Anda di halaman 1dari 16

PERBEDAAN PERSENTASE KEJADIAN LOW BACK PAIN

(LBP) ANTARA SUPIR BUS YANG MENGENDARAI BUS


ERGONOMIS DAN TIDAK ERGONOMIS
DI TERMINAL UBUNG DAN MENGWI, BALI

I Gede Wahyu Adi Raditya1, I Putu Adiartha Griadhi2


1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2Bagian Faal Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Tingginya penggunaan fasilitas bus meningkatkan beban kerja supir bus


sebagai fasilitator jasa perjalanan.Kecenderungan supir bus untuk duduk dan
sedikit bergerak dalam waktu lama di bus merupakan salah satu risiko terjadinya
Low Back Pain (LBP).Hingga saat ini belum ada laporan tentang angka kejadian
LBP pada supir bus yang diakibatkan perjalanan bus.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbedaan persentase kejadian LBP pada supirbus yang
mengendaraibus ergonomis dan supirbus yang mengendarai bus non ergonomis.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross
sectional study. Penelitian ini menggunakan sampel 80 orang supir bus di
Terminal Ubung dan Mengwi yang diperoleh secara consecutive sampling. Data
diolah secara statistik dengan menggunakan Chi-Square dan didapatkan kejadian
LBP berhubungan dengan kondisi ergonomis bus yang digunakan (p<0,05).

Kata Kunci: LBP, ergonomi, supir bus


.

THE DIFFERENCE OF PERCENTAGE INCIDENCE OF LOW


BACK PAIN (LBP) BETWEEN BUS DRIVERS WHO DRIVE
ERGONOMIC AND NON ERGONOMIC BUSES AT UBUNG
AND MENGWI BUS STATION, BALI
ABSTRACT

The high uses ofbusfacilitiesincreasedworkloadof bus driver as a travel


servicesfacilitator. Tendencybus driversto sitandslightlymoving inquite a long
timeon thebusis one ofthe risk ofLow Back Pain(LBP). Untilnow there has beenno
reportabout thenumber ofLBPonthe bus driverwhocausedthe bus trip. The
purposeof this study wasto knowthe differenceofincidence percentage ofLBPon
thedriverwhom drove theergonomicandnonergonomic bus. This research
isanalytical crosssectional study. The populationuses 80 sample of bus driver
atUbungandMengwi Terminalthat acquired by consecutivesampling. The
dataprocessedusingChi-Square with results there are correlations between
1
insidence of LBP on the bus drivers with ergonomic conditions of the bus
(p<0.05)

Keywords:LBP, ergonomi, bus drivers

2
PENDAHULUAN dengan rata-rata sejumlah 615.977
Perkembangan zaman pada penumpang per bulannya dengan
dekade terakhir meningkatkan sejumlah 33.174 unit armada yang
mobilitas seluruh penduduk dunia, beroperasi.Mudahnya akses terminal,
tidak terkecuali di Indonesia. cakupan wilayah yang luas, faktor
Mudahnya akses transportasi keamanan dan ekonomi menjadi
menjadi alasan utama yang alasan utama penggunaan bus
menyebabkan mobilitas tinggi dari menjadi pilihan utama masyarakat.
masyarakat, selain faktor lain seperti Tingginya penggunaan fasilitas
tuntutan pekerjaan. Pilihan angkutan bus menyebabkan peningkatan beban
transportasi pun beragam, sesuai kerja supir bus sebagai fasilitator jasa
dengan kebutuhan, seperti jarak, perjalanan. Peningkatan beban kerja
waktu perjalanan, dan ketersediaan supir bus ini, ternyata memiliki efek
dana. Data BPS menyebutkan bahwa kausal negatif khususnya dalam hal
penggunaan fasilitas angkutan kesehatan.Supir bus berdasarkan
transportasi darat masih menjadi jarak tempuh perjalanannya, dibagi
pilihan utama masyarakat, baik menjadi supir bus dalam kota, antar
dalam perjalanan jarak dekat, kota dalam provinsi, antar provinsi
menengah, maupun jauh, utamanya dalam pulau dan antar pulau.
pada perjalanan antar provinsi dalam Menyetir bus dalam waktu yang
pulau. Total penggunaan angkutan lama, lebih dari delapan jam (antar
darat untuk jarak jauh rata-rata provinsi dalam pulau dan antar
meningkat 8,34% setiap tahunnya1. pulau) memunculkan risiko
Sepanjang tahun 2011 sejumlah kesehatan, terutama masalah
199.659.000 pengguna angkutan muskuloskeletal. Permasalahan
kereta api jarak jauh, dengan angka muskuloskeletal seperti nyeri otot,
tertinggi terjadi pada bulan Juli, nyeri tulang belakang dan keram
disebabkan arus mudik dan arus adalah salah satunya2.Hal ini dapat
balik Idul Fitri. Sedangkan menimbulkan risiko penyakit yang
penggunaan bus masih mendominasi lebih parah, seperti Low Back
penggunaan angkutan transportasi, Pain.Masalah yang dihadapi supir

