasi
kasus terduga (probable) ataupun terkonfirmasi sebagai kasus MERS‐CoV. WHO juga
mendorong negara-negara untuk meningkatkan pengetahuan tentang MERS dan
memberikan informasi cukup kepada para pelancong atau penziarah.

Informasi identifikasi dan investigasi bisa didapatkan melalui tautan berikut:


http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/MERS_CoV_investigation_guideli
ne_Jul13.pdf

Prosedur penanganan sampel laboratorium bisa didapatkan melalui tautan berikut:


http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/MERS_Lab_recos_16_Sept_2013
.pdf?ua=1

Panduan untuk penatalaksanaan klinis bisa didapatkan melalui tautan berikut:


http://who.int/csr/disease/coronavirus_infections/InterimGuidance_ClinicalManagement_
NovelCorona virus_11Feb13u.pdf?ua=1

Anda mungkin juga menyukai