3
bus dipengaruhi oleh kondisi fisik posisi duduk yang menyebabkan
dan mental supir bus itu posisi sendi yang tidak wajar serta
sendiri.Kondisi kesehatan yang baik getaran berulang dalam kendaraan
dari supir bus merupakan salah satu selama perjalanan3.
syarat utama dalam melakukan Hingga saat ini belum ada
perjalanan.Selain itu, fasilitas dan laporan tentang angka LBP pada
sikap tubuh memiliki peran dalam supir bus yang diakibatkan
mengurangi masalah yang timbul perjalanan bus.Diperkirakan 70-85%
ketika perjalanan berlangsung3. dari seluruh populasi pernah
Kecenderungan supir bus untuk mengalami episode ini selama
duduk dan sedikit bergerak dalam hidupnya. Prevalensi tahunannya
waktu yang cukup lama di bus bervariasi dari 15-45%, dengan point
merupakan salah satu risiko prevalence rata-rata 30%. Data
terjadinya nyeri pinggang bawah epidemiologi mengenai LBP di
(Low Back Pain(LBP)).Kondisi ini Indonesia belum ada, namun
adalah nyeri yang dirasakan daerah diperkirakan 40% penduduk pulau
punggung bawah, baik nyeri lokal Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun
maupun nyeri radikuler atau pernah menderita nyeri pinggang,
keduanya.Nyeri ini terasa diantara prevalensi pada laki-laki 18,2% dan
sudut iga terbawah sampai lipat pada wanita 13,6%. Insiden
bokong bawah yaitu di daerah berdasarkan kunjungan pasien ke
lumbal atau lumbo-sakral dan sering beberapa rumah sakit di Indonesia
disertai dengan penjalaran nyeri ke berkisar antara 3-17%4.
arah tungkai dan kaki.LBPsendiri Jika tidak ditangani dengan
merupakan salah satu bagian dari baik, LBP dapat berkembang
Work-RelatedMusculoskeletal menjadi penyakit yang lebih parah,
Disorders (WMSDs) yang dan berakibat fatal2. Pada dasarnya
merupakan gangguan yang terjadi LBP dapat dicegah, sehingga sangat
pada sistem otot dan tulang akibat penting untuk dapat mencegah
beban kerja dan posisi kerja.Hal ini terjadinya LBP pada perjalanan
berkaitan erat dengan kesalahan transportasi, khususnya supir bus

4
yang memang cenderung akan kenyataannya, banyak bus khususnya
banyak melakukan aktivitas ini kelas ekonomi masih jauh dari
secara berulang. Untuk mencegah keadaan yang ergonomis untuk
dan menghindari LBPsaat perjalanan menunjang kenyamanan supir bus
transportasi sebenarnya dapat dalam berkendara3. Untuk
dilakukan dengan meningkatkan meningkatkan kesadaran penyedia
aktivitas pergerakan tubuh selama di jasa angkutan bus dan masyarakat
dalam bus, seperti berdiri sejenak, tentang risikoLow Back Pain(LBP)
atau menggerak-gerakkan pada supir bus, maka penulis
kaki.Namun, dalam sebuah studi mengangkat penelitian tentang
disebutkan bahwa pergerakan perbedaanpersentase kejadian Low
tersebut tidak cukup untuk mencegah Back Pain(LBP)pada supir bus yang
terjadinya LBP5.Banyak faktor yang mengendarai bus ergonomis dan bus
menyebabkan hal ini, seperti tidak ergonomis.
kecenderungan bergerak yang salah,
METODE PENELITIAN
seperti memutar-mutar tubuh setelah
Penelitian ini merupakan studi
duduk lama, serta tekanan terhadap
potong lintang atau cross-sectional
waktu tiba, yang tidak
analitik untuk mengetahui
memungkinkan supir bus untuk
perbedaanpersentase kejadian LBP
berdiri sejenak atau beristirahat.Oleh
pada supir yang mengendarai bus
karena itulah penting untuk
ergonomis dan tidak
dilakukan pencegahan dengan
ergonomis.Penelitian ini dilakukan di
pendekatan ilmu ergonomi pada
Terminal Ubung, Denpasar dan
supir bus.
Terminal Mengwi, Badung, Bali
Guna mencegah dan
pada tanggal 13 dan 14 November
mengurangi angka LBP pada supir
2012. Adapun sampel pada
bus selama perjalanan, ruang kerja
penelitian ini adalah supir bus yang
yang ergonomis mutlak dibutuhkan,
beroperasi pada tanggal 13 dan 14
sehingga memberikan kenyamanan
November 2012 di Terminal Ubung
pada supir bus saat
dan Terminal Mengwi yang bersedia
perjalanan.Namun pada
menjadi responden penelitian.
5
Pemilihan sampel dilakukan dengan akibat dari posisi duduk selama
teknik non-probability sampling berkendara, misalnya karena
jenis consecutive sampling, dimana kecelakaan, cedera olahraga, atau
semua subjek yang datang dan telah mengalami LBP sebelum
memenuhi kriteria inklusi menjadi supir. Data diperoleh dari
dimasukkan dalam penelitian sampai wawancara dengan responden
jumlah subjek yang diperlukan 3. Bus ergonomis dimaksudkan
terpenuhi. Dalam penelitian ini jenis adalah bus dengan keadaan
data yang akan diuji adalah data stasiun kerja supir bus yang
primer yang diperoleh melalui ergonomis yang diukur
kuesioner. Pada penelitian ini, menggunakan instrumen
peneliti menggunakan dua buah penelitian berupa kuesioner
kuesioner yang telah divalidasi, yaitu Checklist to monitor stress risks
Checklist to monitor stress risks in in the bus driver’s occupation
the bus driver’s occupation, yang sudah divalidasi oleh
danOswestry Low Back Pain Department of Work and
Questionnaire. Adapun variabel Organizational Psychology,
yang digunakan dalam penelitian ini, University of Nijmegen dan
yaitu: dimodifikasi seperlunya serta
1. Supir bus antar pulau/antar diterjemahkan ke dalam bahasa
provinsi adalah pengendara bus Indonesia. Kuesioner diisi oleh
yang melakukan sekali perjalanan peneliti dengan mewawancarai
sekurang-kurangnya delapan jam responden, serta melihat langsung
dan sudah menjadi supir bus keadaan stasiun kerja dalam
sekurang-kurangnya selama satu bus.Bus dikategorikan ergonomis
tahun. Dimana data diperoleh dari jika memenuhi sekurang-
hasil wawancara dengan kurangnya 11 dari 21 kriteria bus
responden ergonomis (Tabel 1).
2. Riwayat Low Back Pain (LBP) 4. Low Back Pain (LBP) adalah
karena sebab lain adalah riwayat nyeri yang dirasakan daerah
LBP yang terjadi jelas bukan punggung bawah, dapat

6
merupakan nyeri lokal maupun Dalam penelitian ini, peneliti tidak
nyeri radikuler atau keduanya, dan melakukan uji validitas dan
diukur dengan instrumen reliabilitasterhadap instrumen
penelitian berupa Oswestry Low kuesioner, dikarenakan instrumen
Back Pain Questionnaire. yang digunakan telah diuji
Kuesioner diisi oleh peneliti sebelumnya.Data yang telah didapat
dengan mewawancarai dianalisis statistik dengan
responden.Kuesioner berisi menggunakan program SPSS 17.0.
sepuluh poin pertanyaan yang Analisis terhadap variabel LBP
berkaitan dengan nyeri pada disajikan dalam bentuk persentase
punggung dan tungkai yang per kategori.Dilakukan uji normalitas
meliputi intensitas nyeri, karakteristik sampel berupa umur,
kemampuan merawat diri, berat badan, tinggi badan dan lama
kemampuan mengangkat benda bekerja dengan menggunakan
berat, berjalan, duduk, berdiri, Kolmogorov–Smirnov Goodness of
tidur, hubungan seksual dengan Fit Test. Dalam penelitian ini, uji
pasangan, kehidupan sosial dan hipotesis yang dilakukan oleh
berlibur.Skor setiap pertanyaan peneliti adalah uji Chi-Square untuk
adalah 0 sampai dengan 5. mengetahui perbedaanpersentase
Responden dikategorikan LBP kejadian LBP pada kedua kategori.
jika persentase total skor
HASIL PENELITIAN
responden berbanding total skor
maksimal lebih dari 40%. Dari hasil penelitian, didapatkan
5. Tinggi badan adalah ukuran sejumlah 80 sampel yang memenuhi
panjang dari ujung kepala sampai kriteria inklusi. Dimana dari 80
ujung kaki yang diukur dengan sampel tersebut, sejumlah 33 sampel
menggunakan antropometer adalah supir bus ergonomi, dan 47
6. Berat badan adalah berat yang adalah supir bus non ergonomi.
diukur dengan menggunakan Dalam dua hari pengambilan data
timbangan berat badan analog didapatkan bahwa dari ke-21 kriteria
merek Laica model EEP1220. ruang kerja ergonomis dan pola kerja

7
ergonomis, hanya beberapa kriteria distribusi ketersedian ruang kerja
yang dipenuhi oleh semua bus, ergonomis di dalam bus berdasarkan
seperti sarana pengaman, diameter 21 kriteria yang terdapat dalam
roda kemudi, sudut pedal sama dan kuesioner, dapat dilihat pada
kemampuan supir menggunakan Gambar1.Keterangan kriteria bus
semua komponen kabin. Sedangkan ergonomis dapat dilihat pada Tabel
kriteria lainnya cenderung tidak 1.
terpenuhi.Untuk menggambarkan

Untuk variabel terikat yaitu orang sampel yang terdiri dari 33

Gambar 1. Distribusi Ketersedian Ruang Kerja Ergonomis Di Dalam Bus Berdasarkan 21


Kriteria (Checklist to monitor stress risks in the bus driver’s occupation)

kejadian LBP pada supir bus, supir bus ergonomis dan 47 supir bus
didapatkan sejumlah 43 dari 80 non ergonomis. Hasil uji normalitas
sampel yang mengalami LBP. subjek penelitian dari segi umur,
Dimana 12 diantaranya merupakan tinggi badan, dan berat badan, dan
supir bus ergonomis dan 31 lainnya lama menjadi supir pada kedua
supir bus non ergonomis.Penelitian kategori ditujukan pada Tabel 2.
ini mengumpulkan sejumlah 80
8
Tabel 1. Kriteria Bus Ergonomis Berdasarkan Checklist To Monitor Stress Risks In The
Bus Driver’s Occupation
No Kriteria
1. Kursi Pengemudi memiliki sarana pengaman teknis seperti sabuk pengaman
2. Kursi dapat diatur ketinggian, sudut sandaran, dan lainnya
3. Ketinggian tempat duduk bisa diatur > 100 mm
4. Jarak tempat duduk dari depan ke belangan > 150 mm
5. Diameter roda kemudi < 500 mm
6. Roda kemudi dapat diatur vertikal, ke depan dan ke belakang
7. Sudut kemiringan roda kemudi antara 15 – 32 derajat
8. Sudut pedal sama
9. Range sudut pedal < 25 derajat
10. Dasbor di bus memiliki bentuk yang seragam
11. Dasbor mudah dijangkau
12. Tampilan dasbor mudah dilihat
13. Tampilan dasbor mudah dibaca
14. Warna dasbor tidak mencolok
15. Ruang kerja cukup lapang
16. Suhu dapat diatur
17. Supir memiliki kemampuan untuk menggunakan semua komponen kabin
18. Ruang kerja dapat digunakan oleh supir besar maupun kecil
19. Jam kerja tidak lebih dari 40 jam per minggu
20. Dalam sekali perjalanan tidak lebih dari 8 jam
21. Supir beristirahat sekurang-kurangnya setiap 4 jam

Pada Tabel 2 terlihat bahwa ergonomis 1,73 ± 0,04 meter,


rerata umur supir bus ergonomis sedangkan supir bus non ergonomis
29,48 ± 3,86 tahun, sedangkan untuk 1,73 ± 0,04 meter. Rerata
supir bus non ergonomis rerata karakteristik berat badan pada supir
umurnya 28,02 ± 3,48 tahun. Untuk bus ergonomis 68,42 ± 4,74 kg,
karakteristik tinggi badan didapatkan dimana pada supir bus non
rerata tinggi badan pada supir bus ergonomis 69,77 ± 5,22 kg. Pada
9
karakteristik lama bekerja menjadi keempat karakteristik tersebut,
supir bus, didapatkan rerata pada terlihat bahwa semua data
supir bus ergonomis 6,73 ± 3,05 berdistribusi normal. Hal ini terlihat
tahun, sedangkan pada supir bus non dari nilai p pada semua karakteristik
ergonomis 7,87 ± 2,79 tahun.Dari menunjukkan angka lebih dari 0,05.

Tabel 2.Hasil uji normalitas subjek penelitian dari segi umur, tinggi badan, dan berat
badan, dan lama menjadi supir

Supir Bus Ergonomis Supir Bus Non Ergonomis


Karakteristik p
Rerata SB Rerata SB
Umur (tahun) 29,48 3,86 28,02 3,48 0,534
Tinggi (m) 1,73 0,04 1,73 0,04 0,991
Berat (kg) 68,42 4,74 69,77 5,22 0,946
Lama Bekerja
6,73 3,05 7,87 2,79 0,548
(tahun)

Dengan menggunakan uji Chi- dengan supir bus non ergonomis


Squarepersentase kejadian LBP pada dinyatakan dalam dalam Tabel 3.
supir bus ergonomis dibandingkan

Tabel 3.Persentase Kejadian LBP pada Supir Bus Ergonomis dan Non Ergonomis

Kategori Bus LBP Tidak LBP Total p

Ergonomis 12 (36,36 %) 21 (63,63 %) 33 (100 %)

Non Ergonomis 31 (65,96 %) 16 (34,04 %) 47 (100 %) 0,012

Total 43 (53,75 %) 37 (46,25 %) 80 (100 %)

10
Dalam Tabel 3 dapat dilihat kerja. Pada pengguna angkutan
bahwa persentase kejadian LBP pada transportasi darat yaitu bus,
supir bus ergonomis sebesar 36,36 utamanya pengendara/sopir bus akan
%, sedangkan pada supir bus non sangat rentan dengan paparan faktor
ergonomis sebesar 65,95 %. Tabel 3 resiko LBP. Kecenderungan untuk
juga menunjukkan bahwa terdapat duduk dalam posisi statis dalam
perbedaan yang bermakna antara jangka waktu lama akan
persentase kejadian LBP pada supir menyebabkan sistem gerak,
bus dan supir bus non ergonomis. khususnya otot dan sendi dalam
(p<0,05). Sehingga dapat keadaan sangat statis dalam waktu
disimpulkan bahwa persentase cukup lama. Dalam beberapa
kejadian LBP pada supir bus laporan, disebutkan bahwa duduk
ergonomis lebih rendah dari bus non dalam bus selama lebih dari 4 jam,
ergonomis. meningkatkan resiko terjadinya
WMSDs, khususnya nyeri punggung
PEMBAHASAN bawah (low back pain). Hal ini juga
Penelitian ini menunjukkan terkait dengan posisi duduk sopir bus
bahwa persentase kejadian LBP pada yang kerap kali tidak ergonomis, dan
supir bus ergonomis lebih rendah fasilitas tempat duduk yang tidak
dari persentase kejadian LBP pada ergonomis.
supir bus non ergonomis.Hal ini Dalam kaitannya dengan faktor
dibuktikan dari hasil uji Chi-Square resiko LBP, maka sopir bus,
yang menunjukkan p nilai 0,012. khususnya bus jarak jauh, dengan
Kejadian Low Back Pain (LBP) durasi perjalanan lebih dari 4 jam
sangat bergantung pada tiga aspek memiliki beberapa faktor resiko
modulator, yaitu intensitas, durasi terjadinya LBP, yaitu:
dan frekuensi terhadap faktor 1. Kecenderungan untuk duduk lama
6
resiko .Adapun faktor resiko yang di dalam bus. Hal ini berkaitan
dimaksud adalah faktor resiko dengan faktor resiko LBP yaitu
aktifitas fisik yang sangat berkaitan keadaan otot yang statis dalam
dengan tempat dan suasana tempat jangka waktu lama. Yang akan

11
memicu terjadinya kekakuan otot, 4. Paparan terhadap getaran
kesemutan dan keram. Kejadian kendaraan. Getaran kendaraan,
ini juga semakin diperburuk jika khususnya bis sendiri dibedakan
sopir memiliki berat badan tinggi menjadi dua berdasarkan jenis
atau Body Mass Index (BMI) yang pemaparannya yaitu getaran
overweight dan obese. Dalam seluruh badan (whole body
beberapa laporan, BMI vibration) yang berasal dari
mempengaruhi onset dan derajat tempat duduk, dan getaran tangan
dari low back pain pada pekerja dan lengan (hand and arm
kantor atau industri yang duduk vibration) yang berasal dari
7
lama . kemudi. Dalam hal ini, sopir bus
2. Posisi duduk yang salah. Hal ini mengalami keduanya7.Whole
berkaitan dengan keadaan posisi body vibration dan hand and arm
anatomis manusia. Posisi duduk vibration sendiri dapat memicu
yang tidak ergonomis, seperti terjadinya nyeri punggung bawah,
kecenderungan membungkuk, nyeri leher, nyeri kepala, serta
posisi kaki yang salah dan posisi gangguan non musculoskeletal
leher yang tidak baik merupakan seperti penglihatan kabur6.
faktor resiko LBP Dari keempat faktor resiko
3. Fasilitas tempat duduk sopir yang LBP pada sopir bus di atas, jelas
tidak mendukung posisi duduk bahwa sopir bus dengan durasi lebih
yang ergonomis. Penyediaan dari 4 jam beresiko besar terkena
tempat duduk sopir yang LBP, dengan faktor modulator utama
ergonomis pada bus, khususnya yaitu durasi (lamanya perjalanan)
kelas ekonomi masih sangat dan frekuensi (seringnya penggunaan
terbatas. Ruang gerak yang bus)
sempit, tidak adanya sandaran Dari penelitian ini dapat dilihat
tangan, dan sandaran punggung bahwa supir bus yang mengendarai
yang tidak baik semakin memicu bus non ergonomis lebih banyak
terjadinya LBP menderita LBP daripada supir bus
ergonomi.Hal ini tentunya terkait

12
dengan paparan supir bus non tungkai atas dan tungkai bawah
ergonomis terhadap faktor risikoyang penumpang membentuk sudut 90
lebih tinggi. Dari faktor modulasi, derajat, dan paha sejajar lantai
yaitu durasi perjalanan dan frekuensi (dasar bus). Rata-rata tinggi
perjalanan, kedua kategori supir bus dudukan yang susuai dengan
mendapat paparan yang sama. Hal tinggi paha orang Asia adalah 45
ini bisa dilihat dari kriteria ergonomi cm. Jika suatu landasan tempat
yang terdapat dalam Gambar1.Dari duduk letaknya terlalu tinggi,
poin 18–21 yang memuat durasi dan maka dapat menimbulkan
frekuensi kerja, didapatkan bahwa ketidaknyamanan dimana
semua sampel tidak memenuhi pola stabilitas tubuh melemah dan
kerja ergonomi. menyebabkan gangguan
Dari penelitian terlihat bahwa peredaran darah. Sebaliknya jika
aspek ergonomi pada stasiun kerja landasan tempat duduk letaknya
memegang peranan penting dalam rendah, akan menyebabkan
mencegah terjadinya LBP pada supir ketidaknyamanan pada supir bus
bus. Adapun hal-hal yang perlu 2. Sandaran dudukan/kursi supir
diperhatikan dalam mendesain dengan daya pegas, sehingga
stasiun kerja dalam bus yang dapat disesuaikan dengan
ergonomis adalah : ketinggian, berat tubuh dan
1. Dudukan/kursi supir dapat diatur preferensi duduk pengguna.
ketinggiannya sehingga telapak Posisi yang paling ergonomis
kaki supirtepat membentuk sudut adalah 115 derajat, yang dibentuk
90 derajat terhadap permukaan antara tulang punggung dan paha.
lantai. Hal ini sangatlah 3. Tinggi sadaran kursi dapat diatur.
diperlukan agar tidak terjadi Pengaturan ketinggian sandaran
penekanan berlebih pada paha dimaksudkan agar bagian
dan betis pengguna kursi. Jika sandaran kursi yang berfungsi
tidak memungkinkan, tinggi sebagai penopang daerah
dudukan harus diatur sedemikian belakang punggung dapat
rupa, sehingga sudut antara disesuaikan. Fitur ini dapat

13
meringankan beban pada tulang belakang lutut yang akan
belakang dan mempertahankan menghambat peredaran darah di
bentuk “S” alami dari tulang kaki. Untuk menghindarkan
belakang. ketidaknyamanan pada bagian
4. Pengaturan sandaran tangan yang kaki, pengguna akan memajukan
mampu disesuaikan dengan sikap pantatnya dan
antropometri pengguna. Dimana menyebabkan bagian
sandaran tangan dapat diatur punggungnya tidak bersandar
ketinggian, lebar, serta sudutnya. sehingga stabilitas tubuh
Adanya pengaturan sandaran melemah dan tenaga otot yang
tangan ini dimaksudkan agar diperlukan menjadi semakin
posisi siku dapat secara tepat besar sebagai upaya menjaga
membentuk sudut 90 derajat keseimbangan. Upaya tersebut
terhadap posisi sandaran. akan menimbulkan kelelahan,
5. Penyesuaian dudukan dengan ketidaknyamanan, dan sakit di
cara menggeser ke depan dan ke bagian punggung6. Selain itu
belakang. Fitur ini berfungsi ukuran dudukan harus cukup
untuk menjaga panggul tetap lebar, sehingga memberikan
pada posisi yang benar pada ruang gerak untuk panggul dan
anatomi lekukan dudukan. paha.
6. Pertimbangan dasar lainnya 7. Bahan dasar dudukan dan
dalam perancangan tempat duduk sandaran punggung.Sandaran
adalah kedalaman landasan punggung dan dudukan
tempat duduk (jarak yang diukur diharapkan berbahan dasar yang
dari bagian depan hingga bagian pas, tidak terlalu empuk, dan
belakang). Bila kedalaman tidak terlalu keras. Karena jika
landasan tempat duduk terlalu bahan dasar terlalu keras, maka
besar, bagian depan dari akan meningkatkan paparan
permukaan atau ujung dari getaran kendaraan pada
tempat duduk tersebut akan penumpang. Sedangkan jika
menekan daerah tepat di terlalu empuk, tidak akan dapat

14
menjaga posisi ergonomis dari Selain itu range sudut pedal
penumpang. Usahakan tidak sebaiknya tidak terlalu dalam,
menggunakan jok kulit karena karena akan menyebabkan kaki
bersifat licin dan dapat supir mengalami beban saat
membawa ke posisi duduk yang menginjak pedal.
membungkuk. Penggunaan kain 10. Dasbor beserta panel-panel di
pada kursi merupakan hal yang dalamnya seharusnya mudah
paling cocok untuk duduk yang dijangkau oleh supir. Sehingga
nyaman. tidak terjadi peregangan tubuh
8. Roda kemudi atau setir sebaiknya yang ekstrim saat supir
disesuaikan dengan antopometri menggunakan panel-panel dalam
lengan dan tubuh pengguna dasbor, atau saat supir meraih
(supir). Namun sesuatu di dasbor.
tentunyasangatlah tidak 11. Layaknya ruang kerja lainnya,
memungkinkan untuk stasiun kerja dari supir
menyediakan bus dengan ukuran yangberupa stasiun kemudi
stir yang berbeda-beda sesuai haruslah diatur senyaman dan
supirnya. Sehingga sebaiknya seergonomis mungkin.
digunakan ukuran rata-rata yaitu Pengaturan luas stasiun dan
sekitar 45 – 50 cm dengan sudut pengaturan suhu mutlak
kemiringan antara 15 – 32 diperlukan untuk membuat supir
derajat. Hal ini disesuaikan berada dalam posisi terbaiknya.
dengan posisi anatomis manusia, Luas stasiun kerja disesuaikan
sehingga saat menyetir bus, supir dengan ukuran tubuh supir, tidak
tidak perlu terlalu membungkuk. terlalu besar, dan tidak terlalu
9. Masing-masing pedal dalam bus, sempit.
seharusnya memiliki sudut yang
SIMPULAN
sama, dan range sudut yang
sama. Hal ini guna Dari penelitian ini dapat
menyeimbangkan penggunaan disimpulkan bahwa persentase
kaki kanan dan kiri supir bus. kejadian LBP pada supir bus

15
ergonomis lebih rendah dari supir 4. Sadeli HA, Tjahjono B, 2001.
bus non ergonomis. Dimana Nyeri Punggung Bawah. Dalam:
didapatkan persentase kejadian LBP Nyeri Neuropatik, Patofisioloogi
pada supir bus yang mengendarai bus dan Penatalaksanaan. Editor:
ergonomi adalah 36,36%, sedangkan Meliala L, Suryamiharja A, Purba
pada supirbus yang mengendarai bus JS, Sadeli HA. Perdossi, 145-167.
non ergonomi adalah 65,95%. 5. Lueder, Rani. 2010. Ergonomic
Perbedaan persentase kejadian LBP Review: Balans Seating.
pada supir bus yang mengendarai bus 6. Wignjosoebroto, S., Dewi, D.S.,
ergonomis dan bus non ergonomis Praptama, D.A. 2004.
bermakna signifikan secara statistik, Perancangan Ulang Stasiun Kerja
dibuktikan dengan uji Chi-Square, p pada Ruang Kemudi Crane.
= 0,012 Surabaya.
7. Santosa, A., Hermawan, I. 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Penerapan Aspek
1. Badan Pusat Statistik, 2011. Data Ergonomis pada Perancangan
Penggunaan Angkutan Kursi di Laboratorium Dasar
Transportasi 2010-2011 Elektronika Berbasis Teknologi
2. Albar, Zuljasri, 2009. Gangguan Informasi di Program Studi
Muskuloskeletal Akibat Kerja. Teknik Telekomunikasi dan
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Navigasi Udara Sekolah Tinggi
Interna Publishing. Jakarta Penerbangan Indonesia.
3. Rusdjijati, Retno, 2008. Pengaruh JurnalIlmiah Aviasi Langit Biru,
Paparan Getaran Temapat Duduk vol. 2, no. 3, April 2009
Pengemudi Bis terhadap
Kenyamanan Kerja.

16

Anda mungkin juga menyukai